Anda di halaman 1dari 35

SISTEM KESETIMBANGAN Fe-C

Diagram fasa Fe-C sangat penting di bidang metalurgi karena sangat bermanfaat di dalam
menjelaskan perubahan-perubahan fasa Baja (paduan logam Fe-C). Baja merupakan logam yang
banyak dipakai di bidang teknik karena kekuatan tarik yang tinggi dan keuletan yang baik.
Paduan ini mempunyai sifat mampu bentuk (formability) yang baik dan sifat-sifat mekaniknya
dapat diperbaiki dengan jalan perlakuan panas atau perlakuan mekanik. Untuk memudahkan di
dalam memahami paduan Fe-C, terlebih dahulu akan dibahas sifatsifat besi murni (Fe).

Besi Murni (Fe)

Besi murni bersifat allotropy yaitu mempunyai berbagai bentuk kristal. Titik lebur besi sekitar
1539 °C. Sedikit di bawah suhu 1539 °C, besi cair mulai membeku dan membentuk fasa padat
dengan struktur kristal bcc. Fasa padat ini dinamakan besi-S atau ferit-8 sampai suhu sekitar
1401 °C. Pada suhu antara 1401-910 °C, struktur kristal besi berubah menjadi fcc yang
dinamakan austenit ). Selanjutnya di bawah 910 °C , struktur kristal besi kembali ke(besi- bcc
dalam bentuk ferit α.

Gambar 1.1. Pendinginan pada besi murni

Di samping itu sifat magnet besi akan hilang jika dipanaskan pada suhu di atas 768 °C. Suhu ini
biasanya dinamakan Currie point.

Diagram Fasa Fe-C

Baja adalah logam paduan Fe-C dengan kadar C<2% sedangkan untuk paduan dengan C>2%
dinamakan besi tuang (cast iron). Sifat-sifat baja sangat dipengaruhi oleh kadar C.
Gambar 1.2. Diagram fasa Fe-C

Diagram fasa mempunyai 3 titik invarian yaitu titik peritectic (pada suhu 1493 °C), titik eutectic
(pada suhu 1147°C dan C=4,3%) dan titik eutectoid (pada suhu 723 °C dan C=0,8%). Titik-titik
invarian ini terdiri dari 3 fasa yang berada dalam kesetimbangan :
 =1. Reaksi peritectic : L +

+ Fe3C2. Reaksi eutectic : L =

3. Reaksi eutectoid : y = α + Fe3C

), ferit-a dan cementite (Fe3C)., austenit (Jadi fasa-fasa pada diagram Fe-C adalah fasa cair L,
ferit-
Berdasarkan kadar C, baja dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : baja eutectic, hypoeutectoid
dan baja hypereutectoid.

Baja Eutectoid

Jika baja eutectoid dengan kadar C=0,8 % didinginkan dari suhu misal 800 °C sampai suhu
kamar, maka akan terjadi serangkaian perubahan fasa (transformasi fasa) seperti pada gambar 1.3
di bawah.
Gambar 1.3. Baja eutectoid

Saat suhu mencapai 723 °C, reaksi = α + Fe3C . Stuktur mikro yangeutectoid terjadi menurut
persamaan : terbentuk berupa lapisan a (ferrite) dan cementite (Fe3C). Struktur ini dinamakan
perlit (pearlite). Struktur perlit ini disebabkan karena (0,8 %C), ferit (0,02 %C) danperbedaan
konsentrasi C antara fasa cementite (6,7 %C) sehingga terjadi difusi. Atom-atom karbon pada
ferit sehingga membentukakan bergerak menuju interface/batas antara Fe3C/ fasa Fe3C.

Baja Hypoeutectoid

Baja hypoeutectoid adalah baja dengan kadar C antara 0,02-0,76 %. Jika baja dengan kadar Co =
0,4 %C didinginkan dan suhu 900 °C (titik a) pada gambar 1.4 maka akan terjadi perubahan
struktur mikro sbb. :
Pada suhu 900 °C, baja dalam bentuk austenit. Jika suhunya turun sampai titik b, ferit mulai
tumbuh pada butir austenit. Ferit ini dinamakan proeutectoid ferrite. Pendinginan selanjutnya
pada suhu c menyebabkan bertambahnya jumlah proeutectoid ferrite sampai semua batas butir
austenit dipenuhi proeutectoid ferrite. Pada suhu di bawah 723 °C (titik d), sisa austenit berubah
menjadi perlit menurut reaksi :
= α + Fe3C (perlit)

Jadi struktur akhir berupa ferit pada batas butir (proeutectoid ferrite) dan perlit.
Gambar 1.4. Baja hypoeutectoid

Baja hypereutectoid adalah Baja dengan kadar C antara 0,8-2,14 %. Perubahan fasa yang terjadi
selama pendinginan dapat dijelaskan sbb. :

Gambar 1.5. Baja hypereutectoid

Pada titik a, baja hypereutectoid berada dalam bentuk austenit. Jika suhu turun sampai titik b,
cementite (Fe3C) mulai terbentuk sepanjang batas butir austenit. Pada titik b, jumlah cementite
bertambah sampai batas butir austenit tertutupi oleh cementite. Di bawah suhu eutectoid, sisa
austenit akan berubah menjadi perlit. Hasil akhir berupa cementite yang terbentuk sebelum
reaksi eutectoid (dinamakan proeutectoid cementite) dan perlit.

TRANSFORMASI ISOTHERMAL BAJA EUTECTOID


Jika baja karbon eutectoid ( C = 0,8 %) dipanaskan sampai mencapai fasa austenit kemudian
didinginkan secara cepat dalam garam cair (salt bath) pada suhu sedikit di bawah suhu eutectoid
dan dipertahankan suhunya tetap (isothermal) dengan waktu penahanan yang berbeda-beda
kemudian dicelup (quench) ke dalam air atau brine maka akan didapatkan serangkaian
transformasi fasa dari austenit menjadi perlit seperti pada gambar 1.6 di bawah.

Gambar 1.6 Eksperimen untuk menentukan perubahan struktur mikro selama proses transformasi
isothermal

Jika eksperimen di atas diulang dengan suhu yang berbeda-beda maka akan didapatkan diagram
T-T-T (time temperature transformation) atau disebut juga diagram IT (isothermal
transformation) seperti pada gambar 1.7 di bawah.

Gambar 1.7. Diagram transformasi isothermal untuk baja karbon eutectoid

Jika baja eutectoid dicelup dari fasa austenit ke interval suhu berikut maka struktur mikroyang
terbentuk adalah :
perlit550-723 °C : austenit

bainit250-550 °C : austenit

martensitSuhu kamar : austenit


perlit (α+Fe3C)Transformasi
Jika baja eutectoid dicelup dari fasa austenit dicelup dari fasa austenit ke suhu antara 723 550 °C
maka akan terbentuk perlit melalui proses pengintian (nucleation) dan pertumbuhan (growth).
Mekanisme transformasi (α+Fe3C) seperti terlihat pada gambar 1.8 di bawah. perlit

perlit (α+Fe3C)Gambar 1.8. Mekanisme transformasi

Pada gambar 1.8 di atas terlihat bahwa mula-mula cementite (Fe3C) tumbuh dalam bentuk
lapisan (lamella). Kadar C pada daerah austenit di dekat Fe3C mengalami penurunan karena
terjadi perpindahan atom-atom C sehingga menjadi α-Fe sedangkan daerah dimana
perlitterjadi penumpukan C akan membentuk Fe3C. Laju trasnformasi (α+Fe3C) biasanya
dinyatakan dengan kurva yang berupa fraksi austenit yang telah berubah menjadi perlit, f sebagai
fungsi dari waktu t seperti terlihat pada gambar 1.9. di bawah.

Gambar 1.9. Kurva reaksi isothermal baja eutectoid

Kurva di atas berbentuk sigmoidal dimana pada tahap awal, transformasi berjalan lambat dan
tahap ini merupakan waktu inkubasi (incubation time). Pada tahap kedua, laju transformasi
meningkat karena terjadi pengintian dan pertumbuhan perlit sedangkan pada tahap akhir terjadi
penurunan laju transformasi karena kecepatan pengintian turun dan perlit yang h tu u satu dengan
lainnya. Laju transformasi ini dinyatakan den Per ehl sebagia berikut :
1−
dengan f adalah fraksi austenit yang telah menjadi perlit, N adalah laju pengintian, G laju
pertumbuhan dan t adalah waktu transformasi. Secara umum laju transformasi dinyatakan
dengan Persamaan Johnson-Mehl-Avrami (JMA) yaitu :
f =1- exp( -ktn)

dengan k adalah konstanta kecepatan (rate constant) dan n adalah eksponen Avrami. Pada
umumnya perlit lebih lunak dari martensit atau bainit tetapi lebih keras dari ferit. Tegangan luluh
perlit sangat dipengaruhi oleh jarak antar lamellar S yaitu :
σy (MPa) =139 +46,4S-1

MARTENSITTRANSFORMASI AUSTENIT

Sifat-sifat Transformasi Austenit -+ Martensit

Jika baja eutectoid (Fe-0,8 %C) didinginkan secara cepat dari fasa austenit hingga laju
pendinginan tidak memotong bagian ‘hidung’(nose) dari kurva T-T-T maka akan terbentuk
struktur martensit pada suhu di bawah 220 °C. Martensit adalah larutan padat lewat jenuh C
dalam ferit-a dan bersifat metasable.

Gambar 1.10. Diagram transformasi isothermal untuk baja eutectoid dengan laju pendinginan
cepat yang menghasilkan martensit

Sifat-sifat transformasi :

1. Struktur martensit tergantung pada kandungan C dalam baja. Jika kadar C sekitar 0,2 % maka
akan terbentuk bilah (lath) sedangkan untuk baja dengan kadar C tinggi akan terbentuk pelat
(plate).
2. Transformasi y-+martensit tidak berlangsung secara difusi (diffusionless) karena transformasi
berlangsung cepat sehingga atom-atom tidak mempunyai waktu bergerak
3. Selam transformasi berlangsung tidak terjadi perubahan fasa antara fasa induk (austenit)
dengan fasa baru (martensit).

4. Struktur kristal yang terbentuk oleh transformasi martensit akan berubah dari struktur body
centre cubic (BCC) menjadi body centre tetragonal (BCT) jilca kandungan C meningkat.

5. Transformasi martensit pada baja mulai pada suhu MS dan jika persentase austenit yang
berubah menjadi martensit meningkat sampai transformasi berakhir pada suhu Mf
6. Pada baja karbon tinggi, martensit pelat (plate martensite) terbentuk melalui transformasi
geser (displacive transformation).

Morfologi Martensit

Martensit bilah (lath martensite) terbentuk jika kadar C dalam baja sampai 0,6 % sedangkan di
atas 1 %C akan terbentuk martensit pelat (plate martensite). Perubahan dari tipe bilah ke pelat
terjadi pada interval 0,6 %<C<1,08 %.

Gambar 1.11. Morfologi martensit : (a) martensit bilah dan (b) martensit pelat

Martensit bilah (tipe I)

Martensit bilah terdiri dari kelompok-kelompok bilah yang dipisahkan oleh batas butir bersudut
kecil atau besar. Struktur ini mempunyai kerapatan dislokasi (dislocation density) tinggi.

Martensit pelat (tipe II)


Martensit jenis ini berbentuk pelat seperti jarum dan kadang-kadang dikelilingi oleh austenit sisa
(retained austenite). Ukuran pelat bervariasi dan mempunyai struktur kembaran (twin) yang
sejajar.

Mekanisme Terbentuknya Martensit

Transformasi martensit berlangsung tanpa difusi dimana tidak terjadi redistribusi atau pertukaran
atom akan tetapi berlangsung melalui pergeseran atom-atom secara serentak pada jarak tempuk
tidak lebih dari jarak antar atom (lattice spacing). Sifat- sifat martensit adalah :
1. Derajat tetragonality (sifat tetragonal) meningkat jika %C dalam baja meningkat.

2. Peningkatan kadar C menyebabkan perubahan morfologi martensit disertai perubahan


deformasi dari mekanisme slip ke kembaran. Perubahan struktur mikro dari austenit (struktur
FCC) menjadi martensit (struktur BCT) dapat dijelaskan dengan gambar 1.12 di bawah.
Gambar 1.12. Panjang kisi kristal (lattice parameter) austenit dan martensit sebagai fungsi kadar
C

Dari grafik di atas terlihat bahwa sifat .tetragonal (c/a») meningkat jika kadar C dalam baja
meningkat dan dapat dinyatakan dengan persamaan :

c/a =1+ 0,045.%C

Besi murni (C=0%) mempunyai harga c/a = 1 atau c = a sehingga martensit tak akan terbentuk
pada besi murni.

Mekanisme Kembaran (Twinning) Pada Pembentukan Martensit

Mekanisme kembaran terjadi jika kadar C dalam baja tinggi. Pada reaksi ini timbul energi
regangan elastis yang harus diakomodasi pada batas kembaran-matriks yang koheren supaya
tidak terjadi retak pada pelat martensit. Perubahan bentuk yang terjadi selama pembentukan pelat
martensit dapat dilihat pada gambar 1.13. di bawah.

Gambar 1.13. Pembentukan martensit melalui mekanisme twinning

TRANSFORMASI AUSTENIT BAINIT

Jika baja eutectoid didinginkan secara cepat pada fasa austenit ke suhu antara 250- 550 °C dan
ditahan pada interval suhu tersebut (isothermal) maka akan terbentuk struktur mikro yang
dinamakan bainit sesuai dengan nama penemunya, yaitu Dr. E.C. Bain.
Gambar 1.14. Diagram transformasi isothermal untuk baja eutectoid dengan lintasan pendinginan
yang menghasilkan bainit

Bainit adalah struktur mikro hasil dari reaksi eutectoid non lamellar sedangkan perlit dihasilkan
dari reaksi eutectoid lamellar. Bainit merupakan struktur mikro yang merupakan campuran fasa
ferit dan cementite (Fe3C). Pada suhu 350-550 °C akan terbentuk bainit atas (upper bainit)
sedangkan pada 250-350 °C akan terbentuk bainit bawah (lower bainit).

Bainit Bawah

Karena bainit terbentuk pada suhu yang rendah maka laju difusi rendah pula sehingga karbida
besi akan mengendap di dalam pelat ferit. Karbida besi ini membentuk sudut 55° dengan sumbu
panjang ferit. Bainit bawah tidak menunjukkan adanya kembaran (twinning) dan mekanisme
terbentuknya bainit bawah identik dengan struktur mikro yang dihasilkan oleh martensit yang
mengalami proses temper, yaitu ferit lewat jenuh terbentuk melalui mekanisme geser (shear) dan
diikuti dengan endapan karbida di dalam ferit.

Bainit Atas

Bainit atas terbentuk pada suhu antara 350-550 °C. Pada baja eutectoid, bainit atas terdiri dari
fasa cementite dan ferit tetapi bentuk cementite seperti batang (rod) bukan pelat atau lamellae.
Bainit tersusun atas ferit yang berbentuk bilah (lath) sejajar dengan sumbu panjang dan
cementite mengendap pada batas butir.
Gambar 1.15. Bainit atas

Gambar 1.16. Bainit bawah

ANNEALING DAN NORMALIZING PADA BAJA KARBON

Kebanyakan logam paduan yang akan dipakai untuk aplikasi teknik harus mempunyai kombinasi
kekuatan (strength) dan keuletan (ductility) yang baik. Kekuatan logam dapat dilakukan dengan
cara memberi pengerjaan dingin (cold working) yang menghasilkan peningkatan dislokasi
sedangkan keultan logam dapat dilakukan dengan proses annealing (pelunakan)
Gambar 1.17. Interval suhu untuk annealing pada baja karbon

Annealing menyebabkan struktur logam yang telah mengalami distorsi karena pengerjaan dingin
kembali ke bentuk yang lunak dengan sedikit dislokasi. Annealing terbagi menjadi 2 yaitu full
annealing (pelunakan penuh) dan process annealing (pelunakan proses).

Full Annealing

Dilakukan dengan cara memanaskan 25 °C di atas Ac3 dan ditahan beberapa lama kemudian
didinginkan secara lambat ke suhu kamar.

Process Annealing

Biasanya untuk baja hypoeutectoid (0,3 %C) dan dilakukan dengan cara memanaskan di bawah
suhu kritis (550-650 °C) ditahan beberapa lama dan didinginkan pada kecepatan yang
diinginkan. Proses ini digunakan untuk pembebasan tegangan sisa (stress relief).

Gambar 1.18. Proses recovery-rekristalisasi-pertumbuhan butir

Selama proses annealing terjadi perubahan struktur mikro sebagai berikut :

Recovery : Pada proses ini, logam yang telah mengalami perlakuan dingin dipanaskan sehingga
terjadi perubahan susunan dislokasi menjadi susunan dengan energi rendah.
Rekristalisasi : Pada proses ini terbentuk butir baru bebas regangan. Butir ini terbentuk
oleh perpindahan batas butir yang mempunyai mobilitas tinggi.

Pertumbuhan : Struktur yang telah mengalami rekristalisasi akan berlanjut sampai terbentuk
Normalizing

Normalizing adalah proses dimana baja dipanaskan 40 °C di atas Ac3 atau Acm pada waktu
tertentu kemudian didinginkan di udara. Tujuan normalizing

1. Memperhalus butir atau membuat austenit menjadi homogen saat baja dipanaskan untuk
keperluan pengerasan (hardening) atau full anneling.
2. Mengurangi pemisahan (segregation) pada logam cor atau penempaan (forging) sehingga
menghasilkan struktur yang homogen.

3. Memperkeras baja.

Pengerasan Celup (Quench Hardening) dan Tempering

Quench

Kekerasan maksimum pada baja karbon dapat dicapai dengan pemanasan sampai fasa austenit
kemudian dicelup (quench) pada laju pendinginan di atas nilai kritisnya sehingga terbentuk
martensit yang keras, akan tetapi proses quenching dapat menyebabkan terjadinya tegangan sisa
karena beda suhu antara bagian luar (permukaan) dan dalam dari benda kerja. Media celup yang
dipakai dapat berupa air atau minyak.

Tempering
Proses tempering dilakukan dengan cara memanaskan baja yang telah dicelup (struktur
martensit) di bawah suhu eutectoid sehingga menjadi lunak dan ulet. Proses quenching-
tempering seperti pada gambar 1.19. di bawah.

Gambar 1.19. Proses quenching-tempering untuk baja karbon

Suhu temper sangat mempengaruhi struktur mikro dan kekerasan baja karbon. Selama proses
tempering terjadi reaksi-reaksi berikut :
1. Pemisahan (segregation) atom C

2. Pengendapan karbida
3. Penguraian austenit sisa

4. Recovery dan rekristalisasi

Segregasi Karbon

Proses tempering pada suhu 25-100 °C menyebabkan redistribusi C ke posisi atau tempat dengan
energi rendah yaitu ruang antar atom (lattice site) dekat dislokasi.

Endapan Karbida (Carbide Precipitation)

Pemanasan martensit pada suhu 100-200 °C - carbideatau (Fe2-3C, HCP)


sedangkanmenyebabkan terjadinya endapan pada suhu antara 200-300 °C menghasilkan Hagg
carbide (Fe5C2, monoclin). Pada interval suhu 250-700 °C akan terbentuk cementite (Fe3C,
orthorhombic). Cementite ini tumbuh pada batas bilah-bilah martensit dan pada batas butir ferit.
Pada suhu antara 400-600 °C, karbida dalam bentuk bilah bergabung dan membentuk
spheroidite.

Penguraian Austenit Sisa

Austenit sisa hanya terdapat pada baja karbon dengam %C lebih besar dari 0,4 % sehingga
banyak terdapat pada baja karbon sedang dan tinggi.

Recovery dan Rekristalisasi

Recovery terjadi pada suhu 400 °C dan selama recovery, dislokasi akan mengalami perubahan
susunan dengan energi rendah dan menghasilkan butir halus. Rekristalisasi terjadi pada suhu 600
°C dan menghasilkan struktur ferit dengan bentuk poligonal (equiaxed). Suhu temper pada Fe-C
tidak banyak mempengaruhi kekerasan jika suhunya 200 °C akan tetapi di atas suhu ini
kekerasan turun secara gradual.

Gambar 1.20. Diagram kekerasan martensit (0,026-0,39 %C) yang ditemper pada suhu 100-700
°C selama 1 jam Pengaruh Ukuran Butir
Ukuran butir biasanya dinyatakan menurut ASTM grain size number atau indeks ASTM dan
diyatakan dengan persamaan :

n = 2 N-1

dengan n jumlah butir tiap ini pada perbesaran 100X. Pada baja karbon rendah dengan struktur
mikro ferit, ukuran butir sangat berpengaruh terhadap tegangan luluh dimana semakin kecil
ukuran butir kekuatan tarik akan meningkat. Hal ini disebabkan karena butir keel
berarti mempunyai batas butir yang banyak dan batas butir ini menghambat gerakan dislokasi.
Hubungan antara tegangan luluh dan ukuran butir dinyatakan oleh persamaan HallPetch, adalah
tegangan luluh, tegangan friksi, k konstantayaitu : dengan σ dan d diameter butir.

Pengaruh Ukuran Butir Austenit

Jika baja hypoeutectoid dengan ukuran butir kecil didinginkan secara lambat (pendinginan
udara) dari fasa austenit maka akan terbentuk proeutectoid ferrite pada batas butir austenit dan
terjadi pembuangan C ke pusat butir melalui difusi dan sisa austenit berubah menjadi perlit
sampai suhu kamar.

Gambar 1.21. (a) Proeutectoid ferrite tumbuh pada butir austenit kecil dan (b)
Ferit Widmanstatten dihasilkan dari butir austenit besar

Jika butir austenit cukup besar dibanding ukuran proeutectoid ferrite maka pada proeutectoid
ferrite akan tumbuh ferit Widmanstatten menuju ke dalam butir sebagai akibat dari kondisi butir
austenit yang jenuh dengan C.

AUSTEMPERING DAN MARTEMPERING Austempering


Austempering adalah proses perlakuan panas isothermal yang menghasilkan struktur mikro
berupa bainit. Austempering dilakukan dengan cara memanaskan baja sampai terbentuk austenit
kemudian dicelup ke dalam garam cair (salth bath) pada suhu di atas suhu terbentuknya martensit
(Ms), ditahan beberapa lama kemudian didinginkan di udara.
Gambar 1.22. Proses austemper pada baja karbon eutectoid

Austempering biasanya digunakan sebagai pengganti perlakuan quenching-tempering untuk :


1. meningkatkan keuletan dan ketangguhan

2. menghindari terjadinya retak dan distorsi karena quenching

Martempering (Marquenching)

Martempering merupakan modifikasi dari perlakuan quenching dan bertujuan untuk mengurangi
terjadinya distorsi.

Gambar 1.23. (a) Proses martempering dan (b) modifikasinya

Perlakuan martempering terdiri dari : (1) pemanasan sampai fasa austenit diikuti dengan (2)
pencelupan ke dalam minyak panas atau garam cair sedikit di atas atau di bawah suhu MS dan
(3) ditahan pada suhu konstan beberapa lama tetapi belum sampai terjadi reaksi bainit dan
akhirnya (4) pendinginan udara pada laju yang sedang untuk mengurangi beda suhu di bagian
permukaan dan tengah benda uji.

HARDENABILITY
Hardenability didefinisikan sebagai (1) kemampuan baja untuk membentuk martensit pada
proses pencelupan atau (2) sifat baja yang menentukan kedalaman dan distribusi kekerasan pada
proses quenching. Hardenability dipengaruhi oleh faktor berikut :
1. komposisi kimia baja
2. ukuran butir austenit

3. struktur baja sebelum quenching

Hardenability dapat diukur dengan metode Grossmann atau Jominy End Quench Test.

Metode Grossmann

Pada metode ini, hardenability diukur dengan mencelupkan spesimen berbentuk silinder dengan
diameter yang bervariasi ke dalam media quenching setelah pemanasan sampai fasa austenit.
Batang silinder dengan 50 % martensit di bagian tengah digunakan acuan sebagai diameter kritis,
Do yang disebut juga diameter aktual. Diameter kritis aktual ini tergantung pada laju
pendinginan saat pencelupan atau jenis media quenching, misal air atau minyak sehingga Do
tidak mempunyai nilai mutlak untuk menyatakan hardenability. Untuk menghilangkan variabel
ini maka semua pengukuran hardenability didasarkan pada pencelupan ideal dan diameter yang
diperoleh dinamakan diameter kritis ideal (Di).

Gambar 1.24. Kekerasan pada penampang lintang batang Baja yang dicelup dengan pada
diameter yang berbeda

Pada kenyataannya tak ada media quenching ideal sehingga perbandingan antara media
quenching ideal dan aktual dinyatakan dengan koefisien H.
Gambar 1.25.Hubungan antara diameter kritis ideal D, , diameter kritis aktual D dan faktor H
Tabel 1.1. Faktor H untuk berbagai media celup

Metode Jominy End Quench Test

Pengukuran hardenability dengan metode Grossmann sangat rumit dan membutuhkan banyak
biaya sehingga dipakai cara lain yaitu Jominy End Quench Test seperti pada gambar 1.26 di
bawah.

Gambar 1.26. Pengujian hardenability menurut metoda Jominy

Pada pengujian ini digunakan spesimen dalam bentuk silinder dengan diameter 1 in dan panjang
4 ini. ditempatkan pada posisi Setelah proses austenitisasi, sampel menggantung diikuti dengan
semprotan dengan cepat air pada salah satu ujungnya. Setelah pendinginan selesai, permukaan
silinder dibuat datar untuk pengujian kekerasan sebagai fungsi dari jarakyang diukur dari ujung
yang di- quench. Pengujian hardenability pada berbagai jenis baja seperti terlihat pada gambar
1.27. di bawah
Gambar 1.27. Kurva hardenability untuk baja paduan dengan 0,40 %C

Baja 4340 mempunyai hardenability yang baik karena dapat mempertahankan kekerasan pada
jarak 2 in sedangkan pada baja 1040 nilai kekerasan turun drastis pada jarak 3/4 in sehingga
hardenability-nya tidak baik. Perubahan nilai kekerasan sepanjang jarak dari ujung yang di-
quench dapat dinyatakan dengan diagram CCT.

Hardenability dan Perlakuan Panas

Hardenability dipengaruhi oleh unsur paduan. Karbon dapat meningkatkan hardenability akan
tetapi jika persentasenya tinggi dapat menurunkan ketangguhan sehingga baja sukar dimesin dan
kemungkinan terjadinya retak dan distorsi saat perlakuan panas dan pengelasan menjadi tinggi.
Peningkatan hardenability yang paling ekonomis yaitu dengan memberikan mangaan (Mn)
sebesar 0,6% sampai 1,4 %. Chromium (Cr) dan molybdenum (Mo) juga efektif dalam
meningkatkan hardenability. Boron mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
hardenability dimana penambahan B sebesar 0,001 % dapat meningkatkan hardenability baja.
Hardenability tinggi tidak selalu diinginkan terutama untuk alat iris atau komponen mesin
lainnya yang membutuhkan permukaan yang keras dan tahan aus serta ketangguhan yang baik di
bagian dalam (inti). Selain itu pengerasan yang dangkal saat quenching menyebabkan tegangan
sisa tarik di bagian inti dan tegangan tekan pada permukaanya sehingga ketahanan lelah menjadi
tinggi karena adanya tegangan sisa tekan. Proses pencelupan dari austenit ke suhu kamar kadang-
kadang menyebabkan distorsi dan retak (quench cracking). Cacat ini disebabkan oleh terjadinya
tegangan sisa saat quenching yang terdiri dari :
1. Tegangan thermal yang timbul karena perbedaan laju pendinginan pada bagian permukaan dan
inti
2. Tegangan transformasi sebagai akibat dari perubahan volume saat transformasi dari austenit
ke fasa lain. Pengaruh tegangan thermal seperti terlihat pada gambar 1.29.
Gambar 1.29. Timbulnya tegangan thermal selama proses quenching

Dari gambar terliat bahwa beda suhu maksimum terjadi saat t1 seperti ditunjukkan oleh kurva A
akan tetapi karena adanya deformasi plastis, kurva tegangan-waktu sesungguhnya pada
permukaan seperti yang ditunjukkan oleh kurva B yang diimbangi oleh tegangan tekan pada inti
dan pada suhu kamar akan menghasilkan tegangan sisa.

BAJA KARBON

Baja merupakan paduan Fe-C dengan kandungan C kurang dari 2%. Berdasarkan persentase C,
baja dibedakan menjadi :
1. Baja karbon rendah (low carbon steels)

2. Baja karbon sedang (medium carbon steels)

3. Baja karbon tinggi (high carbon steels)

Baja juga digolongkan berdasarkan unsur paduan yaitu :

1. Plain carbon steels : hanya mengandung unsur C, Mn dan unsur unsur pengotor (impurities)
2. Baja paduan (alloy steels) : mengandung unsur-unsur paduan yang sengaja ditambahkan
dalam konsentrasi tertentu

Baja Karbon Rendah

Baja ini mempunyai kandungan C antara 0,10 sampai 0,25 % dan kurang sensitif terhadap
perlakuan panas sehingga untuk meningkatkan kekuatannya dilakukan pengerjaan dingin (cold
work). Struktur mikro baja ini berupa ferit dan perlit sehingga mempunyai keuletan dan
ketangguhan yang baik. Selain itu, baja ini mempunyai sifat mampu mesin (machinability) dan
sifat mampu las (weldability) yang baik. Berdasarkan kandungan C, baja paduan rendah
kekuatan tinggi atau high strength low alloy steel (HSLA) dapat dikelompokkan ke dalam baja
karbon rendah. Baja HSLA mengandung tembaga (Cu), vanadium (V), nikel (Ni) dan
molybdenum (Mo) dengan konsentrasi tidak lebih dari 10 %.
Baja Karbon Sedang

Kandungan C pada baja ini sekitar 0,25-0,60 %. Kekuatan baja ini dapat ditingkatkan dengan
cara memberi perlakuan panas dengan cara pemanasan sampai fasa austenit, quenching dan
tempering.

Baja Karbon Tinggi

Kandungan C pada baja ini sekitar 0,60-1,4 % sehingga bersifat keras, kekuatan tank tinggi
tetapi kurang ulet. Sebelum dipakai, baja ini biasanya diperkeras dan di- temper sehingga
menghasilkan baja tahan aus. Baja ini banyak digunakan untuk alat iris. Karena persentase C
yang tinggi maka pada baja ini biasanya terbentuk karbida seperti Cr23C6, V4C3 dan WC.

BAJA PADUAN

Meskipun baja karbon dapat dibuat dengan kekuatan tarik yang bervariasi, tergantung pada
kebutuhan, dengan biaya murah akan tetapi sifat-sifat mekanisnya tidak selalu memenuhi
persyaratan untuk aplikasi teknik sehingga dikembangkan baja paduan. Unsur-unsur paduan
pada baja dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan pengaruhnya terhadap diagram
kesetimbangan yaitu :
) pada diagram Fe-C.1. Unsur-unsur yang memperluas bidang austenit ( -stabilizer)Unsur-
unsur ini dinamakan penstabil austenit (
2. Unsur-unsur yang mempersempit daerah austenit. Unsur-unsur ini dinamakan penstabil ferit
(α-stabilizer). Pengaruh unsur paduan pada diagram Fe-C seperti terlihat pada gambar 1.30. di
bawah.

Gambar 1.30. Berbagai jenis diagram fasa baja paduan

Kelompok 1: Daerah y terbuka (open y-field)


Unsur-unsur pada kelompok ini diantaranya adalah Ni, Mn, Co dan logam mulia (inert) seperti
ruthenium (Re), rhodium (Rh), palladium (Pd), osmium (Os), iridium (Ir) dan platina (Pt). Jika
konsentrasi unsur-unsur ini tinggi maka akan terbentuk austenit meskipun pada suhu kamar.
Kelompok 2: Daerah y melebar (expanded y-field)

Unsur-unsur pada kelompok ini terutama adalah C dan N yang menyebabkan perluasan daerah y
akan tetapi pembentukan senyawa. dibatasi oleh

Kelompok 3: Daerah y tertutup ( close y-field)

Beberapa unsur paduan menghambat terbentuknya austenit sehingga menyebabkan terjadinya


penyusutan bidang y pada diagram Fe-C. Termasuk pada kelompok ini adalah silikon (Si),
aluminium (Al) dan fosfor (P). Kelompok 4 : Daerah y kontraksi (contracted y-field) Boron
merupakan unsur utama pada kelompok ini bersama-sama dengan unsur-unsur pembentuk karbid
seperti tantalum (Ta), niobium (Nb) dan zirconium (Zr) Distribusi Unsur-unsur Paduan dalam
Baja
Distribusi unsur-unsur paduan pada baja tergantung pada komposisi. Unsur-unsur paduan ini
akan berinteraksi satu dengan lainnya. Distribusi unsur-unsur paduan pada baja terlihat pada
tabel di bawah.
Tabel 1.2. Distribusi unsur-unsur paduan pada baja

Pengaruh Unsur Paduan pada Baja

Unsur paduan ditambahkan pada baja untuk berbagai tujuan, diantaranya adalah untuk :
1. meningkatkan sifat mekanis baja dengan cara meningkatkan sifat hardenability
2. meningkatkan suhu temper dengan tetap mempertahankan kekuatan dan keuletan

3. meningkatkan sifat mekanis pada suhu rendah dan tinggi

4. meningkatkan ketahanan korosi dan oksidasi pada suhu tinggi

5. meningkatkan sifat-sifat khusus seperti ketahanan aus dan kelelahan

Unsur-unsur paduan berpengaruh pada persentase C dan suhu eutectoid. Unsur- unsur seperti Ni,
Cr, Si, Mn, W, Mo dan Ti cenderung mengurangi C pada baja eutectoid. Suhu transformasi
eutectoid dipengaruhi oleh unsur paduan, tergantung pada sifatnya sebagai penstabil austenit atau
ferit. Unsur penstabil austenit seperti Mn dan Ni memperluas daerah austenit dan menurunkan
suhu eutectoid sedangkan unsur penstabil ferit menaikkan suhu eutectoid seperti W, Mo, Si dan
Ti. Unsur-unsur ini reaktif terhadap C sehingga dinamakan unsur pembentuk karbid. Menurut
AISI-SAE, baja paduan dapat dikelompokkan dengan menggunakan 4 digit dengan 2 digit
pertama menunjukkan unsur paduan utama sedangkan 2 digit terakhir menunjukkan kandungan
karbon seperti terlihat pada tabel di bawah.

Tabel 1.3. Baja paduan menurut standard AISI-SAE

Baja Mangan

Penambahan unsur mangan (Mn) biasanya bertujuan untuk mengurangi kadar oksigen dalam
baja cair dan mengikat belerang S dalam bentuk MnS saat proses steel making. Penambahan Mn
dapat meningkatkan kekuatan tarik baja dimana penambahan sebesar 1,6-1,9 % dapat
menghasilkan baja dengan kekuatan tarik tinggi dan sifat mampu las (weldability) yang baik.
Penambahan Mn mengurangi laju difusi sehingga transformasi dari austenit ke ferit-
perlit berjalan lambat sehingga diagram T-T-T pada baja mangan bergeser ke kanan
sepertiterlihat pada gambar 1.31. di bawah. Sebagai akibatnya, hardenability baja daripada baja
karbon.
Gambar 1.31. DiagramT-T-T untuk baja AISI 1340

mangan lebih tinggi

Mangan dapat memperhalus perlit sehingga kekuatan tarik baja Mn meningkat seperti pada
gambar 1.32. di bawah.

Gambar 1.32. Struktur mikro baja AISI 1340 (0,40 %C dan 1,74 %Mn)

Pengaruh Mn terhadap kekuatan baja dapat dikelompokkan menjadi 3 cara yaitu :

1. pengerasan larutan padat (hardening solid solution)

2. penghalusan butir (grain size refinement)

3. peningkatan jumlah perlit


Baja Krom
Penambahan chromium (Cr) dapat meningkatkan hardenability, kekuatan tarik dan ketahanan
aus. Unsur Cr merupakan penstabil ferit karena struktur kristalnya berupa bcc. Unsur Cr
merupakan pembentuk karbid dan karena persentase Cr pada baja paduan kurang dar 2 % maka
atom-atom Cr akan mengganti atom Fe dalam Fe3C menjadi karbid dalam bentuk senyawa
kompleks (Fe,Cr)3C. Karbid ini menyebabkan baja horn menjadi keras dan keausannya tinggi
jika berbentuk partikel halus dan tersebar merata pada matriks ferit.

Baja Nikel-Krom-Molybdenum
Baja paduan ini mengandung 1,8 %Ni, 0,5-0,8 %Cr dan 0,20 %Mo yang merupakan paduan seri
43xx. Kombinasi Ni dan Cr akan menghasilkan baja dengan batas elastis tinggi, hardenability
yang tinggi disertai dengan ketangguhan dan ketahanan lelah yang baik. Selanjutnya
penambahan 0,2 %Mo meningkatkan hardenability dan mengurangi resikco penggetasan saat
tempering. Diagram CCT untuk baja paduan ini misal paduan 4340 seperti terlihat pada gambar
1.33. di bawah.

Gambar 1.33. Diagram CCT untuk baja 4340

Kombinasi Ni-Cr-Mo menghambat transformasi dari austenit ke perlit sehingga transformasi


terjadi dalam waktu yang lama. Struktur mikro yang terbentuk pada pendinginan udara dari suhu
austenit akan menghasilkan struktur mikro berupa bainit karena adanya keterlambatan
transformasi.

Perlakuan Thermomekanik pada Baja Paduan

Perlakuan thermomekanik merupakan gabungan antara proses perlakuan panas dengan dformasi
untuk mendapatkan struktur mikro yang halus, misal panas (hot rolling) seperti pada gambar
1.34. di bawah.
Gambar 1.34. Proses thermomekanik

Proses thermomekanik dilakukan dengan cara memanaskan baja pada suhu antara 1200 1300 °C
beberapa lama kemudian diikuti dengan pengerolan sehingga menyebabkan :
1. Perubahan struktur pada baja ingot karena terjadinya rekristalisasi

2. Hilangnya segregasi yang terjadi saat pengecoran sehingga baja lebih homogen

3. Pada baja rim, lubang-lebang halus (porosity) menjadi tertutup

4. Inklusi seperti oksida, silika, belerang akan pecah dan memanjang pada arah rol sehingga
distribusi inklusi menjadi lebih homogen.
Terjadinya penghalusan butir/struktur mikro disebabkan oleh adanya rekristalisasi austenit saat
pengerolan panas. Dengan adanya endapan halus (precipitate) maka pertumbuhan butir menjadi
terhambat kaena gerakan batas butir austenit ditahan oleh precipitate.

Gambar 1.35. Terhambatnya pertumbuhan butir karena precipitate

Jika jari jari precipitate r, fraksi volume precipitate a diameter maksimum butir austenit (b)
karena pertumbuhan dinyatakan deng s :4 3 Prcipitate yang biasanya digunakan untuk
memperhalus butir adalah unsur-unsur pembentuk karbida atau nitrida seperti Nb, Ti dan V.
Terbentuknya senyawa karbida atau nitrida terjadi saat baja dalam bentuk austenit dan dapat
diprediksi dengan menggunakan hasil kali kelarutan (solubility product), yaitu :
Gambar 1.36. Kurva solubility product

Gambar di atas adalah contoh batas kelarutan pada senyawa VN dimana : [V]T : konsentrasi
total V dalam austenit, dalam % massa [MT : konsentrasi total N dalam austenit, dalam %
massa [V]VN : konsentrasi V dalam senyawa VN, dalam % massa [N]VN : konsentrasi N dalam
senyawa VN, dalam % massa Garis stoichiometry adalah garis dimana [V]VN / [N]VN = Av /
AN dengan Av dan AN masing- masing adalah massa atom V dan N. Jika pada suhu T :

Jika kondisi 2 terjadi maka persentase precipitate yang terjadi dapat dihitung menurut persamaan
berikut : Penghalusan butir karena proses thermomekanik akan meningkatkan kekuatan
dan ketangguhan baja. Baja HSLA merupakan baja paduan rendah yang thermomekanik. diberi
perlakuan

BAJA TAHAN KARAT (STAINLESS STEEL)

Baja tahan karat adalah baja dengan kandungan Cr sekitar 12 %. Penambahan Cr menyebabkan
ketahanan karat meningkat karena Cr membentuk lapisan oksida tipis yang melindungi logam
dari korosi. Penambahan Ni pada baja ini meningkatkan ketahanan karat dan memperbaiki
keuletan dan sifat mampu bentuk (formability).

Kesetimbangan Fe-Cr

Diagram fasa kesetimbangan Fe-Cr terlihat seperti pada gambar 1.36. di bawah. Dua hal yang
penting dalam diagrani -loop) dan fasa a. Unsur Cr berfungsi sebagai (fasa ini adalah untai
penstabil ferit sehingga memperluas daerah ferit dan menekan daerah austenit. Paduan Fe-Cr
dengan %Cr kurang dari 12 atau 13 % akan a pada saat pendinginan sebaliknya untuk
Crmengalami transformasi lebih besar dari 12-13% tidak mengalami transformasi akan tetapi
tetap sebagai larutan padat Cr dalam ferit.
Gambar 1.37. Diagram kesetimbangan Fe-Cr

Kesetimbangan Fe-Cr bukan merupakan interval larutan padat yang mengalami transformasi
sempurna akan tetapi terdapat fasa antara (intermediate) dalam bentuk fasa a di bawah suhu 821
°C pada kandungan Cr sebesar 46 %. Fasa a menyebabkan baja tahan karat menjadi getas.

Kesetimbangan Fe-Cr-C
Karbon merupakan penstabil austenit dan jika ditambahkan ke dalam paduan Fe-Cr akan
memperluas daerah austenit. Gambar di bawah memperlihatkan pengaruh peningkatan C dari
0,05-0,4 % terhadap daerah austenit dimana batas maksimum daerah austenit dicapai pada 18
%Cr dengan 0,6 %C. Kadar C lebih dari 0,6 % akan membentuk karbida dalam bentuk :

Gambar 1.38. Diagram kesetimbangan fasa Fe-Cr untuk (a) 0,05 % C, (b) 0,1 %C, (c) 0,2 %C
dan (d) 0,4 %C

Kesetimbangan Fe-Cr-Ni-C
Nikel merupakan penstabil austenit karena struktur kristal Ni berupa fcc. Gambar 1.39. di bawah
adalah pengaruh penambahan Ni pada daerah austenit di dalam diagram Fe-18 %Cr- C dengan 4
dan 8 %Ni.

Gambar 1.39. Diagram fasa Fe-Cr-C-Ni

Salah satu cara untuk mengetahui pengaruh unsur-unsur paduan terhadap struktur mikro pada
paduan Fe-Cr-Ni adalah dengan diagram Schaefitier seperti pada gambar 1.40. di bawah.

Gambar 1.40. Diagram Schaefer

Diagram ini berupa sumbu koordinat yang merupakan batas komposisi austenit, ferit
dan martensit pada suhu kamar yang dinyatakan dengan ekuivalen Ni dan Cr, yaitu :

Berdasarkan komposisi dan struktur mikro di atas, baja tahan karat menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Baja Tahan Karat Ferit

Biasanya mengandung 11-30 %Cr dan %C<0,12%. Baja tahan karat austenit tidak bisa diberi
perlakuan panas -α.karena tidak terjadi transformasi
2. Baja Tahan Karat Martensit

Baja tahan karat ini mengandung 12-17 %Cr dengan 0,1-1 %C perlakuan panas.

3. Baja Tahan Karat Austenit

Merupakan paduan Fe-Cr-Ni dengan %Ni sekitar 6-22 %. Baja ini tidak tidak dapat diberi
perlakuan panas, ulet dan ketahanan korosinya lebih baik daripada baja ferit.
4. Baja Tahan Karat Pengerasan Endapan

Mengandung 30 %Cr dan sejumlah Ni dan Mo. Pengerasan endapan (precipitation hardening)
terjadi karena penambahan Cu, Al, Ti dan Nb. Baja kekuatan tank tinggi.ini
mempunyai Transformasi fasa baja tahan karat dapat dipelajari dengan melihat diagram terner
Fe- Cr-Ni seperti pada gambar 1.41. di bawah.

Gambar 1.41. Irisan horisontal diagram terner Fe-Cr-Ni

Gambar 1.42. di bawah adalah irisan vertikal dari Fe-Cr-Ni dengan 70 %Fe + 30 %(Cr+Ni)
dengan Cr adalah penstabil efrit sedangkan Ni austenit.

Gambar 1.42. Irisan vertikal dari sistem Fe-Cr-Ni dengan 70 %Fe + 30 %(Cr+Ni) Jika komposisi
baja tahan karat kaya dengan Cr maka akan terbentuk ferit-8 atau ferit-a sedangkan jika ). Jika
komposisi berada padakaya dengan Ni akan terbentuk austenit ( +) maka pada pembekuan
akan membentuk ferit-+segitiga eutectic (L+ atau y tergantung) dengan fasa pertama yang
tumbuh adalah austenit ( pada persentase Ni dan Cr.

Jika komposisi di sebelah kiri segitiga yang berbentukeutectic maka fasa pertama yang
terbentuk adalah dendrit dengan ferit-8 tumbuh sekelilingnya pada akhir pembekuan.
Sebaliknya, jika komposisi berada di sebelah kanan segitiga eutectic, yang merupakan intimaka
fasa pertama yang terbentuk adalah ferit- dendrit dan kaya dengan Cr. Pada pendinginan
selanjutnya, komposisi Cr di luar dendrit turun dan jika suhu pendinginan berada di dalam
segitiga yangeutectic maka austenit akan terbentuk di sekeliling ferit- ) dan+berbentuk
dendrit. Pada akhir pedinginan akan terbentuk (ferit- pada bagian luar dendrit akan terbentuk
austenit dengan kadar Cr rendah.

BESI COR (CAST IRON)

Besi cor atau besi tuang adalah padua Fe-C dengan kadar C kurang dari 2,14 %. Kebanyakan
besi cor kadar C dibuat sekitar 3,0-4,5 % dan ditambah dengan unsur- unsur paduan. Dari
diagram fasa kesetimbangan Fe-C terlihat bahwa besi tuang mempunyai titik cair lebih rendah
daripada baja, yaitu sekitar 1150-11300 °C sehingga besi cor mudah dituang. Senyawa Fe3C
pada besi cor bersifat metastable sehingga akan mengalami penguraian sbb. :
α-ferit + C (grafit)Fe3C

Reaksi grafitisasi (graphitization) di atas tergantung pada komposisi dan laju pendinginan.
Pembentukan grafit dilakukan dengan cara memberikan silikon (Si) lebih dari 1 % dan laju
pendinginan saat solidifikasi dibuat lambat. Besi cor dibedakan menjadi :

1. Besi Cor kelabu (Gray Cat Iron)

Komposisi kimia besi cor kelabu adalah kadar C : 2,5-4,0 % dan Si : 1,0-3,0 %. Bentuk grafit
memanjang seperti corn flake dikelilingi matriks berupa ferit atau perlit. Retak lebih mudah
terjadi pada grafit dibanding matriksnya karena grafit bersifat keras dan getas. Besi cor kelabu
dapat meredam getaran sehingga banyak digunakan pada mesin atau struktur yang mengalami
getaran.

2. Besi Cor Nodular

Besi cor ini mempunyai grafit bulat yang dikelilingi ferit atau perlit. Grafit bentuk bulat ini
disebabkan adanya penambahan magnesium (Mg) atau cerium (Ce). Besi cor nodular leb ulet
dan kuat dibanding besi cor kelabu sehingga banyak digunakan untuk katup (valve), rumah
pompa (casing), roda gigi (gear), poros engkol (crank shaft).

3. Besi Cor Putih (White Cast Iron) dan Maleabel (Malleable)

Kadar Si dalam besi cor putih kurang dari 1 % dan karena proses pendinginan selama solidifikasi
relatif cepat maka C berada dalam bentuk cementite (Fe3C) sehingga tampak berwarna putih.
Besi cor putih biasanya hanya merupakan produk antara karena terlalu keras dan tidak bisa
dimesin. Pemanasan besi cor putih pada suhu 800-900 °C pada waktu yang lama menyebabkan
terurainya Fe3C menjadi grafit yang berbentuk rosette dengan matriks ferit atau perlit. Besi cor
dengan struktur mikro ini dinamakan besi cor maleabel dan bersifat ulet dengan kekuatan tinggi.

www.pengelasan.com › Material
Baja karbon dan paduannya adalah metal yang biasanya paling banyak digunakan dalam berbagai macam aplikasi, seperti gears,
baut, bodi dari mobil, pegas, rel kereta api, roda kereta api, dan lain-lain. Tentunya dibutuhkan komposisi dan proses tertentu untuk
mendapatkan suatu material yang akan digunakan untuk suatu aplikasi tertentu.
Pengaruh dari beberapa unsur pada Baja
Berikut adalah tabel beberapa unsur yang biasanya digunakan sebagai paduan pada baja.

Unsur Pengaruh
Boron Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras tanpa mengurangi kemampu bentukannya dan
kemampuan untuk diproses pemesinan (tak jarang juga meningkatkan dua sifat tersebut).
Calcium Deoksidasi baja, meningkatkan ketangguhan, dan meningkatkan kemampu bentukan serta
kemampuan untuk diproses pemesinan.
Carbon Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras, kekerasan, kekuatan, dan ketahanan terhadap aus.
Mengurangi keuletan, kemampuan untuk dilas, dan ketangguhan.
Cerium Mengontrol bentuk dari inklusi dan meningkatkan ketangguhan pada baja karbon rendah, serta
meng-deoksidasi baja.
Chromium Meningkatkan ketangguhan, kemampuan untuk diperkeras, ketahanan terhadap aus dan korosi,
dan tahan terhadap temperatur tinggi.
Cobalt Meningkatkan kekuatan dan kekerasan pada temperatur yang meningkat.
Copper Meningkatkan ketahanan terhadap korosi atmosfer dan meningkatkan kekuatan dengan sedikit
‘mengorbankan’ keuletannya.
Lead (Timah Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan.
hitam)
Magnesium Mempunyai pengaruh yang sama dengan Cerium.
Manganese Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras, kekuatan, ketahanan terhadap abrasi, dan
kemampuan untuk diproses pemesinan. Meng-deoksidasi baja cair, dan mengurangi kemampuan
untuk dilas.
Molybdenum Meningkatan kemampuan untuk diperkeras, ketahanan terhadap aus, ketangguhan, kekuatan
terhadap kenaikan temperatur, ketahanan terhadap mulur, dan kekerasan.
Nickel Meningkatkan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan terhadap korosi, serta kemampuan untuk
diperkeras.
Niobium Memberikan ukuran butir yang terbaik, dan meningkatkan kekuatan, serta ketangguhan terhadap
beban impak. Menurunkan temperatur transisi dan kemampuan untuk diperkeras.
Phoporus Meningkatkan kekuatan, kemampuan untuk diperkeras, ketahana terhadap korosi, dan kemampuan
untuk diproses pemesinan. Sangat berpengaruh pada penurunan keuletan dan ketangguhan.
Selenium Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan.
Silicon Meningkatkan kekuatan, kekerasan, ketahanan terhadap korosi, dan konduktivitas elektrik.
Menurunkan kemampuan untuk diproses pemesinan dan kemampu bentukan pada kondisi dingin.
Sulfur Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan ketika dikombinasi dengan Manganese.
Menurunkan kekuatan impak dan keuletan.
Tantalum Mempunyai pengaruh yang sama dengan Niobium.
Tellurium Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan, kemampu bentukan, dan ketangguhan.
Titanium Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras. Meng-deoksidasi baja.
Tungsten Mempunyai pengaruh yang sama dengan Cobalt.
(Wolfram)
Vanadium Meningkatkan kekuatan, ketangguhan, ketahanan terhadap abrasi, dan kekerasan pada temperatur
yang meningkat.
Zirconium Mempunyai pengaruh yang sama dengan Cerium.

Residu pada Baja


Biasanya ketika produksi, refining, dan pemrosesan, akan terbentuk unsur-unsur residu yang tidak kita harapkan. Berikut, tabel dari
beberapa residu yang biasanya dijumpai pada material yang telah diproses.

Unsur Pengaruh
Antimony Mengakibatkan kegetasan.
(Arsenic)
Hydrogen Mengakibatkan material menjadi getas. Dapat dihilangkan dengan ketika pemanasan.
Nitrogen Meningkatkan kekuatan, kekerasan, dan kemampuan untuk diproses pemesinan.
Oxygen Meningkatkan kekuatan baja yang di-rim. Sangat berpengaruh pada penurunan ketangguhan.
Tin (Timah putih) Mengakibatkan kegetasan.

Kode-kode untuk Baja


Untuk peng-kode-an pada baja, terdapat dua standar yaitu AISI dan SAE. Standar ini menggunakan 4 digit, 2 digit pertama
mengindikasikan unsur-unsur paduan serta presentasenya, dan 2 digit terakhir mengindikasikan jumlah karbon berdasarkan
massanya. Standar yang lainnya adalah ASTM. Terdiri dari 4 digit juga, 1 digit pertama dituliskan dengan menggunakan huruf dan
menandakan jenis logamnya, misal huruf ‘A’ untuk logam ferro, dan 3 digit terakhir berupa angka.
Belakangan digunakan suatu standar untuk peng-kode-an, yaitu dengan UNS (Unified Numbering System). Terdiri dari 6 digit, 1
digit pertama, berupa huruf, mengindikasikan jenis umum dari paduan, dan 5 digit terakhir, berupa angka, adalah komposisinya.
Huruf-hurufnya, antara lain :
Baja Karbon
Baja karbon dapat diklasifikan berdasarkan komposisi karbon di dalamnya.
Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang memiliki kandungan unsur paduan yang lebih dominan dan perhatian yang lebih diberikan kepada
baja jenis ini ketika pembuatannya. Dengan memberikan perlakuan panas pada baja jenis ini, bisa didapatkan sifat baru sesuai
dengan yang kita inginkan.
High Strength Low Alloy Steel (HSLAS)
Baja jenis ini biasanya memiliki kandungan karbon yang sangat sedikit, kurang dari 0,30%, dan memiliki karakteristik pada struktur
mikronya, yang terdiri dari ferrite dan martensite serta austenite. Produksi baja ini biasanya dalam bentuk lembaran-lembaran yang
dibentuk dari microalloying dan controlled hot rolling. Namun, ada juga yang diproduksi dalam bentuk bidang, batang, dan batang-
batang berstruktur.
Peng-kode-an baja ini memakai sistem AISI yang membaginya ke dalam 3 kategori, yaitu :
Termasuk di dalamnya unsur-unsur seperti C, Mn, P, dan N.
Terdari dari Nb, Cr, Cu, Mo, Ni, Si, Ti, V, dan Zr, bisa dalam bentuk tunggal atau kombinasi.
Memiliki ketahanan terhadap korosi lingkungan dan diperkirakan 4 kalinya dari baja karbon rendah yang konvensional. Termasuk di
dalamnya, Si, P, Cu, Ni, dan Cr dalam bentuk kombinasi yang beragam. Sebagai tambahan, kemampu bentukan dari baja ini diberi
nilai dengan huruf; F untuk luar biasa, K untuk bagus, dan O untuk sedang-sedang saja.
Baja HSLA yang diproduksi belakangan ini (Microalloyed Steel), memiliki sifat yang super dan dapat mengurangi ketergantungan
pada proses perlakuan panas. Terdiri dari ferrite dan pearlite pada susunan struktur mikronya, serta partikel karbon nitrid yang
terdispersi secara baik. Komposisi dari baja ini biasanya terdiri dari 0,5% C, 0,8% Mn, dan 0,1% V. Produksi baja ini juga sangat
efisien, bahkan dapat menghemat pengeluaran hingga 10%, karena tidak diperlukannya proses-proses seperti, quenching,
tempering, dan stress relieving.
Ada lagi jenis baja HSLA yang lain yaitu Nanoalloyed Steel. Baja jenis ini masih dalam pengerjaan. Butiran yang dimiliki baja jenis
ini sangat kecil sekali, sekitar 10-100 nm, dan diproduksi menggunakan gelas logam (Metallic Glasses) sebagai precursor.

Baja Dua Fasa


Sesuai dengan namanya baja ini memiliki dua fasa, yaitu ferrite dan martensite (masing-masing memberikan kontribusinya yang
saling berlawanan dalam membentuk sifat dari baja). Baja ini memiliki karakteristik proses pengerjaan pengerasan yang tinggi, yang
meningkatkan keuletan dan kemampu bentukan. Pengkodean baja jenis ini biasanya dengan huruf ‘D’.

Anda mungkin juga menyukai