Anda di halaman 1dari 49

Transformasi Fasa

Transformasi fasa adalah pembentukan sebuah fasa baru dengan perbedaan pada komposisi dan
struktur kristal yang berbeda dengan bahan induk.

1.Transformasi Fasa Pada Logam

Transformasi fasa dibagi menjadi tiga golongan:

• Diffusion-dependent transformations tanpa perubahan dalam nomor dan komposisi fasa(


pembekuan logam murni,transformasi allotropic, dll.)

• Diffusion-dependent transformations dengan perubahan nomor dan komposisi fasa (reaksi


eutectoid)

• Diffusionless transformations (transformasi martensite dalam campuran logam)

2.Kinetika Pada Transformasi fasa

Kinetika pada transformasi fasa terdiri dari dua proses yaitu necleation (nukleasi) dan Growt
(pertumbuhan).

2.1 Necleation (nukleasi)

Pembentukan fasa baru tidak terjadi secara otomatis, proses pertama yang terjadi pada
transformasi fasa adalah nukleasi yaitu pembentukan partikel sangat kecil atau nuklei dari fasa
baru.

2.2 Growth

Nuklei ini akhirnya tumbuh membesar membentuk fasa baru. Pertumbuhan fase ini akan selesai
jika pertumbuhan tersebut berjalan sampai tercapai fraksi baru.

3.Pertimbangan Kinetika Pada Transformasi Benda Padat

Laju transformasi yang merupakan fungsi waktu (sering disebut kinetika transformasi) adalah hal
yang penting dalam perlakuan panas bahan. Pada penelitian kinetik akan didapat kurva S yang
di plot sebagai fungsi fraksi bahan yang bertransformasi vs waktu (logaritmik) .
Fraksi transformasi , y di rumuskan:

Y = 1 – exp ( - ktn )

t = waktu
k,n = konstanta yang tidak tergantung waktu.

Persaamaan ini disebut juga persamaan AVRAMI

Laju transformasi , r diambil pada waktu ½ dari proses berakhir :

t 0,5= waktu ½ proses

Gambar 1.1

Gambar 1.2

Laju transformasi , r terhadap jangkauan temperatur dirumuskan :

R = konstanta gas
T = temperatur mutlak
A = konstanta , tidak tergantung Waktu.
Q = Energi aktivasi untuk reaksi Tertentu.

4. TRANRFORMASI MULTI FASA

Transformasi fasa bisa dilakukan dengan memvariasikan temperatur ,komposisi, dan tekanan.
Perubahan panas yang terjadi bisa dilihat pada diagram fasa. Namun kecepatan perubahan
temperatur berpengaruh terhadap perkembangan pembentukan struktur mikro. Hal ini tidak bisa
diamati pada diagram fasa.
Posisi kesetimbangan yang dicapai pada proses pemanasan atau pendinginan sesuai dengan
diagram fasa bisa dicapai dengan laju yang sangat pelan sekali , sehingga hal ini tidak praktis.
Cara lain yang dipakai adalah supercooling yaitu transformasi pada proses pendinginan
dilakukan pada temperatur yang lebih rendah, atau superheating yaitu transformasi pada proses
pemanasan dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi .
• Superheating
Proses pemanasan pada umum nya terdiri dari dua tahap :
 Proses heating yaitu proses pemanansan yang dilakukan dari temperatur kamar sampai
suhu yang diinginkan.perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh sifat – sifat yang
diinginkan dari logam dengan batas – batas tertentu
 Proses holding time yaitu proses penahanan pada temperatur tertentu sehingga terjadi
transformasi yang sempurna dan homogen.Bila transformasi tidak sempurna maka benda
kerja masih mengandung fasa α (ferit).Proses ini bertujuan agar karbon yang terdapat
dalam karbida dapat larut kepada fasa autenit secara merata dan temperatur yang diterima
pada.
Proses dari superheating di representasikan dengan menggunakan Diagram Transformasi
Isotermal / diagram TTT(time-temperatur-transformation).
• Supercooling
Proses pendinginan yaitu proses dimana benda kerja tidak mengalami pemanasan lagi
melainkan pelepasan strukturmikro yang diinginkan.
Proses pendingan ada 2 yaitu :
1.Proses pendinginan cepat
Pencelupan ( quenching ) dengan media : air,minyak
2.Proses pendingan lambat
Pendinginan dengan media udara
Pada proses ini direfresentasikan dengan menggunakan grafik continous cooling
transformation (CCT).
5.Diagram Transformasi Isotermal / diagram TTT(time-temperatur-transformation.
Dengan menggunakan reaksi eutektoid :

Dengan reaksi tersebut mengahasilkan diagram :

Gambar 1.3
Ada 5 jenis fasa yang terdapat dalam diagram fasa Fe-Fe3C yaitu fasa cair,fasa alfa,besi
delta,besi gamma dan senyawa Fe-Fe3C.Diagram Fe-Fe3C tidak mencapai C 100 %,karena Fe-
Fe3C merupakan senyawa dan batas dari diagram fasa.
Fe (besi) merupakan unsur logam yang memiliki lebih dari 1 bentuk sel satuan
(politropik),sedangkan C (karbon ) merupakan unsur nonlogam.Paduan dari kedua jenis ini
menghasilkan 2 material yaitu besi cor dan baja.
Adapun sifat – sifat dari fasa yang terbentuk :
1. Ferrit ( Besi Alfa )

Pada reaksi eutektoid, austenite dengan kandungan karbon sedang akan berubah menjadi
ferit dengan kadar karbon kecil dan sementit dengan kadar karbon tinggi. Pada saat
pembentukan pearlite, gerakan atom C bergerak dari ferit ke sementit.
Ferrit memiliki bentuk sel satuan BCC dan dapat melarutkan carbon mencapai 0,025 %.Hal ini
dikarenakan struktur BCC dimana ruang ruang antar atom kecil dan padat,sehingga daya larut
nya rendah.
Sifat :
 Lunak
 Ulet
 Mampu las tinggi
 Sifat korosi rendah

2. Austenit
Austenit memiliki bentuk sel satuan FCC dan jarak atom nya lebih besar dari pada
Ferrit.Austenit stabil pada temperature antara 912 – 13500 C dengan daya larut karbon sebesar
2,11 %.Pada temperature stabil nya Austenit bersifat lunak dan ulet,sehingga mudah dibentuk
dan besifat ferromagnetik.
3. Besi delta
Besi delta memiliki bentuk sel satuan BCC dengan daya larut karbon 0,1 %,tetapi terjadi pada
temperature 1350 – 15350 C.
4. Sememtit
Sememtit merupakan suatu senyawa antara atom Fe dengan atom C.Sememtit bersifat sangat
keras,kurang ulet dan kurang kuat getas.

6. Continous Cooling Transformation (CCT).


Diagram Continous Cooling Transformation Fe-Fe3C
Gambar 1.4

Gambar 1.5

Hubungan antara laju pendinginan dan mikrostruktur yang terbentuk digambarkan dalam diagram
yang menghubungkan waktu temperatur dan transformasi yang dikenal dengan diagram
continous cooling transformation (CCT).
Gambar 1.5 menunjukkan bahwa struktur martensit dihasilkan dengan pencelupan di air dengan
waktu ( 1-10 ) detik.Sedangkan struktur martensit dan pearlit diperoleh dengsn pencelupan di oli
dengan waktu ( 10 -100 ) detik.Struktur bainet dan pearlit diperoleh dengan pendinginan di udara
dengan waktu lebih kurang ( 9050 – 10000 ) detik dan struktur mikro pearlite diperoleh dengan
pendinginan di dapur pada waktu lebih besar dari 100000 detik.
Gambar 1.5 menunjukkan bila laju pendinginan menurun berarti waktu pendinginan dari
temperatur austenit juga menurun,sehingga mikro struktur yang terbentuk adalah dari gabungan
fasa ferrit – fasa pearlit ke fasa ferrit – fasa pearlit –fasa bainit – fasa martensit,kemidian ke fasa
bainit – fasa martensit dan akhirnya pada laju tinggi sekali mikrostruktur akhirnya fasa
martensit.Pembentukan fasa martensit terjadi dekomposisi fasa austensit dalam fasa ferrit ( α ) +
karbida (c) .Hal ini berarti bahwa ada waktu untuk karbon untuk berdifusi dan berkosentrasi dalam
karbida sehingga fasa ferrit kekurangan karbon bila fasa austensit didinginkan dengan sangat
cepat ( quenching ). Struktur FCC austensit akan berubah menjadi struktur BCT (body centered
tetragonal) martensit, pada transformasi ini.Transformasi martensit tidak melewati proses difusi,
maka ia terjadi seketika sehingga laju transformasi martensit adalah tidak bergantung waktu.
Pada struktur martensit masih didapati struktur austenit yang tidak sempat
bertransformasi.Disamping itu tegangan internal karena proses quencning juga memberikan efek
perlemahan. Ketangguhan dan keuletan martensitm bisa ditingkatkan dan tegangan internal bisa
dibuang dengan cara perlakuan panas yang disebut tempering. Tempering dilakukan dengan
memanaskan baja martensit sampai temperatur dibawah eutectoid pada periode waktu tertentu.
Biasanya temering dilakukan pada temperatur antara 250-650 0 C.Tegangan internal akan hilang
pada suhu ± 2000 C.Proses tempering akan membentuk “tempered maetensite”.

Foto struktur mikro tempered martensite sama dengan spheroidit hanya partikel sementit lebih
banyak dan lebih kecil. Tempered martensit mempunyai sifat sekeras dan sekuat matensit namun
ketangguhan dan keuletan lebih baik. Hubungan antara tegangan tarik, kekuatan luluh dan
keuletan terhadap temperatur temper pada baja paduan bisa dilihat pada gambar dibawah.

Pada proses tempering beberapa baja bisa mengalami penurunan ketangguhan, hal ini disebut
perapuhan temper. Fenomena ini terjadi bila baja ditemper pada suhu diatas 575 0C dan diikuti
pendinginan lambat sampai temperatur ruangan, atau jika tempering dilakukan pada suhu antara
375 – 5750C.

Perapuhaan ini disebabkan oleh kandungan elemen lain dalam jumlah yang cukup signifikan
seperti mangan, nikel, crom dan phospor, arsen, timah putih.

Perapuhan temper bisa dicegah dengan :


1. Pengontrolan komposisi

2. Tempering diatas 5750C atau dibawah 3750 C diikuti dengan quenching pada temperatur
ruang.

Ketangguhan baja yang telah mengalami perapuhan bisa diperbaiki dengan pemanasan samapai
kira-kira 6000C, dan kemudian secara cepat didinginkan sampai temperatur dibawah 300 0C.

Diagram TTT
Pendinginan non – equilibrium dari baja yang telah dipanaskan hingga mencapai siklus
austenite dapat digambarkan dalam satu diagram hubungan antara waktu, temperatur dan hasil
akhir austenite atau dikenal dengan diagram TTT. Secara umum diagram ini memberikan
informasi mengenai permukaan dan akhir dari proses transformasi akibat pendinginan waktu dan
kecepatan pendinginan. Diagram TTT juga menunjukkan besar presentase transformasi yang
dicapai dari austenite pada temperatur tertentu.

Dari gambar diatas terlihat bahwa disebelah kiri kurva tidak terjad ideformasi, austenite hanya
berubah kestabilan. Selanjutnya austenite yang sudah tidak stabil tersebut mengalami
dekomposisi secara isothermal. Padazona A + F + C dari baru akhirnya berubah struktur
campurannya menjadi campuran E + C. pendinginan yang sangat cepat berpotensi terhadap
hyper-eutectoid ukuran butiran anti kritis yang berubah disamping meningkatkan austenite yang
dapat mendukung terbentuknya fase baru seperti mertensit. Ketika austeint didingikan secara
lambat, struktur yang terbentuk adalah pearlite. Akibat dari laju pendinginan yang meningkat,
maka temperature transformasi pearlite akan lebih rendah. Mikrosturktur material akan berubah
secara signifikan akibat peningkatan laju pendinginan melalui sebuah pengujian pemanasan dan
pendinginan. Kita dapat mencatat transformasi dari austenite.

Urutan tingkat laju pendinginan dari pendinginan lambat hingga pendinginan cepat yaitu
sebagaiberikut: pendinginan dapur, oli, quenching. Jika pendinginan ini digambarka ndiatas
diagram TTT, hasil dari struktur dari waktu yang diperlukan selama transformasi bias didapat.
Gambar diaats menunjukkan bahwa daerah kiri dari kurva transisi menunjukkan daerah austenite
stabil pada temperature diatas ICT, namun tidak stabil jika berada diabawah temperatur ICT.
Kurva sebelah kiri menandaai awal transformasi dan sebelah kanan menanda itransformasi dari
austenite menjadi strukturkristal yang berbeda-beda (transformasi austenite menjadi pearlite,
austenite menjadi austenite, austenite menjadi bainite)

Bila mana kecepatan pendinginan lebih cepat dari kecepatan kritis maka transformasi austenite
menjadi martensit terjadi padagaris Ms (martensite start). Pada suhu ini martensit terbentuk kira –
kira 1% lebih rendah dari suhu Ms jumlah martensit bertambah samapai pada garis suhu Mf
(Martensit finish dengan 99% martensit)

Gambar diatas adalah gambar critical cooling rate, yaitu kecepatan pendinginan yang terendah
untuk menghasilkan martensit (menyinggung nose). Kecepatan pendinginan kritis ini tergantung
dari posisi nose berhubungan erat dengan sumbu waktu (waktu yang diperlukan untuk
transformasi) dan ini ditentukan oleh komposisi, grain size dan kondisi austenite sebelum
quenching dan tergantung dari macam baja.

Sesuai dengan garis Ms dan Mf yang parallel horizontal terhadap sumbu waktu, maka untuk
kecepatan pendinginan yang lebih besar dari kecepatan kritis pembentukan tidak banyak
tergantung lagi dari waktu atau kecepatan pendinginan. Bilamana austenite didinginkan sampai
pada suhu ini (isothermal called) maka austenit yang belum menjadi martensi takan menjadi
bainit.
Gambar diatas menunjukkan setengah TTT diagram bagian atas. Sebagaimana
ditunjukkanpadagambar, ketika austenite didinginkan dibawah temperatur ICT, austenite
bertransformasi menjadi Kristal dan austenite tidak stabil. Laju pendinginan spesifik bias dipilih,
sehingga bias didpat transformasi austenite 50%, 100% dan sebagainya. Jika laju pendinginan
terlalu lambat seperti proses annealing, laju pendinginan melewati seluruh area transformasi dan
hasil akhir dari proses ini adalah 100% pearlite. Dengan kata lain, ketika kita menggunakan laju
pendinginan lambat, seluruh austenite akan berubah atau bertransformasi menjadi pearlite. Jika
laju pendinginan melewati bagian tengah dari daerah transformasi. Hasil akhir dari transformasi
adalah 50% pearlite. Artinya pada laju pendinginan tertentu kita dapat mempertahankan austenite
tanpa transformasi menjadi pearlite.

Gambar di atas menunjukkan tipe dari transformasi yang didapat dari laju pendinginan yang
sangat tinggi. Kurva pendinginan akan berhenti pada sebelah kiri dari awal kurva pendinginan.
Pada kurva itu seluruh austenite akan berubah menjadi martensite. Jika pendinginan itu tidak
terinterupsi pada akhir pendinginan akan didapat austenite.
Gambar laju pendinginan A dan B menunjukkan 2 proses laju pendinginan cepat. Dalam kasus
ini, kurva A akan menyebabkan distorsi tegangan dalam yang lebih tinggi dari laju pendinginan B.
Hasil akhir dari laju pendinginan adalah austenite. Laju pendinginan dikenal sebagai Critical
Cooling Ratio (CCR), didefinisikan sebagai laju pendinginan yang mampu menghasilkan 100%.

Gambar ini menunjukkan proses quenching terinterupsi (garis horizontal menunjukkan


interupsi) dengan cara mencelupkan material kedalam larutan garam dan perendaman dilakukan
pada temperature konstan diikuti dengan proses pendinginan yang melalui daerah Bainite yang
bersiafat tidak sekeras austenite. Hasil daril aju pendinginan D adalah dimensi lebih stabil, distorsi
lebih kecil, interval stress lebih kecil.

Dari gambar diatas dapat diketahui kurva pendinginan C menunjukkan proses pendinginan
yang lambat seperti pada pendinginan dapur. Sebuah contoh pendinginan lambat adalah proses
annealing, dimana semua austenite berubah menjadi pearlite sebagai hasil pendinginan lambat.
Terkadang kurva pendinginan menyentuh bagian tengah dari kurva transformasi yang
merupakandaerah austenite pearlite.

Gambar diatas adalah gambar pembentukan baja eutectoid pada diagram TTT yang dimana
baja tersebut terbentuk darikandungan besi dan karbon 0,8%. Baja ini terbentuk dari perlit dan
terbentuknya ferit dan sementit.
Gambar diatas adalah gambar pembentukan bja hypo-eutectoid pada diagram TTT yang
dimana baja tersebut terbentuk dari kandungan besi dan karbon kurangdari 0,8%. Baja ini
terbentuk dari sturktur perlit dari terbentuknya sementit yang menyerap karbon dari ferit.

Gambar diatas adalah gambar pembentukan baja hyper-eutectoid pada diagram TTT yang
dimana baja tersebut terbentuk dari kandungan besi dan karbon lebihdari 0,8%. Baja ini terbentuk
dari struktur perlit dan terbentuknya sementi terlebih dahulu karena berlimpahnya karbon setelah
itu terbentuk ferit.
DIAGRAM FASE

Istilah fasa berkaitan dengan keadaan materi yang terpisah dan dapat diidentifikasi.
Istilah ini dapat diterapkan baik pada material kristalin maupun non kristalin , dan merupakan cara
yang mudah untuk menyatakan struktur materi.
Dalam praktek jumlah diagram fasa relative banyak, namun apabila diamati
dengan cermat, ternyata hanya ada 3 kelompok diagram fasa, yakni:
1. Diagram fasa yang menunjukka adanya kelarutan yang sempurna dalam keadaan cair
dan padat. Seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar diagram fasa Cu-Ni

2. Diagram fasa yang menunjukkan adanya kelarutan yang sempurna dalam keadaan cair,
dan larut terbatas dalam keadaan padat:
a. Diagram fasa yang mengandung reaksi fasa eutektik
b. Diagram fasa yang mengandung fasa Peritektik

c. Diagram fasa yang mengandung senyawa

3. Diagram fasa yang menunjukkan adanya kelarutan yang sempurna dalam keadaan
cair, dan ketidaklarutan dalam keadaan padat

Di dalam konteks ilmu logam (material), diagram fasa merupakan suatu pemetaan dari
kondisi logam atau paduan dengan dua variabel utama umumnya ( konsentrasi dan temperatur).
Secara umum ada 2 jenis diagram fasa yang dipakai, yaitu diagram fasa biner (terdiri atas 2 unsur
logam) dan diagram fasa terner (terdiri atas 3 unsur logam). Dalam pembahasan ini nanti, akan
difokuskan pada diagram fase biner.

DIAGRAM FASE BINER


Diagram fase biner yang saya ambil sebagai contoh disini adalah diagram fase dari Al-
Cu . Dari diagram fase tersebut akan dijelaskan bagaimana membentuk diagram single kristal,
polikristal dan polikristal terorientasi.
Berikut gambar diagaram fase Al-Cu :

1. Terbentuknya Single Kristal


Ada dua metode dasar dalam memmbuat kristal tunggal

1. Solidifikasi dari lelehan


Pada metode solidifikasi paling sederhana, Logam polikristalin yang akan diubah
menjadi kristal tunggal disangga dalam cawan tidak reaktif horisontal (seperti grafit) dan
dibekukan secara bertahap dari salah satu ujung dengan melewati dapur listrik
bertemperatur maksimum sekitar 10℃ diatas titik leleh. Meskipun selama solidifikasi awal
terbentuk beberapa nuklei, salah satu kristal dengan laju pertumbuhan yang peka terhadap
orientasi mengalahkan kristal lainnya, dan menguasai seluruh medan pertumbuhan .
Metode ini cocok sekali untuk pembibitan kristal dengan orientasi pertumbuhan yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Bibit kristal ditempatkan berdekatan dengan spesimen polikristal
dalam kapal dan sambungan dilelehkan sebelum mulai dengan proses
pelelehan/solidifikasi. Spesimen kawat dapat dikembangkan dalam tabung silika atau gelas
tahan panas yang dilapisi dengan drafit (aquadeg) pada bagian dalamnya. Pada
pengembangan lebih lanjut dari cara ini, benda uji diletakkan dalam tabung silika vakum
lebih lanjut dan setelah ditempatkan dalam kapal tembaga yang didinginkan dengan
dengan air melewati kumparan pemanas frekuensi tinggi yang menghasilkan zona lelehan .
Kebanyakan teknik solidifikasi kristal tunggal diturunkan dari metode Bridgman dan
Czocharlski. Pada metode Bridgman, sample logam murni ditempatkan dalam cetakan
vertikal terbuat dari grafit licin, tirus hingga mencapai titik ujung. Cetakan perlahan-lahan
diturunkan kedalam dapur tabung dengan zona lelehan sempit. Kristal mulai tumbuh dari
titik ujung cetakan. Pada metode Czocharlski, yang sering disebut “penarikan kristal”, kristal
benih ditarik perlahan-lahan dari permukaan logam cair, sehingga lelehan bersolidifikasi
dengan orientasi yang sama dengan benih. Rotasi kristal selama penarikan menghasilkan
kristal yang bulat. Teknik ini dimanfaatkan untuk pembuatan in vacuo kristal Si dan Ge .
Kristal dapat juga dibuat dengan teknik “zona ambang” (floating zone) (misalnya
untuk logam dengan titik cair tinggi seperti W, Mo, dan Ta) .Batang polikristal murni dijepit
pada ujung atas dan bawah dengan jepitan yang didinginkan dengan air dan diputar dalam
gas mulia atau vakum. Daerah lelehan kecil, yang dihasilkan oleh kumparan frekuensi radio
yang didinginkan dengan air atau yang dihasilkan oleh penembakan elektron yang berasal
dari filamen sirkular, dilewatkan sepanjang sample. Kemurnian yang tinggi dapat dihasilkan
karena spesimen tidak berhubungan dengan sumber kontaminasi dan juga karena ada aksi
pemurnian zona .

2. pertumbuhan butir dalam keadaan padat


Metode yang melibatkan pertumbuhan butir (2) didasarkan pada anil sampel yang
dideformasi. Pada teknik anil regangan, logam berbutir halus diberi regangan halus tarik
kritis sekitar 1-2%, kemudian dianil didapur gradien yang bergerak dan berada pada
temperatur dibawah titik leleh atau temperatur transformasi. Regangan ringan
menghasilkan beberapa nuklei kristalisasi; selama anil, salah satu satu nukleus tumbuh
lebih cepat daripada nuklei potensial lainnya yang kemudian habis “termakan”. Metode ini
diterapkan pada logam dan paduan dengan energi salah-susun tinggi seperti Al , besi-
silikon. Sulit untuk mendapatkan kristal tunggal logam dengan energi salah-susun rendah
seperti Au dan Ag, karena dengan mudah terbentuk kembaran anil yang mempunyai
orientasi rangkap. Kristal tunggal logam heksagonal juga sulit dibuat karena pembentukan
kembaran deformasi selama peregangan merupakan lokasi nukleasi yang efektif.

Pada diagram fasa unsur Al-Cu Singgle kristal dapat diperoleh melalui proses partial
melting , yaitu proses pemanasan sampai dengan titik leleh salah satu unsurnya. Pada
contoh kasus disini misalkan untuk mendapatkan singgle kristal Cu maka campuran Al-Cu
di panaskan hingga mencapai titik leleh Cu dan kemudian diturunkan perlahan-lahan.
Begitu juga untuk mendapatkan singgle kristal Ag maka campuran Ag-Cu dipanaskan
hingga mencapai titik leleh Ag dan kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jadi intinya letak
diagram singgle kristal itu tidak tepat pada titik leleh nya , tetapi agak berada dibawahnya.

2. Terbentuknya Polikristal
Sedangkan pada proses terbentuknya polikristal, secara umum dapat dibuat dengan
cara dpanaskan dan seteelah itu didinginkan secara cepat, sehingga tidak terjadi proses
tumbuh, melainkan banyak terjadi nukleasi. Hal ini berbeda dengan single kristal yang
terjadi sedikit proses nukleasi tetapi tumbuh.

Proses di atas banyak menggunakan proses pemanasan dan pendinginan, proses tersebut
dapat dijepaskan sebagai berikut :
Heat treatment merupakan suatu proses pemanasan dan pendinginan yang
terkontrol, dengan tujuan mengubah sifat fisik dan sifat mekanis dari suatu bahan atau
logam sesuai dengan yang dinginkan. (Kamenichny, 1969: 74). Proses dalam heat
treatment meliputi heating, colding, dan cooling. Adapun tujuan dari masing-masing proses
yaitu :

1. Heating :  proses pemanasan sampai temperatur tertentu dan dalam periode waktu.
Tujuannya untuk memberikan kesempatan agar terjadinya perubahan struktur dari atom-
atom dapat menyeluruh.
2. Holding :  proses penahanan pemanasan pada temperatur tertentu, bertujuan untuk
memberikan kesempatan agar terbentuk struktur yang teratur dan seragam sebelum
proses pendinginan.
3. Cooling :  proses pendinginan dengan kecepatan tertentu, bertujuan untuk mendapatkan
struktur dan sifat fisik maupun sifat mekanis yang diinginkan.

Perlakuan Panas pada logam paduan Al-Cu :

Perlakuan panas pada aluminium paduan dilakukan dengan memanaskan sampai


terjadi fase tunggal kemudian ditahan beberapa saat dan diteruskan dengan pendinginan
cepat hingga tidak sempat berubah ke fase lain. Jika bahan tadi dibiarkan untuk jangka
waktu tertentu maka terjadilah proses penuaan (aging). Perubahan akan terjadi berupa
presipitasi (pengendapan) fase kedua yang dimulai dengan proses nukleasi dan timbulnya
klaster atom yang menjadi awal dari presipitat. Presipitat ini dapat meningkatkan kekuatan
dan kekerasannya. Proses ini merupakan proses  age hardening yang disebut natural
aging. Jika setelah dilakukan pendinginan cepat kemudian dipanaskan lagi hingga di
bawah temperatur solvus (solvus line) kemudian ditahan dalam jangka waktu yang lama
dan dilanjutkan dengan pendinginan lambat di udara disebut proses penuaan buatan.

Digram fase perubahan mikrostuktur paduan Al-Cu


Proses dari pemanasan awal hingga pendinginan cepat disebut proses perlakuan
pelarutan (solution treatment), dan proses sesudahnya disebut proses perlakuan
pengendapan (precipitation treatment).
Mekanisme Pengerasan
Untuk menjelaskan mekanisme terjadinya pengerasan, sebagai contoh
diambil untuk diagram fase Al-Cu. Dari diagram tampak bahwa kelarutan Cu
dalam Al menurun dengan menurunnya temperatur. Suatu paduan dengan 4
% Cu mulai membeku di titik 1 dengan membentuk dendrit larutan padat a.
Dan pada titik 2 seluruhnya sudah membeku menjadi larutan padat a dengan
4 % Cu. Pada titik 3 kelarutan Cu dalam Al mencapai batas jenuhnya, bila
temperaturnya diturunkan akan ada Cu yang keluar dari larutan padat a
berupa CuAl2. Makin rendah temperaturnya makin banyak Cu-Al yang keluar.
Pada gambar struktur mikro Al-Cu tampak partikel CuAl tersebar didalam
matriks a.
Dengan pemanasan kembali sampai diatas garis solvus (titik 3) semua
Cu larut kembali di dalam a. Dengan pendingan cepat (quench) Cu tidak
sempat keluar dari a. Pada suhu kamar struktur masih tetap berupa larutan
padat a fase tunggal Sifatnyapun masih belum berubah. Masih tetap lunak
dan sedikit ulet. Dalam keadaan ini larutan dikatakan sebagai larutan yang
lewat jenuh karena mengadung solute yang melampaui batas jenisnya untuk
temperatur itu. Setelah beberapa saat larutan yang lewat jenuh ini akan
mengalami perubahan kekerasan dan kekuatan. Menjadi lebih kuat dan
keras , tetapi struktur mikro tidak tampak mengalami perubahan .
Penguatan ini terjadi karena timbulnya partikel CuAl 2 (fase q) yang
berpresipitasi di dalam kristal a. Presipitat ini sangat kecil tidak tampak di mikroskop
(submicroscopic) dan akan menyebabkan  terjadinya tegangan pada lattis kristal a di
sekitar presipitat ini . Karena presipitat tersebar merata didalam lattis kristal. Maka dapat
dikatakan  seluruh lattis menjadi tegang mengakibatkan kekuatan dan kekerasan menjadi lebih
tinggi.
Aging dapat dilakukan dengan membiarkan larutan lewat jenuh itu pada temperatur
kamar selama beberapa waktu. Dinamakan  natural aging atau dengan memanaskan kembali
larutan lewat jenuh itu ke temperatur di bawah garis solvus dan dibiarkan pada temperatur
tersebut selama beberapa saat. Dinamakan artficial aging Bila aging temperatur terlalu tinggi dan
atau aging time terlalu panjang maka partikel yang terjadi akan terlalu besar (sudah mikroskopik)
sehingga effek penguatannya akan  menurun bahkan menghilang sama sekali, dan ini dinamakan
over aged.

Proses precipitation hardening atau hardening dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:

1. Solution treatment, yaitu memanaskan paduan hingga diatas solvus line.


2. Mendinginkan kembali dengan cepat (quenching)
3. Aging, yaitu  menahan pada suatu temperatur tertentu (temperatur kamar atau temperatur
dibawah solvus line) selang waktu tertentu.

REAKSI KONGRUEN, INKONGRUEN, EUTEKTIK DAN REAKSI PERITEKTIK

A. REAKSI KONGRUEN
Adalah Reaksi yang terjadi tanpa adanya perubahan komposisi atau reaksi yang terjadi
saat senyawa mengalami titik cair atau titik beku yang kongruen. Titik cair atau titik beku yang
kongruen itu sendiri terjadi ketika sebuah senyawa mencair atau membeku tanpa adanya
perubahan komposisi. Reaksi kongruen ada pada fasa intermediet yang memiliki struktur
kristal yang berbeda dengan fasa primer dan terletak diantara fasa primer dalam diagram
fasa. Fasa intermediet terdapat mulai dari temperature ruang hingga likuidus, dan mencair
atau membeku tanpa perubahan komposisi. Di titik ini terjadi reaksi kongruen : titik cair
paduan eutetik tidak kongruen. Fasa dengan pencairan kongruen dijadikan sarana untuk
membagi diagram fasa yang kompleks (biner atau terner) menjadi bagian yang lebih mudah
dimengerti. Contoh dari transformasi kongruen termasuk transformasi allotropic. Berikut
contoh gambar dari reaksi kongruent pada hafnium –vanadium. Yang mana merupakan fasa
single kristal (spesifik pada point temperatur dan komposisi dengan reaksi eutektik, peritektik
dan terjadi fase transformasi yang kongruen) :
Gambar diagram fase hafnium dan fanadium

B. REAKSI INKONGRUEN
Adalah Reaksi yang terjadi dengan adanya perubahan komposisi.
Reaksi peritektik merupakan contoh dari inkongruen untuk fasa intermediet.

C. REKSI EUTEKTIK
Adalah reaksi fasa yang terjadi dimana satu fasa cair berubah menjadi 2 fasa yang
berbeda [ L ∝+ β ] atau Reaksi dimana material mengalami larut sempurna dalam keadaan
cair dan tidak larut sempurna atau sebagian dalam keadaan padat. Sedangkan logam
campur eutektik adalah logam campur dimana komponennya mempunyai kelarutan cair yang
menyeluruh tetapi kelarutan padatnya terbatas (insoluble as solids). Contohnya seperti pada
Perak dan tembaga ( Ag-Cu). Berikut contoh diagram fase Eutektik :
Keterangan :
# Angka 10 --> batas
kelarutan B di A adalah 10%;
# Angka 60 --> jika
komposisi A dan B mamiliki 60%
# Angka 90 --> A larut di B
dengan maksimal 10%.

D. REAKSI PERITEKTIK
Reaksi Peritektik adalah sistem dengan komponen titik cair yang sangat berbeda.
Reaksi ini hampir sama dengan reaksi eutektik, biasanya reaksi peritektik terdapat pada
sistem yang lebih rumit seperti Cu-Zn dengan rentetan terdiri dari lima reaksi peritektik

. .
Keterangan :
 Garis komposisi 1 dan 2 diagram fasa jenis ini mirip dengan garis 1 dan 2 diagram
fasa jenis sebelumnya yang memiliki reaksi fasa eutektik.
 Garis komposisi 3 : Diketahui komposisi paduan A dan B = 30 %.
Tahapan solidifikasinya adalah sebagai berikut : Titik 1 dan 2, adalah 100% cair dan
pengintian padat ∝.
 Pada saat garis 3, garis komposisi memotong garis horizontal peritektik, sehingga,
terjadi 2 tahapan tranformasi fasa.
 Fasa cair berubah menjadi fasa padat mengikuti reaksi fasa peritektik, yakni:
Fasa cair ditambah fasa pada, menghasilkan fasa padat yang berbeda, atau fasa cair jika
berubah menjadi fasa padat, membutuhkan sebagaian fasa ∝. Perbandingan ∝ dan L
tergantung garis dari peritektik diagram fasanya. Dalam hal ini perbandingannya: (70-60) :
60-20) = 1 : 4. Sehingga dari L = 20%,
fasa lain yang diperlukan adalah = ¼ x 20% = 5%. Jadi untuk mengubah L 20%
menjadi fasa padat, memerlukan fasa ? = 5% sehingga didapatkan :
L + ∝→ β
L= 20%, dan ∝=5 % didapatkan β = 25%
Sehingga pada akhir tahap II diperoleh :
∝= 80 % - 5 % β = 75 %
β = L + ∝= 20 % + 5 % = 25 %
 Titik 1 dan 2, adalah 100% cair dan pengintian padat ∝. Pada titik 3,
Tahapan pembekuannya adalah sebagai berikut:
 Pada saat garis 4 memotong garis horizontal peritektik, terjadi 2 tahapan
transformasi fasa.
 Paduan A dan B dengan B =60%. Pada titik 1 dan 2, adalah 100 % L dan
Pengintian ∝ . Pada titik 3, garis komposisi memotong garis horizontal peritektik,
sehingga terjadi 2 tahap transformasi fasa.
 Paduan A dan B dengan B = 65%. Pada titik 1 dan 2, adalah 100 % L dan
pengintian ∝ . Pada titik 3, pada saat garis komposisi 6 memotong garis horizontal,
maka terjadi 2 tahapan tranformasi fasa.
CACAT DALAM PADATAN

Cacat pada material selalu ada, secara khusus cacat pada kristal. Padatan
selalu mengandung diskontinuitas struktural dan daerah tertentu yang tidak teratur. Heterogenitas
ini terdapat pada skala mikroskopik dan makroskopik, dengan cacat atau ketidaksempurnaan,
mulai dari atom yang hilang atau salah tempat, hingga cacat yang kasat mata. Kebanyakan
material yang digunakan untuk komponen rekayasa dan struktur terbuat dari sejumlah besar butir
atau kristal. Oleh karena itu wajar apabila permukaan batas butir dari agregat polikristalin seperti
itu dianggap sebagai ketidaksempurnaan. Cacat lain yang relatif besar seperti pori penyusutan,
gelembung gas, inklusi material asing, dan retak ditemukan tersebar didalam butir suatu material
logam atau keramik.Cacat ini biasanya dipegaruhi oleh pemrosesan material dan bukan
merupakan sifat dasar material.
Kecacatan ini biasanya diakibatkan adanya :
1. efek vibrasi yang ada pada atom, sehingga atom mudah pindah
2. inklusi atau adanya atom asing
3. gaya-gaya dari luar yang memungkinkan atom-atom berpindah tempat, contoh: beban termal, dan
beban mekanik .
akibat adanya ketidaksempurnaan susunan atom , maka kekuatan menjadi turun. Adapun
jenis-jenis ketidaksempurnaan atau jenis-jenis cacat adalah:
a. Cacat Titik (Point Defect)
Cacat titik atau point defect terdiri dari kekosongan, penggantian atom (substitusi), dan
penyisipan atom (interstisi). Substitusi atau interstisi ditentukan oleh ukuran atau diameter atom
asingnya. Intertisi jika atom yang nyisip lebih kecil dengan perbedaan diameter atom lebih besar
dari 15%. Sedangkan substitusi jika diameter atom hampir sama atau perbedaan diameter atom
lebih kecil.
a.1. Kekosongan
Cacat titik kekosongan, yaitu cacat yang diakibatkan satu atom hilang dan
tempatnya kosong tidak terisi.
Cacatan:
Kekosongan memudahkan atom untruk berpindah tempat.
Proses pemindahan atom dari suatu tempat ke tempat lain
disebut DIFUSI

Gambar Cacat titik kekosongan.

a.2. Penggantian (Substitusi)


Cacat titik Substitusi, yakni cacat yang diakibatkan satu atom diganti oleh
atom lain yang diameternya hampir sama atau lebih besar.
Gambar Cacat titik Substitusi:

a.3. Penyisipan (Interstisi)


Cacat titik interstisi, yakni cacat yang diakibatkan satu atom asing yang
lebih kecil, nyisip di rongga.
Gambar :

a.4. Impurity (ketidakmurnian),


yaitu adanya atom “asing” yang menggantikan tempat yang seharusnya diisi oleh
atom. Impuritas adalah atom asing yang hadir pada material. Logam murni yang hanya terdiri dari
satu jenis atom adalah tidak mungkin. Impuritas bisa menyebabkan cacat titik pada kristal. Ada
paduan dimana atom impuritas sengaja ditambahkan untuk mendapatkan karakteristik tertentu
pada material seperti untuk meningkatkan kekuatan mekanik atau ketahanan korosi.
a.5. Cacat Schottky dan Frenkel
Cacat ini banyak dijumpai pada kristal ionik. Cacat Schottky adalah berupa
kekosongan pada suatu titik kisi bersama-sama dengan cacat sisipan di permukaan. Sedangkan
bila kekosongan berpasangan dengan sisipan di dalam kristal membentuk cacat Frenkel.
Dari sumber lain ada juga yang menyebutkan cacat titik meliputi:
a.6. Cacat titik dalam kristal nonmetalik
Cacat titik dalam struktur nonmetalik, khususnya struktur ionik, berkaitan dengan hal-
hal tambahan (seperti persyaratan untuk mempertahankan kenetralan listrik dan kemungkinan
keberadaan cacat anion dan cacat kation). Misal, kekosongan anion pada NaCl akan menjadi
cacat bermuatan positif dan dapat menjebak elektron dan mengubahnya menjadi pusat F yang
netral. Selain itu kekosongan anion mungkin pula berkaitan dengan interstisi anion atau
kekosongan kation. Pasangan kekosongan-interstisial yang dihasilkannya disebut cacat frenkel
dan pasangan kekosongannya disebut cacat schottky, seperti terlihat pada gambar 4.5. Interstisial
lebih sering dijumpai dalam struktur ionik dibandingkan dalam struktur metalik, karena keberadaan
“lubang” atau interstisi dalam jumlah yang besar.
Secara keseluruhan energi pembentukan dari kedua jenis cacat ini berbeda dan hal
ini menghasilkan perbedaan dalam konsentrasi cacat. Berkaitan dengan kekosongan E f -> Ef + ,
maka apabila temperatur dinaikan pada tahap awal terbentuk lebih banyak kekosongan kation
dibandingkan kekosongan anion yang berasal dari dislokasi dan batas namun medan listrik yang
dihasilkan menghambat pembentukan kation dan memicu pembentukan anion sehingga pada
kesetimbangan terdapat anion adan kation dengan jumlah yang hampir sama. Ion asing dengan
valensi berbeda dengan kation penerima juga menimbulkan cacat titik untuk mempertahankan
netralitas muatan.
Contoh semikonduktor tipe-p (muncul karena kekurangan kation) adalah NiO, PbO
dan Cu2O, sedangkan semikonduktor tipe-n (muncul akibat kelebihan kation) adalah oksida Zn,
Cd, dan Be.
Berikut gambar macam-macam cacat titik :

a.7. Iradiasi padatan

Terdapat beberapa macam jenis radiasi energi tinggi seperti ( neutron, elektron,
partikel-α , proton, deutron, fragmen fisi uranium , sinar- γ , sinar –X) semua jenis radiasi tersebut
mampu menghasilkan “kerusakan radiasi” pada material yang terkena radiasi.yang menarik
perhatian husus adalah prilaku material yang terkena iradiasi dalam reaktor nuklir. Hal ini
dikarenakan neutron yang dihasilkan reaktor melalui reaksi fisi memiliki energi sangat tinggi
sekitar ( 2 MeV ) karena tidak bermuatan dan tidak dipengaruhi medan listrik yang mengelilingi
nukleus atomik selain itu neutron dapat berpenetrasi cukup jauh dalam struktur. Kerusakan yang
terjadi tidak terlokalisir namun terdistribusi dalam padatan dengan bentuk damage spike (puncak
kerusakan).
Kerusakan akibat iradiasi sebagian besar berbentuk interstisi yaitu atom yang
ditumbuk pindah keposisi interstisi dalam kisi sehingga mengalami kekosongan . wujud lain dari
kerusakan radiasi adalah dispersi energi atom yang dihentikan dan berubah menjadi energi
getaran kisi. Energi terkonsentrasi didaerah sempit dan untuk waktu yang sangat singkat logam
mengalami pemanasan lokal .
Untuk membedakan kerusakan ini dari puncak perpindahan dengan energi cukup
besar untuk memindahkan atom, maka daerah yang terpengaruh panas ini disebut spike termal
(temperatur puncak).
a.8. Konsentrasi cacat titik

Tahanan listrik ρ merupakan salah satu sifat paling sederhana dan paling peka untuk
meneliti konsentrasi cacat titik. Cacat titik merupakan penghambur elektron yang kuat dan
peningkatan tahanan (∆ ρ ) dapat ditulis dengan persamaan : ∆ ρ= A exp[−E f ¿ ¿ k T Q ]¿
A : konstanta entropi pembentukan
E f : energi pembentukan kekosongan
T Q : temperatur kuens
Pada temperatur tinggi , konsentrasi kesetimbangan kekosongan sangat tinggi
dalam struktur, memungkinkan terbentuknya kelompok kekosongan ganda bahkan kekosongan
rangkap tiga bergantung pada nilai energi ikatan masing-masing. Pada kondisi kesetimbangan
antara kekosongan tunggal dan kekosongan ganda, konsentrasi kekosongan total adalah c v = c1v
+ 2ccv . sedangkan konsentrasi kekosongan ganda adalah c cv = Azc1v2 exp [B2/kT] .
B2 : energi ikatan untuk pasangan kekosongan sekitar 0,1-0,3 eV
z : faktor konfigurasi
perpindahan kekosongan ganda merupakan proses yang lebih mudah dan energi
aktifasi perpindahannnya sedikit lebih rendah dibandingkan E m untuk kekosongan tunggal.

b. Cacat Garis (Line Defect)


Cacat garis disebut juga dislokasi atau dislocation. Dislokasi terbagi dua, yakni dislokasi
garis (edge dislocation), dan dislokasi ulir (screw dislocation).

b.1 Dislokasi Garis

Dislokasi sisi terjadi jika garis dislokasinya tegak lurus


dengan vector BURGER yaitu arah pergerakan slip.
Vektor burger menentukan pergeseran atomik ketika dislokasi
bergerak melalui bidang slip. Nilainya ditentukan oleh struktur
kristal kartena sewaktu terjadi sllip perlu dipertahankan
struktur kisi identik baik sebelum maupun sesudah dislokasi
terjadi. Gerak dislokasi garis atau sisi dibatasi pada stu bidang saja.
b.2. Dislokasi Ulir
Dislokasi Ulir terjadi jika :

Garis dislokasinya sejajar dengan vector BURGER.
 Jika dislokasinya diteruskan
sampai permukaan,maka akan
terjadi DEFORMASI.
 Dibawah pengaruh tegangan
(dimana tegangan > σy material
tersebut), maka dislokasi dapat
bergerak (hanya yang terletak
pada bidang geser).
 Dislokasi akan bergerak terus jika tegangan lebih besar dari
σy, sehingga kedua dislokasi akan bertemu, maka vector
bergeser tidak terletak pada bidang geser akan
menyebabkan terkuncinya dislokasi (CESSILE
DISLOCATION).
 Mudah tidaknya dislokasi digerakkan erat kaitannya dengan kekuatan logam atau ketahanan
terhadap DEFORMASI PLASTIS
 Gerakan yang mencapai permukaan logam menandakan logam tersebut telah mengalami
deformasi.
 Agar logam kuat maka dislokasinya dibuat tidak/sukar bergerak, jika kedua dislokasi bertemu
maka dislokasinya akan sempurna (dislokasi makin banyak).
Pola tersebut terjadi saat pengerjaan logam mengalami pendinginan. Maka tinggi
dislokasi, logam makin keras, disebut STRAIN HARDENING (jka beban >σy). Yang
menghambat suatu dislokasi biasanya dislokasi lain atau bisa juga penyebab yang lain
(misalnya :pelarut) .
Perbedaan penting antara gerak dislokasi ulir dan gerak dislokasi garis terjdi karena
dislokasi ulir memiliki simetri silindris terhadap sumbunya dan vektor burger sejajar dengan
sumbu ini.

c. Cacat Bidang
Cacat bidang adalah cacat pada atom, dimana satu bidang atom mengalami cacat. Cacat
bidang terbagi jadi dua, yakni: batas butir (Grain boundary), dan garis kembar (Twin).

c.1. Batas Butir ( Grain Boundary)


Batas butir merupakan garis batas yang terjadi dari pertemuaan orientasi butir yang
berbeda. Awalnya ketika terjadi pembekuan, pembekuan dimulai dari dari satu titik pengintian
dengan orientasi butir yang berbeda dari tiap titik pengintian padat, sebagaimana terlihat pada
gambar a. Tiap butir berkembang terus mengikuti orientasi butir masing-masing, sejalan dengan
berkurangnya temperatur, sebagaimana terlihat pada gambar b. Tiap butir berkembang terus
mengikuti orientasinya sampai bertemu atau berpotongan dengan orientasi butir lain,
sebagaimana terlihat pada gambar c. Garis tertemuan atau perpotongan tiap butir disebut batas
butir, sebagaimana terlihat pada gambar d. Berikut gambar batas butir yang diamati dengan
mikroskop.

c.2.Garis Kembar
Garis kembar (Twin) adalah dua garis sejajar yang terjadi akibat slip, dan ini
terjadi pada material yang memiliki banyak bidang slip atau bidang geser, yakni
material yang memiliki sel satuan FCC.

Garis kembar terjadi karena butir-butir saling berdesakan


Butir halus logam kuat
atas butir banyak akibatnya cacat bidang banyak, karena terjadi banyak
dislokasi.

d. Cacat Volume
Cacat ruang adalah cacat apabila satu ruangan atom hilang. Cacat ini bisa dikenali juga
sebagai porositas. Pada logam besi cor, porositas ini bisa terjadi akibat udara yang terjebak saat
pengecoran.
Cacat yang menempati volume dalam kristal berbentuk void, gelembung gas, dan
rongga. Cacat ini dapat terjadi akibat perlakuan panas, iradiasi , atau deformasi dan sebagian
besar energinya berasal dari energi permukaan (1-3 J/m 2). Pada void, pembentukan void dipicu
oleh laju kuens rendah dan temperatur penuaan tinggi, dan kerapatan void bertambah apabila
terdapat gas dalam lartan padat ( misal hidrogen dalam tembaga dan hidrogen atau oksigen
dalam perak). Pada alumunium dan magnesium pembentukan void dipicu oleh kuens dari
lingkungan lembab, yang mungkin disebabkan oleh reaksi oksida yang menghasilkan hidrogen.
Void bukanlah gelembung gas konvensional, kerana hanya diperlukan beberapa atom gas untuk
nukleasi void dan setelah itu void tumbuh dengan adsorpsi kekosongan.

Akibat dari adanya cacat pada suatu material, diantaranya yaitu :


 Impuritas bisa menyebabkan cacat titik pada kristal. Ada paduan dimana atom impuritas
sengaja ditambahkan untuk mendapatkan karakteristik tertentu pada material seperti untuk
meningkatkan kekuatan mekanik atau ketahanan korosi.
 akibat adanya ketidaksempurnaan susunan atom, maka kekuatan menjadi turun dan lain
sebagainya.

KARAKTERISTIK STRUKTUR DAN SIFAT LOGAM

A. KARAKTERISTIK STRUKTUR LOGAM


Karakteristik logam ini dipelajari dari struktur elektronnya atau dengan kata lain dari
pemahaman struktur atom-atom yang membentuknya. Berikut ini karakteristik dari struktur
logam murni. Ion logam berukuran relatif kecil, dengan diameter sekitar 0,25 nm. Ion-ion sejenis
di dlam logam padat murni tertumpuk bersama secara teratur, dan sebagian besar logam
tertumpuk secara kolektif ion-ion menempati volume minimum. Logam umumnya berbentuk
kristal dan penumpukan ionnya tertutup atau terbuka. Susunan atomnya dapat ditentukan dan
dinyatakan berdasarkan bentuk struktur selnya. Selain itu, karena ikatan metalik tidak
bergantung pada arah. Contoh, baja yang memiliki butiran yang kasar cenderung kurang
tangguh a dibandingkan dengan baja yang memiliki butiran yang halus. Besar butir ini dapat
dikendalikan melalui komposisi pada waktu proses pembuatan, akan tetapi setelah menjadi
baja, pengendalian dilakukan dengan proses perlakuan panas. Tidak semua baja mengalami
pertumbuhan butir yang berarti setelah pemanasan diatas daerah kritis, beberapa jenis baja
dapat dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi tanpa mengalami perubahan ukuran butirnya.
Hal ini merupakan karakteristik baja karbon sedang, suhu pengkasarannya tidak tetap dan
dapat berubah-ubah, tergantung pada pengerjaan panas atau dingin sebelumnya.
Kebanyakan logam memiliki 3 (tiga0 struktur kristal, yaitu FCC ( kubus berpusat muka),
BCC ( Kubus berpusat badan) dan Heksagonal tumpukan padat. Pada temperatur kamar, besi
atau baja memiliki bentuk struktur BCC (Body Centered Cubic). Dalam hal ini cell unit dari
atom-atom disusun sebagai sebuah kubus dengan atom-atom menempati kedelapan dari sudut
kubus dan satu atom berada di pusat kubus. Pada temperatur yang tinggi, besi atau baja
memiliki bentuk struktur FCC (Face Centered Cubic). Dalam hal ini, cell unit adalah sebuah
kubus dengan atom-atom menempati kedelapan dari sudut kubus dan atom lainnya berada
pada pusat masing-masing dari enam keenam bidang kubus. Disamping berbentuk kubus, cell
unit lainnya dapat berupa HCP (Hexagonal Close Packed), seperti halnya pada logam seng.
Dalam hal ini atom-atom menempati kedua belas sudut, atom lain menempati dua sisi dan
ketiga atom lagi menempati tengah.

a. FCC
Struktur FCC mempunyai sebuah atom pada pusat semua sisi kubus dan sebuah atom
pada setiap titik sudut kubus. Sel satuan FCC punya 4 buah atom, Sedangkan hubungan
panjang sisi kristal FCC (a) dengan jari –jari atomnya R adalah a = 2R √ 2 . Beberapa
logam yang memiliki struktur kristal FCC adalah Tembaga, alumunium, Perak, dan Emas.
b. BCC
Struktur BCC memiliki sebuah atom pada pusat kubus dan sebuah atom pada setiap
titik sudut kubus. Sel satuan BCC mempunyai 2 buah atom. Hubungan panjang sisi kristal
BCC dengan jari-jarinya adalah a= 4R/ √ 3 . Logam dengan struktur kristal BCC mempunyai
kerapatan atom yang lebih rendah dibandingkan logam dengan struktur kristal FCC. Hal ini
bisa dilihat dari jumlah bidang gesernya. Pada BCC jumlag bidang gesernya lebih sedikit
dari pada FCC.
c. Heksagonal tumpukan padat
Ciri khas logam dengan struktur HCP adalah setiap atom dalam lapisan tertentu
terletak tepat diatas atau dibawah sela antara tiga atom pada lapisan berikutnya. Sel
satuan HCP mempunyai 6 buah atom.

Elektron pada logam

Elektron pada logam dapat bergerak bebas, sehingga membuat logam menjadi
bahan yang konduktif. Interaksi elektron-elektron bergerak denga ion-ion logam yang terdiri
terdistribusi pada suatu kisi bergantung pada panjang gelombang elektron-elektron serta jarak
antar ion dalam arah gerak elektron. Karena jarak antar ion bergantung pada arah kisi, panjang
gelombang elektron-elektron yang mengalami difraksi oleh ion-ion juga akan bergantung pada
arah kisi tersebut.

B. KARAKTERISTIK SIFAT LOGAM

Sifat-sifat Logam :
a. Sifat Listrik
Sifat Listrik ini berhubungan dengan konduktvitas atau daya hantar dari suatu bahan.
Pada logam ini memiliki nilai konduktivitas yang tinggi. Hal inilah yang menyebaban logam
disebut sebagi konduktor yang baik. Kekonduktivitasan ini berhubungan dengan keadaan
elektron di dalam logam. Elektron pada logam dapat bergerak bebas dan memiliki GAP
yang tumpang tindih, sehingga elektron dapat bergerak atau berpindah lebih mudah.
b. Sifat Kimia
Sifat kimia pada logam ini meliputi ciri-ciri dari komposisi kimia dan pengaruh unsur
terhadp metal. Contohnya seperti segregasi dan ketahanan korosi. Logam seprti baja
memiliki nilai ketahanan terhadap korosi yang baik, karena memiliki kandungan karbon.
Pada suhu kamar logam berwujud padat kecuali raksa (berwujud cair). Contoh sifat kimia
lain dari logam adalah Titik leleh dan titik didih. Logam-logam cenderung memiliki titik leleh
dan titik didih yang tinggi karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara
logam yang satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah elektron yang
terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan atom-atomnya. Logam-logam
golongan 1 seperti natrium memiliki titik leleh dan titik didih yang relatif rendah karena tiap
atomnya hanya memiliki satu elektron untuk dikontribusikan pada ikatan.
c. Sifat Fisik
Sifat fisik adalah sifat bahan karena mengalami peristiwa fisika, seperti adanya pengaruh
panas dan listrik. yaitu berat jenis, daya hantar listrik dan panas, sifat magnet dan struktur
mikro logam. Beberapa logam (seperti Fe, Co, Ni) memiliki sifat magnetik yang kuat. Daya
hantar listrik pada logam ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Elektron yang terdelokalisasi
bebas bergerak di seluruh bagian struktur tiga dimensi. Elektron-elektron tersebut dapat
melintasi batas butiran kristal. Meskipun susunan logam dapat terganggu pada batas
butiran kristal, selama atom saling bersentuhan satu sama lain, ikatan logam masih tetap
ada. Cairan logam juga menghantarkan arus listrik, hal ini menunjukkan bahwa meskipun
atom logam bebas bergerak, elektron yang terdelokalisasi masih memiliki daya yang tersisa
sampai logam mendidih.
Logam juga daya hantar panas yang baik. Energi panas diteruskan oleh elektron
sebagai akibat dari penambahan energi kinetik (hal ini memnyebabkan elektron bergerak
lebih cepat). Energi panas ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang
bergerak.
d. Sifat Tekhnologi
Sifat pengerjaan logam adalah sifat suatu bahan yang timbul dalam proses
pengolahannya.sifat itu harus diketahui lebih dahulu sebelum pengolahan bahan dilakukan.
Pengujian yang dilakukan antara lain pengujiian mampu las, mampu mesin, mampu cor,
dan mampu keras. Logam merupakan bahan yang baik untuk diaplikasikan dalam teknologi,
karena logam memiliki struktur yang kuat dan tidak mudah patah.
e. Sifat Mekanik
Yang dimaksud dengan sifat mekanis suatu logam adalah kemampuan atau kelakuan
logam untuk menahan beban yang diberikan, baik beban statis atau beban dinamis pada
suhu biasa, suhu tinggi maupun suhu dibawah 0°C. beban statis adalah beban yang tetap,
baik besar maupun arahnya berubah menurut waktu. , yaitu : kekuatan tarik, kuat bengkok,
kekerasan, kuat pukul, kuat geser, dan lain-lain. Sering pula dimasukkan sifat teknologi dari
material ialah mampu mesin, mampu cor dan sebagainya. Sifat mekanik logam yaitu , kuat,
keras, kaku dan ulet ( dapat mengalami deformasi tanpa mengalami patahan), Dapat
ditempa dan diregangkan, Tidak dapat ditembus cahaya sehingga tidak tembus pandang.
Logam digambarkan sesuatu yang dapat ditempa dan diregangkan karena kemampuan
atom-atom logam untuk menggelimpang antara atom yang satu dengan atom yang lain
menjadi posisi yang baru tanpa memutuskan ikatan logam. Jika tekanan yang kecil
dikenakan pada logam, lapisan atom akan mulai menggelimpang satu sama lain. Jika
tekanan tersebut dilepaskan lagi, atom-atom tersebut akan kembali pada posisi asalnya.
Pada kondisi seperti itu, logam dikatakan menjadi elastis. Jika tekanan yang lebih besar
dikenakan pada logam, atom-atom akan menggelimpang satu sama lain sampai pada posisi
yang baru, dan logam berubah secara permanen.
Penggelimpangan lapisan atom antara yang satu dengan yang lain ini dihalangi oleh
batas butiran karena baris atom tidak tersusun sebagai mana mestinya. Hal ini
mengakibatkan semakin banyak batas butiran (butiran-butiran kristal lebih kecil),
menyebabkan logam lebih keras. Untuk mengimbangi hal ini, karena batas butiran
merupakan suatu daerah dimana atom-atom tidak berkaitan dengan baik satu sama lain,
logam cenderung retak pada batas butiran. Kenaikan jumlah batas butiran tidak hanya
membuat logam menjadi semakin kuat, tetapi juga membuat logam menjadi rapuh.

C. CONTOH KARAKTERISTIK DARI BEBERAPA LOGAM


C.1. Emas
Memiliki karakteristik :
 Halus, dapat ditempa, metal ductile warna kuning & berkilau
 Dalam konsentrasi < 0,2 % emas menjadi sangat rapuh
 Udara / air pada suhu apapun tidak mempengaruhi emas
 Emas tidak larut pada sulfuric, nitric atau asam hidrokolik, meski demikian dapat larut
pada kombinsi nitric & asam hidrokolik
 Karena sifatnya yang lunak, jika dicampur dengan copper, silver, platinum dan metal lain
dapat meningkatkan keekrasan, ketahann dan elastisitasnya.
C.2. Platinum
Memiliki karakteristik :
 Logam yang berwarna putih kebiruan
 Keras, ductile, melleable, dpat berbentuk foil atau fine wire
 Kekerasannya hampir sama dengan copper
 Tahan terhadap kondisi serta temperatur dalam rongga mulut
 Dalam bentuk foil titik leburnya tinggi dari porselen & koefisien ekspansinya mendekati
porselin sehingga mencegah tetekuknya metal / fraktur porselin
 Platinum (Pt) merupakan komponen utama pada alloy sbagai precisin attachment pada
crown & bridge sehingga sifat wear yang baik & memiliki titik lebur yang tinggi.
C.3. Perak ( Ag)
Memiliki karakteristik :
 Lunak, metal putih yang ductile
 Dikenal sebagai konduktor panas dan listrik yang paling baik
 Lebih kuat dan keras dari pada emas namun lebih lunak dari copper
 Titik leburnya 961,90 C. Yaitu dibawah copper dan emas
 Perak murni menangkap banyak oksigen sehingga menyulitkan pada casting karena
timbulnya gas pada solidication maka akan terbentuk permukaan casting yang kaar.
 Menmbahkan sedikit palladium pada silver akan mencegah korosi pada rongga mulut
 Membentuk solid solution dengan palladium & emas sehingga terbentuk emas dan
palladium based alloys
 Pada gold-based alloy, perak efektif menetralisir warna kemerahan pada alloy yang
mengandung copper
 Pada palladium – based alloy , perak meningkatkan warna putih dari alloy
C.4. Copper ( Co)
 Lunak, metal ductille dengan konduktivitas termal & listrik yang tinggi serta memiliki
karakteristik warna merah
 Copper membentuk seri sollid solution bersama dengan emas dan palldium
 Komposisi Co pada gold basssed alloy yaitu 40% & 88% dari berat
 Pada palladium bassede alloy yaitu menurunkan titik lebur & menguatkan alloy.
C.5. Zink ( Zn)
 Metal berwarna putih kebiruan, kemunghkinan terbentuk tarnish pada udara yang
lembab.
 Dalam bentuk murni yaitu halus , rapuh & low strength
 Bila dipanaskan di udara , zink akan membentuk oksida putih yang densitasnya rendah.
C.6. Timah( Sn)
 Berkilau , ahlus dan merupakan metal putih
 Beberapa gold based alloy terkandung timah < 5% dari berat
 Dapat dikombinasikan dengan platinum & palladium sehingga tampak keras tapi

KARAKTERISTIK STRUKTUR DAN SIFAT KERAMIK

A. KARAKTERISTIK STRUKTUR KERAMIK


Struktur kristal keramik (terdiri dari berbagai ukuran atom yang berbeda atau minimal
terdiri dari 2 jenis unsur) merupakan salah satu yang paling kompleks dari semua struktur
bahan. Ikatan antara atom-atom ini umumnya ikatan kovalen (berbagi elektron, sehingga
ikatan ini kuat). Ikatan ion juga lebih kuat dari pada logam, akibatnya sifat seperti kekerasan
dan ketahanan panas dan listrik secara signifikan lebih tinggi keramik dari pada logam.
Keramik dapat berikatan kristal tunggal atau dalam bentuk polikristalin. Ukuran butir
mempunyai pengaruh besar terhadap kekuatan dan sifat-sifat keramik, ukuran butir yang
halus (sehingga dikatakan keramik halus), semakin tinggi kekuatan dan ketangguhannya.
Karena ikatan keramik pada umumnya ion dan kovalen sehingga tidak ada elektron bebas.
Hsl ini menyebabkan keramik dapat digunakan sebagai isolator listrik dan termal. Jika celah
energinya kecil, maka dapat berfungsi sebagai bahan semikonduktor.
Kebanyakan bahan pembentuk keramik memiliki ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan
antar. Misal , bagian ikatan ion dalam sistem MgO, AlO, ZnO dan SiO masing-masing adalah
70%, 60%, 60% dan 50%. Yang menarik yaitu pada ReO 3 , TiO merupakan oksida dan tidak
pernah menunjukaan sifat liat atau dapat di deformasikan tetapi memiliki hantaran listrik yang
relatif dapat disamakan dengan logam biasa.
Salah satu sifat bahan keramik yang berhubungan dengan struktur kristal adalah
piezoelektrik yaitu terjadinya muatan statik bila dikenai deformasi elastik dan sebaliknya.
Contohnya seperti kuarsa (SiO2 ) karena sifat ini dapat digunakan sebagai osilator elektronik.
Berikut beberapa struktur kristal keramik:

Bilangan
Nama Tipe Kumpula Koordinasi
Contoh
Struktur Struktur n Anion A Ka
nion tion
Garam AX FCC NaCl,MgO,
6 6
FeO
Sesium AX Kubik CsCl
8 8
Klorida Sederhana
Zinc AX FCC ZnS, SiC
4 4
Blende
Fluorit AX2 Kubik CaF2, UO2
8 4
Sederhana
Perovsk ABX3 FCC 1 BaTiO3,
it 2(A) SrZnO3
6
6
(B)
Spinel AB2X FCC 4 MgAl2O4 ,

4 (A) FeAl2O4
4
6
(B)

Contoh dari keramik :


a. Gerabah
Gerabah dibuat dari semua jenis bahan tanah liat yang plastis dan mudah dibentuk
dan di bakar pada suhu maksimum 1000 0 C. Struktur dan teksturnya sangat rapuh,
kasar, dan masih berpori. Agar kedap air , gerabah kasr harus dilapisi glasir, semen
atau bahan pelapis lainnya. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah apabila
dibandingkan dengan keramik batu atau porselin. Contoh keramik jenis gerabah yaitu
anglo, kendi, gentong, bata , pso pot dsb.
b. Keramik Batu
Keramik batu dibuat dari bahan lempung platis yang dicampur dengan bahan tahan
api sehingga dapat dibakr padaa suhu tunggi ( 1200 0-13000 C). Keramik jenis ini
mempunyai struktur dan tekstur halus dan kokoh, kuat dan berat seperti batu, dan
termasuk dalam kualiytas menengah.

c. Porselin
Adalah Jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari bahan lempung murni
yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan silika. Oleh karena badan porselin jenis ini
berwarna putih bahkan bisa tembus cahaya, maka sering disebut keramik putih. Pada
umumnya, porselin dipijar sampai suhu 1350°C atau 1400°C, bahkan ada yang lebih
tinggi lagi hingga mencapai 1500°C. Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh
sebenarnya mempunyai kekuatan karena struktur dan teksturnya rapat serta keras
seperti gelas. Oleh karena keramik ini dibakar pada suhu tinggi maka dalam bodi
porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi. Secara teknis keramik jenis ini mempunyai
kualitas tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik tersendiri karena keindahan
dan kelembutan khas porselin. Juga bahannya sangat peka dan cemerlang terhadap
warna-warna glasir
d. Keramik Baru
Adlah keramik yang secara teknis diproses untuk keperluan teknologi tinggi seperti
peralatan mobil, listrik, konstruksi , komputer, optik keramik multi fungsidan komposit
keramik, silikon keramik magnet dsb. Sifat khas dari keramik ini disesuaikan dengan
keperluan yang bersifat teknis seperti tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan
karat, tahan suhu kejut seperti isolator, bahan pelapis dan komponen teknis lainnya.
e. Keramik konvensional
 Keramik berstruktur
Penggunaan : batu bata, riol , pot bunga, lantai dan dinding.
 Keramik putih
Penggunaan: peralatan meja makan (seperti piring, teko, mangkuk),
peralatan kamar mandi, perhiasan rumah.
 Keramik refraktori
Di gunakan sebagai batu untuk tanur kupola, serabut keramik, semen
mortar,liner yang di gunakan pada temperatur tinggi seperti di tanur peleburan
besi,aluminium dan sebagainya.

 Keramik listrik
Contohnya insulator, switch dan kepingan penyekat.
f. Keramik Termaju
 Keramik Oksida
Contohnya: Abrasif, Substrat elektronik, Mata pahat, Komponen mesin.
 Keramik Bukan Oksida
Contohnya ialah Turbin gas, Komponen mesin, Abrasif, Mata pahat, Nozel
roket,dll.
 Keramik Komposit
Contohnya ialah rotor dan komponen mesin, mata pahat, komponen untuk
industri.
 Keramik Kaca
Contohnya ialah bagian-bagian mekanikdalam kapal terbang. Bahan
keramik kemungkinan merupakan timbunan bahanyang terbesar di gunakan oleh
manusia.Penggunaan bahan keramik ini banyak digunakan seperti pada rumah,
gedung-gedung, peralatan meja makan, perhiasan rumah dll.
B. KARAKTERISTIK SIFAT KERAMIK
B.1. Sifat Mekanik
Keramik merupakan material yang kuat, keras dan juga tahan korosi. Selian itu
keramik juga memilki kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi, hanya saja
keramik itu brittle (rapuh) yaitu kecenderungan untuk patah tibe-tiba dengan deformasi plastik
yang sedikti. Di dlam keramik karena kombinasi ikatan ion dan kovalen sehingga partikel-
partikelnya tidak mudah bergeser.
Faktor rapuh terjadi bila pembentukan dan propagasi keretakan yang cepat. Dalam
padatan kristalin, retakan tumbuh melalui butiran (trans granular) dan sepanjang bidang
cleavage (keretakan) dalam kristalnya. Permukaan tempat putusyang dihasilkan mungkin
memiliki tekstur yang penuh butiran atau kasar. Material yang amorf tidak memiliki butiran dan
bidang kristal yang teratur, sehingga permukaan putus kemungkinan besar terjadi. Kekuatan
tekan penting untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti bangunan. Kekuatan tekan
keramik biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk memperbaiki sifat ini biasanya
keramik di-pretekan dalam keadaan tertekan.
B.2. Sifat Termal
Sifat termal bahan keramik adalah kapasitas panas, koefisien ekspansitermal, dan
konduktivitas termal. Kapasitas panas bahan adalah kemampuan bahan untuk mengabsorbsi
panas dari lingkungan. Panas yang diserap disimpan olehpadatan antara lain dalam bentuk
vibrasi (getaran) atom/ion penyusun padatan tersebut. Keramik biasanya memiliki ikatan yang
kuat dan atom-atom yang ringan. Jadigetaran-getaran atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi
dan karena ikatannya kuat maka getaran yang besar tidak akan menimbulkan gangguan yang
terlalu banyak padakisi kristalnya.
Hantaran panas dalam padatan melibatkan transfer energi antar atom-atom yang
bervibrasi. Vibrasi atom akan mempengaruhi gerakan atom-atom lain di tetangganyadan
hasilnya adalah gelombang yang bergerak dengan kecepatan cahaya yakni fonon. Fonon
bergerak dalam bahan sampai terhambur baik oleh interaksi fonon-fonon maupun cacat
kristal. Keramik amorf yang mengandung banyak cacat kristalmenyebabkan fonon selalu
terhambur sehingga keramik merupakan konduktor panasyang buruk. Mekanisme hantaran
panas oleh elektron, yang dominan pada logam,tidak dominan di keramik karena elektron di
keramik sebagian besar terlokalisasi
Contohnya seperti pada pesawatr ruang angkasa . Hampir semua permukaan
pesawat terrsebut dibungkus oleh keramik yang terbuat dari serat silika amorf.
B.3. Sifat Listrik
Sifat listrik bahan keramik sangat bervariasi. Keramik dikenal sangat baik sebagai isolator.
Beberapa isolator keramik (seperti BaTiO3) dapat dipolarisasi dan digunakan sebagai
kapasitor. Keramik lain menghantarkan elektron bila energi ambangnya dicapai, dan oleh
karena itu disebut semikonduktor. Setelah ditemukan superkonduktor yang memiliki
temperatur kritis tinggi. Bahan jenis ini di bawahsuhu kritisnya memiliki hambatan = 0.
Akhirnya, keramik yang disebut sebagai piezoelektrik dapat menghasilkan respons listrik
akibat tekanan mekanik atau sebaliknya.
Selain itu juga ada dielektrik. Bahan ini adalah isolator yang dapat dipolarisasi pada tingkat
molekular. Material semacam ini digunakan untuk menyimpan muatan listrik. Kekuatan
dielektrik bahan adalah kemampuanbahan tersebut untuk menyimpan elektron pada tegangan
tinggi. Bila kapasitor dalamkeadaan bermuatan penuh, hampir tidak ada arus yang lewat.
Namun dengan tegangan tinggi dapat mengeksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi.
Bila hal ini terjadi arus mengalir dalam kapasitor, dan mungkin disertai dengan
kerusakanmaterial karena meleleh, terbakar atau menguap. Medan listrik yang diperlukan
untuk menghasilkan kerusakan itu disebut kekuatan dielektrik. Beberapa keramik mempunyai
kekuatan dielektrik yang sangat besar.Porselain misalnya sampai 160kV/cm. Sebagian besar
hantaran listrik dalam padatan dilakukan oleh elektron.
Elektron valensi dalam keramik tidak berada di pita konduksi,sehingga sebagian
besar keramik adalah isolator. Namun, konduktivitas keramik dapat ditingkatkan dengan
memberikan ketakmurnian. Energi termal juga akanmempromosikan elektron ke pita
konduksi, sehingga dalam keramik, konduktivitasmeningkat (hambatan menurun) dengan
kenaikan suhu. Beberapa keramik memiliki sifat piezoelektrik atau kelistrikan tekan. Dalam
bahan keramik , muatan listrik dapat juga dihantarkan oleh ion-ion. Sifat ini dapat diubah
dengan merubah komposisi dan merupakan dasar banyak aplikasi.
B.4. Sifat Optik
Bila cahaya mengenai suatu obyek cahaya dapat ditransmisikan, diabsorbsi,
ataudipantulkan. Bahan bervariasi dalam kemampuan untuk mentransmisikan cahaya,
danbiasanya dideskripsikan sebagai transparan, translusen, atau opaque. Material yang
transparan, seperti gelas,mentransmisikan cahaya dengan difus, seperti gelasterfrosted,
disebut bahan translusen. Batuan yang opaque tidak mentransmisikan cahaya.Dua
mekanisme penting interaksi cahaya dengan partikel dalam padatan adalahpolarisasi
elektronik dan transisi elektron antar tingkat energi. Polarisasi adalahdistorsi awan elektron
atom oleh medan listrik dari cahaya. Sebagai akibat polarisasi,sebagian energi dikonversikan
menjadi deformasi elastik (fonon), dan selanjutnya panas.
Banyak aplikasi memanfaatkan sifat optik bahan keramik ini. Transparansi gelas
membuatnya bermanfaat untuk jendela, lensa, filter, alat masak, alat lab, dan objek-objek
seni. Pengubahan antara cahaya dan listrik adalah dasar penggunaan bahan semikonduktor
seperti Gas dalam laser dan meluasnya penggunaan LED dalam alat-alat elektronik. Keramik
fluoresensi dan fosforisensi digunakan dalam lampu-lampu listrik dan layar-layar tv. Akhirnya
serat optik mentransmisikan percakapantelepon dan data komputer yang didasarkan atas
refleksi internal total sinyal cahaya.
B.5. Sifat Kimia
Salah satu sifat khas dari keramik adalah kestabilan kimia. Sifat kimia dari permukaan
keramik dapat dimanfaatkan secara positif. Karbon aktif, silika gel, zeolit,dsb, mempunyai luas
permukaan besar dan dipakai sebagai bahan pengabsorb. Kalau oksida logam dipanaskan
pada kira-kira 5000C, permukaannya menjadi bersifat asamatau bersifat basa. Aluminaγ ,
zeolit, lempung asam atau S2O2 – TiO2 demikian jugaberbagai oksida biner dipakai sebagai
katalis, yang memanfaatkan aksi katalitik darititik bersifat asam dan basa pada permukaan.
TEKNIK PEMROSESAN LOGAM

Pembentukan atau pemrosesan logam bisa dilakukan dengan berbagai cara. Berikut
merupakan pemrosesan logam dari beberapa referensi yang penulis dapat:
Pembentukan logam dibagi menjadi 3, yaitu proses Deformasi, Pengecoran dan
Pembentukan lain.
A. DEFORMASI
Adalah proses pembentukan bahan logam, seperti penempaan , ekstruksi, pengerolan,
penekanan (deep drawing), dan penarikan kawat (wire drawing). Proses ini melibatkan
tegangan yang besar, dimana tegangan tersebut harus melebihi tegangan luluh material yang
sedang diproses. Semua material logam yang akan mengalami proses pembentukan harus
memiliki keuletan tinggi , sehingga tidak retak atau pecah pada saat proses berlangsung. Ada
dua macam proses pembentukan, yaitu proses pembentukan dingin (cold forming) yang
dilakukan pada suhu kamar, dan ada juga proses pembentukan panas (hot forming) yang
dilakukan pada suhu tinggi , diatas suhu rekristalisasi.
Pada proses pembentukan panas karena adanya bantuan dari suhu , logam dapat
dideformasi lebih besar , dan tegangan yang diperlukan relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan tegangan yang diperlukan pada proses pembentukan dingin.

B. PENGECORAN
Adalah proses fibrikasi logam, dimana logam dicairkan dan kemudian dituangkan kedalam
cetakan yang memiliki bentuk sesuai desain. Pengecoran umumnya dilakukan untuk membuat
komponen-komponen yang besar dan memiliki bentuk yang rumit, serta pada material yang
memiliki keuletan yang sangat rendah, seperti besi tuang. Secara umum proses pengecoran
relatif lebih ekonomis jika dibandingkan dengan proses pembentukan. Ada beberapa teknik
pengecoran pada logam yaitu. Pengecoran pasir yang cetakan terbuat dari pasir, Pengecoran
bertekanan (die casting), dimana logam cair dimasukkan dengan menggunakan tekanan
kedalam cetakan dan pembekuan terjadi dalam kondisi bertekanan.dan . investment casting
atau lostwax casting , lubang cetakan terbuat dari plastik (wax) yang kemudian dipanaskan
hingga meleleh , meninggalkan lubang cetakan sesuai bentuk yang diinginkan. Teknik
investment casting ini digunakan untuk mengecor peralatan yang memerlukan tingkat presisi
yang tinggi, seperti perhiasan , mahkota gigi (dental crown), sudut turbin dan lain-lain.

C. PEMBENTUKAN LAIN
C.1. Metalurgi Serbuk
Pada proses ini, material logam dibuat menjadi serbuk melalui berbagai
teknik. Kemudian serbuk ini dikompaksi (ditekan) kedalam suatu cetakan yang memiliki
bentuk sesuai dengan desian yang diinginkan. Tekanan harus memiliki kekuatan yang cukup
untuk menahan bentuknya jika dikeluarkan dari cetakan. Serbuk yang telah dikompaksi dan
memiliki bentuk tertentu disebut bekalan (green). Bekalan kemudian dipanaskan agar terjadi
difusi antar serbuk logam, sehingga menyatu dan memiliki kekuatan yang tinggi.

 C.2. Normalisasi
Normalisasi terdiri dari homogenisasi dan normalisasi
• Homogenisasi
– Bahan: logam cair
– Tujuan: menyeragamkan komposisi bahan
– Prosedur: pemanasan pada suhu setinggi mungkin asalkan logam tidak mencair dan
tidak menumbuhkan butir
– Perubahan strukturmikro: homogenitas lebih baik, mendekati diagram fasa
• Normalisasi
– Bahan: baja
– Tujuan: membentuk strukturmikro dengan butir halus & seragam
– Prosedur: austenisasi 50-60C, disusul dengan pendinginan udara
– Perubahan strukturmikro: pearlit halus dan sedikit besi-a praeutektoid
 Proses Presipitasi
– Pengerasan presipitasi dilakukan dengan memanaskan logam hingga unsur pemadu
larut, kemudian celup cepat, dan dipanaskan kembali pada suhu relatip rendah.
Pada proses ini mengandung Cr, Ni, Cu, Al, Ti, & Mo
– Bersifat tahan korosi, ulet & berkekuatan tinggi pada suhu tinggi
– Contoh penggunaan yaitu untuk komponen struktur pesawat & pesawat ruang
angkasa .

Dalam penggunaan serta pemakaiannya, logam pada umumnya tidak merupakam


senyawa logam, tetapi merupakan paduan. Logam dan paduannya merupakan bahan teknik
yang penting, dipakai untuk konstruksi mesin, kendaraan, jembatan, bangunan, dan pesawat
terbang. Berikut contoh macam-macam logam dan pemanfaatannya :
1. Besi (Iron) Besi kasar yang diperoleh melalui pencairan didalam dapur tinggi
dituangkan kedalam cetakan yang berbentuk setengah bulan dan diperdagangkan secara luas
untuk dicor ulang pada cetakan pasir yang disebut sebagai “Cast Iron” (besi tuang) sebagai
bahan baku produk, dimana besi tuang akan diproses menjadi baja pada dapur-dapur baja
yang akan menghasilkan berbagai jenis baja.
2. Tembaga (Copper) Tembaga murni digunakan secara luas pada
industri perlistrikan, dimana salah satu sifat yang baik dari Tembaga (Copper) ialah
merupakan logam conductor yang baik (Conductor Electricity) kendati tegangannya
rendah. Pada jenis tertentu tembaga dipadukan dengan seng sehingga tegangannya menjadi
kuat, paduan Tembaga Seng ini yang dikenal dengan nama Kuningan (Brass), atau
dicampur Timah (Tin) untuk menjadi Bronze. Brass diextrusi kedalam berbagai bentuk
komponen peralatan listrik atau peralatan lain yang memerlukan ketahanan korosi. Produk
Brass yang berbentuk lembaran (sheet) sangat liat, dibentuk melalui pressing dan deep-
drawing. Bronze yang diproduksi dalam bentuk lembaran memiliki tegangan yang cukup baik
dan sering ditambahkan unsur Phosporus yang dikenal dengan Phosphor-Bronze. Bahan
ini sering digunakan sebagai bantalan dan dibuat dalam bentuk tuangan dimana bahan ini
memiliki tegangan dan ketahanan korosi yang baik.
3. Timah hitam atau Timbal (Lead) memiliki ketahanan terhadap serangan bahan
kimia terutama larutan asam sehingga cocok digunakan pada Industri Kimia. Bahan Timah
Hitam (Plumber) juga sering digunakan sebagai bahan flashing serta bahan paduan solder
Juga digunakan sebagai lapisan bantalan paduan dengan penambahan free-cutting steel
akan menambah sifat mampu mesin (Machinability).
4. Seng (Zinc) dipadukan dengan tembaga akan menghasilkan kuningan (Brass).
Dengan menambah berbagai unsur bahan ini sering digunakan sebagai cetakan dalam
pengecoran komponen Automotive. Seng (Zinc) digunakan pula untuk tuangan sell battery
serta bahan galvanis untuk lapisan anti karat pada baja.
5. Aluminium Paduan Alumunium (Aluminium Alloy) digunakan sebagai peralatan
aircraft, automobiles serta peralatan teknik secara luas karena sifatnya yang kuat dan ringan.
Aluminium juga digunakan secara luas sebagai bahan struktur peralatan dapur
saerta berbagai pembungkus yang tahan panas.
6. Nickel dan Chromium (Nickel and Chromium digunakan secara luas sebagai
paduan dengan baja untuk memperoleh sifat khusus juga digunakan sebagai lapisan pada
berbagai logam.
7. Titanium (Ti) logam dengan warna putih kelabu dengan kekuatan setara baja dan
stabil hingga temperature 4000C memiliki berat jenis 4,5 kg/dm3. Titanium digunakan sebagai
pemurni baja atau digunakan sebagai unsur paduan pada Aluminium.
TEKNIK PEMROSESAN KERAMIK DAN MANFAATNYA

1. TEKNIK PEMROSESAN

Pembuatan keramik sering dilakukan dari bahan serbuk. Tahap-tahap pembuatan


material keramik secara garis besar yaitu : mempersiapkan partikel ( serbuk) , membentuk partikel
tersebut ( biasanya diberi tekanan) dan mengikat partikel-partikel tersebut dengan pemanasan /
sintering. Proses pembentukan keramik ini bermacam-macam. Jika dilihat dari beberapa
narasumber , pemrosesan keramik adalah :
A. PEMBUBUKAN
Bahan-bahan dasar keramik umumnya berbentuk bubukan. Bahan dasar tersebut dapat
diperoleh dengan metode konvensional atau non konvensional. Metode konvensional misalnya
kalsinasi; yaitu menguraikan suatu bahan padatan menjadi beberapa bagian yang lebih
sederhana; Milling yaitu menggiling atau menghaluskan bahan; mixing yaitu mencampurkan
beberapa bahan menjadi satu bahan. Sedangkan metode nonkonvensional misalnya teknik
larutan sepaerti metode sol-gel, metode fase uap, atau dekomposisi garam. Dalam proses
pembubukan tersebut , seringkali harus ditambahkan bahan penstabil agar suhu dapat diturunkan
atatu bahan organik yang berfungsi sebagai pengikat atau pelunak bubukan sehingga mudah
dibentuk.
B. PEMBENTUKAN
Metode pembentukan ini bermacam-macam, misalnya metode pres isostatik dan aksial;
metode cetak lepas, yaitu dicetak hingga kering lalu dilepas; metode cetak balut yaitu bahn
dibiarkan tetap berada daalm cetakn atau cetak injeksi yaitu bahan dimasukan ke dalam cetakan
dengan cara diinjeksikan ke dalamnya.
C. PENEKANAN
Penekanan atau disebut juga kompaksi dilaukan untuk membentuk serbuk keramik menjadi
suatu bentuk padatan berupa pelet mentah. Pelet mentah adalah serbuk yang telah menjadi
bentuk padat tetapi belum disinter. Prosedur dasar penekanan dibagi menjadi 3 yaitu:
 Uniaxial
Serbuk dibentuk dalam cetakan logam dengan penekanan satu arah. Penenkanan ini
dapat memproduksi banyak pelet dan tidak mahal dibanding metode lain. Berdasarka cara
kerjanya, penekanan ini dibagi menjadi 3 yaitu : single action uniaxial pressing, double action
uniaxial pressing, dan uniaxial pressing with a floating mould or die.
 Isostatik
Penekanan serbuk dilakukan dengan menggunakan cairan.
 Hot pressing
Penekanan dilakukan secar simultan denga perlakuan panas pada serbuk.
D. SINTERING
Sintering adalah metode pemanasan yang dilakukan terhadap suatu material
( biaasnya dalam bentuk serbuk) pada suhu dibawah titik lelehnya sehingga menjadi
bentuk padatan . Serbuk berubah menjadi padatan karena pada suhu tersebut partikel-
partikel akan saling melekat. Setelah disintering bentuk porositas berubah cenderung
berbrntuk bola. Selain itu semakin lama dipanaskan bentuk pori akan semakin kecil.
Karena itu ukuran sampel yang telah disinter akan semakin kecil juga.
Sintering terbagi menjadi 2 jenis, yaitu berdassarkan ada tidaknya fase cair
selama proses sintering. Sintering yang terjadi disertai adanya fase cair disebut sintering
fase cair, dan sintering yang terjadi tanpa fase cair disebut sintering padat. Tahap sintering
dilakukan untuk memadat kompakan bahan, yang sudah dicetak dan dikeringkan dengan
suhu tinggi.
E. ANNEALING DAN AGING
Anealing adalah proses pemanasan yang lebih rendah dari sebelumnya. Dengan
maksud agar parameter dan sifat yang diinginkan mencapai optimum. Sedangkan aging
adalah proses pendinginan selama beberapa waktu tertentu.
F. TAHAP AKHIR
Pada tahap ini, bahan keramik dikenakan berbagai perlakuan akhir sehingga sipa
dipalikasika sesuai dengan sifat bahan yang diinginkan. Perlakuan tersebut misalnya
mengasah, memoles, memberi lapisan logam, memberi mantel untuk perlindungan dan
lain-lain.
Secara bagan proses pembuatan bahan keramik adalah :
Proses pembubukan atau penghalusan --> Pembentukan --> Pengeringan --->
sintering --> anealing dan aging --> Aplikasi akhir.
Ada juga yang menggolongkan pemrosesan keramik sebagai berikut:
1. Pemrosesan keramik secara tradisional
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
d. Teknik cetak pres
2. Pemrosesan keramik secara modern
a. Teknik Putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang
simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering
dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional
biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel).
Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama
seperti gentong, guci dll
b. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang
banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan
cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga,
cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini
digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah
tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll.

2. MANFAAT KERAMIK
Sedangkan manfaat dari keramik ini, salah satunya yaitu dapat dilihat dari
pengaplikasikannya. Berikut beberapa aplikasi keramik dari sifat bahan keramik:
 Atom-atom bahan keramik yang berikatan secara ion dan kovalen , diman akonfigurasi
elektronnya menyerupai gas mulia sehingga tidak ada elektron bebeas membuat keramik
dapat berfungsi sebagai bahan semikonduktor.
 Ikatan ionik dan kovalen keramik yang sangat stabil sehingga keramik mempunyai titik leleh
yang tinggi dapat sdigunakan sebagi pelapis furnes (tungku pembakaran) dan kontainer
tempat berlangsungnya suatu reaksi tertentu pada suhu tinggi.
 Bahan keramik ionik terdapat muatan listrik berlawanan jenis yang terpisah sehingga terjadi
dipol listrik. Dipol listrik ini dapat merespon adanya aplikasi medan listrik. Keadaan ini
menyebabakan bahan keramik dapat berfungsi sebagai bahan dielektrik.
 Bahan keramik non konduktor magnetik sering digunakan dalam perkakas frekuensi tinggi
dan unit memori komputer.
 Bhan keramik semikonduktor ektrinsik mempunyai tingkat energi didalam celah energi yang
dihasilkan oleh ketidakmurnian. Pembawa muatan dalam celah energi tersebut dfapat
menyerap radiasi dan memancarkan kembali dalam bentuk berkas yang sangat koheren
sehingga dapat digunakan sebagai elemen dasar laser dan maser
 Piezoelektrik dari bahan keramik yaitu terjadinya muatan ystatik bila dikenai deformasi
elastik , karena sifat ini sehingga keramik dapat digunakan sebagai osilator elektronik.

Pembentukan Butir Struktur Kristal pada Logam

1. Pengintian

Pengintian adalah proses dimana inti-inti yang nantinya aka menjadi kristal dan bisa juga
tidak. Karena inti – inti ini terjadi pada daerah austenite dengan suhu konstan.
2. Kristalisasi

Kristalisasi terjadi setelah adanya saling tarik menrik inti – inti yang stabil ini akan
membentuk inti dominan dan akan membentuk butir – butir kristal yang besar.

3. Pembentukan Butir

Pembentukan butir terjadi ketika inti dominan yang membentuk butir – butir kristal yang
besar saling bergandengan dengan butir lain atau inti dominan yang lain sampai logam tersebut
tertutup oleh butir – butir tersebut.

Struktur Kristal Logam

1. Struktur Kubik Sederhana ( Structure Sample Cubic)

Struktur kristal yang sederhana yaitu berupa sebuah kubik dengan satu atom tiap sudutnya.
Satu sisi kristal terdapat 8 atom dan struktur ini adalah jenis dasar yang dijumpai untuk kristal ionik
NaCl.
2. Struktur Kubik Pemisahan Ruang (BCC)

Merupakan struktur atom yang mempunyai 1 atom pada pusat kubik dan 1 atom pusat ini
dikelilingi oleh 8 atom pada tiap – tiap sudut kubik. Struktur ini bisa ditemui pada Fe, Cr, dan Mn.

3. Struktur Kubik Pemusatan Sisi (FCC)

Struktur ini terdapat 1 atom dipusat sisinya dan 8 atom pada tiap sudut kubik. Jadi terdapat 14
atom dalam struktur ini. FCC banyak dijumpai pada nikel, tembaga, dan aluminium.
4. Struktur Hexagonal Closed Packed (HCP)

Struktur ini mempunyai atom pada tiap sudutnya, 1 atom dipusat sisi segi enam nya,
dan 3 atom lagi di tengah body-nya. Jadi terdapat 17 atom pada struktur ini logam yang memiliki
struktur HCP adalah seng.

Selain struktur yang disebutkan diatas masih terdapat jenis struktur lain nya. Berikut
penggolongan dan tabel sistem struktur kristal.

Anda mungkin juga menyukai