1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang
dominan.
2. Untuk mengetahui gulma-gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam
penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kerrusih and Unger (2010), gulma pada lahan pertanian menjadi
sebuah gangguan dan menjadi masalah bagi petani. Kompetisi yang dilakukan oleh
gulma memberi dampak negatif bagi tanaman utama. Persaingan unsur hara, cahaya
matahari, ruang tumbuh, serta air tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman utama bahkan mampu menurunkan kualitas dan kuantitas
hasil pertanian (Saitama, dkk. 2016).
Selain dapat menghambat pertumbuhan tanaman budidaya. Kerugian lainnya
akibat dari keberadaa gulma yakni sebagai kompetitor, menaikkan biaya produksi dan
juga mengurangi kualitas hasil tanaman budidaya. Gulma dikatakan sebagai
kompetitor tanaman utama karena sifatnya yang rakus unsur hara. Bila dibandingkan
dengan tanaman utama, kebutuhan gulma akan sinar matahari, air, nutrien, dan ruang
lebih besar sehingga ia berusaha menyerap sebanyak mungkin. Keberadaan gulma
pada suatu agroekosistem juga berpotensi mengubah proses yang ada di dalamnya
sehingga muncul kondisi-kondisi tertentu yang seharusnya bisa menguntungkan
tanaman budidaya, di lain sisi malah menguntungkan pula bagi gulma (Booth,
Murphy, and Swanton, 2013).
Potensi besar gulma dalam menurunkan nilai ekonomis pertanian inilah
menjadi alasan utama petani melakukan pengendalian gulma. Pengendalian yang
paling umum dilakukan oleh petani adalah menyemprotkan herbisida karena
dianggap lebih praktis dan cepat memberikan hasil (Purnamasari, dkk. 2017).
Menurut Ramirez, et al (2016), penggunaan pestisida kimia seperti herbisida dalam
peengendalian gulma di lapang sejatinya kurang dibenarkan. Penggunaan herbisida
untuk pengendalian gulma sebenarnya tidak sepenuhnya dibenarkan, karena ada
beberapa tipe herbisida yang dapat membunuh tanaman apapun termasuk tanaman
utama budidaya. Kegiatan pengendalian harus diawali dengan melakukan observasi
dan pengamatan perubahan dalam populasi gulma. Seperti yang disebutkan dalam
strategi pengendalian hama terpadu (PHT), pengendalian menggunakan pestisida
merupakan tahapan terakhir atau solusi terakhir dalam menghadapi serangan OPT.
Kegiatan observasi dan pengamatan yang dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis serta karakteristik gulma serta sebaran distribusi pada
lahan pertanian. (Ilham, 2014). Semakin banyak data vegetasi yang diperoleh para
petani, semakin baik pula kegiatan memonitoring dan pengontrolan gulma serta
pengaplikasian herbisida. Kegiatan analisa vegetasi ini digunakan untuk mengetahui
dan mempelajari keadaan suatu vegetasi dan yang nantinya akan mengarah pada cara
pengendalian. Ada beberapa cara analisis vegetasi yang dapat dilakukan untuk area
vegetasi yang luas. Salah satunya adalah dengan metode titik (Evert, et al. 2017).
Metode titik merupakan bentuk variasi dari metode kuadrat. Metode ini efektif
digunakan pada kondisi vegetasi yang rendah, rapat, serta membentuk anyaman. Pada
metode ini tumbuhan yang dapat dianalisa hanyalah tumbuhan yang berada pada plot-
plot analisa sehingga penggunaanya tidak bisa untuk mengukur kerapatan gulma.
Data yang didapat adalah frekuensi serta dominansi gulma.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.2.2 Bahan
1. Lahan sawah yang diamati
2. Preparat gulma
4.1 Hasil
Tabel 1. Analisa Vegetasi Gulma Metode Titik
No. I II
Plot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4
0 0
Dan titik
Jenis
1 Cyperius x x
iria
2 Sphenocl x x x
ea
zeylatia
3 Portaluca
oleracea
4.2 Pembahasan
Monaco et al (2002) menjelaskan bahwa gulma termasuk kedalam organisme
pengganggu yang keberadaanya tidak boleh melebih ambang batas ekonomi pada
lahan pertanian. Keberadan gulma di lahan pertanian menjadi perhatian dikarenakan
adanya persaingan atau kompetisi dari gulma dengan tanaman utama pertanian.
Kompetisi yang diperebutkan baik berupa nutrisi dari unsur hara, air, cahaya matahai,
hingga ruang tumbuh tanaman, oleh karena itu bila pertumbuhan dan perkembangan
gulma lebih sehat akan memunculkan kerugian karena menurunnya tingkat produksi
bagi tanaman utama pertanian.
Langkah awal dalam pengendalian gulma yakni melakukan analiss vegetasi.
Oksari (2014) menjelaskan, analisis vegetasi merupakan suatu bentuk pengamatan
bertujuan untuk mengetahui serta mempelajari keadaan dari populasi vegetasi yang
ada pada suatu lahan yang mana pertumbuhannya selalu dinamis. Hasil dari analisis
vegetasi ini berupa jumlah atau persentase tingkat dominasi dari sebuah gulma pada
suatu wilayah dan dengan diketahuinya tingat dominasi dapat ditentukan pula
bagaimana pengambilan keputusan yang tepat untuk pengelolaan gulma terpadu
berfokus pada cara alami.
Metode analisis vegetasi gulma yang digunakan adalah metode titik.
Pengamatan dilakukan dengan menentukan plot-plot pengamatan sebanyak 5 plot,
selanjutnya dilakukan analisis vegetasi gulma di dalam plot sesuai prosedur kerja
metode titik. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapat data sebagai
berikut :
a. Plot I
Titik 1 : Cyperus iria
Titik 10 : Sphenoclea zeylanica
Titik 2-9 : Tidak ada
b. Plot II
Titik 1 : Cyperus iria
Titik 1 : Sphenoclea zeylanica
Titik 2-10 : Tidak ada
c. Plot III
Titik 2 : Sphenoclea zeylanica
Titik 6 : Sphenoclea zeylanica
Titik 1,3-5, 6-10 : Tidak ada
d. Plot IV
Titik 3 : Portaluca oleracea
Titik 10 : Cyperus Iria
Titik 1-2,5-9 : Tidak ada
e. Plot V
Titik 10 : Sphenoclea zeylanica
Titik 1-9 : Tidak ada
Dari hasil pengamatan jumlah vegetasi gulma di lahan padi, didapat data
Dominansi Mutlak (KM) sebagai berikut :
No. Spesies Gulma Dominansi Mutlak
(KM)
1 Cyperus iria 6%
3 Portaluca oleracea 2%
JUMLAH 18%
Setelah mendapatkan Dominasi Mutlak, langkah selanjutnya yakni menghitung
Dominasi Nisbi menggunakan rumus :
Dominansi Jenis suatu gulma
Dominansi Mutlak = × 100%
Dominansi seluruh jenis
(KM)
JUMLAH 99,5%
(FM)
(FM)
DN+ FN
SDR =
2
1 Cyperus iria 33
2 Sphenoclea zeylanica 55
3 Portaluca oleracea 11
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Analisis Vegetasi Gulma yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa gulma paling dominan pada lahan pengamatan yakni
spesies Sphenoclea zeylanica dengan nilai SDR sebesar 55.
1.1 Saran
Demi kebaikan dan kelancaran praktikum-praktikum selanjutnya, Saya
menyarankan kepada praktikan untuk tetap menjaga kondisi saat pelaksanaan
sehingga praktikum bisa berjalan tenang dan kondusif, serta mendengarkan dan
mengikuti arahan dari asisten dengan seksama. Namun sangat disayangkan saat
mencari data dominansi dengan cara pengeringan menggunakan oven, tidak
dilakukan oleh praktikan sendiri sehingga spesies gulma yang telah ada tercampur
saat identifikasi dan data menjadi tidak valid sehingga penggunaan data dengan
dominansi tidak dihitung.
DAFTAR PUSTAKA
Booth, B. D., Stephen D. M., and Clarence J.S. 2013. Weed Ecology in Natural and
Agricultural Systems. UK : CABI Publishing.
Evert, F. K. V., et all. 2017. Big Data for Weed Control and Crop Protection. Weed
Biology, Ecology and Vegetation Management, 57 : 218-233.
Ilham, Junaidi. 2014. Identifikasi dan Distribusi Gulma di Lahan Pasir Pantai Samas,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Agro Scienc, 2(2) : 90-98.
Kerruish, R. M., and Unger P.W. 2010. Plant Protection 1 : Pests, Diseases, and
Weeds. RootRot Press ACT. Australia.
Monaco, T. J. 2002. Weed Science. New York. John Wiley & Sons, Inc.
Oksari, A.A. 2014. Analisa Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung dan
Hubungannya dengan Pengendalian Gulma di Lambung Bukit, Padang,
Sumatera Barat. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa, 4(2) : 135-
142.
Purnamasari, C. D., Setyono Y. T., dan Titin S. 2017. Pengaruh Teknik Pengendalian
Gulma pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Jurnal Produksi Tanaman, 5(5):
870-879.
Ramirez, J., Veronica H., and Guido P. Weed Population Dynamics in Rice Crops
Resulting from Post-Emergent Herbicide Applications. Revista Facultad
Nacional de Agronomia, 70(1) : 8035-8043.
Saitama, A., Eko W., dan Karuniawan P. W. 2016. Komposisi Vegetasi Gulma pada
Tanaman Tebu Keprasan Lahan Kering di Daratan Rendah dan Tinggi. Jurnal
Produksi Tanaman, 4(5) : 406-415.
LAMPIRAN