Anda di halaman 1dari 8

Warta PPKS, 2020, 25(2): 78-85

EFIKASI HERBISIDA METIL METSULFURON SEBAGAI BAHAN TUNGGAL


DAN CAMPURAN TERHADAP GULMA PADA KELAPA SAWIT
MENGHASILKAN
Wiharti Oktaria Purba dan Hari Priwiratama

Abstrak - Pengujian herbisida berbahan aktif metil metsulfuron untuk pengendalian gulma di perkebunan kelapa
sawit tanaman menghasilkan dilaksanakan dengan aplikasi tunggal dan campuran dengan glifosat. Pengujian
menunjukkan bahwa bobot kering gulma total dipengaruhi oleh seluruh perlakuan herbisida yang diberikan.
Berdasarkan jenis gulma yang dikendalikan, herbisida metil metsulfuron tunggal maupun campuran menunjukkan
aktivitas pengendalian terhadap gulma Asystasia intrusa, Rivina humilis, dan Cyclosorus aridus. Namun demikian,
pengendalian Setaria plicata hanya terlihat signifikan pada perlakuan metil metsulfuron campuran. Secara umum,
perlakuan campuran herbisida metil metsulfuron + glifosat juga memiliki kemampuan penekanan pertumbuhan
gulma yang lebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan tunggal metil metsulfuron. Penggunaan dosis
campuran 67 g/ha metil metsulfuron + 2.7 l/ha glifosat (SM3) menunjukkan efikasi yang baik dan sebanding
dengan dosis tertinggi pada pengujian ini.
Kata kunci: metil metsulfuron, Asystasia intrusa, Setaria plicata, campuran, tunggal

PENDAHULUAN dua bahan aktif herbisida (tank mix) mampu


mengurangi biaya pengendalian dan membantu
Metil metsulfuron merupakan salah satu bahan memperlambat kemunculan resistensi di lapangan
aktif herbisida yang banyak digunakan di perkebunan (Diggle et al., 2003). Di perkebunan kelapa sawit, metil
kelapa sawit (Bangun & Teddy, 2004). Herbisida ini metsulfuron banyak dicampurkan dengan herbisida
memiliki sistem kerja sistemik dengan menghambat glifosat untuk meningkatkan efektivitas pengendalian
pembentukan tiga asam amino esensial yang (Bangun & Teddy, 2004). Glifosat, seperti halnya metil
dibutuhkan tanaman dan teraktivasi setelah diserap metsulfuron, juga bekerja secara sistemik. Namun
oleh tanaman (Sensemen, 2007). Aktivitas metil herbisida ini bersifat non selektif dan bekerja dengan
metsulfuron diketahui bersifat selektif; dapat menghambat biosintesis asam amino aromatik
mengendalikan gulma berdaun lebar dan beberapa (Varshney & Shondia, 2004).
jenis tertentu gulma berdaun sempit (Tomlin, 2004;
Hidayati et al., 2014). Keputusan penggunaan bahan tunggal maupun
campuran sangat bergantung kepada efektivitas dari
Komposisi gulma pada perkebunan kelapa sawit pengendalian yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan
terdiri dari gulma berdaun sempit dan berdaun lebar, untuk menganalisa efektivitas metil metsulfuron dalam
tergantung pada tahap pertumbuhan kelapa sawit mengendalikan gulma di areal kelapa sawit
yang memberikan iklim mikro dan lingkungan spesifik menghasilkan, baik secara tunggal maupun sebagai
bagi perkembangan gulma (Mohamad et al., 2010). campuran dengan glifosat, secara khusus terhadap
Secara praktis, pengendalian gulma di perkebunan gulma dominan sasaran di lokasi percobaan.
kelapa sawit dilakukan dengan penyemprotan
herbisida non selektif. Namun demikian, pencampuran
Penulis yang tidak disertai dengan catatan kaki instansi adalah peneliti BAHAN DAN METODE
pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Lokasi Penelitian
Wiharti Oktaria Purba(*)
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Pengujian dilakukan dalam kondisi lapangan pada
Jl. Brigjen Katamso No. 51 Medan, Indonesia areal kelapa sawit menghasilkan di Kabupaten Deli
Email: wiharti.oktaria@yahoo.com Serdang, Sumatera Utara. Penelitian disusun dalam

Naskah masuk: 15/05/2020; Naskah diterima: 08/06/2020 78


Wiharti Oktaria Purba dan Hari Priwiratama

Rancangan Acak Kelompok dengan 11 perlakuan dan Bahan aktif dan komposisi dosis
5 ulangan. Satuan petak terdiri dari 9 pohon kelapa Herbisida yang digunakan adalah herbisida
sawit berukuran 3 x 3 pohon. Penentuan tata letak berbahan aktif metil metsulfuron 20% (Metafuron
percobaan diupayakan berada pada sebaran gulma 20WP) dan glifosat (Speed up 480SL) dengan
yang relatif homogen, sesuai dengan hasil analisa komposisi dosis pengujian sebagai berikut:
vegetasi.
Tabel 1. Komposisi dosis herbisida yang diujikan (g/ ha dan l/ ha)
Herbisida Notasi Dosis
Metil metsulfuron M1 33 g/ha
Metil metsulfuron M2 50 g/ha
Metil metsulfuron M3 67 g/ha
Metil metsulfuron M4 84 g/ha
Metil metsulfuron M5 101 g/ha
Metil metsulfuron (M1) + glifosat SM1 33 g/ha + 1.3 l/ha
Metil metsulfuron (M2) + glifosat SM2 50 g/ha + 2 l/ha
Metil metsulfuron (M3) + glifosat SM3 67 g/ha + 2.7 l/ha
Metil metsulfuron (M4) + glifosat SM4 84 g/ha + 3.4 l/ha
Metil metsulfuron (M5) + glifosat SM5 101 g/ha + 4.1 l/ha

Satuan percobaan tanpa pengendalian gulma Analisis data


digunakan sebagai kontrol perlakuan (K). Analisa sidik ragam data dilakukan terhadap bobot
Penyemprotan dilakukan dengan alat semprot kering gulma menggunakan bantuan GenStat
punggung semi otomatis (knapsack) dengan Discovery Edition 3. Perbandingan antar perlakuan
volume larutan 400 l/ha dan lebar semprot + 1 dilakukan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada
meter. Penyemprotan dilakukan pada seluruh petak
perlakuan (blanket) pada saat penutupan gulma taraf 5% (α= 0.05).
mencapai 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran berat kering gulma Dominansi gulma sasaran
Pengamatan dilakukan dengan memanen Berdasarkan analisa vegetasi di lokasi pengujian,
gulma dari tiap satuan percobaan dengan metode ditemukan 4 jenis gulma dominan yaitu: Asystasia
kuadran berukuran 1 m x 1m. Gulma dipotong intrusa, Rivina humilis, Cyclosorus aridus, dan Setaria
tepat diatas permukaan tanah, dibersihkan dari plicata (Gambar 1). Asystasia intrusa dan Rivina
kotoran, dipisahkan per spesies, dan dikeringkan humilis yang termasuk dalam kelompok gulma
hingga bobot kering konstan. Panen gulma berdaun lebar, serta Cyclosorus aridus yang termasuk
dilakukan pada 1, 2, dan 3 bulan setelah aplikasi jenis paku-pakuan, merupakan gulma umum di
(BSA). perkebunan kelapa sawit. Selain itu, Setaria plicata

79
Efikasi herbisida metil metsulfuron sebagai bahan tunggal dan campuran terhadap gulma pada kelapa sawit menghasilkan

merupakan jenis rumput yang juga umum ditemukan. campuran dosis tertinggi menunjukkan bobot kering A.
Beberapa gulma lainnya terdapat dalam jumlah yang Intrusa terendah, sementara perlakuan dengan metil
sangat sedikit, seperti Clidemia hirta, Melastoma metsulfuron tunggal dosis terendah menunjukkan
malabathricum, Stachitarpheta indica, Physalis bobot kering tertinggi.
angulata dan Cyperus kyllingea. Nilai bobot kering A. Intrusa pada petak perlakuan
berbeda nyata dengan petak kontrol sejak 1 BSA
Asystasia intrusa dan Rivina humilis (Gambar 1). Pada 1 hingga 2 BSA, tidak terlihat
perbedaan yang signifikan antara perlakuan metil
Herbisida metil metsulfuron pada rentang tiga metsulfuron tunggal dengan metil metsulfuron
bulan setelah aplikasi, menunjukkan aktivitas bercampur dengan glifosat terhadap A. intrusa. Namun
pengendalian terhadap kedua jenis gulma berdaun demikian, pada 3 BSA, perlakuan bahan campuran
lebar dominan; Asystasia intrusa dan Rivina humilis. SM3, SM4, dan SM5 (campuran dosis tertinggi)
Pengaruh aplikasi herbisida metil metsulfuron menunjukkan nilai bobot kering A. intrusa yang
terhadap A. intrusa, baik tunggal maupun campuran, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya walaupun
terlihat pada seluruh petak perlakuan. Gambar 1 setara dengan perlakuan tunggal metil metsulfuron
menunjukkan bahwa, secara menyeluruh, perlakuan dosis tertinggi (M5).

K M1 M2 M3 M4 M5 SM1 SM2 SM3 SM4 SM5

37,5

30,
Berat Kering (g/m2)

22,5

15,

7,5

0,
1 BSA 2 BSA 3 BSA
Bulan Setelah Aplikasi (BSA)
Gambar 1. Bobot kering (g/ m2) gulma Asystasia intrusa di 1, 2, dan 3 bulan setelah aplikasi (BSA)

Pada petak perlakuan, nilai bobot kering Rivina dengan bobot R. humilis pada petak kontrol. Bobot
humilis juga terlihat lebih rendah dibandingkan petak kering R. humilis pada petak perlakuan baru
kontrol (Gambar 2). Namun demikian, berbeda halnya menunjukkan nilai yang berbeda nyata terhadap petak
dengan A. intrusa, nilai bobot kering R. humilis pada 1 kontrol pada 2 dan 3 BSA, seiring dengan peningkatan
BSA di seluruh petak perlakuan tidak berbeda nyata pertumbuhan gulma di plot kontrol. Pada setiap

80
Wiharti Oktaria Purba dan Hari Priwiratama

pengamatan, rerata bobot kering R. humilis pada petak perlakuan tunggal walaupun tidak menunjukkan nilai
perlakuan campuran lebih rendah dari pada petak yang berbeda secara signifikan.
K M1 M2 M3 M4 M5 SM1 SM2 SM3 SM4 SM5

60,

45,
Bobot Kering (g/m2)

30,

15,

0,
1 BSA 2 BSA 3 BSA
Bulan Setelah Aplikasi (BSA)
2
Gambar 2. Bobot kering (g/ m ) gulma Rivina humilis di 1, 2, dan 3 bulan setelah aplikasi (BSA)
Aplikasi pengendalian oleh metil metsulfuron ditranslokasikan (Djojosumarto, 2008).
baik tunggal maupun campuran signifkan terhadap Aplikasi metil metsulfuron yang dicampur dengan
gulma A. intrusa sejak dari 1 BSA, namun tidak glifosat menunjukkan pengendalian yang lebih baik
dalam pengendalian R. humilis. Pengendalian dibandingkan aplikasi tunggal. Walaupun banyak
dengan metil metsulfuron lebih cepat terlihat pada A. direkomendasikan untuk mengendalikan gulma
intrusa. Hal ini sangat erat kaitannya dengan berdaun lebar, menurut Ofosu-Budu et al. (2014),
kecepatan tumbuh dari kedua gulma berdaun lebar penggunaan metil metsulfuron secara kombinasi
ini. Seperti terlihat pada Gambar 2, bobot kering R. atau campuran (metil metsulfuron dan glifosat) dinilai
humilis pada petak kontrol bertambah sekitar 10 lebih efektif dalam mengendalikan gulma
hingga 12 g/ m2 per bulannya. Pertumbuhan yang dibandingkan dengan herbisida tunggal.
cukup tinggi ini dapat menyebabkan perbedaan
respon terhadap pengendalian oleh herbisida. Aktivasi
metil metsulfuron yang sifatnya sistemik juga Cyclosorus aridus
menyebabkan kecepatan respon yang berbeda bagi
setiap tanaman. Metil metsulfuron teraktivasi setelah Seperti halnya pada A. intrusa, perlakuan aplikasi
terlebih dahulu diabsorpsi oleh akar atau daun dan herbisida metil metsulfuron tunggal dan campuran

81
Efikasi herbisida metil metsulfuron sebagai bahan tunggal dan campuran terhadap gulma pada kelapa sawit menghasilkan

juga menghasilkan nilai bobot kering C. aridus yang signifikan antara bobot kering tiap perlakuan hingga 2
lebih rendah dan berbeda nyata dengan petak BSA.
kontrol (Gambar 3). Pada 1 BSA, petak perlakuan Pada 3 BSA, nilai bobot kering C. aridus pada
campuran metil metsulfuron dengan glifosat dosis petak perlakuan SM5 menunjukkan nilai yang
tertinggi menunjukkan nilai bobot kering terendah, berbeda nyata dengan pada petak metil
sementara petak perlakuan metil metsulfuron tunggal metsulfuron tunggal dosis terendah, namun tidak
dosis terendah menunjukkan nilai bobot kering berbeda nyata dengan bobot pada petak perlakuan
tertinggi. Hal ini menunjukkan adanya pengendalian lainnya. Perlakuan metil metsulfuron campuran
yang lebih baik oleh herbisida campuran. Namun menunjukkan pengendalian yang lebih baik pada
demikian, tidak ditemukan adanya perbedaan yang dosis tertinggi.
K M1 M2 M3 M4 M5 SM1 SM2 SM3 SM4 SM5

87,5

70,
Bobot Kering (g/m2)

52,5

35,

17,5

0,
1 BSA 2 BSA 3 BSA
Bulan Setelah Aplikasi (BSA)
2
Gambar 3. Bobot kering (g/ m ) gulma Cyclosorus aridus di 1, 2, dan 3 bulan setelah aplikasi (BSA)

Cyclosorus aridus merupakan gulma paku-pakuan diaplikasikan secara tunggal tidak terlihat secara
yang umum ditemukan di perkebunan kelapa sawit. signifikan pada gulma Setaria plicata (Gambar 4).
Metil metsulfuron merupakan salah satu herbisida Bobot kering S. plicata pada perlakuan herbisida metil
yang direkomendasikan untuk mengendalikan metsulfuron yang dicampur dengan glifosat terlihat
beberapa jenis paku di perkebunan kelapa sawit lebih rendah dibandingkan pada perlakuan tunggal,
(Turner and Gillbanks; 2003). menunjukkan pengendalian yang lebih baik dengan
Setaria plicata herbisida campuran. Hal ini dapat disebabkan karena
aktivitas metil metsulfuron yang lebih efektif terhadap
Pengendalian herbisida metil metsulfuron yang gulma berdaun lebar dibandingkan terhadap rumput-

82
Wiharti Oktaria Purba dan Hari Priwiratama

rumputan sehingga tidak terlihat pengendalian yang kemudian memungkinkan terjadinya pengendalian
nyata pada perlakuan metil metsulfuron secara rumput S. plicata atau sinergi yang lebih baik oleh
tunggal. kedua herbisida, seperti halnya yang terlihat pada
hasil perlakuan SM1 hingga SM5. Aktivitas
Menurut Hidayati et al. (2014), metil metsulfuron pengendalian dengan campuran memang tidak
menunjukkan aktivitas yang lebih rendah dalam tampak signifikan pada 1 BSA. Namun demikian,
mengendalikan gulma golongan rumput. Adanya bobot kering S. plicata menunjukkan penurunan yang
penambahan herbisida berbahan aktif glifosat signifikan pada 2 BSA hingga 3 BSA.

K M1 M2 M3 M4 M5 SM1 SM2 SM3 SM4 SM5

70,

52,5
Bobot Kering (g/m2)

35,

17,5

0,
1 BSA 2 BSA 3 BSA
Bulan Setelah Aplikasi (BSA)
2
Gambar 4. Bobot kering (g/ m ) gulma Setaria plicata di 1, 2, dan 3 bulan setelah aplikasi (BSA)
Gulma Total mencapai 75 g/m2 pada 3 BSA. Secara keseluruhan,
Berdasarkan data hasil panen gulma dominan bobot kering pada seluruh perlakuan terlihat relatif
secara total selama 3 BSA, bobot kering gulma total menurun hingga ke 3 BSA.
secara nyata dipengaruhi oleh seluruh perlakuan Apabila setiap perlakuan dibandingkan, hasil
herbisida yang diberikan (Gambar 5). Bobot kering menunjukkan bahwa secara umum perlakuan aplikasi
gulma di seluruh plot perlakuan menunjukkan nilai campuran memberikan bobot kering gulma yang lebih
yang lebih rendah dan secara statistik berbeda nyata rendah dibandingkan dengan perlakuan aplikasi
dengan kontrol. Nilai bobot kering gulma di plot kontrol tunggal metil metsulfuron. Berdasarkan dosis aplikasi,
cenderung naik meningkat hampir mencapai 200 g/m2 bobot kering gulma pada masing-masing kelompok
di 3 BSA, sementara pertumbuhan di seluruh plot perlakuan herbisida juga cenderung semakin ringan
perlakuan cenderung stabil dan tidak sampai seiring dengan penambahan dosis herbisida yang

83
Efikasi herbisida metil metsulfuron sebagai bahan tunggal dan campuran terhadap gulma pada kelapa sawit menghasilkan

diberikan. Bobot tertinggi gulma hingga 3 BSA terlihat hingga 3 BSA terlihat pada petak perlakuan aplikasi
pada petak perlakuan aplikasi metil metsulfuron campuran metil metsulfuron dan glifosat dosis
tunggal dosis terendah. Sementara itu, bobot terendah tertinggi.

K M1 M2 M3 M4 M5 SM1 SM2 SM3 SM4 SM5

250,

200,
Bobot Kering (g/m2)

150,

100,

50,

0,
1 BSA 2 BSA 3 BSA
Bulan Setelah Aplikasi (BSA)
Gambar 5. Bobot kering (g/ m2) gulma total di 1, 2, dan 3 bulan setelah aplikasi (BSA)
Pada dosis terendah, aplikasi herbisida metil layak digunakan untuk pengendalian gulma sejenis di
metsulfuron yang dicampur dengan glifosat (SM1) kebun kelapa sawit tanaman menghasilkan.
mampu menekan pertumbuhan gulma lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan metil metsulfuron
tunggal dengan dosis tertinggi (M5). Hal ini KESIMPULAN
menunjukkan bahwa perlakuan campuran herbisida Perlakuan campuran herbisida metil metsulfuron +
metil metsulfuron dan glifosat memiliki kemampuan glifosat memiliki kemampuan pengendalian
menekan pertumbuhan gulma yang lebih baik pertumbuhan gulma yang lebih baik bila dibandingkan
dibandingkan aplikasi secara tunggal. dengan perlakuan tunggal metil metsulfuron. Pada
Kombinasi aplikasi metil metsulfuron pada 190,5 g/ dosis campuran 67 g/ha metil metsulfuron + 2.7 l/ha
ha dan glifosat 2.8 l/ ha disebut sesuai untuk glifosat (SM3), pengendalian gulma terlihat sebanding
mengendalikan gulma di perkebunan kelapa sawit dengan dosis tertinggi pada pengujian ini.
(Ofosu- Budu et al., 2014). Dosis ini jauh lebih tinggi
dari dosis tertinggi yang digunakan pada pengujian ini.
Dosis campuran 67 g/ha metil metsulfuron + 2.7 l/ha DAFTAR PUSTAKA
glifosat (SM3) menunjukkan aktivitas pengendalian Alonso, D.G., W.C. Koskinen, R.S. Oliveira, J.J.
yang tidak berbeda nyata dengan dosis campuran Constantin, & S. Mislankar. (2011). Sorption-
tertinggi pada pengujian ini sehingga sudah cukup desorption of Indaziflam in selected agricultural

84
Wiharti Oktaria Purba dan Hari Priwiratama

soils. J. Agric. Food Chem. Ofosu- Budu, K.G., Zutah, V.T., Avaala, S.A., Baafi, J.
Bangun, T., &Teddy. (2004). Pengujian lapangan (2014). Evaluation of metsulfuron-methyl and
efikasi herbisida Mortir 480AS terhadap gulma combinations in controlling weeds in juvenile oil
pada piringan tanaman kelapa sawit belum palm plantation. International Journal of
menghasilkan. Jurnal Gulma Tropika, 2(1): 11- Agronomy and Agricultural Research (IJAAR) 4
15. (4): 9-19.
Diggle, A.J., Neve, P.B., Smith, F.P. (2003). Herbicides Rosyady, R. K. (2019). Efikasi herbisida metil
used in combination can reduce the probability metsulfuron untuk mengendalikan gulma pada
of herbicide resistance in finite weed areal kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
populations. Weed Res. 43, 371-382. menghasilkan. Skripsi. IPB.
Djojosumarto, P. (2008). Pestisida dan aplikasinya. PT Senseman, S.A. (2007). Herbicide Handbook (Ninth
Agromedia Pustaka. Tangerang. edition). Weed Sciense Society of America. 546
p.
Hidayati, N., N. Sriyani., & R. Evizal. (2014). Efikasi Teo, L., Ong, K. P. & Maclean, R. J. (1990). Response
Herbisida Metil Metsulfuron Terhadap Gulma of oil palm to eradication of Ischaemum
pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaesis muticum. In: SUKAIMI, J. (ed.) International
guinensis Jacq.) yang Belum Menghasilkan Palm Oil Development.
(TBM). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 15
(1): 1-7. Tomlin, C. D. S. (2004). The Pesticide Manual volume
Kuan, C. Y., Ann, L. S., Ismail, A. A., Leng, T., Fee, C. 3.0. British Crop Protection Council. England.
G., & Hashim, K. (1991). Crop loss by weeds in 1606p Toth, J., Winkler MA. 2008. Bitou bush
Malaysia. Third Tropical Weed Science. Kuala aerial spraying in New South Wales.- what we
Lumpur: MAPPS. learned? Plant Protection Quarterly 23(1), 43-
44.
Lam, C. H., Lim, J. K., Badrulisham, J. (1993). Turner, P.D. & Gillbanks, R.A. (2003). Oil Palm
Comparative Studies of a Paraquat Mixture and Cultivation and Management. 2nd edn. The
Glyphosate and / or Its Mixtures on Weed Incorporated Society of Planters, Kuala
Succession in Plantation Crops. The Planter, Lumpur, Malaysia, p. 505-623.
Kuala Lumpur, 69, p 525-535.
Mohamad, R. B., Wibawa, W., Mohayidin, M. G., Varshney, J. G. & S.Shondhia. (2004). Weed
Puteh, A. B., Juraimi, A. S., Awang, Y. & Management. National Research Weed Centre
Lassim, M. B. M. (2010). Management of mixed for Science. India.
weeds in young oil palm plantation with Zimdahl, R. W. (2007). Fundamental of weed science,
selected broad spectrum herbicides. Pertanika Academic Press.
J. Trop. Agric. Sci., 33: 193-203.

85

Anda mungkin juga menyukai