Transformasi fasa adalah pembentukan sebuah fasa baru dengan perbedaan pada komposisi dan
struktur kristal yang berbeda dengan bahan induk.
Kinetika pada transformasi fasa terdiri dari dua proses yaitu necleation (nukleasi) dan Growt
(pertumbuhan).
Pembentukan fasa baru tidak terjadi secara otomatis, proses pertama yang terjadi pada
transformasi fasa adalah nukleasi yaitu pembentukan partikel sangat kecil atau nuklei dari fasa
baru.
2.2 Growth
Nuklei ini akhirnya tumbuh membesar membentuk fasa baru. Pertumbuhan fase ini akan selesai
jika pertumbuhan tersebut berjalan sampai tercapai fraksi baru.
Laju transformasi yang merupakan fungsi waktu (sering disebut kinetika transformasi) adalah hal
yang penting dalam perlakuan panas bahan. Pada penelitian kinetik akan didapat kurva S yang
di plot sebagai fungsi fraksi bahan yang bertransformasi vs waktu (logaritmik) .
Fraksi transformasi , y di rumuskan:
Y = 1 – exp ( - ktn )
t = waktu
k,n = konstanta yang tidak tergantung waktu.
Gambar 1.1
Gambar 1.2
R = konstanta gas
T = temperatur mutlak
A = konstanta , tidak tergantung Waktu.
Q = Energi aktivasi untuk reaksi Tertentu.
Transformasi fasa bisa dilakukan dengan memvariasikan temperatur ,komposisi, dan tekanan.
Perubahan panas yang terjadi bisa dilihat pada diagram fasa. Namun kecepatan perubahan
temperatur berpengaruh terhadap perkembangan pembentukan struktur mikro. Hal ini tidak bisa
diamati pada diagram fasa.
Posisi kesetimbangan yang dicapai pada proses pemanasan atau pendinginan sesuai dengan
diagram fasa bisa dicapai dengan laju yang sangat pelan sekali , sehingga hal ini tidak praktis.
Cara lain yang dipakai adalah supercooling yaitu transformasi pada proses pendinginan
dilakukan pada temperatur yang lebih rendah, atau superheating yaitu transformasi pada proses
pemanasan dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi .
• Superheating
Proses pemanasan pada umum nya terdiri dari dua tahap :
Proses heating yaitu proses pemanansan yang dilakukan dari temperatur kamar sampai
suhu yang diinginkan.perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh sifat – sifat yang
diinginkan dari logam dengan batas – batas tertentu
Proses holding time yaitu proses penahanan pada temperatur tertentu sehingga terjadi
transformasi yang sempurna dan homogen.Bila transformasi tidak sempurna maka benda
kerja masih mengandung fasa α (ferit).Proses ini bertujuan agar karbon yang terdapat
dalam karbida dapat larut kepada fasa autenit secara merata dan temperatur yang diterima
pada.
Proses dari superheating di representasikan dengan menggunakan Diagram Transformasi
Isotermal / diagram TTT(time-temperatur-transformation).
• Supercooling
Proses pendinginan yaitu proses dimana benda kerja tidak mengalami pemanasan lagi
melainkan pelepasan strukturmikro yang diinginkan.
Proses pendingan ada 2 yaitu :
1.Proses pendinginan cepat
Pencelupan ( quenching ) dengan media : air,minyak
2.Proses pendingan lambat
Pendinginan dengan media udara
Pada proses ini direfresentasikan dengan menggunakan grafik continous cooling
transformation (CCT).
5.Diagram Transformasi Isotermal / diagram TTT(time-temperatur-transformation.
Dengan menggunakan reaksi eutektoid :
Gambar 1.3
Ada 5 jenis fasa yang terdapat dalam diagram fasa Fe-Fe3C yaitu fasa cair,fasa alfa,besi
delta,besi gamma dan senyawa Fe-Fe3C.Diagram Fe-Fe3C tidak mencapai C 100 %,karena Fe-
Fe3C merupakan senyawa dan batas dari diagram fasa.
Fe (besi) merupakan unsur logam yang memiliki lebih dari 1 bentuk sel satuan
(politropik),sedangkan C (karbon ) merupakan unsur nonlogam.Paduan dari kedua jenis ini
menghasilkan 2 material yaitu besi cor dan baja.
Adapun sifat – sifat dari fasa yang terbentuk :
1. Ferrit ( Besi Alfa )
Pada reaksi eutektoid, austenite dengan kandungan karbon sedang akan berubah menjadi
ferit dengan kadar karbon kecil dan sementit dengan kadar karbon tinggi. Pada saat
pembentukan pearlite, gerakan atom C bergerak dari ferit ke sementit.
Ferrit memiliki bentuk sel satuan BCC dan dapat melarutkan carbon mencapai 0,025 %.Hal ini
dikarenakan struktur BCC dimana ruang ruang antar atom kecil dan padat,sehingga daya larut
nya rendah.
Sifat :
Lunak
Ulet
Mampu las tinggi
Sifat korosi rendah
2. Austenit
Austenit memiliki bentuk sel satuan FCC dan jarak atom nya lebih besar dari pada
Ferrit.Austenit stabil pada temperature antara 912 – 13500 C dengan daya larut karbon sebesar
2,11 %.Pada temperature stabil nya Austenit bersifat lunak dan ulet,sehingga mudah dibentuk
dan besifat ferromagnetik.
3. Besi delta
Besi delta memiliki bentuk sel satuan BCC dengan daya larut karbon 0,1 %,tetapi terjadi pada
temperature 1350 – 15350 C.
4. Sememtit
Sememtit merupakan suatu senyawa antara atom Fe dengan atom C.Sememtit bersifat sangat
keras,kurang ulet dan kurang kuat getas.
Gambar 1.5
Hubungan antara laju pendinginan dan mikrostruktur yang terbentuk digambarkan dalam diagram
yang menghubungkan waktu temperatur dan transformasi yang dikenal dengan diagram
continous cooling transformation (CCT).
Gambar 1.5 menunjukkan bahwa struktur martensit dihasilkan dengan pencelupan di air dengan
waktu ( 1-10 ) detik.Sedangkan struktur martensit dan pearlit diperoleh dengsn pencelupan di oli
dengan waktu ( 10 -100 ) detik.Struktur bainet dan pearlit diperoleh dengan pendinginan di udara
dengan waktu lebih kurang ( 9050 – 10000 ) detik dan struktur mikro pearlite diperoleh dengan
pendinginan di dapur pada waktu lebih besar dari 100000 detik.
Gambar 1.5 menunjukkan bila laju pendinginan menurun berarti waktu pendinginan dari
temperatur austenit juga menurun,sehingga mikro struktur yang terbentuk adalah dari gabungan
fasa ferrit – fasa pearlit ke fasa ferrit – fasa pearlit –fasa bainit – fasa martensit,kemidian ke fasa
bainit – fasa martensit dan akhirnya pada laju tinggi sekali mikrostruktur akhirnya fasa
martensit.Pembentukan fasa martensit terjadi dekomposisi fasa austensit dalam fasa ferrit ( α ) +
karbida (c) .Hal ini berarti bahwa ada waktu untuk karbon untuk berdifusi dan berkosentrasi dalam
karbida sehingga fasa ferrit kekurangan karbon bila fasa austensit didinginkan dengan sangat
cepat ( quenching ). Struktur FCC austensit akan berubah menjadi struktur BCT (body centered
tetragonal) martensit, pada transformasi ini.Transformasi martensit tidak melewati proses difusi,
maka ia terjadi seketika sehingga laju transformasi martensit adalah tidak bergantung waktu.
Pada struktur martensit masih didapati struktur austenit yang tidak sempat
bertransformasi.Disamping itu tegangan internal karena proses quencning juga memberikan efek
perlemahan. Ketangguhan dan keuletan martensitm bisa ditingkatkan dan tegangan internal bisa
dibuang dengan cara perlakuan panas yang disebut tempering. Tempering dilakukan dengan
memanaskan baja martensit sampai temperatur dibawah eutectoid pada periode waktu tertentu.
Biasanya temering dilakukan pada temperatur antara 250-650 0 C.Tegangan internal akan hilang
pada suhu ± 2000 C.Proses tempering akan membentuk “tempered maetensite”.
Foto struktur mikro tempered martensite sama dengan spheroidit hanya partikel sementit lebih
banyak dan lebih kecil. Tempered martensit mempunyai sifat sekeras dan sekuat matensit namun
ketangguhan dan keuletan lebih baik. Hubungan antara tegangan tarik, kekuatan luluh dan
keuletan terhadap temperatur temper pada baja paduan bisa dilihat pada gambar dibawah.
Pada proses tempering beberapa baja bisa mengalami penurunan ketangguhan, hal ini disebut
perapuhan temper. Fenomena ini terjadi bila baja ditemper pada suhu diatas 575 0C dan diikuti
pendinginan lambat sampai temperatur ruangan, atau jika tempering dilakukan pada suhu antara
375 – 5750C.
Perapuhaan ini disebabkan oleh kandungan elemen lain dalam jumlah yang cukup signifikan
seperti mangan, nikel, crom dan phospor, arsen, timah putih.
2. Tempering diatas 5750C atau dibawah 3750 C diikuti dengan quenching pada temperatur
ruang.
Ketangguhan baja yang telah mengalami perapuhan bisa diperbaiki dengan pemanasan samapai
kira-kira 6000C, dan kemudian secara cepat didinginkan sampai temperatur dibawah 300 0C.
Diagram TTT
Pendinginan non – equilibrium dari baja yang telah dipanaskan hingga mencapai siklus
austenite dapat digambarkan dalam satu diagram hubungan antara waktu, temperatur dan hasil
akhir austenite atau dikenal dengan diagram TTT. Secara umum diagram ini memberikan
informasi mengenai permukaan dan akhir dari proses transformasi akibat pendinginan waktu dan
kecepatan pendinginan. Diagram TTT juga menunjukkan besar presentase transformasi yang
dicapai dari austenite pada temperatur tertentu.
Dari gambar diatas terlihat bahwa disebelah kiri kurva tidak terjad ideformasi, austenite hanya
berubah kestabilan. Selanjutnya austenite yang sudah tidak stabil tersebut mengalami
dekomposisi secara isothermal. Padazona A + F + C dari baru akhirnya berubah struktur
campurannya menjadi campuran E + C. pendinginan yang sangat cepat berpotensi terhadap
hyper-eutectoid ukuran butiran anti kritis yang berubah disamping meningkatkan austenite yang
dapat mendukung terbentuknya fase baru seperti mertensit. Ketika austeint didingikan secara
lambat, struktur yang terbentuk adalah pearlite. Akibat dari laju pendinginan yang meningkat,
maka temperature transformasi pearlite akan lebih rendah. Mikrosturktur material akan berubah
secara signifikan akibat peningkatan laju pendinginan melalui sebuah pengujian pemanasan dan
pendinginan. Kita dapat mencatat transformasi dari austenite.
Urutan tingkat laju pendinginan dari pendinginan lambat hingga pendinginan cepat yaitu
sebagaiberikut: pendinginan dapur, oli, quenching. Jika pendinginan ini digambarka ndiatas
diagram TTT, hasil dari struktur dari waktu yang diperlukan selama transformasi bias didapat.
Gambar diaats menunjukkan bahwa daerah kiri dari kurva transisi menunjukkan daerah austenite
stabil pada temperature diatas ICT, namun tidak stabil jika berada diabawah temperatur ICT.
Kurva sebelah kiri menandaai awal transformasi dan sebelah kanan menanda itransformasi dari
austenite menjadi strukturkristal yang berbeda-beda (transformasi austenite menjadi pearlite,
austenite menjadi austenite, austenite menjadi bainite)
Bila mana kecepatan pendinginan lebih cepat dari kecepatan kritis maka transformasi austenite
menjadi martensit terjadi padagaris Ms (martensite start). Pada suhu ini martensit terbentuk kira –
kira 1% lebih rendah dari suhu Ms jumlah martensit bertambah samapai pada garis suhu Mf
(Martensit finish dengan 99% martensit)
Gambar diatas adalah gambar critical cooling rate, yaitu kecepatan pendinginan yang terendah
untuk menghasilkan martensit (menyinggung nose). Kecepatan pendinginan kritis ini tergantung
dari posisi nose berhubungan erat dengan sumbu waktu (waktu yang diperlukan untuk
transformasi) dan ini ditentukan oleh komposisi, grain size dan kondisi austenite sebelum
quenching dan tergantung dari macam baja.
Sesuai dengan garis Ms dan Mf yang parallel horizontal terhadap sumbu waktu, maka untuk
kecepatan pendinginan yang lebih besar dari kecepatan kritis pembentukan tidak banyak
tergantung lagi dari waktu atau kecepatan pendinginan. Bilamana austenite didinginkan sampai
pada suhu ini (isothermal called) maka austenit yang belum menjadi martensi takan menjadi
bainit.
Gambar diatas menunjukkan setengah TTT diagram bagian atas. Sebagaimana
ditunjukkanpadagambar, ketika austenite didinginkan dibawah temperatur ICT, austenite
bertransformasi menjadi Kristal dan austenite tidak stabil. Laju pendinginan spesifik bias dipilih,
sehingga bias didpat transformasi austenite 50%, 100% dan sebagainya. Jika laju pendinginan
terlalu lambat seperti proses annealing, laju pendinginan melewati seluruh area transformasi dan
hasil akhir dari proses ini adalah 100% pearlite. Dengan kata lain, ketika kita menggunakan laju
pendinginan lambat, seluruh austenite akan berubah atau bertransformasi menjadi pearlite. Jika
laju pendinginan melewati bagian tengah dari daerah transformasi. Hasil akhir dari transformasi
adalah 50% pearlite. Artinya pada laju pendinginan tertentu kita dapat mempertahankan austenite
tanpa transformasi menjadi pearlite.
Gambar di atas menunjukkan tipe dari transformasi yang didapat dari laju pendinginan yang
sangat tinggi. Kurva pendinginan akan berhenti pada sebelah kiri dari awal kurva pendinginan.
Pada kurva itu seluruh austenite akan berubah menjadi martensite. Jika pendinginan itu tidak
terinterupsi pada akhir pendinginan akan didapat austenite.
Gambar laju pendinginan A dan B menunjukkan 2 proses laju pendinginan cepat. Dalam kasus
ini, kurva A akan menyebabkan distorsi tegangan dalam yang lebih tinggi dari laju pendinginan B.
Hasil akhir dari laju pendinginan adalah austenite. Laju pendinginan dikenal sebagai Critical
Cooling Ratio (CCR), didefinisikan sebagai laju pendinginan yang mampu menghasilkan 100%.
Dari gambar diatas dapat diketahui kurva pendinginan C menunjukkan proses pendinginan
yang lambat seperti pada pendinginan dapur. Sebuah contoh pendinginan lambat adalah proses
annealing, dimana semua austenite berubah menjadi pearlite sebagai hasil pendinginan lambat.
Terkadang kurva pendinginan menyentuh bagian tengah dari kurva transformasi yang
merupakandaerah austenite pearlite.
Gambar diatas adalah gambar pembentukan baja eutectoid pada diagram TTT yang dimana
baja tersebut terbentuk darikandungan besi dan karbon 0,8%. Baja ini terbentuk dari perlit dan
terbentuknya ferit dan sementit.
Gambar diatas adalah gambar pembentukan bja hypo-eutectoid pada diagram TTT yang
dimana baja tersebut terbentuk dari kandungan besi dan karbon kurangdari 0,8%. Baja ini
terbentuk dari sturktur perlit dari terbentuknya sementit yang menyerap karbon dari ferit.
Gambar diatas adalah gambar pembentukan baja hyper-eutectoid pada diagram TTT yang
dimana baja tersebut terbentuk dari kandungan besi dan karbon lebihdari 0,8%. Baja ini terbentuk
dari struktur perlit dan terbentuknya sementi terlebih dahulu karena berlimpahnya karbon setelah
itu terbentuk ferit.
DIAGRAM FASE
Istilah fasa berkaitan dengan keadaan materi yang terpisah dan dapat diidentifikasi.
Istilah ini dapat diterapkan baik pada material kristalin maupun non kristalin , dan merupakan cara
yang mudah untuk menyatakan struktur materi.
Dalam praktek jumlah diagram fasa relative banyak, namun apabila diamati
dengan cermat, ternyata hanya ada 3 kelompok diagram fasa, yakni:
1. Diagram fasa yang menunjukka adanya kelarutan yang sempurna dalam keadaan cair
dan padat. Seperti pada gambar dibawah ini :
2. Diagram fasa yang menunjukkan adanya kelarutan yang sempurna dalam keadaan cair,
dan larut terbatas dalam keadaan padat:
a. Diagram fasa yang mengandung reaksi fasa eutektik
b. Diagram fasa yang mengandung fasa Peritektik
3. Diagram fasa yang menunjukkan adanya kelarutan yang sempurna dalam keadaan
cair, dan ketidaklarutan dalam keadaan padat
Di dalam konteks ilmu logam (material), diagram fasa merupakan suatu pemetaan dari
kondisi logam atau paduan dengan dua variabel utama umumnya ( konsentrasi dan temperatur).
Secara umum ada 2 jenis diagram fasa yang dipakai, yaitu diagram fasa biner (terdiri atas 2 unsur
logam) dan diagram fasa terner (terdiri atas 3 unsur logam). Dalam pembahasan ini nanti, akan
difokuskan pada diagram fase biner.
Pada diagram fasa unsur Al-Cu Singgle kristal dapat diperoleh melalui proses partial
melting , yaitu proses pemanasan sampai dengan titik leleh salah satu unsurnya. Pada
contoh kasus disini misalkan untuk mendapatkan singgle kristal Cu maka campuran Al-Cu
di panaskan hingga mencapai titik leleh Cu dan kemudian diturunkan perlahan-lahan.
Begitu juga untuk mendapatkan singgle kristal Ag maka campuran Ag-Cu dipanaskan
hingga mencapai titik leleh Ag dan kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jadi intinya letak
diagram singgle kristal itu tidak tepat pada titik leleh nya , tetapi agak berada dibawahnya.
2. Terbentuknya Polikristal
Sedangkan pada proses terbentuknya polikristal, secara umum dapat dibuat dengan
cara dpanaskan dan seteelah itu didinginkan secara cepat, sehingga tidak terjadi proses
tumbuh, melainkan banyak terjadi nukleasi. Hal ini berbeda dengan single kristal yang
terjadi sedikit proses nukleasi tetapi tumbuh.
Proses di atas banyak menggunakan proses pemanasan dan pendinginan, proses tersebut
dapat dijepaskan sebagai berikut :
Heat treatment merupakan suatu proses pemanasan dan pendinginan yang
terkontrol, dengan tujuan mengubah sifat fisik dan sifat mekanis dari suatu bahan atau
logam sesuai dengan yang dinginkan. (Kamenichny, 1969: 74). Proses dalam heat
treatment meliputi heating, colding, dan cooling. Adapun tujuan dari masing-masing proses
yaitu :
1. Heating : proses pemanasan sampai temperatur tertentu dan dalam periode waktu.
Tujuannya untuk memberikan kesempatan agar terjadinya perubahan struktur dari atom-
atom dapat menyeluruh.
2. Holding : proses penahanan pemanasan pada temperatur tertentu, bertujuan untuk
memberikan kesempatan agar terbentuk struktur yang teratur dan seragam sebelum
proses pendinginan.
3. Cooling : proses pendinginan dengan kecepatan tertentu, bertujuan untuk mendapatkan
struktur dan sifat fisik maupun sifat mekanis yang diinginkan.
Proses precipitation hardening atau hardening dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
A. REAKSI KONGRUEN
Adalah Reaksi yang terjadi tanpa adanya perubahan komposisi atau reaksi yang terjadi
saat senyawa mengalami titik cair atau titik beku yang kongruen. Titik cair atau titik beku yang
kongruen itu sendiri terjadi ketika sebuah senyawa mencair atau membeku tanpa adanya
perubahan komposisi. Reaksi kongruen ada pada fasa intermediet yang memiliki struktur
kristal yang berbeda dengan fasa primer dan terletak diantara fasa primer dalam diagram
fasa. Fasa intermediet terdapat mulai dari temperature ruang hingga likuidus, dan mencair
atau membeku tanpa perubahan komposisi. Di titik ini terjadi reaksi kongruen : titik cair
paduan eutetik tidak kongruen. Fasa dengan pencairan kongruen dijadikan sarana untuk
membagi diagram fasa yang kompleks (biner atau terner) menjadi bagian yang lebih mudah
dimengerti. Contoh dari transformasi kongruen termasuk transformasi allotropic. Berikut
contoh gambar dari reaksi kongruent pada hafnium –vanadium. Yang mana merupakan fasa
single kristal (spesifik pada point temperatur dan komposisi dengan reaksi eutektik, peritektik
dan terjadi fase transformasi yang kongruen) :
Gambar diagram fase hafnium dan fanadium
B. REAKSI INKONGRUEN
Adalah Reaksi yang terjadi dengan adanya perubahan komposisi.
Reaksi peritektik merupakan contoh dari inkongruen untuk fasa intermediet.
C. REKSI EUTEKTIK
Adalah reaksi fasa yang terjadi dimana satu fasa cair berubah menjadi 2 fasa yang
berbeda [ L ∝+ β ] atau Reaksi dimana material mengalami larut sempurna dalam keadaan
cair dan tidak larut sempurna atau sebagian dalam keadaan padat. Sedangkan logam
campur eutektik adalah logam campur dimana komponennya mempunyai kelarutan cair yang
menyeluruh tetapi kelarutan padatnya terbatas (insoluble as solids). Contohnya seperti pada
Perak dan tembaga ( Ag-Cu). Berikut contoh diagram fase Eutektik :
Keterangan :
# Angka 10 --> batas
kelarutan B di A adalah 10%;
# Angka 60 --> jika
komposisi A dan B mamiliki 60%
# Angka 90 --> A larut di B
dengan maksimal 10%.
D. REAKSI PERITEKTIK
Reaksi Peritektik adalah sistem dengan komponen titik cair yang sangat berbeda.
Reaksi ini hampir sama dengan reaksi eutektik, biasanya reaksi peritektik terdapat pada
sistem yang lebih rumit seperti Cu-Zn dengan rentetan terdiri dari lima reaksi peritektik
. .
Keterangan :
Garis komposisi 1 dan 2 diagram fasa jenis ini mirip dengan garis 1 dan 2 diagram
fasa jenis sebelumnya yang memiliki reaksi fasa eutektik.
Garis komposisi 3 : Diketahui komposisi paduan A dan B = 30 %.
Tahapan solidifikasinya adalah sebagai berikut : Titik 1 dan 2, adalah 100% cair dan
pengintian padat ∝.
Pada saat garis 3, garis komposisi memotong garis horizontal peritektik, sehingga,
terjadi 2 tahapan tranformasi fasa.
Fasa cair berubah menjadi fasa padat mengikuti reaksi fasa peritektik, yakni:
Fasa cair ditambah fasa pada, menghasilkan fasa padat yang berbeda, atau fasa cair jika
berubah menjadi fasa padat, membutuhkan sebagaian fasa ∝. Perbandingan ∝ dan L
tergantung garis dari peritektik diagram fasanya. Dalam hal ini perbandingannya: (70-60) :
60-20) = 1 : 4. Sehingga dari L = 20%,
fasa lain yang diperlukan adalah = ¼ x 20% = 5%. Jadi untuk mengubah L 20%
menjadi fasa padat, memerlukan fasa ? = 5% sehingga didapatkan :
L + ∝→ β
L= 20%, dan ∝=5 % didapatkan β = 25%
Sehingga pada akhir tahap II diperoleh :
∝= 80 % - 5 % β = 75 %
β = L + ∝= 20 % + 5 % = 25 %
Titik 1 dan 2, adalah 100% cair dan pengintian padat ∝. Pada titik 3,
Tahapan pembekuannya adalah sebagai berikut:
Pada saat garis 4 memotong garis horizontal peritektik, terjadi 2 tahapan
transformasi fasa.
Paduan A dan B dengan B =60%. Pada titik 1 dan 2, adalah 100 % L dan
Pengintian ∝ . Pada titik 3, garis komposisi memotong garis horizontal peritektik,
sehingga terjadi 2 tahap transformasi fasa.
Paduan A dan B dengan B = 65%. Pada titik 1 dan 2, adalah 100 % L dan
pengintian ∝ . Pada titik 3, pada saat garis komposisi 6 memotong garis horizontal,
maka terjadi 2 tahapan tranformasi fasa.
CACAT DALAM PADATAN
Cacat pada material selalu ada, secara khusus cacat pada kristal. Padatan
selalu mengandung diskontinuitas struktural dan daerah tertentu yang tidak teratur. Heterogenitas
ini terdapat pada skala mikroskopik dan makroskopik, dengan cacat atau ketidaksempurnaan,
mulai dari atom yang hilang atau salah tempat, hingga cacat yang kasat mata. Kebanyakan
material yang digunakan untuk komponen rekayasa dan struktur terbuat dari sejumlah besar butir
atau kristal. Oleh karena itu wajar apabila permukaan batas butir dari agregat polikristalin seperti
itu dianggap sebagai ketidaksempurnaan. Cacat lain yang relatif besar seperti pori penyusutan,
gelembung gas, inklusi material asing, dan retak ditemukan tersebar didalam butir suatu material
logam atau keramik.Cacat ini biasanya dipegaruhi oleh pemrosesan material dan bukan
merupakan sifat dasar material.
Kecacatan ini biasanya diakibatkan adanya :
1. efek vibrasi yang ada pada atom, sehingga atom mudah pindah
2. inklusi atau adanya atom asing
3. gaya-gaya dari luar yang memungkinkan atom-atom berpindah tempat, contoh: beban termal, dan
beban mekanik .
akibat adanya ketidaksempurnaan susunan atom , maka kekuatan menjadi turun. Adapun
jenis-jenis ketidaksempurnaan atau jenis-jenis cacat adalah:
a. Cacat Titik (Point Defect)
Cacat titik atau point defect terdiri dari kekosongan, penggantian atom (substitusi), dan
penyisipan atom (interstisi). Substitusi atau interstisi ditentukan oleh ukuran atau diameter atom
asingnya. Intertisi jika atom yang nyisip lebih kecil dengan perbedaan diameter atom lebih besar
dari 15%. Sedangkan substitusi jika diameter atom hampir sama atau perbedaan diameter atom
lebih kecil.
a.1. Kekosongan
Cacat titik kekosongan, yaitu cacat yang diakibatkan satu atom hilang dan
tempatnya kosong tidak terisi.
Cacatan:
Kekosongan memudahkan atom untruk berpindah tempat.
Proses pemindahan atom dari suatu tempat ke tempat lain
disebut DIFUSI
Terdapat beberapa macam jenis radiasi energi tinggi seperti ( neutron, elektron,
partikel-α , proton, deutron, fragmen fisi uranium , sinar- γ , sinar –X) semua jenis radiasi tersebut
mampu menghasilkan “kerusakan radiasi” pada material yang terkena radiasi.yang menarik
perhatian husus adalah prilaku material yang terkena iradiasi dalam reaktor nuklir. Hal ini
dikarenakan neutron yang dihasilkan reaktor melalui reaksi fisi memiliki energi sangat tinggi
sekitar ( 2 MeV ) karena tidak bermuatan dan tidak dipengaruhi medan listrik yang mengelilingi
nukleus atomik selain itu neutron dapat berpenetrasi cukup jauh dalam struktur. Kerusakan yang
terjadi tidak terlokalisir namun terdistribusi dalam padatan dengan bentuk damage spike (puncak
kerusakan).
Kerusakan akibat iradiasi sebagian besar berbentuk interstisi yaitu atom yang
ditumbuk pindah keposisi interstisi dalam kisi sehingga mengalami kekosongan . wujud lain dari
kerusakan radiasi adalah dispersi energi atom yang dihentikan dan berubah menjadi energi
getaran kisi. Energi terkonsentrasi didaerah sempit dan untuk waktu yang sangat singkat logam
mengalami pemanasan lokal .
Untuk membedakan kerusakan ini dari puncak perpindahan dengan energi cukup
besar untuk memindahkan atom, maka daerah yang terpengaruh panas ini disebut spike termal
(temperatur puncak).
a.8. Konsentrasi cacat titik
Tahanan listrik ρ merupakan salah satu sifat paling sederhana dan paling peka untuk
meneliti konsentrasi cacat titik. Cacat titik merupakan penghambur elektron yang kuat dan
peningkatan tahanan (∆ ρ ) dapat ditulis dengan persamaan : ∆ ρ= A exp[−E f ¿ ¿ k T Q ]¿
A : konstanta entropi pembentukan
E f : energi pembentukan kekosongan
T Q : temperatur kuens
Pada temperatur tinggi , konsentrasi kesetimbangan kekosongan sangat tinggi
dalam struktur, memungkinkan terbentuknya kelompok kekosongan ganda bahkan kekosongan
rangkap tiga bergantung pada nilai energi ikatan masing-masing. Pada kondisi kesetimbangan
antara kekosongan tunggal dan kekosongan ganda, konsentrasi kekosongan total adalah c v = c1v
+ 2ccv . sedangkan konsentrasi kekosongan ganda adalah c cv = Azc1v2 exp [B2/kT] .
B2 : energi ikatan untuk pasangan kekosongan sekitar 0,1-0,3 eV
z : faktor konfigurasi
perpindahan kekosongan ganda merupakan proses yang lebih mudah dan energi
aktifasi perpindahannnya sedikit lebih rendah dibandingkan E m untuk kekosongan tunggal.
c. Cacat Bidang
Cacat bidang adalah cacat pada atom, dimana satu bidang atom mengalami cacat. Cacat
bidang terbagi jadi dua, yakni: batas butir (Grain boundary), dan garis kembar (Twin).
c.2.Garis Kembar
Garis kembar (Twin) adalah dua garis sejajar yang terjadi akibat slip, dan ini
terjadi pada material yang memiliki banyak bidang slip atau bidang geser, yakni
material yang memiliki sel satuan FCC.
d. Cacat Volume
Cacat ruang adalah cacat apabila satu ruangan atom hilang. Cacat ini bisa dikenali juga
sebagai porositas. Pada logam besi cor, porositas ini bisa terjadi akibat udara yang terjebak saat
pengecoran.
Cacat yang menempati volume dalam kristal berbentuk void, gelembung gas, dan
rongga. Cacat ini dapat terjadi akibat perlakuan panas, iradiasi , atau deformasi dan sebagian
besar energinya berasal dari energi permukaan (1-3 J/m 2). Pada void, pembentukan void dipicu
oleh laju kuens rendah dan temperatur penuaan tinggi, dan kerapatan void bertambah apabila
terdapat gas dalam lartan padat ( misal hidrogen dalam tembaga dan hidrogen atau oksigen
dalam perak). Pada alumunium dan magnesium pembentukan void dipicu oleh kuens dari
lingkungan lembab, yang mungkin disebabkan oleh reaksi oksida yang menghasilkan hidrogen.
Void bukanlah gelembung gas konvensional, kerana hanya diperlukan beberapa atom gas untuk
nukleasi void dan setelah itu void tumbuh dengan adsorpsi kekosongan.
a. FCC
Struktur FCC mempunyai sebuah atom pada pusat semua sisi kubus dan sebuah atom
pada setiap titik sudut kubus. Sel satuan FCC punya 4 buah atom, Sedangkan hubungan
panjang sisi kristal FCC (a) dengan jari –jari atomnya R adalah a = 2R √ 2 . Beberapa
logam yang memiliki struktur kristal FCC adalah Tembaga, alumunium, Perak, dan Emas.
b. BCC
Struktur BCC memiliki sebuah atom pada pusat kubus dan sebuah atom pada setiap
titik sudut kubus. Sel satuan BCC mempunyai 2 buah atom. Hubungan panjang sisi kristal
BCC dengan jari-jarinya adalah a= 4R/ √ 3 . Logam dengan struktur kristal BCC mempunyai
kerapatan atom yang lebih rendah dibandingkan logam dengan struktur kristal FCC. Hal ini
bisa dilihat dari jumlah bidang gesernya. Pada BCC jumlag bidang gesernya lebih sedikit
dari pada FCC.
c. Heksagonal tumpukan padat
Ciri khas logam dengan struktur HCP adalah setiap atom dalam lapisan tertentu
terletak tepat diatas atau dibawah sela antara tiga atom pada lapisan berikutnya. Sel
satuan HCP mempunyai 6 buah atom.
Elektron pada logam dapat bergerak bebas, sehingga membuat logam menjadi
bahan yang konduktif. Interaksi elektron-elektron bergerak denga ion-ion logam yang terdiri
terdistribusi pada suatu kisi bergantung pada panjang gelombang elektron-elektron serta jarak
antar ion dalam arah gerak elektron. Karena jarak antar ion bergantung pada arah kisi, panjang
gelombang elektron-elektron yang mengalami difraksi oleh ion-ion juga akan bergantung pada
arah kisi tersebut.
Sifat-sifat Logam :
a. Sifat Listrik
Sifat Listrik ini berhubungan dengan konduktvitas atau daya hantar dari suatu bahan.
Pada logam ini memiliki nilai konduktivitas yang tinggi. Hal inilah yang menyebaban logam
disebut sebagi konduktor yang baik. Kekonduktivitasan ini berhubungan dengan keadaan
elektron di dalam logam. Elektron pada logam dapat bergerak bebas dan memiliki GAP
yang tumpang tindih, sehingga elektron dapat bergerak atau berpindah lebih mudah.
b. Sifat Kimia
Sifat kimia pada logam ini meliputi ciri-ciri dari komposisi kimia dan pengaruh unsur
terhadp metal. Contohnya seperti segregasi dan ketahanan korosi. Logam seprti baja
memiliki nilai ketahanan terhadap korosi yang baik, karena memiliki kandungan karbon.
Pada suhu kamar logam berwujud padat kecuali raksa (berwujud cair). Contoh sifat kimia
lain dari logam adalah Titik leleh dan titik didih. Logam-logam cenderung memiliki titik leleh
dan titik didih yang tinggi karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara
logam yang satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah elektron yang
terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan atom-atomnya. Logam-logam
golongan 1 seperti natrium memiliki titik leleh dan titik didih yang relatif rendah karena tiap
atomnya hanya memiliki satu elektron untuk dikontribusikan pada ikatan.
c. Sifat Fisik
Sifat fisik adalah sifat bahan karena mengalami peristiwa fisika, seperti adanya pengaruh
panas dan listrik. yaitu berat jenis, daya hantar listrik dan panas, sifat magnet dan struktur
mikro logam. Beberapa logam (seperti Fe, Co, Ni) memiliki sifat magnetik yang kuat. Daya
hantar listrik pada logam ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Elektron yang terdelokalisasi
bebas bergerak di seluruh bagian struktur tiga dimensi. Elektron-elektron tersebut dapat
melintasi batas butiran kristal. Meskipun susunan logam dapat terganggu pada batas
butiran kristal, selama atom saling bersentuhan satu sama lain, ikatan logam masih tetap
ada. Cairan logam juga menghantarkan arus listrik, hal ini menunjukkan bahwa meskipun
atom logam bebas bergerak, elektron yang terdelokalisasi masih memiliki daya yang tersisa
sampai logam mendidih.
Logam juga daya hantar panas yang baik. Energi panas diteruskan oleh elektron
sebagai akibat dari penambahan energi kinetik (hal ini memnyebabkan elektron bergerak
lebih cepat). Energi panas ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang
bergerak.
d. Sifat Tekhnologi
Sifat pengerjaan logam adalah sifat suatu bahan yang timbul dalam proses
pengolahannya.sifat itu harus diketahui lebih dahulu sebelum pengolahan bahan dilakukan.
Pengujian yang dilakukan antara lain pengujiian mampu las, mampu mesin, mampu cor,
dan mampu keras. Logam merupakan bahan yang baik untuk diaplikasikan dalam teknologi,
karena logam memiliki struktur yang kuat dan tidak mudah patah.
e. Sifat Mekanik
Yang dimaksud dengan sifat mekanis suatu logam adalah kemampuan atau kelakuan
logam untuk menahan beban yang diberikan, baik beban statis atau beban dinamis pada
suhu biasa, suhu tinggi maupun suhu dibawah 0°C. beban statis adalah beban yang tetap,
baik besar maupun arahnya berubah menurut waktu. , yaitu : kekuatan tarik, kuat bengkok,
kekerasan, kuat pukul, kuat geser, dan lain-lain. Sering pula dimasukkan sifat teknologi dari
material ialah mampu mesin, mampu cor dan sebagainya. Sifat mekanik logam yaitu , kuat,
keras, kaku dan ulet ( dapat mengalami deformasi tanpa mengalami patahan), Dapat
ditempa dan diregangkan, Tidak dapat ditembus cahaya sehingga tidak tembus pandang.
Logam digambarkan sesuatu yang dapat ditempa dan diregangkan karena kemampuan
atom-atom logam untuk menggelimpang antara atom yang satu dengan atom yang lain
menjadi posisi yang baru tanpa memutuskan ikatan logam. Jika tekanan yang kecil
dikenakan pada logam, lapisan atom akan mulai menggelimpang satu sama lain. Jika
tekanan tersebut dilepaskan lagi, atom-atom tersebut akan kembali pada posisi asalnya.
Pada kondisi seperti itu, logam dikatakan menjadi elastis. Jika tekanan yang lebih besar
dikenakan pada logam, atom-atom akan menggelimpang satu sama lain sampai pada posisi
yang baru, dan logam berubah secara permanen.
Penggelimpangan lapisan atom antara yang satu dengan yang lain ini dihalangi oleh
batas butiran karena baris atom tidak tersusun sebagai mana mestinya. Hal ini
mengakibatkan semakin banyak batas butiran (butiran-butiran kristal lebih kecil),
menyebabkan logam lebih keras. Untuk mengimbangi hal ini, karena batas butiran
merupakan suatu daerah dimana atom-atom tidak berkaitan dengan baik satu sama lain,
logam cenderung retak pada batas butiran. Kenaikan jumlah batas butiran tidak hanya
membuat logam menjadi semakin kuat, tetapi juga membuat logam menjadi rapuh.
Bilangan
Nama Tipe Kumpula Koordinasi
Contoh
Struktur Struktur n Anion A Ka
nion tion
Garam AX FCC NaCl,MgO,
6 6
FeO
Sesium AX Kubik CsCl
8 8
Klorida Sederhana
Zinc AX FCC ZnS, SiC
4 4
Blende
Fluorit AX2 Kubik CaF2, UO2
8 4
Sederhana
Perovsk ABX3 FCC 1 BaTiO3,
it 2(A) SrZnO3
6
6
(B)
Spinel AB2X FCC 4 MgAl2O4 ,
4 (A) FeAl2O4
4
6
(B)
c. Porselin
Adalah Jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari bahan lempung murni
yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan silika. Oleh karena badan porselin jenis ini
berwarna putih bahkan bisa tembus cahaya, maka sering disebut keramik putih. Pada
umumnya, porselin dipijar sampai suhu 1350°C atau 1400°C, bahkan ada yang lebih
tinggi lagi hingga mencapai 1500°C. Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh
sebenarnya mempunyai kekuatan karena struktur dan teksturnya rapat serta keras
seperti gelas. Oleh karena keramik ini dibakar pada suhu tinggi maka dalam bodi
porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi. Secara teknis keramik jenis ini mempunyai
kualitas tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik tersendiri karena keindahan
dan kelembutan khas porselin. Juga bahannya sangat peka dan cemerlang terhadap
warna-warna glasir
d. Keramik Baru
Adlah keramik yang secara teknis diproses untuk keperluan teknologi tinggi seperti
peralatan mobil, listrik, konstruksi , komputer, optik keramik multi fungsidan komposit
keramik, silikon keramik magnet dsb. Sifat khas dari keramik ini disesuaikan dengan
keperluan yang bersifat teknis seperti tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan
karat, tahan suhu kejut seperti isolator, bahan pelapis dan komponen teknis lainnya.
e. Keramik konvensional
Keramik berstruktur
Penggunaan : batu bata, riol , pot bunga, lantai dan dinding.
Keramik putih
Penggunaan: peralatan meja makan (seperti piring, teko, mangkuk),
peralatan kamar mandi, perhiasan rumah.
Keramik refraktori
Di gunakan sebagai batu untuk tanur kupola, serabut keramik, semen
mortar,liner yang di gunakan pada temperatur tinggi seperti di tanur peleburan
besi,aluminium dan sebagainya.
Keramik listrik
Contohnya insulator, switch dan kepingan penyekat.
f. Keramik Termaju
Keramik Oksida
Contohnya: Abrasif, Substrat elektronik, Mata pahat, Komponen mesin.
Keramik Bukan Oksida
Contohnya ialah Turbin gas, Komponen mesin, Abrasif, Mata pahat, Nozel
roket,dll.
Keramik Komposit
Contohnya ialah rotor dan komponen mesin, mata pahat, komponen untuk
industri.
Keramik Kaca
Contohnya ialah bagian-bagian mekanikdalam kapal terbang. Bahan
keramik kemungkinan merupakan timbunan bahanyang terbesar di gunakan oleh
manusia.Penggunaan bahan keramik ini banyak digunakan seperti pada rumah,
gedung-gedung, peralatan meja makan, perhiasan rumah dll.
B. KARAKTERISTIK SIFAT KERAMIK
B.1. Sifat Mekanik
Keramik merupakan material yang kuat, keras dan juga tahan korosi. Selian itu
keramik juga memilki kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi, hanya saja
keramik itu brittle (rapuh) yaitu kecenderungan untuk patah tibe-tiba dengan deformasi plastik
yang sedikti. Di dlam keramik karena kombinasi ikatan ion dan kovalen sehingga partikel-
partikelnya tidak mudah bergeser.
Faktor rapuh terjadi bila pembentukan dan propagasi keretakan yang cepat. Dalam
padatan kristalin, retakan tumbuh melalui butiran (trans granular) dan sepanjang bidang
cleavage (keretakan) dalam kristalnya. Permukaan tempat putusyang dihasilkan mungkin
memiliki tekstur yang penuh butiran atau kasar. Material yang amorf tidak memiliki butiran dan
bidang kristal yang teratur, sehingga permukaan putus kemungkinan besar terjadi. Kekuatan
tekan penting untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti bangunan. Kekuatan tekan
keramik biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk memperbaiki sifat ini biasanya
keramik di-pretekan dalam keadaan tertekan.
B.2. Sifat Termal
Sifat termal bahan keramik adalah kapasitas panas, koefisien ekspansitermal, dan
konduktivitas termal. Kapasitas panas bahan adalah kemampuan bahan untuk mengabsorbsi
panas dari lingkungan. Panas yang diserap disimpan olehpadatan antara lain dalam bentuk
vibrasi (getaran) atom/ion penyusun padatan tersebut. Keramik biasanya memiliki ikatan yang
kuat dan atom-atom yang ringan. Jadigetaran-getaran atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi
dan karena ikatannya kuat maka getaran yang besar tidak akan menimbulkan gangguan yang
terlalu banyak padakisi kristalnya.
Hantaran panas dalam padatan melibatkan transfer energi antar atom-atom yang
bervibrasi. Vibrasi atom akan mempengaruhi gerakan atom-atom lain di tetangganyadan
hasilnya adalah gelombang yang bergerak dengan kecepatan cahaya yakni fonon. Fonon
bergerak dalam bahan sampai terhambur baik oleh interaksi fonon-fonon maupun cacat
kristal. Keramik amorf yang mengandung banyak cacat kristalmenyebabkan fonon selalu
terhambur sehingga keramik merupakan konduktor panasyang buruk. Mekanisme hantaran
panas oleh elektron, yang dominan pada logam,tidak dominan di keramik karena elektron di
keramik sebagian besar terlokalisasi
Contohnya seperti pada pesawatr ruang angkasa . Hampir semua permukaan
pesawat terrsebut dibungkus oleh keramik yang terbuat dari serat silika amorf.
B.3. Sifat Listrik
Sifat listrik bahan keramik sangat bervariasi. Keramik dikenal sangat baik sebagai isolator.
Beberapa isolator keramik (seperti BaTiO3) dapat dipolarisasi dan digunakan sebagai
kapasitor. Keramik lain menghantarkan elektron bila energi ambangnya dicapai, dan oleh
karena itu disebut semikonduktor. Setelah ditemukan superkonduktor yang memiliki
temperatur kritis tinggi. Bahan jenis ini di bawahsuhu kritisnya memiliki hambatan = 0.
Akhirnya, keramik yang disebut sebagai piezoelektrik dapat menghasilkan respons listrik
akibat tekanan mekanik atau sebaliknya.
Selain itu juga ada dielektrik. Bahan ini adalah isolator yang dapat dipolarisasi pada tingkat
molekular. Material semacam ini digunakan untuk menyimpan muatan listrik. Kekuatan
dielektrik bahan adalah kemampuanbahan tersebut untuk menyimpan elektron pada tegangan
tinggi. Bila kapasitor dalamkeadaan bermuatan penuh, hampir tidak ada arus yang lewat.
Namun dengan tegangan tinggi dapat mengeksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi.
Bila hal ini terjadi arus mengalir dalam kapasitor, dan mungkin disertai dengan
kerusakanmaterial karena meleleh, terbakar atau menguap. Medan listrik yang diperlukan
untuk menghasilkan kerusakan itu disebut kekuatan dielektrik. Beberapa keramik mempunyai
kekuatan dielektrik yang sangat besar.Porselain misalnya sampai 160kV/cm. Sebagian besar
hantaran listrik dalam padatan dilakukan oleh elektron.
Elektron valensi dalam keramik tidak berada di pita konduksi,sehingga sebagian
besar keramik adalah isolator. Namun, konduktivitas keramik dapat ditingkatkan dengan
memberikan ketakmurnian. Energi termal juga akanmempromosikan elektron ke pita
konduksi, sehingga dalam keramik, konduktivitasmeningkat (hambatan menurun) dengan
kenaikan suhu. Beberapa keramik memiliki sifat piezoelektrik atau kelistrikan tekan. Dalam
bahan keramik , muatan listrik dapat juga dihantarkan oleh ion-ion. Sifat ini dapat diubah
dengan merubah komposisi dan merupakan dasar banyak aplikasi.
B.4. Sifat Optik
Bila cahaya mengenai suatu obyek cahaya dapat ditransmisikan, diabsorbsi,
ataudipantulkan. Bahan bervariasi dalam kemampuan untuk mentransmisikan cahaya,
danbiasanya dideskripsikan sebagai transparan, translusen, atau opaque. Material yang
transparan, seperti gelas,mentransmisikan cahaya dengan difus, seperti gelasterfrosted,
disebut bahan translusen. Batuan yang opaque tidak mentransmisikan cahaya.Dua
mekanisme penting interaksi cahaya dengan partikel dalam padatan adalahpolarisasi
elektronik dan transisi elektron antar tingkat energi. Polarisasi adalahdistorsi awan elektron
atom oleh medan listrik dari cahaya. Sebagai akibat polarisasi,sebagian energi dikonversikan
menjadi deformasi elastik (fonon), dan selanjutnya panas.
Banyak aplikasi memanfaatkan sifat optik bahan keramik ini. Transparansi gelas
membuatnya bermanfaat untuk jendela, lensa, filter, alat masak, alat lab, dan objek-objek
seni. Pengubahan antara cahaya dan listrik adalah dasar penggunaan bahan semikonduktor
seperti Gas dalam laser dan meluasnya penggunaan LED dalam alat-alat elektronik. Keramik
fluoresensi dan fosforisensi digunakan dalam lampu-lampu listrik dan layar-layar tv. Akhirnya
serat optik mentransmisikan percakapantelepon dan data komputer yang didasarkan atas
refleksi internal total sinyal cahaya.
B.5. Sifat Kimia
Salah satu sifat khas dari keramik adalah kestabilan kimia. Sifat kimia dari permukaan
keramik dapat dimanfaatkan secara positif. Karbon aktif, silika gel, zeolit,dsb, mempunyai luas
permukaan besar dan dipakai sebagai bahan pengabsorb. Kalau oksida logam dipanaskan
pada kira-kira 5000C, permukaannya menjadi bersifat asamatau bersifat basa. Aluminaγ ,
zeolit, lempung asam atau S2O2 – TiO2 demikian jugaberbagai oksida biner dipakai sebagai
katalis, yang memanfaatkan aksi katalitik darititik bersifat asam dan basa pada permukaan.
TEKNIK PEMROSESAN LOGAM
Pembentukan atau pemrosesan logam bisa dilakukan dengan berbagai cara. Berikut
merupakan pemrosesan logam dari beberapa referensi yang penulis dapat:
Pembentukan logam dibagi menjadi 3, yaitu proses Deformasi, Pengecoran dan
Pembentukan lain.
A. DEFORMASI
Adalah proses pembentukan bahan logam, seperti penempaan , ekstruksi, pengerolan,
penekanan (deep drawing), dan penarikan kawat (wire drawing). Proses ini melibatkan
tegangan yang besar, dimana tegangan tersebut harus melebihi tegangan luluh material yang
sedang diproses. Semua material logam yang akan mengalami proses pembentukan harus
memiliki keuletan tinggi , sehingga tidak retak atau pecah pada saat proses berlangsung. Ada
dua macam proses pembentukan, yaitu proses pembentukan dingin (cold forming) yang
dilakukan pada suhu kamar, dan ada juga proses pembentukan panas (hot forming) yang
dilakukan pada suhu tinggi , diatas suhu rekristalisasi.
Pada proses pembentukan panas karena adanya bantuan dari suhu , logam dapat
dideformasi lebih besar , dan tegangan yang diperlukan relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan tegangan yang diperlukan pada proses pembentukan dingin.
B. PENGECORAN
Adalah proses fibrikasi logam, dimana logam dicairkan dan kemudian dituangkan kedalam
cetakan yang memiliki bentuk sesuai desain. Pengecoran umumnya dilakukan untuk membuat
komponen-komponen yang besar dan memiliki bentuk yang rumit, serta pada material yang
memiliki keuletan yang sangat rendah, seperti besi tuang. Secara umum proses pengecoran
relatif lebih ekonomis jika dibandingkan dengan proses pembentukan. Ada beberapa teknik
pengecoran pada logam yaitu. Pengecoran pasir yang cetakan terbuat dari pasir, Pengecoran
bertekanan (die casting), dimana logam cair dimasukkan dengan menggunakan tekanan
kedalam cetakan dan pembekuan terjadi dalam kondisi bertekanan.dan . investment casting
atau lostwax casting , lubang cetakan terbuat dari plastik (wax) yang kemudian dipanaskan
hingga meleleh , meninggalkan lubang cetakan sesuai bentuk yang diinginkan. Teknik
investment casting ini digunakan untuk mengecor peralatan yang memerlukan tingkat presisi
yang tinggi, seperti perhiasan , mahkota gigi (dental crown), sudut turbin dan lain-lain.
C. PEMBENTUKAN LAIN
C.1. Metalurgi Serbuk
Pada proses ini, material logam dibuat menjadi serbuk melalui berbagai
teknik. Kemudian serbuk ini dikompaksi (ditekan) kedalam suatu cetakan yang memiliki
bentuk sesuai dengan desian yang diinginkan. Tekanan harus memiliki kekuatan yang cukup
untuk menahan bentuknya jika dikeluarkan dari cetakan. Serbuk yang telah dikompaksi dan
memiliki bentuk tertentu disebut bekalan (green). Bekalan kemudian dipanaskan agar terjadi
difusi antar serbuk logam, sehingga menyatu dan memiliki kekuatan yang tinggi.
C.2. Normalisasi
Normalisasi terdiri dari homogenisasi dan normalisasi
• Homogenisasi
– Bahan: logam cair
– Tujuan: menyeragamkan komposisi bahan
– Prosedur: pemanasan pada suhu setinggi mungkin asalkan logam tidak mencair dan
tidak menumbuhkan butir
– Perubahan strukturmikro: homogenitas lebih baik, mendekati diagram fasa
• Normalisasi
– Bahan: baja
– Tujuan: membentuk strukturmikro dengan butir halus & seragam
– Prosedur: austenisasi 50-60C, disusul dengan pendinginan udara
– Perubahan strukturmikro: pearlit halus dan sedikit besi-a praeutektoid
Proses Presipitasi
– Pengerasan presipitasi dilakukan dengan memanaskan logam hingga unsur pemadu
larut, kemudian celup cepat, dan dipanaskan kembali pada suhu relatip rendah.
Pada proses ini mengandung Cr, Ni, Cu, Al, Ti, & Mo
– Bersifat tahan korosi, ulet & berkekuatan tinggi pada suhu tinggi
– Contoh penggunaan yaitu untuk komponen struktur pesawat & pesawat ruang
angkasa .
1. TEKNIK PEMROSESAN
2. MANFAAT KERAMIK
Sedangkan manfaat dari keramik ini, salah satunya yaitu dapat dilihat dari
pengaplikasikannya. Berikut beberapa aplikasi keramik dari sifat bahan keramik:
Atom-atom bahan keramik yang berikatan secara ion dan kovalen , diman akonfigurasi
elektronnya menyerupai gas mulia sehingga tidak ada elektron bebeas membuat keramik
dapat berfungsi sebagai bahan semikonduktor.
Ikatan ionik dan kovalen keramik yang sangat stabil sehingga keramik mempunyai titik leleh
yang tinggi dapat sdigunakan sebagi pelapis furnes (tungku pembakaran) dan kontainer
tempat berlangsungnya suatu reaksi tertentu pada suhu tinggi.
Bahan keramik ionik terdapat muatan listrik berlawanan jenis yang terpisah sehingga terjadi
dipol listrik. Dipol listrik ini dapat merespon adanya aplikasi medan listrik. Keadaan ini
menyebabakan bahan keramik dapat berfungsi sebagai bahan dielektrik.
Bahan keramik non konduktor magnetik sering digunakan dalam perkakas frekuensi tinggi
dan unit memori komputer.
Bhan keramik semikonduktor ektrinsik mempunyai tingkat energi didalam celah energi yang
dihasilkan oleh ketidakmurnian. Pembawa muatan dalam celah energi tersebut dfapat
menyerap radiasi dan memancarkan kembali dalam bentuk berkas yang sangat koheren
sehingga dapat digunakan sebagai elemen dasar laser dan maser
Piezoelektrik dari bahan keramik yaitu terjadinya muatan ystatik bila dikenai deformasi
elastik , karena sifat ini sehingga keramik dapat digunakan sebagai osilator elektronik.
1. Pengintian
Pengintian adalah proses dimana inti-inti yang nantinya aka menjadi kristal dan bisa juga
tidak. Karena inti – inti ini terjadi pada daerah austenite dengan suhu konstan.
2. Kristalisasi
Kristalisasi terjadi setelah adanya saling tarik menrik inti – inti yang stabil ini akan
membentuk inti dominan dan akan membentuk butir – butir kristal yang besar.
3. Pembentukan Butir
Pembentukan butir terjadi ketika inti dominan yang membentuk butir – butir kristal yang
besar saling bergandengan dengan butir lain atau inti dominan yang lain sampai logam tersebut
tertutup oleh butir – butir tersebut.
Struktur kristal yang sederhana yaitu berupa sebuah kubik dengan satu atom tiap sudutnya.
Satu sisi kristal terdapat 8 atom dan struktur ini adalah jenis dasar yang dijumpai untuk kristal ionik
NaCl.
2. Struktur Kubik Pemisahan Ruang (BCC)
Merupakan struktur atom yang mempunyai 1 atom pada pusat kubik dan 1 atom pusat ini
dikelilingi oleh 8 atom pada tiap – tiap sudut kubik. Struktur ini bisa ditemui pada Fe, Cr, dan Mn.
Struktur ini terdapat 1 atom dipusat sisinya dan 8 atom pada tiap sudut kubik. Jadi terdapat 14
atom dalam struktur ini. FCC banyak dijumpai pada nikel, tembaga, dan aluminium.
4. Struktur Hexagonal Closed Packed (HCP)
Struktur ini mempunyai atom pada tiap sudutnya, 1 atom dipusat sisi segi enam nya,
dan 3 atom lagi di tengah body-nya. Jadi terdapat 17 atom pada struktur ini logam yang memiliki
struktur HCP adalah seng.
Selain struktur yang disebutkan diatas masih terdapat jenis struktur lain nya. Berikut
penggolongan dan tabel sistem struktur kristal.