Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS VEGETASI GULMA


Oleh :
Golongan C/Kelompok 1
Anggi Arsy Purwandarini (171510701029)

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma merupakan tumbuhaan di luar tanaman pokok yang keberadaanya pada
lahan budidaya tidak diinginkan. Gulma yang tumbuh di area budidaya menjadi salah
satu faktor penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas hasil pertanian sehingga
keberadaannya memberi dampak negatif. Kerugian-kerugian akibat gulma umumnya
disebabkan oleh kompetisi yang terjadi antara tanaman pokok dengan gulma sekitar.
Bentuk kompetisi yang terjadi dapat berupa kompetisi ruang, cahaya, air, serta
nutrisi-nutrisi penting lainnya. Sifat rakus gulma menyebabkan tanaman utama tidak
bisa secara optimal menyerap unsur-unsur penting seperti zat hara dan juga air dari
dalam tanah.
Selain sebagai kompetitor, gulma berperan penting dalam mendukung
perkembangan OPT lainnya seperti serangga dan penyakit. Salah satu metode
pengendalian gulma yakni menggunakan analisis vegetasi. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk menekan tingkat populasi gulma di lapang. Vegetasi gulma atau
komunitas gulma dapat berubah-ubah sehingga sangat penting melakukan analisis
vegetasi pada lahan-lahan budidaya. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu
daerah dari segi penyebaran tumbuhanyang ada baik secara ruang dan waktu.
Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari komposisi, jenis, dan struktur
vegetasi. Konsep dari metode analisis vegetasi sangat bervariasi, bergantung keadaan
vegetasi dan tujuannnya. Metode-metode yang sering digunakan dalam menganalisis
vegetasi gulma pada suatu lahan antara lain estimasi visual, metode kuadrat, metode
garis, dan metode titik. Metode yang akan digunakan harus sesuai dengn struktur dan
komposisi gulma. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya akan diolah
untuk mencari tahu dominansi gulma, frekunsi, dominansi, dan lain sebagainya. Data
inilah yang akan dijadikan sebagai acuan dalam menentukan cara pengendalan gulma
di suatu lahan pertanian.
Metode titik digunakan pada vegetasi yang rendah, rapat, dan membentuk
anyaman yang tidak jelas batasnya antara satu dengan yang lainnya. Rangkaian alat
yang lazim digunakan dalam metode ini terbuat dari kawat besi yang tersusun
membentuk frame berlubang sebagai jalur jarum ketika dijatuhkan tegak lurus ke
tanah. Alat ini diletakkan secara acak pada suatu tegakan yang sudah ditentuka plot-
plotnya, kemudian jarum dilepaskan ke tanah melalui masing-masing lubang, maka
tumbuhan yang pertama kali tertusuk oleh jarum tersebut adalah individu yang
menjadi sasaran percobaan. Kelemahan metode titik adalah tidak bisa mengukur
densitas gulma di lahan.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang
dominan.
2. Untuk mengetahui gulma-gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam
penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kerrusih and Unger (2010), gulma pada lahan pertanian menjadi
sebuah gangguan dan menjadi masalah bagi petani. Kompetisi yang dilakukan oleh
gulma memberi dampak negatif bagi tanaman utama. Persaingan unsur hara, cahaya
matahari, ruang tumbuh, serta air tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman utama bahkan mampu menurunkan kualitas dan kuantitas
hasil pertanian (Saitama, dkk. 2016).
Selain dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya. Kerugian lainnya
akibat dari keberadaa gulma yakni sebagai kompetitor, menaikkan biaya produksi dan
juga mengurangi kualitas hasil tanaman budidaya. Gulma dikatakan sebagai
kompetitor tanaman utama karena sifatnya yang rakus unsur hara. Bila dibandingkan
dengan tanaman utama, kebutuhan gulma akan sinar matahari, air, nutrien, dan ruang
lebih besar sehingga ia berusaha menyerap sebanyak mungkin. Keberadaan gulma
pada suatu agroekosistem juga berpotensi mengubah proses yang ada di dalamnya
sehingga muncul kondisi-kondisi tertentu yang seharusnya bisa menguntungkan
tanaman budidaya, di lain sisi malah menguntungkan pula bagi gulma (Booth,
Murphy, and Swanton, 2013).
Potensi besar gulma dalam menurunkan nilai ekonomis pertanian inilah
menjadi alasan utama petani melakukan pengendalian gulma. Pengendalian yang
paling umum dilakukan oleh petani adalah menyemprotkan herbisida karena
dianggap lebih praktis dan cepat memberikan hasil (Purnamasari, dkk. 2017).
Menurut Ramirez, et al (2016), penggunaan pestisida kimia seperti herbisida dalam
peengendalian gulma di lapang sejatinya kurang dibenarkan. Penggunaan herbisida
untuk pengendalian gulma sebenarnya tidak sepenuhnya dibenarkan, karena ada
beberapa tipe herbisida yang dapat membunuh tanaman apapun termasuk tanaman
utama budidaya. Kegiatan pengendalian harus diawali dengan melakukan observasi
dan pengamatan perubahan dalam populasi gulma. Seperti yang disebutkan dalam
strategi pengendalian hama terpadu (PHT), pengendalian menggunakan pestisida
merupakan tahapan terakhir atau solusi terakhir dalam menghadapi serangan OPT.
Kegiatan observasi dan pengamatan yang dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis serta karakteristik gulma serta sebaran distribusi pada
lahan pertanian. (Ilham, 2014). Semakin banyak data vegetasi yang diperoleh para
petani, semakin baik pula kegiatan memonitoring dan pengontrolan gulma serta
pengaplikasian herbisida. Kegiatan analisa vegetasi ini digunakan untuk mengetahui
dan mempelajari keadaan suatu vegetasi dan yang nantinya akan mengarah pada cara
pengendalian. Ada beberapa cara analisis vegetasi yang dapat dilakukan untuk area
vegetasi yang luas. Salah satunya adalah dengan metode titik (Evert, et al. 2017).
Metode titik merupakan bentuk variasi dari metode kuadrat. Metode ini efektif
digunakan pada kondisi vegetasi yang rendah, rapat, serta membentuk anyaman. Pada
metode ini tumbuhan yang dapat dianalisa hanyalah tumbuhan yang berada pada plot-
plot analisa sehingga penggunaanya tidak bisa untuk mengukur kerapatan gulma.
Data yang didapat adalah frekuensi serta dominansi gulma.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum acara 2 “ Analisi Vegetasi Gulma“ dilaksanakan pada hari Kamis,
4 September 2018 pukul 14.20 – selesai di Desa Kreongan, Kecamatan Patrang,
Kabupaten Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Tabel pengamatan
2. ATK
3. Kantong plastik
4. Alat metode titik
5. Kertas label
6. Staples
7. Kalkulator
8. Alat timbang
9. Oven

3.2.2 Bahan
1. Lahan sawah yang diamati
2. Preparat gulma

3.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Meletakkan alat metode titik pada suatu areal.
2. Menghitung jenis gulma yang terkana jarum.
3. Mencabut semua gulma tersebut dan memasukkan ke dalam kantong plastik dan
memberi label sesuai jenis lahan dan nomor petak contohnya
4. Mencuci atau membersihkan gulma dari sisa-sisa kotoran lain atau tanah.
5. Melakukan identifikasi jenis gulma tersebut berdasarkan ciri morfologinya, yaitu
dikelompokkan berdasarkan gulma teki-tekian, gulma rumput, dan gulma berdaun
lebar menggunakan buku deskripsi gulma untuk membantu dalam identifikasi.
6. Menghitung jumlah setiap jenis gulma tersebut dan menimbang berat basah
gulma.
7. Setelah selesai ditimbang masukkan ke dalam kantong kertas yang sudah diberi
label berisi jenis gulma, nomor petak, dan nama.
8. Setiap jenis gulma yang ada di dalam kantong kertas, dikeringkan dalam oven
selama dua hari, sampai kering konstan.
9. Setelah dua hari peng-ovenan, gulma dikeluarkan, lalu ditimbang beratnya.
10. Selanjutnya, melakukan analisis data, dimulai dari menentukan dominansi,
frekuensi, dan dominasi masing-masing jenis gulma.

3.4 Variabel Pengamatan


1. Spesies gulma
2. Jumlah gulma setiap spesies
3. Berat kering
4. Berat basah
5. Dominansi Mutlak (KM)
6. Dominansi Nisbi (KN)
7. Frekuensi Mutlak (FM)
8. Frekuensi Nisbi (FN)
9. Summed Dominance Ratio (SDR)

3.5 Analisis Data


Data yang telah diperoleh dari hasil praktikum, selanjutnya akan dianalisis
menggunakan menggunakan analisis statistika deskriptif.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Analisa Vegetasi Gulma Metode Titik
No. I II
Plot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4
0 0
Dan titik

Jenis
1 Cyperius x x
iria
2 Sphenocl x x x
ea
zeylatia
3 Portaluca
oleracea
4.2 Pembahasan
Monaco et al (2002) menjelaskan bahwa gulma termasuk kedalam organisme
pengganggu yang keberadaanya tidak boleh melebih ambang batas ekonomi pada
lahan pertanian. Keberadan gulma di lahan pertanian menjadi perhatian dikarenakan
adanya persaingan atau kompetisi dari gulma dengan tanaman utama pertanian.
Kompetisi yang diperebutkan baik berupa nutrisi dari unsur hara, air, cahaya matahai,
hingga ruang tumbuh tanaman, oleh karena itu bila pertumbuhan dan perkembangan
gulma lebih sehat akan memunculkan kerugian karena menurunnya tingkat produksi
bagi tanaman utama pertanian.
Langkah awal dalam pengendalian gulma yakni melakukan analiss vegetasi.
Oksari (2014) menjelaskan, analisis vegetasi merupakan suatu bentuk pengamatan
bertujuan untuk mengetahui serta mempelajari keadaan dari populasi vegetasi yang
ada pada suatu lahan yang mana pertumbuhannya selalu dinamis. Hasil dari analisis
vegetasi ini berupa jumlah atau persentase tingkat dominasi dari sebuah gulma pada
suatu wilayah dan dengan diketahuinya tingat dominasi dapat ditentukan pula
bagaimana pengambilan keputusan yang tepat untuk pengelolaan gulma terpadu
berfokus pada cara alami.
Metode analisis vegetasi gulma yang digunakan adalah metode titik.
Pengamatan dilakukan dengan menentukan plot-plot pengamatan sebanyak 5 plot,
selanjutnya dilakukan analisis vegetasi gulma di dalam plot sesuai prosedur kerja
metode titik. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapat data sebagai
berikut :
a. Plot I
Titik 1 : Cyperus iria
Titik 10 : Sphenoclea zeylanica
Titik 2-9 : Tidak ada
b. Plot II
Titik 1 : Cyperus iria
Titik 1 : Sphenoclea zeylanica
Titik 2-10 : Tidak ada
c. Plot III
Titik 2 : Sphenoclea zeylanica
Titik 6 : Sphenoclea zeylanica
Titik 1,3-5, 6-10 : Tidak ada
d. Plot IV
Titik 3 : Portaluca oleracea
Titik 10 : Cyperus Iria
Titik 1-2,5-9 : Tidak ada
e. Plot V
Titik 10 : Sphenoclea zeylanica
Titik 1-9 : Tidak ada

Setelah mengidentifikasi jenis gulma dan jumlah vegetasinya, dilanjutkan dengan


menghitung Dominasi Mutlak menggunakan rumus :
Jumlah berapa kali suatu jenis gulma tertusuk
Dominansi Mutlak = × 100%
Jumlah seluruh tusukan

Dari hasil pengamatan jumlah vegetasi gulma di lahan padi, didapat data
Dominansi Mutlak (KM) sebagai berikut :
No. Spesies Gulma Dominansi Mutlak

(KM)

1 Cyperus iria 6%

2 Sphenoclea zeylanica 10%

3 Portaluca oleracea 2%

JUMLAH 18%
Setelah mendapatkan Dominasi Mutlak, langkah selanjutnya yakni menghitung
Dominasi Nisbi menggunakan rumus :
Dominansi Jenis suatu gulma
Dominansi Mutlak = × 100%
Dominansi seluruh jenis

Dari hasil pengamatan didapat data Dominansi Nisbi sebagai berikut :


No. Spesies Gulma Dominansi Mutlak

(KM)

1 Cyperus iria 33%

2 Sphenoclea zeylanica 55,5%

3 Portaluca oleracea 11%

JUMLAH 99,5%

Tahapan selanjutnya adalah menentukan nilai FM (Frekuensi Mutlak) gulma


pada tiap titik di dalam plot percobaan. Dari pengamatan yang telah dilakukan hasil
FM adalah sebagai berikut:

No. Spesies Gulma Frekuensi Mutlak

(FM)

1 Cyperus iria 60%

2 Sphenoclea zeylanica 100%

3 Portaluca oleracea 20%


Hasil Frekuensi Nisbi adalah :
No. Spesies Gulma Frekuensi Mutlak

(FM)

1 Cyperus iria 33%

2 Sphenoclea zeylanica 55%

3 Portaluca oleracea 11%

Penghitungan yang terakhir adalah penghitungan Summed Dominance Ratio


(SDR). Perhitungan SDR ini adalah suatu bentuk penentu gulma yang paling
dominan di lahan tersebut. Rumus dari SDR adalah sebagai berikut:

DN+ FN
SDR =
2

Berikut hasil penghitungan SDR :


No. Spesies Gulma Nilai SDR

1 Cyperus iria 33

2 Sphenoclea zeylanica 55

3 Portaluca oleracea 11

Hasil penghitungan SDR yakni spesies Sphenoclea zeylanica menjadi gulma


yang paling dominan dengan nilai SDR sebesar 55 pada lahan padi yang telah
diamati.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Analisis Vegetasi Gulma yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa gulma paling dominan pada lahan pengamatan yakni
spesies Sphenoclea zeylanica dengan nilai SDR sebesar 55.

1.1 Saran
Demi kebaikan dan kelancaran praktikum-praktikum selanjutnya, Saya
menyarankan kepada praktikan untuk tetap menjaga kondisi saat pelaksanaan
sehingga praktikum bisa berjalan tenang dan kondusif, serta mendengarkan dan
mengikuti arahan dari asisten dengan seksama. Namun sangat disayangkan saat
mencari data dominansi dengan cara pengeringan menggunakan oven, tidak
dilakukan oleh praktikan sendiri sehingga spesies gulma yang telah ada tercampur
saat identifikasi dan data menjadi tidak valid sehingga penggunaan data dengan
dominansi tidak dihitung.
DAFTAR PUSTAKA

Booth, B. D., Stephen D. M., and Clarence J.S. 2013. Weed Ecology in Natural and
Agricultural Systems. UK : CABI Publishing.

Evert, F. K. V., et all. 2017. Big Data for Weed Control and Crop Protection. Weed
Biology, Ecology and Vegetation Management, 57 : 218-233.

Ilham, Junaidi. 2014. Identifikasi dan Distribusi Gulma di Lahan Pasir Pantai Samas,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Agro Scienc, 2(2) : 90-98.

Kerruish, R. M., and Unger P.W. 2010. Plant Protection 1 : Pests, Diseases, and
Weeds. RootRot Press ACT. Australia.

Monaco, T. J. 2002. Weed Science. New York. John Wiley & Sons, Inc.

Oksari, A.A. 2014. Analisa Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung dan
Hubungannya dengan Pengendalian Gulma di Lambung Bukit, Padang,
Sumatera Barat. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa, 4(2) : 135-
142.

Purnamasari, C. D., Setyono Y. T., dan Titin S. 2017. Pengaruh Teknik Pengendalian
Gulma pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Jurnal Produksi Tanaman, 5(5):
870-879.

Ramirez, J., Veronica H., and Guido P. Weed Population Dynamics in Rice Crops
Resulting from Post-Emergent Herbicide Applications. Revista Facultad
Nacional de Agronomia, 70(1) : 8035-8043.

Saitama, A., Eko W., dan Karuniawan P. W. 2016. Komposisi Vegetasi Gulma pada
Tanaman Tebu Keprasan Lahan Kering di Daratan Rendah dan Tinggi. Jurnal
Produksi Tanaman, 4(5) : 406-415.
LAMPIRAN

Gambar 1. Gulma Cyperus iria Gambar 2. Gulma Portaluca oleracea

Gambar 3. Gulma Sphenoclea zeylanica Gambar 4. Analisis dengan Metode Titik

Anda mungkin juga menyukai