Anda di halaman 1dari 16

PERLAKUAN PANAS

MATAKULIAHPROSESPERLAKUANPANASDANPERMUKAAN

Disusun Oleh :

Bimoro Kusumo ( 21503241002 )


Setio Wicaksono ( 21503241003 )
Sahid Nur Rokhim ( 21503241005 )
M. Febri Andriyanto ( 21503241019 )
Proses Perlakuan Panas
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan dalam keadaan padat untuk
mengubah sifat sifat fisis logam tersebut. Baja dapat dikeraskan sehingga tahan haus dan
kemampuan memotong meningkatkan atau baja dapat dilunakkan untuk memudahkan pemesinan
lebih lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dapat dihilangkan , besar butir
diperbesar atau diperkecil. Ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan
yang keras di sekeliling inti yang ulet. Dengan cara pemanasan dan pendinginan dengan
kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam dalam keadaan fase padat sebagai upaya
untuk memperoleh sifat" tertentu dalam logam. Salah satu cara adalah dengan menggunakan
proses karburasi yaitu dengan menggeraskan permukaannya saja. Karburasi adalah salah satu
proses perlakuan panas untuk mendapatka kulit yang lebih keras dari sebelumnya. Proses laku
panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan,, dimulai dngan pemanasan sampai
ketemperatur tertentu
Proses perlakuan panas dilakukan untuk mengurangi perubahan bentuk pada saat dikerjakan
atau setekah dikerjakan atau hasil suatu konstruksi, merubah sifat-sifat bahan dan menhilangkan
tegangan-tegangan sisa
Beberapa tujuan heat treatment lainnya yaitu:
a. Meningkatkatkan keuletan
b. Menghilangkan internal stress
c. Penyempurnaan ukuran butir
d. Meningkatkan kekerasan atau kekuatan tarik dan mencapai perubahan komposisi kimia dari
permukaan logam dalam kasus-kasus pengerasan
Transformasi Fasa, Diagram TTT (IT) dan Diagram CCT
Transformasi fasa adalah dasar yang harus dikuasai untuk mempelajari perlakuan panas.
Diagram transformasi fasa terbagi dua berdasarkan jenis pendinginannya yaitu Diagram
transformasi suhu-waktu untuk transformasi isotermal (diagram IT/TTT) dan transformasi
pendinginan kontinyu (diagram CCT). diagram tersebut biasanya digunakan untuk memprediksi
struktur mikro dan kekerasan setelah proses perlakuan panas atau untuk menentukan proses
perlakuan panas yang akan menghasilkan struktur mikro dan kekerasan yang diinginkan.
Penggunaan kedua jenis diagram ini mengharuskan pengguna untuk mengetahui fitur-fitur
khusus, kemungkinan, dan keterbatasannya

Transformasi Fasa
Konsep transformasi fasa adalah mempelajari pengembangan mikro struktur dari suatu
material dan pengaruhnya terhadap sifat mekanik. Transformasi secara umum dibagi menjadi
tiga,yaitu;
a. Transformasi yang tidak bergantung pada komposisi.
contoh: pembekuan logam murni, allotropic transformasi, rekristalisasi dan
pertumbuhan butir.
b. Transformasi yang bergantung pada komposisi fasa.
Contoh: transformasi pada fasa eutektoid.
c. Transformasi pada fasa mestabil
Contoh: martensite transformasi.
Dalam proses perubahan fasa pada temperatur tertentu, terjadi mekanisme transformasi yang
berefek pada struktur mikro dan sifat mekanik yang dihasilkan. Mekanisme transformasi fasa
ada 2, yaitu:
a. Difusi: perubahan terjadi pada temperatur tinggi dan dalam waktu pendinginan yang
lama.
b. Geser (slip): perubahan pada temperatur tinggi dengan laju pendinginan cepat.
Transformasi fasa bisa terjadi dengan memvariasikan temperatur, komposisi dan tekanan.
Perubahan temperatur terhadap fasa dapat dilihat menggunakan diagram fasa. Namun
untuk mengetahui struktur mikro akibat laju pendinginan dapat diketahui melalui diagram
transformasi fasa. berikut merupakan diagram fasa Fe-Fe3C
Diagram Fasa Fe-Fe3C adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur
dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan lambat dan pemanasan lambat
dengan kandungan karbon (%C). Diagram fasa besi dan karbida besi Fe3C ini menjadi
landasan untuk laku panas kebanyakan jenis baja yang kita kenal. Diagram fasa ini dibatasi
dengan komposisi karbon sampai 6,7%. Diagram fasa Fe-C sangat penting di bidang
metalurgi karena sangat bermanfaat di dalam menjelaskan perubahan-perubahan fasa Baja
(paduan logam Fe-C). Baja merupakan logam yang banyak dipakai di bidang teknik karena
kekuatan tarik yang tinggi dan keuletan yang baik. Paduan ini mempunyai sifat mampu
bentuk (formability) yang baik dan sifat-sifat mekaniknya dapat diperbaiki dengan jalan
perlakuan panas atau perlakuan mekanik. Fungsi diagram fasa adalah memudahkan
memilih temperatur pemanasan yang sesuai untuk setiap proses perlakuan panas baik
proses anil, normalizing maupun proses pengerasan. Manfaat diagram fasa karbida besi
a. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan kondisi
pendinginan lambat.
b. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila dilakukan
pendinginan lambat.
c. Temperatur cair dari masing-masing paduan.
d. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada fasa tertentu.
e. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik dan eutektoid.

Isothermal Transformation Diagram / Diagram TTT(IT)


Diagram TTT (time, temperature dan transformation) adalah sebuah gambaran dari
temperatur terhadap waktu logaritma untuk baja paduan dengan komposisi tertentu.
Diagram ini biasanya digunakan untuk menentukan kapan transformasi dimulai dan
berakhir pada perlakuan panas yang isothermal. Diagram TTT menunjukkan kapan
transformasi dimulai dan berakhir secara spesifik dan diagram ini juga menunjukkan berapa
persen austenit yang bertransformasi pada susunan yang dibutuhkan tercapai.

Gambar dibawah menunjukkan diagram IT dari baja paduan rendah DIN 50CrV4. Daerah
pembentukan fasa struktur ferit (F), perlit (P), dan bainit (B) seperti yang diposisikan pada
diagram waktu-suhu (absisnya selalu dalam skala logaritmik) hanya berlaku dalam kondisi
pendinginan cepat dari suhu austenisasi ke suhu transformasi yang dipilih dan penahanan
selanjutnya pada suhu tersebut.

Diagram transformasi isotermal (IT) baja DIN 50CrV4


Beberapa diagram IT, ketika dibaca sepanjang isoterm, memungkinkan pengguna
untuk menentukan persentase fase yang berubah dan kekerasan yang dicapai. Gambar di
bawah digunakan sebagai contoh, menunjukkan bahwa ketika baja DIN 41Cr4
(austenisasi pada 840C (1544F) dengan waktu penahanan 5 menit) didinginkan dengan
cepat hingga 650C (1200F) dan ditahan pada temperatur ini, setelah 12 detik ferit mulai
terbentuk. Setelah 30 detik, pembentukan perlit dimulai. Setelah 160 detik, transformasi
selesai dengan 5 vol% ferit dan 95 vol% perlit terbentuk. Kekerasan yang dicapai
sekitar 20 HRC. Jika spesimen baja ini didinginkan hingga 300 C (572 F), secara instan,
50% (v/v) martensit akan terbentuk. Keakuratan diagram IT sehubungan dengan posisi
isoterm secara umum dapat dianggap sebagai +10C (50F), dan sehubungan dengan
ordinat waktu, sebagai +10%.

Diagram transformasi isotermal (IT) baja DIN 41Cr4.


Continuous Cooling Transformation Diagram
Berikut merupakan diagram CCT dengan panas yang sama dari baja paduan rendah DIN 50CrV4
Ketika membandingkan kurva untuk memulai transformasi pada diagram CCT dan IT
untuk panas dan mutu baja yang sama (Diagram transformasi isotermal (IT) baja DIN 50CrV4
dan diagram CCT dengan panas yang sama dari baja paduan rendah DIN 50CrV4 ), kami
menemukan bahwa pada diagram CCT kurva sedikit bergeser ke waktu yang lebih lama dan
temperatur yang lebih rendah. Sebagai contoh, pada diagram IT Gambar 6.7, waktu terpendek
untuk memulai transformasi ferit adalah 16 detik pada 650C (1200F) dan waktu yang sesuai
untuk bainit adalah 9 detik pada 480C (900F). Namun, dalam diagram CCT, waktu mulai
transformasi terpendek untuk ferit adalah 32 detik pada suhu 620C (1150F) dan waktu yang
sesuai untuk bainit adalah 20 detik pada suhu 380C (716F). Hal ini menunjukkan bahwa dalam
proses CCT, transformasi dimulai lebih lambat daripada proses IT. Perlu juga dicatat bahwa
dengan temperatur austenisasi yang lebih tinggi, kurva yang menunjukkan dimulainya
transformasi fasa tertentu dapat bergeser ke waktu yang lebih lama.
Diagram CCT sendiri dikembangkan dengan cara berikut. Banyak spesimen kecil
(misalnya baja diameter 4 mm 2 mm untuk laju pendinginan tinggi, dan baja diameter 4,5 mm
15 mm untuk laju pendinginan sedang dan rendah) di-austenisasi dan didinginkan di dalam
dilatometer dengan laju pendinginan yang berbeda. Awal dan akhir transformasi fasa yang
relevan dengan setiap kurva pendinginan dicatat dan titik-titik ini dihubungkan untuk
mendapatkan daerah transformasi untuk fasa yang relevan. Oleh karena itu, diagram CCT
hanya dapat dibaca dengan cara yang dikembangkan, yaitu sepanjang kurva pendinginan. Perlu
dicatat bahwa setiap diagram CCT hanya valid untuk panas baja yang digunakan untuk
konstruksinya. Pengaruh panas yang berbeda (dengan komposisi yang sedikit berbeda) dari
kelas baja yang sama terhadap posisi kurva transformasi pada diagram CCT yang relevan.
Secara umum perlakuan panas (Heat Treatment) diklasifikasi dalam 2 jenis yaitu Near
Equilibrium (mendekati kesetimbangan) dan Non-Equilibrium (tidak setimbang)
Proses Perlakuan Panas meliputi:
1. Hardening dan Quenching (Pengerasan)

Hardening adalah memanaskan logam sampai temperatur tertentu dengan waktu beberapa
lama pada temperatur itu, kemudian didinginkan dengan cepat, sehingga menimbulkan
suatu susunan yang keras. Hardening bertujuan untuk meningkatkan kekerasan,
ketahanan aus dan ketangguhan dengan kombinasi kekerasan. Proses hardening ini
menyebabkan pada susunan atom±atom yang teratur timbul tegangan dan logam itu
menjadi keras.
Sedangkan Quenching adalah proses pendinginan cepat yang mengubah sifat spesifik
material dengan memanipulasi laju pendinginan. Bahan tersebut dipanaskan di atas suhu
rekristalisasi tetapi di bawah titik leleh untuk memungkinkan restrukturisasi butiran yang
diikuti dengan pendinginan terkontrol hingga suhu yang telah ditentukan.Hardenability
atau pengerasan secara normal dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari material
berbahan besi untuk mendapatkan kekerasan setelah Austenisasi (Austenization) dan
Pendinginan (Quenching). Kemampuan untuk mencapai tingkat kekerasan tertentu
dikaitkan dengan pencapaian tertinggi kekerasan. Pertama-tama, hal ini bergantung pada
kandungan karbon dalam bahan, dan lebih khusus lagi, pada jumlah karbon yang terlarut
dalam austenit setelah perlakuan austenitisasi, karena jumlah karbon ini berperan dalam
transformasi austenit menjadi martensit dan mempunyai relevansi mempengaruhi
kekerasan martensit

Jenis Jenis Hardening dan Quenching

HARDENING QUENCHING
1. Quenching 1 . Water Quenching
1. Tempering 2 . Oil Quenching
2. Precipitation 3 . Polymer Quenching
3. Cold Working 4 . Salt Bath Quenching
4. Case Hardening 5 . Air Quenching
5. Flame Hardening 6 . Pressurized Gas Quenching

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kekerasan


Kedalaman pengerasan biasanya didefinisikan sebagai jarak di bawah permukaan tempat
terjadinya pengerasan tertentu tingkat kekerasan (misalnya, 50 HRC) telah dicapai
setelah pendinginan. Kadang-kadang didefinisikan sebagai jarak di bawah permukaan
dimana kandungan martensit telah mencapai batas tertentu. Sebagai akibatnyatingkat
kekerasan bergantung pada factor dibawah yaitu
- Bentuk dan ukuran penampang
- Kekerasan material
- Kondisi pendinginan
2. Annealing (Pelunakan)

Annealing atau pelunakan merupakan proses pemanasan logam sampai temperature


austenite dalam waktu tertentu kemudian diikuti proses pendinginan yang sangat lambat
(didingingkan dalam tungku pemanasan). Juga Proses annealing yaitu proses pemanasan
material sampai temperatur austenit lalu ditahan beberapa waktu kemudian
pendinginannya dilakukan perlahan-lahan di dalam tungku. Proses annealing dilakukan
dengan cara memanaskan bahan atau logam suhu yang cukup tinggi selama beberapa
waktu, kemudian diamkan hingga suhu kamar atau suhu ruangan. Proses annealing ini
bertujuan untuk merubah struktur mikro logam, mengurangi tegangan internal serta
meningkatkan elastisitas sehingga material logam tersebut menjadi lebih lentur dan
mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan.Proses annealing ini juga diukur dan
dikendalikan pada suhu yang spesifik dan waktu yang tepat untuk mencapai hasil yang
optimal. Dalam praktiknya, suhu annealing dapat bervariasi tergantung pada jenis bahan
atau logam yang akan diatur. Misalnya, untuk baja karbon rendah suhu annealingnya
antara 550-650°C. Sementara untuk baja karbon tinggi suhunya antara 700-800°C.
Namun, suhu annealing untuk kaca atau logam non-ferrous dapat mencapai ratusan
derajat diatas 1.000°C.Proses pelunakan dilakukan untuk melunakkan logam keras
akibat proses hardening, agar mampu diproses barikutnya. Contoh : apabila kita gagal
mencapai kekerasan yang diingingkan dalam proses pengerasan, sebelum dilakukan
proses pengerasanulang, terlebih dahulu dilakukan proses pelunakan. (Werdaya,
2009).Annealing bekerja dalam tiga tahap – tahap pemulihan, tahap rekristalisasi, dan
tahap pertumbuhan butir. Ini berfungsi sebagai berikut:

Tahap Pemulihan
- Tahap ini adalah saat tungku atau alat pemanas lainnya digunakan untuk menaikkan
suhu material sedemikian rupa sehingga tekanan internal dihilangkan.
Tahap Rekristalisasi
- Pemanasan bahan melebihi suhu rekristalisasi tetapi di bawah titik lelehnya
menyebabkan terbentuknya butiran baru tanpa tegangan sisa.
Tahap Pertumbuhan Gabah
- Mendinginkan material pada kecepatan tertentu menyebabkan terbentuknya butiran
baru. Setelah itu material akan lebih bisa dikerjakan.
Annealing digunakan untuk membalikkan efek pengerasan kerja, yang dapat terjadi
selama proses seperti pembengkokan, pembentukan dingin, atau penarikan. Jika material
menjadi terlalu keras, hal ini dapat membuat pengerjaan menjadi tidak mungkin atau
mengakibatkan retak
Beberapa Anealing yang umum digunakan di industry seperti :
- Full Annealing : Material dipanaskan ke suhu di atas titik kritisnya (suhu di mana
struktur kristal menjadi sepenuhnya austenitik), diadakan pada suhu tersebut selama
periode waktu tertentu, dan kemudian didinginkan perlahan-lahan di dalam tungku.
Proses ini menghilangkan tegangan internal dan menghasilkan struktur butir yang
halus.
- Isothermal Annealing : Material dipanaskan ke suhu sedikit di atas titik kritisnya dan
kemudian diadakan pada suhu tersebut untuk jangka waktu yang lama untuk
mencapai struktur yang seragam. Kemudian, material didinginkan dengan cepat ke
suhu ruangan.
- Process Annealing : Juga dikenal sebagai stress-relief annealing, digunakan untuk
mengurangi kekerasan dan meningkatkan kekerutan. Material dipanaskan ke suhu di
bawah titik kritisnya dan kemudian didinginkan dalam udara diam. Proses ini sering
digunakan untuk material yang telah dikerjakan dingin untuk membuatnya lebih
mudah untuk dikerjakan.
- Recrystallization Annealing : Digunakan untuk menghilangkan efek pemrosesan
dingin dan merangsang pembentukan gugus butir baru yang bebas tegangan. Material
dipanaskan ke suhu di bawah titik lelehnya tetapi di atas suhu rekristalisasi dan
kemudian didinginkan perlahan-lahan.
- Normalizing : Mirip dengan annealing, tetapi material didinginkan di udara diam
daripada di dalam tungku. Proses ini menghasilkan struktur butir yang lebih halus dan
seragam dibandingkan dengan full annealing.

Ini adalah beberapa jenis annealing yang umum digunakan, masing-masing


disesuaikan untuk mencapai hasil tertentu berdasarkan material dan aplikasi yang
dimaksud.

3. Tempering (Meningkatkan Keuletan)


Tempering adalah perlakuan panas lanjutan yang dilakukan setelah proses hardening atau
pengerasan yakni pada temperatur tempering (di bawah suhu kritis), ditahan yang
dilanjutkan dengan proses pendinginan. Perlakuan panas tempering bertujuan untuk
mengurangi tegangan sisa sehingga terjadi penurunan kekerasan, sementara ketangguhan
dan keuletan baja dapat meningkat dan diikuti penurunan kegetasan dibandingkan baja
setelah mengalami pengerasan martensite. Dengan demikian, proses temper setelah
proses pengerasan akan menjadikan baja lebih bermanfaat karena adanya struktur yang
lebih stabil. Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda
dengan proses anil (annealing) karena sifat-sifat fisis dapat dikendalikan dengan
cermat.Tempering adalah suatu proses panas yang bertujuan untuk menurunkan
kekerasan benda kerja, mengurangi tegangan dalam yang menyebabkan benda kerja
bersifat rapuh, merubah struktur kristal atom sehingga bersifat lunak dan mudah
dikerjakan. Sehingga dari proses tersebut didapatkan benda kerja yang memiliki sifat
kombinasi antara kerasan, keliatan, keuletan (tahan terhadap impact), kekuatan dan
berstruktur kristal stabil. Juga Tampering adalah salah satu proses lanjutan dari perlakuan
panas dimana baja yang sudah dikeraskan dipanaskan kembali pada temperatur tertentu
dan ditahan selama waktu tertentu untuk menhilangkan atau mengurangi tegangan sisa
dan mengembalikan sebagian keuletanan dan ketangguhannya. Tujuan utama dari
tempering adalah untuk menghasilkan struktur dispersi pada tingkat pendinginan yang
telah ditentukan.
Empat tahapan dalam mekanisme transformasi fasa pada proses tampering
1) Tahap 1
Temperatur 100-200C terjadi pengendapan fasa kaya karbon yaitu fasa epsilon
karbida. Pembentukan fasa ini mengakibatkan kandungan karbon pada struktur
martensit berkurang.
2) Tahap 2
Temperatur 200-300C, terjadi dekomposisi austenite menjadi bainite
3) Tahap 3
Temperature 200-300C, terjadi dekomposisi epsilon karbida menjadi sementit,
martensite menjadi sementit, dan ferrit
4) Tahap 4
Temperatur diatas 350C, terjadi perubahan fasa secara continue dan terjadi
spheroidisasi fasa-fasa sementit

Proses tempering sangat bergantung pada temperatur temper, ditinjau dari aspek capaian
kekerasannya temperatur temper dibagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut
- Temperatur suhu rendah, temperatur 150-300C. Mengurangi tegangan kerut dan
kerapuhan baja
- Temperatur suhu menengah, temperatur 300-500C. Menambah keuletan dan sedikit
mengurangi kekerasan
- Temperatur suhu tinggi, temperatur 500-650C. Memberikan daya keuletan yang besar
dan kekerasannya menjadi lebih rendah

4. Stress Relieving (Mengurangi Tegangan Sisa)

Stress relieving adalah proses perlakuan panas yang bertujuan untuk mengurangi
tegangan internal dalam material yang dihasilkan selama proses pembentukan,
pengelasan, atau perlakuan panas sebelumnya. Proses ini penting untuk mengurangi
risiko distorsi atau retak pada material yang dapat terjadi akibat akumulasi tegangan
internal.

Berikut adalah langkah-langkah umum dalam proses stress relieving:

1. Pemanasan: Material dipanaskan secara merata hingga mencapai suhu tertentu,


yang biasanya lebih rendah dari suhu tempering atau normalisasi, tetapi cukup tinggi
untuk merangsang proses redistribusi atom dan mengurangi tegangan internal. Suhu yang
diperlukan dapat bervariasi tergantung pada jenis material dan tingkat tegangan yang
diinginkan.
2. Pemegangan: Setelah mencapai suhu yang diinginkan, material dipertahankan
pada suhu tersebut selama periode waktu tertentu. Waktu pemegangan bisa berbeda-beda
tergantung pada ketebalan dan jenis material yang diolah.
3. Pendinginan: Setelah pemegangan, material didinginkan secara perlahan-lahan
ke suhu kamar. Pendinginan ini bisa dilakukan dengan membiarkan material mendingin
secara alami dalam udara atau dengan menggunakan media pendingin yang lebih
terkontrol untuk mencegah distorsi yang tidak diinginkan.

Proses stress relieving memiliki beberapa manfaat, antara lain:


 Mengurangi Tegangan Internal: Proses ini membantu mengurangi tegangan
yang mungkin terakumulasi dalam material selama proses pembentukan atau pengelasan.
Hal ini membantu mencegah distorsi atau retak yang dapat terjadi pada material saat
berada dalam penggunaan akhirnya.
 Meningkatkan Ketangguhan: Pengurangan tegangan internal dapat
meningkatkan ketangguhan material, membuatnya lebih tahan terhadap kegagalan akibat
tegangan atau kelelahan.
 Meningkatkan Kekerasan: Meskipun tujuan utama stress relieving bukan untuk
meningkatkan kekerasan material, dalam beberapa kasus, proses ini dapat meningkatkan
kekerasan material dalam batas tertentu.

Stress relieving umumnya dilakukan setelah proses pembentukan atau pengelasan


dan sebelum proses penyelesaian akhir, seperti tempering atau perlakuan panas lainnya.
Proses ini penting untuk memastikan bahwa material memiliki sifat mekanis yang stabil
dan sesuai dengan persyaratan aplikasi akhirnya.

SOAL DAN JAWABAN


1.Apa itu quenching dalam konteks material science dan bagaimana prosesnya dilakukan?
Jawaban: Quenching adalah proses perlakuan panas yang melibatkan pemanasan material hingga
suhu tinggi diikuti dengan pendinginan cepat menggunakan media pendingin seperti air atau
minyak. Tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur mikro dan sifat material agar
mencapai kekerasan yang diinginkan.
2.Apa tujuan utama dari quenching dalam proses perlakuan panas?
Jawaban: Tujuan utama quenching adalah untuk mencapai kekerasan yang diinginkan pada
material dengan mengubah struktur mikro menjadi lebih kuat dan tahan aus.
3.Bagaimana quenching mempengaruhi struktur dan sifat material yang diolah?
Jawaban: Quenching mengakibatkan pembentukan struktur mikro yang seringkali keras dan
rapuh, seperti struktur martensitik pada baja. Hal ini meningkatkan kekerasan material tetapi
seringkali mengorbankan ketangguhannya.
4.Apa peran media pendingin dalam proses quenching, dan mengapa pemilihan media pendingin
penting?
Jawaban: Media pendingin digunakan untuk mendinginkan material dengan cepat setelah
pemanasan, membentuk struktur mikro yang diinginkan. Pemilihan media pendingin sangat
penting karena akan mempengaruhi tingkat kekerasan, ketangguhan, dan struktur mikro akhir
dari material yang diolah.
5.Bagaimana faktor-faktor seperti suhu pendingin, kecepatan pendinginan, dan jenis material
mempengaruhi efektivitas quenching?
Jawaban: Suhu pendingin dan kecepatan pendinginan mempengaruhi laju pendinginan material,
yang kemudian akan mempengaruhi struktur mikro dan sifat akhir material. Jenis material juga
memainkan peran penting karena reaksi quenching akan berbeda antara logam yang berbeda,
tergantung pada komposisi kimianya.

HARDENING
1.Apa yang dimaksud dengan hardening dalam konteks material science?
Jawaban: Hardening adalah proses perlakuan panas yang bertujuan untuk meningkatkan
kekerasan material dengan mengubah struktur mikro dari material tersebut.
2.Apa tujuan utama dari proses hardening dalam material science?
Jawaban: Tujuan utama dari proses hardening adalah untuk meningkatkan kekerasan dan
ketahanan aus material, sehingga meningkatkan daya tahan dan kinerja material dalam aplikasi
yang berat.
3.Apa perbedaan antara hardening dan tempering?
Jawaban: Hardening bertujuan untuk meningkatkan kekerasan material dengan pendinginan
cepat setelah pemanasan, sedangkan tempering bertujuan untuk mengurangi kekerasan yang
berlebihan yang dihasilkan oleh proses hardening dengan memanaskan material pada suhu yang
lebih rendah.
4.Apa saja metode hardening yang umum digunakan dalam material science?
Jawaban: Metode hardening yang umum digunakan termasuk quenching (pendinginan cepat
setelah pemanasan), carburizing (penambahan karbon pada permukaan material), dan nitriding
(penambahan nitrogen pada permukaan material).
5.Bagaimana proses hardening mempengaruhi struktur dan sifat material?
Jawaban: Proses hardening mengubah struktur mikro material, biasanya dengan membentuk
struktur martensitik yang keras dan rapuh. Ini meningkatkan kekerasan material tetapi seringkali
mengurangi ketangguhan dan keuletan.
ANNEALING
1. *Pertanyaan:* Apa yang dimaksud dengan proses annealing dalam konteks pengolahan
material?
*Jawaban:* Annealing adalah proses pemanasan material pada suhu tertentu, diikuti oleh
pendinginan perlahan untuk mengurangi kekerasan dan meningkatkan struktur mikro material.
2. *Pertanyaan:* Apa tujuan utama dari proses annealing?
*Jawaban:* Tujuan annealing adalah mengurangi kekerasan, meningkatkan keuletan, dan
mengurangi ketegangan internal dalam material.
3. *Pertanyaan:* Bagaimana perbedaan antara annealing dan hardening?
*Jawaban:* Annealing bertujuan untuk mengurangi kekerasan, sementara hardening bertujuan
meningkatkan kekerasan material melalui pendinginan cepat.
4. *Pertanyaan:* Apa yang terjadi pada struktur mikro material selama proses annealing?
*Jawaban:* Struktur mikro material berubah, kristal yang lebih besar dan lebih teratur
terbentuk, mengurangi ketegangan dan meningkatkan sifat mekanis.
5. *Pertanyaan:* Kapan situasi yang tepat untuk menerapkan proses annealing?
*Jawaban:* Proses annealing umumnya diterapkan setelah proses pengolahan yang dapat
meningkatkan kekerasan material, seperti pengerasan atau deformasi, untuk mengembalikan sifat
material ke kondisi yang lebih diinginkan.

TEMPERING
1. *Pertanyaan:* Apa itu tempering dalam konteks pengolahan material?
*Jawaban:* Tempering adalah proses pemanasan dan pendinginan kontrol untuk mengurangi
kekerasan dan meningkatkan ketangguhan suatu material, seperti baja.

2. *Pertanyaan:* Mengapa tempering penting dalam proses pengolahan baja?


*Jawaban:* Tempering mengurangi kekerasan yang dihasilkan dari pemanasan awal, sehingga
meningkatkan ketangguhan baja tanpa mengorbankan kekuatannya.
3. *Pertanyaan:* Apa perbedaan antara hardening dan tempering?
*Jawaban:* Hardening meningkatkan kekerasan material dengan pendinginan cepat,
sedangkan tempering mengurangi kekerasan melalui pemanasan dan pendinginan kontrol.
4. *Pertanyaan:* Bagaimana suhu dan waktu mempengaruhi hasil tempering?
*Jawaban:* Suhu dan waktu tempering yang lebih rendah cenderung meningkatkan kekerasan,
sementara suhu dan waktu yang lebih tinggi meningkatkan ketangguhan.
5. *Pertanyaan:* Apa dampak dari proses tempering yang tidak tepat?
*Jawaban:* Jika tempering tidak dilakukan dengan benar, material dapat memiliki kekerasan
yang tidak diinginkan atau kehilangan sifat ketangguhannya.

SELF RELEAVING
1. *Pertanyaan:* Apa yang dimaksud dengan stress relieving dalam pengolahan material?
*Jawaban:* Stress relieving adalah proses pemanasan material pada suhu yang relatif rendah
untuk mengurangi ketegangan internal yang dapat timbul selama proses pengolahan.
2. *Pertanyaan:* Mengapa stress relieving diterapkan setelah proses pengolahan material
tertentu?
*Jawaban:* Stress relieving dilakukan untuk mengurangi ketegangan yang mungkin
terakumulasi selama proses seperti pengelasan atau deformasi, meningkatkan ketangguhan dan
mencegah retak pada material.
3. *Pertanyaan:* Bagaimana suhu dan waktu pemanasan dapat memengaruhi efektivitas stress
relieving?
*Jawaban:* Suhu yang lebih tinggi dan waktu pemanasan yang lebih lama cenderung
menghasilkan efek stress relieving yang lebih baik.
4. *Pertanyaan:* Apa perbedaan utama antara stress relieving dan annealing?
*Jawaban:* Meskipun keduanya melibatkan pemanasan material, stress relieving bertujuan
untuk mengurangi ketegangan tanpa mengubah struktur mikro, sementara annealing mengubah
struktur mikro untuk meningkatkan keuletan dan kekerasan.
5. *Pertanyaan:* Kapan waktu yang tepat untuk menerapkan proses stress relieving dalam proses
manufaktur?
*Jawaban:* Stress relieving umumnya diterapkan setelah proses pengelasan, machining, atau
deformasi yang dapat menyebabkan akumulasi ketegangan pada material, untuk memastikan
kinerja dan integritas material yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai