2, Oktober 2017
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk Memperoleh dosis aplikasi yang efektif dari
kombinasi herbisida dan aktifator herbisida (urea) dalam pengendalian gulma di piringan, pasar
pikul dan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) di perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini Penelitian
dilakukan di Perkebunan Sinramas Sungai Air Jernih Estate, PT. Bahana Karya Semesta, Divisi
4,Blok (D04, D03 dan D01) dengan bahan tanam yang digunakan adalah Dami Mas Perkebuan ini
berada di Desa Pauh, Kecamatan Pauh, Kebupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Penelitian ini
dilaksakan selama 2 bulan dari tanggal 20 Februari 2017 sampai tanggal 17 April 2017 bersamaan
dengan kegiatan magang kampus. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan
faktorial yang terdiri dari dua factor yaitu herbisida Glifosat yang terdiri dari 4 aras dan pupuk
Urea yang terdiri dari 4 aras, sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuaan. Kombinasi perlakuaan
disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan setiap perlakuan diulang 3 kali.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tidak terjadi interaksi nyata antara Isopropilamina glifosat dan
urea terhadap tingkat keracunan gulma. Setiap perlakuan dosis Isopropilamina glifosat tunggal dan
setiap perlakuan dosis Isopropilamina glifosat + urea menunjukan tingkat keracunan gulma yang
sama pada 8 minggu setelah apliaksi. Perlakuan Isopropilamina glifosat 0,3 l/ha efektif untuk
mengendalikan gulma di piringan dan pasar pikul pada perkebunan kelapa sawit, sedangkan
aplikasi Isopropilamina glifosat 0,25 l/ha belum efektif untuk pengendalian gulma pada 8 minggu
setelah aplikasi dan penamabahan dosis urea 0,5 kg/ha mampu mempercepat kematian gulma hanya
pada 2 minggu setelah aplikasi.
persaingan atau kompetisi antara lain D03 dan D01) dengan bahan tanam yang
mengurangi ketersediaan unsur hara, digunakan adalah Dami Mas Perkebuan ini
menimbulkan efek alelopati, menurunkan berada di Desa Pauh, Kecamatan Pauh,
potensi produksi, menyulitkan pemanen, Kebupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
menyulitkan pengawasan dan mengganggu Penelitian ini dilaksakan selama 2 bulan dari
kelancaran drainase. Tidak disangsikan lagi tanggal 20 Februari 2017 sampai tanggal 17
bahwa kehadiran gulma di lahan perkebunan April 2017.
dapat menimbulkan kerugian baik secara Bahan dan Alat Penelitian
langsung maupun tidak langsung (Pahan, 1. Bahan
2012) Herbisida Isopropilamina Glifosat dan
Menurut Mangoensoekarjo (2007), pupuk Urea
permasalahan mengenai gulma dapat diatasi 2. Alat
dengaan penggunaan herbisida, herbisida Kap SA dengan kapasitas 15 liter serta
yang digunakn memiliki dua sifat yaitu perlengkapan standar semprot, nozzel
kontak dan sistemik, herbisida kontak adalah cone, kerangka frame ( 1 m x 1 m),
herbisida yang langsung mematikan bagian gelas ukur, ember plastik, jerigen,
tumbuhan yang terkena sedangkan herbisida stopwatch, meteran dan lain-lain.
sistemik adalah herbisida yang hanya dapat Metode Penelitian
mematikan tumbuhan apabila sudah masuk Penelitian ini dilakukan dengan
dalam tubuh tumbuhan. Penggunaan hebrisida menggunakan rancangan faktorial yang
memiliki hambatan, lebih khususnya pada terdiri dari dua factor yaitu herbisida Glifosat
herbisida sistemik. Hambatan ini dikarenakan yang terdiri dari 4 aras dan pupuk Urea yang
hebrisida sistematik yang diberikan pada terdiri dari 4 aras, sehingga diperoleh 16
tumbuhan, harus masuk sampai kedalam kombinasi perlakuaan. Kombinasi perlakuaan
tubuh tumbuhan. Herbisida sistemik umumya disusun dalam Rancangan Acak Kelompok
disemprotkan melalui daun. Herbisida Lengkap dengan setiap perlakuan diulang 3
sistematik memiliki hambatan untuk kali. Faktor I adalah dosis Glifosat, yang
mematikan gulma karena beberapa faktor terdiri dari dari 4 aras yaitu 0,25 l/ha (G1),
antara lain anatomi dan morfologi gulma yang 0,20 l/ha (G2), 0,30 l/ha (G3) dan 0,35 l/ha
berbeda-beda antara gulma yang satu dengan (G4). Factor II adalah dosis pupuk Urea, yang
yang lainnya, bentuk sifat herbisida serta terdiri dari 4 aras yaitu tanpa pupuk (P0), 400
lingkungan yang mempengaruhi tumbuhan g/ha (P1), 500 g/ha (P2) dan 600 g/ha (P3).
gulma tersebut. Pelaksanaan Penelitian
Permasalahan di atas dapat dibantu 1. Tahap awal dari pelaksanaan percobaan
dengan penambahan urea sebagai campuran adalah menentukan blok dengan tahun
herbisida untuk menambah efektifitas kerja tanam yang sama. Areal penelitian
herbisida. Berdasarkan observasi pada saat terletak di perkebunan kelapa sawit
dilakukan pemupukan urea di piringan, urea dengan kerapatan gulma pada piringan
mampu mematikan gulma dipiringan karena dan pasar pikul yang koefisien
pemberian urea dengan kosentrasi tinggi komunitasnya menunjukan vegetasi
secara kontak langsung menyebabkan gulma yang seragam.
plasmolisis pada tumbuhan dengan gejala 2. Menentukan 3 blok sebagai ulangan (1
layu sampai terbakar pada tumbuhan ( pasar pikul untuk setiap perlakuan).
Dwidjosaputro, 1973). Pada masing-masing blok tersebut
diacak 16 perlakuan.
METODE PENELITIAN 3. Melakukan penandaan pada batas area
Waktu dan Tempat Penelitian semprot (dengan ukuran plot 1x10
Penelitian dilakukan di Perkebunan meter).
Sinramas Sungai Air Jernih Estate, PT. 4. Agar dosis herbisida yang diaplikasi
Bahana Karya Semesta, Divisi 4,Blok (D04, sesuai dengan yang dikehendaki, maka
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
antara pengaruh penambahan urea pada masing memberikan pengaruh nyata terhadap
glifosat terhadap tingkat keracunan gulma, tingkat keracunan gulma. Hasil penelitian
sedangkan pengaruh perlakuan dosis dapat dilihat pada Tabel 4.
Isopropilamina glifosat dan urea masing-
Pada Tabel 5 menunjukan bahwa tingkat Isopropilamina glifosat terjadi pada perlakuan
keracunan gulma tertinggi untuk perlakuan dosis Isopropilamina glifosat 0,35 l/ha.
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
Pada Tabel 7 menunjukan bahwa Berkembang biak dengan biji dan stek batang,
tingkat keracunan gulma tertinggi untuk bunga bulir bercabang dua. Tumbuh di tempat
perlakuan Isopropilamina glifosat terjadi pada ternaung atau agak terbuka dan tidak tahan
perlakuan dosis Isopropilamina glifosat 0,35 kering. Asistasia intrusa merupakan gulma
l/ha dan Isoropilamina glifosat 0,3 l/ha yang hidup di ketinggian 500 mdpl, tumbuh
Sedangkan tingkat keracunan gulma terendah dengan cepat memiliki batang lunak, daun
untuk perlakuan Isopropilamina glifosat berpasangan berbentuk lonjong dengan ujung
terjadi pada perlakuan dosis 0,2 l/ha. Untuk runcing dan tangkai daun bulat. Perkembang
perlakuan penambahan urea terbaik terjadi biakan gulma ini melalui biji dan tunas pada
pada perlakuan urea 0,6 kg/ha dan perlakuan ruas batang (Zaenudin 1997).
urea 0,5 kg/ha Berdasarkan hasil perhitungan nilai
koefisien komunitas gulma pada tabel 3
PEMBAHASAN semua komunitas yang dibandingkan
Analisis vegetasi gulma yang dilakukan memiliki nilai koefisien komunitas > 75%,
sebelum aplikasi herbisida terdapat 4 jenis sehingga dapat dikatakan bahwa komunitas
gulma yaitu Digitaria adscendens, Panicum gulma antar petak percobaan sebelum aplikasi
brevifolium, Paspalum conjugatum dan homogen (Tjitrosoedirjo et all, 1984).
Asistasia inntrusa. Berdasarkan hasil sidik ragam
Berdasarkan nilai SDR, gulma yang mengenai pengaruh penambahan urea pada
paling mendominasi pada petak perlakuan glifosat terhadap tingkat keracunan gulma
adalah gulma daun sempit Panicum selama 8 minggu setelah aplikasi menunjukan
brevifolium diikuti oleh Paspalum bahwa tidak interaksi nyata. Tetapi masing-
conjugatum dan Digitaria adscendens. masing perlakuan dosis Isopropilamina
Sedangkan gulma daun lebar adalah Asistasia glifosat memberikan pengaruh nyata terhadap
inntrusa. Panicum brevifolium merupakan tingkat keracunan gulma.
rumput menjalar dan memiliki banyak cabang Hasil pengamatan 2 minggu setelah
yang berakar, hanya ujungnya menanjak aplikasi pada tabel 4 menunjukan bahwa
hingga 120 cm, batangnya berbulu panjang, tingkat keracunan gulma tertinggi untuk
daun bundar telur, hingga bundar panjang, perlakuan Isopropilamina glifosat terjadi pada
dengan pangkal asimetris, ujungnya lancip, perlakuan Isopropilamina glifosat 0,35 l/ha
pinggir bagian ujung berbulu, panjang daun yang ditandai dengan adanya perubahan
hingga 10 cm, lidah daun pendek dan warna daun yang menguning pada gulma
berbunga bulir. Berkembang biak dengan biji. daun sempit dan pada gulma daun lebar
Gulma ini biasanya tumbuh di tempat agak ditandai dengan adanya perubahan warna
terlindung hingga 1000 mdpl (Zaenudin daun yang menguning serta pada tepi daun
1997). menghitam. Tingkat keracunan gulma
Digitaria adscendens merupakan terendah untuk perlakuan Isopropilamina
gulma semusim atau tahunan, kelompok glifosat terjadi pada perlakuan dosis 0,2 l/ha.
rerumputan tumbuh menjalar dan tegak pada Pada perlakakuan kontrol Isopropilamina
ujung batang. Daun berbentuk garis, ujungnya glifosat 0,25 l/ha menunjukan adanya gejala
runcing dan permukaannya berambut. Bunga keracunan gulma yang di tandai dengan
bulir menjari, anak bulir berpasangan dua- adanya perubahan pada daun yang mulai layu
dua. Berkembang biak dengan biji, anakan atau warna daun tidak normal. Penyebab
dan stek batang. Tumbuh di tempat terbuka perbedaan tingkat keracunan pada masing-
atau agak ternaungi hingga ketinggian 900 masing perlakuan tersebut mungkin
mdpl. Paspalum conjugatum merupakan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi yang
gulma tahunan kelompok rumputan, tumbuh digunakan, hal ini sesuai dengan pernyataan
menjalar atau menanjak hingga 50 cm. Daun (Moenandir (1990), yang menyatakan bahwa
berbentuk lanset, benga rbulu, pangkal dan pada umumnya semakin meningkatnya
pelepah daun berwarna lembayung.
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
konsentrasi maka semakin meningkat juga rontok pada gulma Asistasia intrusa dan pada
penekanannya. gulma Digitaria adccendens, Paspalum
Berdasarkan hasil analisis pengaruh conjugatum dan Panicum brevifolium
penambahan urea terhadap tingkat keracunan mongering atau secara visual dengan
gulma tertinggi terjadi pada perlakuan urea perubahan warna daun yang coklat.
0,6 kg/ha, yang ditandai dengan adanya Sedangkan tingkat keracunan gulma terendah
perubahan warna daun yang menguning untuk perlakuan Isopropilamina glifosat
kecoklatan pada gulma daun sempit dan pada terjadi pada perlakuan dosis 0,2 l/ha, hal ini
gulma daun lebar ditandai dengan adanya ditandai dengan adanya daun mengering pada
perubahan warna daun yang menguning serta ujung daun.
pada tepi daun menghitam, sedangkan tingkat Untuk perlakuan penambahan urea
keracunan terendah terjadi pada perlakuan terbaik terjadi pada perlakuan urea 0,6 kg/ha
urea 0,4 kg/ha. Pengaruh urea ini dapat dilihat dan perlakuan urea 0,5 kg/ha yang ditandai
dengan membandingkan tingkat keracunan dengaan sebagian daun yang mulai
gulma antara Isopropilamina glifosat tanpa mengering. Pada pengamatan 8 minggu
urea dan Isopropilamina glifosat yang diberi setelah aplikasi semua perlakuan menunjukan
tambahan urea. Pada perlakuan adanya respon gulma terhadap semua dosis
Isopropilamina glifosat tanpa urea tingkat herbisida yang diaplikasikan meskipun ada
keracunnanya lebih rendah dibandingkan yang menunjukan perubahan yang lambat
dengan perlakuan Isopropilamina glifosat atau dengan kata lain tingkat keracunan
yang diberi tambahan urea. Pada perlakuan gulma bergantung pada perlakuan dosis
Isopropilamina glifosat yang diberi urea Isopropilamina glifosat.
semuanya menunjukan gejala yang hamper Menurut Moenandir (1988), herbisida
sama. Hal ini sesuai dengan pernyatan glifosat merupakan herbisida yang cukup baru
Moenandir (1988), yang menyatakan bahwa di pasaran sehingga semua tumbuhan akan
gejala yang khas akibat perlakuan urea peka padanya. Hanya terdapat dua biotippe
tergantung pada spesies tanaman, dosis, Agropyron repens yang toleran terhadap
kondisi lingkungan. Laju transpirasi tinggi herbisida. Pada umumnya semakin
mempercepat perkembangan gejala. Gejala meningkatnya konsentrasi maka semakin
tersebut meliputi layu petiol, batang lemah, meningkat juga penekanannya.
cepat menguning, absisi dan khlorosis Pengaruh pemberian urea hanya terjadi
sebagian. Gejala akut diawali dengan daerah pada bagian gulma yang terkena dan pada
yang hijau muda. Gejala kronis meliputi layu, perlakuan urea dengan dosis tinggi, hal ini
batang lemah, cepat menguning dan absisi. ditunjukan melalui tingkat kematian gulma
Gejala akut bila konsentrasi tinggi dalam pada minnggu ke 8 bahwa tingkat keracunan
daun muncul dalam beberapa hari, dengan gulma pada perlakuan penambahan urea sama
mula-mula berwarna hijau muda dan akhirnya dengan pada perlakuan Isopropilamina
nekrosis. Segala gejala kronik terjadi pada glifosat saja. Urea mampu diaplikasikan
konsentrasi rendah dan perlu beberapa hari sebagai pupuk cair dan dapat disemprotkan
untuk berkembang, daun layu, warna daun melalui daun dengan kosentrasi rendah
keputihan dan keabu-abuan lalu menguning sebesar 1-2 gr/liter air (Sastrowiratmo dan
secara cepat. Hal ini menunjukan bahwa Gunawan 2012). Pada penelitian ini urea yang
setiap penambahan urea pada setiap perlakuan digunakan adalah 6,6 gr/liter air, 5,5 gr/l air
Isopropilamina glifosat menunjukan adanya dan 4,4 gr/l air. Pemberian pupuk yang terlalu
kenaikan tingkat keracunan gulma. banyak dapat membahayakan tumbuhan
Pada Tabel 7 menunjukan bahwa apabila ditempatkan pada lingkungan
tingkat keracunan gulma tertinggi untuk hipertoni, seperti ketika ditambahkan pupuk
perlakuan Isopropilamina glifosat terjadi pada (NPK, KCL atau Urea) secara berlebihan
perlakuan dosis Isopropilamina glifosat 0,35 maka dapat menyebabkan keluarnya air dari
l/ha, pada perlakuan ini hamper semua daun dinding sel, hal inilah yang dinamakan
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017