Anda di halaman 1dari 7

JURNAL AGROMAST , Vol.3, No.

1, April 2018

PENGARUH DOSISHERBISIDA TRIKLOPIR DAN SOLAR TERHADAP MORTALITAS


GULMA CHROMOLAENA ODORATA SEBAGAI GULMA PENTING DI KEBUN KELAPA
SAWIT

Rohandi Effry Nasution1, AT. Soejono2, Hangger Gahara Mawandha2


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian INSTIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian INSTIPER

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis perlakuan yang efektif untuk
mengendalikan gulma kirinyuh (Chromolaena odorata) yang telah dilakukan di kebun pendidikan
dan penelitian (KP2) Institut Pertanian STIPER Yogyakarta yang terletak di desa Maguwoharjo,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2017. Penelitian ini merupakan percobaan
faktorial yang terdiri dari faktor tunggal dan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL),
Dalam penelitian ini terdapat 5 perlakuan dengan 4 ulangan, yaitu (P1) Triklopir 1 liter/ha + solar 2
liter/ha (P2) Triklopir 2 liter/ha + 2 liter/ha (P3) Triklopir 3 liter/ha + solar 2 liter/ha. Kemudian
pengendalian secara manual (pembabatan) pada gulma Chromolaenaodorata dan tanpa
dikendalikan sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang berbeda nyata antara
masing-masing perlakuan. Pengendalian gulma paling efektif yaitu pengendalian gulma secara
kimia, sedangkan pada pengendalian mekanis dan kontrol masih dapat tumbuh kembali.

Kata kunci : Chromolaena odorata, Herbisida Triklopir, KelapaSawit, Solar.

PENDAHULUAN Gulma Siam Chromolaena odorata(R.


Kelapa sawit(Elaeis guineensisJacq) adalah M. King and H). Robinson merupakan salah
tanaman pendatang dari Afrika Barat yang satu dari 10 jenis gulma darat utama di dunia
dapat dibudidayakan di Indonesia.Pada saat (Bennet dan Rao,1968). Chromolaena
ini, tanaman kelapa sawit merupakan ordorata termasuk suku Asteraceae atau
komoditas perkebunan yang penting di Compositae, yang dahulu dikenal dengan
Indonesia dan memiliki prospek namaEupatorium odoratum. Di indonesia
pengembangan yang cerah. Industri kelapa dikenal dengan nama kirinyuh atau gulma
sawit Indonesia mengalami kemajuan yang siam. Gulma siam yang selanjutnya disingkat
sangat pesat, setidaknya dalam 10 tahun GS berasal dari Amerika Tengah dan
terakhir. Tanaman kelapa sawit merupakan Amerika Selatan tropik ( Bennet dan Rao,
komoditas primadona karena mempunyai 1968; Cock, 1984; McFayden, 1988).
nilai ekonomis tinggi. Tanaman kelapa sawit Memiliki percabangan yang rapat dan banyak,
menghasilkan dua produk komersial yang tingginya mencapai 1,5 – 3 m pada lahan
dapat menghasilkan devisa negara, yaitu terbuka. Batangnya silindris dan berbulu.
minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil Batang tua keras namun yang muda lunak.
(CPO) dan minyak inti sawit atau Palm kernel Daun susunannya opposite, berbentuk
Oil (PKO). Minyak kelapa sawit segitiga dengan tepian bergerigi. Jika diremas
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, daun tanaman ini akan mengeluarkan bau
kosmetik, obat-obatan, industri berat dan yang khas. Bunganya biru pucat sampai putih,
ringan (pelumas, semir sepatu, sabun, lilin terangkai secara komposit. Bijinya ringan,
dan ditergen), sedangkan limbah kelapa sawit dengan panjang 5mm, memiliki bulu – bulu
juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan sehingga mempermudah penyebarannya
ternak karena mengandung protein tinggi, (Blackmore, 1988).
sebagai pupuk dan bahan bakar (Lubis, 1992). Gulma menggangu tanaman utama
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
JURNAL AGROMAST , Vol.3, No.1, April 2018

hidupnya. Tanaman budidaya mengalami digunakan, cara pengaplikasian nya jumlah


gangguan dari gulma yang akan menghambat pestisida dilarutkan dengan air secukup nya
pertumbuhan dan produksinya berkurang, lalu disemprot menggunakan
baik secara kualitas maupun kuantitas. handsprayer/kep.
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun Ada pula yang menggunakan dengan
(2003), masalah gulma akan lebih dirasakan cara manual tetapi hal ini hanya dilakukan
pada budidaya perkebunan karena areal saat gulma siam hidup dipiringan kelapa sawit
penanamannya yang luas, keterbatasan tenaga agar akar kelapa sawit tidak terkontak
kerja, waktu dan biaya, sehingga sulit untuk langsung dengan hebisida, cara ini jarang
mengendalikan secara cepat. Oleh karena itu digunakan di perkebunan kelapa sawit karena
pengendalian gulma yang tidak cepat cara dan faktor waktu dan efisiensi pekerja tidak
tepat sasaran justru akan menambah imput efektip karena pekerjaannya membutuhkan
yang tinggi. Salah satu cara yang dianggap waktu yang relatif lama.
efektif dan efesien adalah dengan
menggunakan herbisida campuran. METODE PENELITIAN
Herbisida tersebut mempengaruhi satu Waktu dan Tempat Penelitian
atau lebih proses – proses menghambat Penelitian dilaksanakan di kebun
perkembangan jaringan, menghambat laju pendidikan dan penelitian (KP2) Institut
proses fotosintesis, memacu respirasi, Pertanian STIPER Yogyakarta yang terletak
menghambat aktivitas enzin dan sebagainya di desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok,
yang sangat diperlukan tananaman untuk Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada
Secara umum herbisida dibagi dalam dua bulan Maret sampai bulan April 2017.
golongan, yaitu herbisida kontak Alat dan Bahan
(ditranlokasi) dan herbisida sistemik (tidak Alat yang digunakan dalam penelitian
ditranlokasikan) (Sembodo, 2010). adalah cangkul, peralatan tulis, alat
Herbisida triklopir merupakan herbisida penyiraman (gembor), polybag ukuran 35cm
sistemik dewasa tumbuh yang mudah terserap x 35cm, Kapsack sprayer, timbangan digital,
melalui stimat diangkat ke sluruh jaringan dan oven
gulma. Cara kerja herbisida triklopir di Bahan yang digunakan dalam
tranlokasikan ke sluruh tubuh atau bagian penelitian adalah tanah sebagai media tanam,
jaringan gulma, mulai dari daun sampai gulma Chromolaena ordorata, herbisida
keperakaran. Herbisida ini membutuhkan triklopir dan solar.
waktu 4-5 hari untuk membunuh gulma, Metode Penelitian
karena tidak langsung mematikan jaringan Penelitian ini menggunakan
tanaman yang terkena namun bekerja dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
cara di alirkan ke dalam jaringan, dengan cara factor tunggal. Dalam percobaan ini terdapat
mengganggu proses fisiologi gulma sehingga 5 perlakuan dengan 4 ulangan, sehingga
mematikan jaringan seperti daun, titik percobaan seluruhnya berjumlah 20
tumbuh, tunas sampai perakarannya (Anonim, perlakuan.
2013). Perlakuan yang diberikan adala :
Pengendalian gulma siam P1 : Triklopir 1 liter/ha + Solar 2
(Chromolaena odorata) diperkebunan kelapa liter/ha
sawit dapat dilakukan dengan menggunakan P2 : Triklopir 2 liter/ha + Solar 2
herbisida sistemik hal ini dilakukan agar liter/ha
gulma mati dengan merata sampai ke akarnya, P3 :Triklopir 3 liter/ha + Solar 2
pengendalian dengan menggunakan pestisida liter/ha
awalnya dilakukan penetapan jumlah gulma P4 : Mekanis
yang akan di semprot setelah itu dilakukan P5 : Kontrol
perbandingan jumlah pestisida yang akan
JURNAL AGROMAST , Vol.3, No.1, April 2018

Pelaksanaan Penelitian 3. Aplikasi herbisida dilakukan sekali


Pelaksanaan penelitian meliput selama penelitian, alat yang digunakan
1. Persiapan gulma Chromolaena adalah knapsack sprayer tipe SOLO
ordorata dengan nozel. Waktu aplikasi pada
Ditanam gulma Chromolaena pagi hari sekitar pukul 07:00 sampai
ordorata dengan memindahkan gulma 08:00. Aplikasi dilakukan pada cuaca
yang sudah hidup di lahan ke polybag cerah, minimal 3-6 jam setelah
dengan ukuran polybag 35 cm x 35 aplikasi tidak ada hujan.
cm sebanyak 25 polybag. 4. Kalibrasi alat semprot pada gulma
2. Pembuatan tempat aplikasi herbisida Chromolaena ordorata umur 4
Disiapkan lahan petak dengan ukuran minggu.
2 2
2m x 5m = 10m = 100000cm
- Tinggi nozzel dari polybag yaitu 70 cm + 30 cm = 100 cm.
1 1
- lebar jalan = 2 lebar semprot= 2 x 140 cm = 70 cm
100000𝑐𝑚2
jumlah lintasan seluruhnya = = V x 36
70 𝑐𝑚
100000
v= = 39,68 = 40 𝑐𝑚/detik
70 𝑥 36

- Volume semprot 600 l/ha atau 600ml/10 ml2


- Jadi waktu (T) = 600 ml = 35,99 atau 36 detik
16,67 ml/detik
L = V x Tjadi V = L/T

Pengamatan Tabel 2.Scoring visual keracunan


1. Pengamatan sesudah pengendalian gulma terhadap herbisida
a. Tingkat keracunan gulma
Chromolaena ordorata
Scoring visual keracunan gulma terhadap herbisida berdasar European Weed
Research Society (EWRS)
Nilai scoring Gulma terkendali (%) Kriteria keracunan
1 100 Gulma mati semua
2 96,5 – 99,0 Gulma yang hidup sedikit sekali

3 93,0 – 96,5 Gulma yang hidup sedikit

4 87,5 – 93,0 Efikasi herbisida memuaskan

5 80,0 – 87,5 Efikasi herbisida cukup memuaskan

6 70,0 – 80,0 Efikasi tidak memuaskan

7 50,0 – 70,0 Gulma yang dirusak sedikit

8 1,0 – 50,0 Kerusakan gulma tak berarti

9 0 Gulma tidak rusak


JURNAL AGROMAST , Vol.3, No.1, April 2018

Pengamatan dilakukan setelah aplikasi Penimbangan berat kering daun gulma


herbisida dalam waktu 3 minggu dan Chromolaena ordorata dengan cara
pengamatan tingkat keracunan dilakukan mengeringkan terlebih dahulu tanaman
setiap hari, agar dapat menilai tingkat dalam oven dengan suhu 100° C sampai
kematian gulma yang di aplikasi herbisida berat konstan. Dilakukan pada akhir
dengan bahan aktif triklopir. penelitian.
b. Mortalitas (pertumbuhan kembali)
Dilihat setiap perlakuan 10 kali setelah HASIL DAN ANALISIS HASIL
selesai pengamatan akhir, apakah yang Tingkat keracunan secara visual gulma
disemprot herbisida masih ada yang Chromolaena odorata
hidup. Tingkat keracunan herbisida yang
c. Berat segar bagian Chromolaena ordorta diamati secara visual selama 21 hari setelah
yang berwarna hijau aplikasi pada gulma Chromolaena odorata
Penimbangan daun gulma Chromolaena secara lengkap disajikan dalam (Lampiran 1)
ordorata dilakukan diakhir penelitian dan secara grafik hasil tersebut disajikan
menggunakan timbangan analitik. dalam Gambar 1.
d. Berat kering tajuk gulma Chromolaena
ordorata
10,00
9,00
8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
P1 P2 P3

Gambar 1. Tingkat keracunan secara visual pada 3 perlakuan herbisida Triklopir dan solar dari
pengamatan hari ke-1 sampai hari ke-21

Keterangan :
P1 :Triklopir 1 liter + Solar 2liter/10m²
P2 :Triklopir 2 liter + Solar 2 liter/10m²
P3 :Triklopir 3 liter + Solar 2 liter/10m²

Gambar 1 menunjukan dosis pengendalian Pada hari ke-19 tingkat keracunan


gulma secara kimia dengan bahan aktif mencapai100%. Perlakuandosis 3liter + solar
Triklopir pada dosis1liter+ Solar 2liter mulai 2liter terjadi keracunan pada hari ke-3. Pada
terjadi keracunan pada hari ke-4. Pada hari hari ke-18 tingkat keracunan mencapai 100%.
ke-20 tingkat keracunan mencapai 100%, Pada dosis 3liter + 2liter solar menunjukkan
sedangkan untuk perlakuan dosis 2liter+ solar hasil tingkat keracunan pada hari ke-16
2liter mulai terjadi keracunan pada hari ke-4. disajikan dalam tabel 1.
JURNAL AGROMAST , Vol.3, No.1, April 2018

Tabel 1. Tingkat keracunan secara visual pada gulma Chromolaena odorata pada pengamatan hari
ke-16
Ulangan
Perlakuan Rerata
1 2 3 4
Perlakuan Triklopir
3.00 3.00 3.00 2.00 2.75c
1,2ml+solar 2ml
Perlakuan Triklopir
2.00 2.00 2.00 2.00 2.0b
2,2ml+solar 2ml
Perlakuan Triklopir
1.00 1.00 1.00 1.00 1.0a
3,2ml+solar 2ml
Keterangan : Angka rerata pada kolom terakhir yang diikuti huruf tidak sama menunjukkan
perbedaan berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT)5%

Tabel 1. Menunjukkan bahwa perlakuan tinggi pula dampak keracunan gulma


yang terbaik yaitu perlakuan ke-3, sedangkan Chromolaena odorata.
perlakuan terburuk yaitu perlakuan ke-1.
Perlakuan ke-2 lebih baik dibandingkan Berat segar gulma Chromolaena odorata
perlakuan ke-1, namun lebih buruk Hasil sidik ragam pada Lampiran 2
dibandingkan dengan perlakuan ke-3, prinsip menunjukkan bahwa dari 5 perlakuan
penelitian ini adalah semakin tinggi memberikan pengaruh yang berbeda nyata
konsentrasi yang di berikan maka semakin terhadap berat segar gulma Chromolaena
odorata.

Tabel 2. Berat segar gulma Chromolaena odortayang dipengaruhi oleh 5 perlakuan.


Ulangan
Perlakuan Rerata
1 2 3 4
Perlakuan Triklopir
0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 a
1,2ml+solar 2ml
Perlakuan Triklopir
0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 a
2,2ml+solar 2ml
Perlakuan Triklopir
0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 a
3,2ml+solar 2ml
Mekanis 7,20 8,01 9,05 10,30 8,64 b
Kontrol 181,00 148,00 126,20 133,20 147,1 c
Keterangan : Angka rerata pada kolom yang di ikuti huruf tidak sama menunjukan tidak ada
beda nyata antar perlakuan berdasarkan uji jarak Berganda duncan (DMRT) pada
jenjang nyata 5%

Keempat Perlakuan herbisida baik tunggal Berat kering gulma Chromolaena odorata
maupun dicampur triklopir lebih efektif Hasil sidik ragam berat kering gulma
perlakuan mekanis. disajikan pada lampiran 3, sedang hasil
DMRT dari rerata berat kering gulma
disajikan pada tabel 3.
JURNAL AGROMAST , Vol.3, No.1, April 2018

Tabel 3. Berat kering gulma Chromolaena odorata yang dipengaruhi oleh 5 perlakuan.
Ulangan
Perlakuan Rerata
1 2 3 4
Perlakuan Triklopir
0,71 0,71 0,71 0,71 0,00 a
1,2ml+solar 2ml
Perlakuan Triklopir
0,71 0,71 0,71 0,71 0,00 a
2,2ml+solar 2ml
Perlakuan Triklopir
0,71 0,71 0,71 0,71 0,00 a
3,2ml+solar 2ml
Mekanis 1,21 1,35 1,52 1,72 1,45 b
Kontrol 36,2 29,6 25,24 26,64 29,42c
Keterangan : Angka rerata pada kolom yang diikuti huruf tidak sama menunjukan tidak ada
beda nyata antar perlakuan berdasarkan uji jarak Berganda duncan (DMRT) pada
jenjang nyata 5%

Perlakuan kimia dan mekanis adalah menguap dibawah temperatur normal,


perlakuan yang baik jika dibandingkan mempunyai titik nyala tinggi (40C-100C),
daengan perlakuan kontrol. mempunyai berat jenis 0,82-0,86
menimbulkan panas yang besar (sekitar
PEMBAHASAN 10.500kcal/kg), dan mempunyai kandungan
Chromolaena odorata merupakan sulfur lebih besar dibanding bensin memiliki
tumbuhan gulma berkayu tahunan. Gulma ini rantai hidrokarbon C14 s/d C18. Terkait
mempunyai ciri khas :daun berbentuk dengan kandungan kimia solar yang
segitiga, maupun tiga tulang daun yang nyata mempunyai banyak fungsi selain sebagai
terlihat dan bila diremasakan terasa bau yang bahan bakar, penelitian yang dilakukan petani
khas, percabangan berhadapan, perbungaan ataupun perusahan perkebunan adalah
majemuk yang dari jauh terlihat berwarna pemanfaatan minyak solar sebagai campuran
putih. Penyebaran meliputi 50 -1000 m diatas herbisida untuk mengendalikan gulma,
permukaan laut. khususnya gulma berkayu di kebun kelapa
Herbisida triklopir merupakan herbisida sawit. Selain digunakan untuk mengendalikan
sistemik purna tumbuh yang mudah teserap gulma berkayu minyak solar yang dapat
keseluruh jaringan gulma. Cara kerja dicampur dengan herbisida triklopirjuga dapat
herbisida triklopir ditranslokasikan ke seluruh mematikan tuanggul kayu dan kelapa sawit
tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari yang akan replanting.
daun sampai keperakaran. Herbisia triklopir Tingkat keracunan gulma secara visual
mampu mematikan tunggul karet tua, gulma Chromolaena odorata menunjukkan bahwa
berkayu, semak belukar, gulma berdaun lebar, perlakuan kimia dengan konsentrasi tinggi
dan tidak menyebabkan buah rontok dapat berpengaruh besar terhadap gulma
(partenocarpy) pada tanaman kelapa sawit Chromolaena odorata.
(Anonim, 2013). Penggunaan herbisida Hasil analisis pada berat segar dan berat
triklopir dan dosis solar sangat efektif dan kering menunjukkan bahwa aplikasi Triklopir
efesien digunakan untuk mengendalikan dan minyak solar memberikan pengaruh yang
gulma khusus pada perkebunan yang sulit di sama baikknya dengan perlakuan mekanis
kendalikan seperti gulma bambu dan gulma sedangkan perlakuan kontrol memberikan
berkayu. pengaruh yang terburuk.Hal ini diduga
Minyak solar adalah hasil dari pemanasan pengaplikasian Triklopir mudah teserap ke
minyak bumi pada suhu antara 250-340°C, seluruh jaringan gulma secara cepat dan
dan merupakan bahan bakar mesin ditranslokasikan keseluruh bagian gulma.
diesel.Sifat utama minyak solar bewarna
kekuning-kuningan, berbau, encer, dan tidak
JURNAL AGROMAST , Vol.3, No.1, April 2018

KESIMPULAN Control and Management of


1. Semakin tinggi dosis yang diberikan Chromolaena odorata. Bangalore
semakin tinggi tingkat keracunan (India) Otc.1996.pp.16-21
gulmaChromolaena odorata. Mangoensoekarjo, S., dan Semangun. H.
2. Perlakuan triklopir 3 liter + solar 2 2003. Manajemen Agrobisnis
liter/10m2 memberikan pengaruh terbaik Kelapa Sawit. Gajah Mada
pada hari ke-16setelahaplikasi. University Press. Yogyakarta.
3. Dosis 1, 2, dan 3 liter/ha Tjitrosemito, S. 2006. Introduction of
memberikanberatkeringgulmasamabaik, Procecidochares connexa
masing – masing lebih baik dari pada (Diptera : Tephritidae) to Java
perlakuan mekanis, 21 hari setelah Island to Control Chromolaena
aplikasi. odorata. Seventh International
Workshop on Biological Control
DAFTAR PUSTAKA and Management of Chromolaena
Anonim, 2007. Modul Kuliah Pengantar odorata. Pingtung, China,
Kelapa Sawit. Instiper. September 2006
Yogyakarta. Ambika, S. R. dan S. Poornima. 2006.
Suminaputra, A.H. dan R. Soeratno I. 1980. Additional Methods to Control
Pengantar Herbisida. PT. Karta Chromolenan odorata (L.) King
Nusantara. Jakarta. and Robinson. Seventh
Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis International Workshop on
gueneensis jacq) di Indonesia. Biological Control and
Pusat penelitian Perkebunan Management of Chromolaena
Marihat - Bandar Kuala. Sugrae odorata. Pingtung, China,
Offset Pematangsiantar, Sumatera September 2006
Utara, 435 hal. Kastomo, D. 2001. Studi Identifikasi
Bennet, F. D. and Rao, F. P. 1968. Organisme Pengganggu Tanaman
Distribution of An introduced di Nayoro dan Satuan Pemukiman
Weed Eupatorium odoratum di Timika Irian Jaya : Bagian
Linn. (Compositae) in Asua and Gulma. Yasasan Sejati.
Africa and Possibilities of Its Iyung, P. 2006. Panduan Lengkap Kelapa
Biological Control. PANS. (14) Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
3:277-281 Setyamidjaja, D., 2003 Budidaya Kelapa
Cock, M. J. W. 1984. Possibilities for Sawit. Kanisius, Yogyakarta
Biological Control of Mangoensoekarjo, S. Dan H. Semangun. H.
Chromolaena odorata. Tropical 2005. Manajemen Agrobisnis
Pest management. 30 (1) 7-13 Kelapa Sawit. Gajah Mada
McFayden, R. E. C. 1988. Ecology of University Press. Jakarta.
Chromolaena odorata in the Pahan, I. 2006. Manajemen Agribisnis dari
Neotropics. Proc. Isl Inter. Hulu Hingga Hilir. Penebar
Workshop on Biological Control Swadaya, Jakarta.
of Chromolaena odorata. Sukma Y, dan Yakup. 2002. Gulma dan
February 29 – March 3, 1998. Teknik Pengendaliannya. Raja
Bangkok, Thailand. Grafindo Persada. Jakarta.
Blackmore, A. C. 1998. Seed Dispersal of
Chromolaena odorata
reconsidered. In Ferrar, P.,
Muniappan, R. and Jayanth, K.P.
(eds). Proc. 3rd International
Workshop on the Biological

Anda mungkin juga menyukai