Anda di halaman 1dari 14

Dasar-Dasar Perlakuan Panas Pada Baja Karbon

1. Besi Dan Proses Transformasinya


Besi merupakan salah satu jenis logam yang sangat penting dan
merupakan logam dasar pembentuk baja.
Sifat alotropik baja yang menyebabkan timbul variasi struktur mikro
pada berbagai jenis baja
Alotropik adalah transformasi dari suatu bentuk susunan atom (sel
satuan) ke bentuk susunan atom yang lain.
Sifat Alotropik besi adalah pada temperatur dibawah 910o C disebut
besi alfa (Fe α ), pada temperatur 910 sd 1392 o C disebut besi gama
(Fe γ ), dan pada temperatur diatas 1392 o C disebut besi delta (Fe
δ ).
Gambar 1.1 Allotropik baja

Gb. 1.1 Allotropik baja

Struktur kristal besi alfa (Fe α ) adalah Kubus Pusat Badan (BCC),
Struktur kristal besi gama (Fe γ ) adalah kubus pusat muka (FCC),
Struktur kristal besi delta (Fe δ ) adalah kubus pusat badan (BCC).

1
Gambar 1.2 struktur kristal

Gb1.2 Struktur kristal BCC dan FCC

Pemanasan diatas 1392 o C menyebabkan gerakan atom semakin besar


sehingga pada temperatur 1536 o C gaya kohesif yang memelihara
susunan atom tersebut tidak ada lagi dan besi menjadi cair. Pada
saat membekukan besi cair ke temperatur kamar akan terjadi
transformasi yang urutannya sama seperti pada saat pemanasan.
Pada temperatur kamar, besi bersifat ferromagnetic, sifat
magnetiknya menurun dengan meningkatnya temperatur dan hilang
sama sekali pada temperatur 769 o C.
Penambahan unsur paduan pada besi, khususnya karbon akan membuat
berbagai jenis baja yang jika dikombinasikan dengan berbagai jenis
metode perlakuan panas akan menghasilkan sifat-sifat yang memadai
untuk penggunaan tertentu.

2. Diagram Fasa Besi Karbon


Kegunaan baja sangat tergantung pada sifat-sifat yang sangat
bervariasi yang diperoleh melalui pemaduan dan penerapan proses
perlakuan panas. Sifat mekanik sangat tergantung pada struktur
mikro, sedangkan struktur mikro sangat mudah diubah melalui proses
perlakuan panas.
Diagram fasa Fe-C merupakan dasar pemahaman untuk operasi
perlakuan panas pada baja. Diagram fasa Fe-C menjelaskan
transformasi yang terjadi pada rentang temperatur tertentu yang
erat kaitannya dengan kandungan karbon.

2
Berdasarkan hasil pemaduan antara besi dan karbon, karbon berada
didalam besi dapat membentuk larutan atau berkombinasi dengan
besi membentuk karbida besi (Fe3C).
Gambar 1.3 menggambarkan diagram fasa besi karbon untuk seluruh
rentang paduan besi dengan karbon yang mencakup baja dan besi cor.

Gb. 1.3 Diagram fasa Fe-C

Baja adalah paduan besi-karbon sampai maksimum 2,14%, sedangkan


diatas 2,14% C disebut besi cor (cast iron)
Karbon adalah unsur penyetabil austenit. Kelarutan maksimum
karbon pada austenit adalah sekitar 2,14% pada 1140oC, sedangkan
kelarutan karbon pada ferit naik dari 0% pada 912 oC menjadi
0,025% pada 727 oC. Pada pendinginan lanjut kelarutan karbon pada
ferit menurun menjadi 0,08% pada temperatur kamar. (lihat gambar
1.4)

3
Gb. 1.4 Kelarutan karbon pada besi alfa

Komposisi eutectoid dari baja merupakan titik rujukan untuk


mengklasifikasikan baja.
Baja dengan kadar karbon 0,8% disebut baja eutectoid,
Baja dengan kadar karbon kurang dari 0,8% : baja hypoeutektoid
Baja dengan kadar karbon lebih dari 0,8% : baja hypereutectoid

Gb. 1.5 Penggolongan baja berdasar kadar karbon

Baja eutectoid (0,8% C) jika didinginkan dari temperatur


austenisasinya, maka pada saat mencapai titik-titik sepanjang garis
eutektoid akan bertransformasi menjadi suatu campuran eutectoid
yang disebut PERLIT. Jika baja hypoeutektoid didinginkan dari
temperatur austenisasinya , maka pada saat mencapai garis MO

4
(Gb.1.6), ferit akan terbentuk disepanjang batas butir austenit.
Sebagai contoh baja dengan kadar karbon 0,4% C, jika didinginkan
dari temperatur austenisasinya pada saat mencapai garis MO
transformasi akan dimulai.

Gb. 1.6 Trasformasi fasa baja 0,4% C,

Pengintian ferit akan terjadi dibatas butir austenit dan mulai saat
itu, paduan Fe-C memasuki daerah dua fasa. Jika pendinginan yang
lambat tersebut diteruskan ke titik C, ferit akan tumbuh. Pada
723 oC, struktur baja dititik C terdiri dari austenit (0,8% C) dan
ferit (0,025% C). Karena kelarutan karbon sangat rendah, maka pada
saat pertumbuhan ferit akan disertai “pembuangan” karbon ke
austenit yang masih tersisa sehingga fasa austenit menjadi semakin
kaya dengan karbon. Pendinginan lanjut dari baja tersebut pada saat
melalui temperatur eutektoidnya (pada titik d) austenit yang tersisa
akan bertrasformasi menjadi suatu campuran ferit dan sementit yang
berbentuk lamellar (serpih). Dengan demikian baja dengan kadar
karbon 0,4% C pada titik d akan terdiri dari ferit dan perlit.
Pendinginan lebih lanjut sampai ke temperatur kamar tidak akan

5
mempengaruhi struktur mikro yang sudah ada. Pada saat dipanaskan
akan terjadi trasformasi yang berlangsung kebalikannya dari apa apa
yang telah diuraikan diatas.
Jumlah perlit yang ada pada setiap jenis baja sangat tergantung pada
kadar karbonnya, sbg contoh baja dengan 0,25% C akan memiliki
sekitar 25% perlit, sedangkan baja dengan 0,4% C akan memiliki
sekitar 50% perlit. Struktur mikro dari baja hypoeutektoid hasil
dari proses pendinginan yang lambat ditunjukkan pada Gb 1.7 dibawah

Gb. 1.7 Struktur mikro baja hypereutectoid, ferrite (area putih)


dan pearlit (area gelap)

Baja hypereutectoid didinginkan dari temperatur austenisasinya akan


terjadi pemisahan sementit pada batas butir austenit disepanjang
garis SE (Gb 1.8). Sebagai contoh baja 1,2% C diaustenisasi dan
didinginkan perlahan-lahan dari dari titik g, pada saat mencapai titik
h, akan terjadi pemisahan sementit. Dengan adanya pembentukan
sementit kadar karbon di austenit akan berkurang dan penurunan
kadar karbon tersebut terus berlanjut sampai mendekati temperatur
723 oC.

6
Gb. 1.8 Transformasi fasa saat pendinginan baja 1,2% C

Pada titik i struktur baja akan terdiri dari campuran austenit


(0,8%C) dan sementit (6,67%C) dimana sementitnya terbentuk
disepanjang batas butir austenit. Pendinginan lebih lanjut dari baja
tersebut melalui temperatur eutektoidnya (pada titik j) akan
mengubah seluruh austenit yg masih tersisa mjd perlit.
Dengan diagram fasa Fe-C dimungkinkan untuk memilih temperatur
pemanasan yang sesuai utk setiap proses perlakuan panas baik proses
anil, normal ataupun proses pengerasan. Temperatur-temperatur
dimana terjadi perubahan fasa padat ke fasa padat yang lain pada
diagram fasa Fe-C disebut titik kritik.

3. Pengaruh Unsur Paduan Terhadap Diagram Fasa Fe-C


Penambahan unsur-unsur paduan terhadap paduan Fe-C akan
berpengaruh terhadap batas-batas fasa sedemikian sehingga rentang
temperatur tertentu dibawah titik eutectoid A1 untuk jangka waktu yg
tertentu pula sampai seluruh austenit bertrasformasi. Proses
transformasi dari austenit pada baja yang bersangkutan diamati dan
dipelajari dg mikroskop.
Produk yg diperoleh dari transformasi austenit dikelompokkan kedalam
tiga kelompok:
a. Rentang A1 sampai 550o C akan terbentuk perlit
b. Dibawah 550o C hingga 450o C akan terbentuk upper bainit
c. Temperatur 250o C akan terbentu lower bainit.

7
Pada diagram TTT, kurva B menyatakan awal dari transformasi
austenit, sedangkan kurva E menyatakan waktu yang diperlukan untuk
mentransformasikan seluruh austenit. Daerah kurva B menyatakan
periode inkubasi dimana transformasi austenit belum dimulai. Terlihat
bahwa proses transformasi paling cepat terjadi pada temperatur
sekitar 550o C, dimana transformasi dapat berlangsung kurang dari
satu detik dan waktu 5 detik seluruh fasa austenit sudah
bertrasformasi. Ini menunjukkan bahwa laju pendinginan untuk
memperoleh martensit atau bainit harus cepat, dan ini hanya terjadi
dengan dicelup kedalam air.
Perlit yang terbentuk pada temperatur lebih tinggi (coarse pearlit)
kekerasannya lebih rendah daripada perlit yang halus (fine perlit).
Bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi (upper bainit)
memiliki kekerasan yang lebih rendah dibanding dengan bainit yang
terbentuk pada temperatur yang lebih rendah (lower bainit). Struktur
bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi relativ
berbeda dg struktur bainit yg terbentuk pada temperatur rendah.
Martensit terbentuk pada temperatur sekitar 200o C (Ms) dan terus
berlangsung sampai temperatur mencapai 29 o C (Mf). Pembentukan
martensit dikaitkan dg waktu pada diagram dinyatakan dg garis
horizontal.

Gb. 1.9 Diagram TTT

4. Transformasi Pada Pendinginan Yang Kontinyu


Diagram pendinginan yang kontinyu (CCT) mirip dg diagram isothermal
(IT). Gb 1.10 menunjukkan suatu diagram yang dimodifikasi dan

8
menampilkan diagram CCT dan IT, dan terlihat beberapa contoh
pendinginan yang berbeda dan menghasilkan fasa yang berbeda.

Gb. 1.10 Variasi struktur mikro karena perbedaan pendinginan


Pada baja eutektoid

5. Struktur Metallografi dan Kaitannya dengan Sifat


Struktur mikro dan sifat yang berbeda dari baja dapat dihasilkan dari
perlakuan panas dan pendinginan yang berbeda. Jika permukaan suatu
spesimen dipersiapkan dengan baik, struktur mikronya dapat diamati
dengan mikroskop dan akan terlihat struktur mikro yang berbeda-
beda. Struktur yang akan ada pada baja adalah : ferit, perlit, bainit,
martensit, sementit dan karbida lainnya.
Ferit : larutan padat karbon dan unsur paduan lainnya pada besi kubus
pusat badan, yang terbentuk pada proses pendinginan lambat dari
austenit baja hypoeutektoid pada saat mencapai A3, yang bersifat
sangat lunak (70 – 100 BHN), ulet dan memiliki konduktifitas yang
tinggi.

Gb. 1.11 Struktur ferrite

9
Sementit : senyawa besi dengan karbon yang umum dikenal sebagai
karbida besi dengan rumus kimia Fe3C, dengan sel satuan orthorombik
dan bersifat keras (65-68 HRC). Pada struktur hasil anil karbida
tersebut berbentuk bulat dan tertanam dalam matrik ferit yang lunak
dan dapat berfungsi sebagai pemotong geram shg dapat meningkatkan
mampu mesin dari baja yang bersangkutan.

Gb. 1.12. Struktur pearlit (dark area) dan sementit (white area)

Perlit : campuran sementit dan ferit yang memiliki kekerasan sekitar


10-30 HRC. Jika baja eutectoid diaustenisasi dan didinginkan dg cepat
ke suatu temperatur dibawah A1, missal temperatur 700o C dan
dibiarkan pada temperatur tersebut shg tjd transformasi isothermal,
maka austenit akan mengurai dan membentuk perlit melalui proses
pengintian (nukleasi) dan pertumbuhan. Perlit yg terbentuk berupa
campuran ferit dan sementit yg tampak seperti pelat-pelat yg
tersusun bergantian (Gb 1.13)

10
Gb. 1.13 Pearlit lamellar

Bainit : suatu fasa yg diberi nama sesuai nama penemunya yaitu E.C.
Bain, yg merupakan fasa yg kurang stabil (metastabil) yg diperoleh dari
austenit pada temperatur yang lebih rendah dari temperatur
transformasi ke perlit dan lebih tinggi dari temperatur transformasi
ke martensit. Sebagai contoh jika baja eutectoid yang diaustenisasi
didinginkan dg cepat ke temperatur sekitar 250-500o C, dan dibiarkan
pada temperatur tsb, hasil transformasinya adalah berupa struktur yg
terdiri dari ferit dan sementit tetapi bukan perlit. Struktur tsb
dinamai Bainit. Kekerasan bainit bervariasi antara 45-55 HRC
tergantung pada temperatur transformasinya. Ditinjau dari
temperatur transformasinya, jika terbentuk pada temperatur yang
relative tinggi disebut upper bainit sedangka jika terbentuk pada
temperatur yang lebih rendah disebut sbg lower bainit. Struktur upper
bainit seperti perlit yang sangat halus, sedangkan lower bainit
menyerupai martensit temperaturer.

Martensit : fasa yg ditemukan oleh A. Martens, yg merupakan larutan


padat dari karbon yang lewat jenuh pada besi alfa shg latis-latis sel
satuannya terdistorsi. Sifatnya sangat keras dan diperoleh jika baja
dari temperatur austenisasi didinginkan dengan laju pendinginan yang
lebih besar dari laju pendinginan kritiknya.

Dalam paduan besi karbon dan baja, austenit merupakan fasa induk dan
bertransformasi mjd martensit pada saat pendinginan. Transformasi
ke martensit berlangsung tanpa difusi shg komposisi yg dimiliki oleh
martensit sama dg komposisi austenit (Gb 1.14 dan 1.15) sesuai dg

11
komposisi paduannya. Sel satuan martensit adalah tetragonal pusat
badan (BCT).

Pembentukan martensit berbeda dg pembentukan perlit dan bainit,


dan secara umum tidak tergantung pada waktu. Dari diagram
transformasi terlihat martensit mulai terbentuk pada temperatur
sekitar 200o C (Ms), (Gb 1.14). Jika pendinginan dilanjutkan austenit
akan bertransformasi ke martensit. Makin rendah temperatur makin
banyak austenit yang bertransformasi ke martensit dan pada
temperatur 29o C (Mf) pembentukan martensit berakhir.

Gb. 1.14 Diagram TTT

Disamping karbon, unsur-unsur seperti Mn, Si, Ni, Cr, Mo dan W juga
menggeser temperatur Ms. Penurunan titik Ms sebanding dg jumlah
unsur yang larut dalam austenit (Gb. 1.15).

Gb.1.15 Pengaruh unsur paduan terhadap pembentukan martensit

12
Struktur martensit tampak seperti jarum (Gb. 1.16) atau pelat-pelat
halus. Halus kasarnya jarum tergantung ukuran butir dari austenit,
jika butir austenit besar, maka martensit yg terbentuk juga akan
kasar. Pembentukan martensit diiringi kenaikan volume spesifik
sekitar 3%, yang menyebabkan mengapa timbul tegangan pada saat
dikeraskan dan dapat menyebabkan distorsi bahkan retak.

Gb.1.16 Struktur mikro martensit

Martensit bersifat keras karena latis besi mengalami regangan yang


tinggi akibat adanya atom-atom karbon. Berdasarkan hal ini kekerasan
martensit sangat dipengaruhi oleh kadar karbon. Kekerasan berkisar
antara 20-67 HRC (Gb 1.17).

Gb. 1.17 Variasi kekerasan martensit karena


pengaruh kadar karbon

Karbida : Senyawa yang terbentuk dari unsur-unsur paduan (karbon,


chrom, wolfram, molibden, vanadium) untuk meningkatkan ketahanan
baja terhadap keausan dan memelihara stabilitas baja tsb pada
temperatur tinggi. Banyaknya karbida sangat tergantung pada

13
prosentase karbon dan unsur paduan serta tergantung pada jenis
karbida yg akan terbentuk.
Karbida sementit, adalah karbida besi (Fe3C), terdapat pada baja dg
kekerasan 910-1050 HV.
Karbida Chrom kompleks M23C6, (Cr, Fe, Mo, W, V)23C6, terdapat pada
baja dg Cr lebih dari 3-4%, dg kekerasan antara 1000-1100 HV.
Karbida W-Mo kompleks (W, Mo, Cr, V)6C, merupakan karbida utama
yang ada pada semua jenis baja HSS dan Hot-Worked. Kekerasannya
antara 1200-1300 HV.
Karbida Vanadium (MC), karbida ini memiliki kekerasan sekitar 2000
HV, yang larut dalam austenit pada temperatur sekitar 1100-1150o C.

6. Mampu Keras (Hardenability)


¾ Mampu keras merujuk pada sifat baja yang menentukan dalamnya
pengerasan sebagai akibat proses quench dari temperatur
austenisasinya. Mampu keras tidak dikaitkan dengan kekerasan
maksimum yang dapat dicapai oleh beberapa jenis baja. Kekerasan
permukaan dari suatu komponen terbuat dari baja tergantung pada
kadar karbon dan laju pendinginan.
¾ Mampu keras suatu komponen tergantung pada beberapa factor
seperti : ukuran komponen, bentuk dan kondisi pengoperasiannya.
¾ Mampu keras baja sangat dipengaruhi oleh kadar karbon dan unsur-
unsur paduan. Penambahan unsur paduan memungkinkan juga untuk
mengeraskan benda kerja dengan penampang yang lebih besar.
Penggunaan tungku garam lebih disukai daripada mengquench langsung
dg air karena dapat memperkecil timbulnya distorsi retak.

14

Anda mungkin juga menyukai