Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma sering kali menimbulkan berbagai masalah pada lahan pertanian.
Kerusakan tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma pada umumnya
memiliki korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri. Dalam hal ini faktor
yang paling tampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh, ruang gerak dan
nutrisi antara tanaman dan gulma (Andrixinata, 2010). Posisi gulma sebagai
tumbuhan yang tidak diinginkan menyebabkan pengendalian gulma mendapat
perhatian lebih. Salah satu cara untuk mengetahui cara tepat dalam pengendalian
gulma adalah dengan analisis vegetasi.
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati suatu
ekosistem (Lestari, 2013). Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring dengan
berjalannya waktu, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Perubahan vegetasi ini
mendorong perlu dilakukannya analisi vegetasi. Analisis vegetasi merupakan suatu
cara untuk menemukan komposisi jenis vegetasi dari yang paling dominan hingga
tidak dominan (Sriyani, dkk). Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk vegetasi
seperti rumput, semak rendah, tumbuhan menjalar, herba, maupun tumbuhan dalam
hamparan yang luas.
Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk
mengetahui gulma- gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan
sarana tumbuh dan ruang hidup. Penguasaan sarana tumbuh pada umumnya
menentukan gulmatersebut penting atau tidak. Populasi gulma yang bersifat dominan
ini nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
pengendalian gulma.

1
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu


tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan
obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan
sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan
diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut
umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sembodo, 2010).
Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat
menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu singkat perkembangbiakan gulma
sangat mudah baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-
biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh
angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi
karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang
nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman,
misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru
(Barus, 2003).
Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas
tumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang
menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra
merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang
merupakan asosiasi konkrit (Rohman dan Sumberartha, 2001).
Metode analisis vegetasi yang lazim digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual,
metode kuadrat, metode garis dan metode titik (Tjitrosoediro, 1984).

1. Metode estimasi visual


Pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu
di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak-contoh yang telah

2
terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase
penyebaran. Estimasi visual dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan
cara melihat dan menduga parameter gulma yang akan diamati. Metode estimasi
visual memiliki kelemahan yaitu hanya layak dilakukan oleh orang yang
berpengalaman

2. Metode kuadrat
Kuadrat adalah suatu ukuran luas yang dinyatakan dalam satuan kuadrat (misalnya
m2, cm2, dan sebagainya) tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa segi-empat
(kuadrat), segi panjang, atau sebuah lingkaran. Dalam pelaksaan dilapangan sering
digunakan bujur sangkar.

3. Metode garis
Metode garis atau rintisan, adalah petak-contoh memanjang, diletakkan di atas sebuah
komunitas vegetasi

4. Metode titik
Metode titik merupakan suatu variasi metode kuadrat.Jika sebuah kuadrat diperkecil
sampai titik tidak terhingga, akan menjadi titik

Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi,


tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan
untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian
gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi
vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan
metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetai
“tumbuh menjalar” (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk
suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual
estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga
harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin

3
telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja atau keadaan, seperti peta lokasi yang bisa
dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh
efisiensi. Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan
nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis vegetasi
(Tjitrosoedirdjo dkk., 1984).
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek. Vegetasi atau komunitas tumbuhan
merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan,
padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Untuk hutan, biasanya panjang garis
yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis
yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang
lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 meter. Dalam ilmu vegetasi
telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat
membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal
ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan
dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai
kendala yang ada (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting)
yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan
sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan
berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan
prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu
tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan
suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman dan
Sumberatha, 2001).
Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan
pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat

4
fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun
secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi
pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang
tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju
erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang
menyusun formasi vegetasi daerah tersebut. Metodologi-metodologi yang umum dan
sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat,
metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum
kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan
metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Data yang diperoleh dari analisis vegetasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang menunjukkan
bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dan berkelompok. Sedangkan data kualitatif
merupakan data yang menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan
luas daerah yang ditumbuhinya. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah
dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga
vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastik karena pengaruh anthropogenic (Sembodo, 2010).
Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana
ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya
frekuensi dinyatakan dalam besaran persentase. Misalnya jenis Avicennia marina
(api-api) ditemukan dalam 50 petak contoh dari 100 petak contoh yang dibuat,
sehingga frekwensi jenis api-api tersebut adalah 50/100 x 100% = 50%. Jadi dalam
penentuan frekwensi ini tidak ada counting, tetapi hanya suatu perisalahan mengenai
keberadaan suatu jenis saja (Irwanto, 2010).

5
BAB III
ISI MAKALAH
3.1 Dasar Teori
Analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil
pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai akibat metode pengendalian
tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida
terhadap jenis gulma di lapangan. Konsep dan metode analisis vegetasi sangat
bervariasi tergantung keadaan vegetasi dan tujuan analisis. Metode yang digunakan
harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Metode garis (line
intercept) biasanya digunakan untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah.
Metode titik (point intercept) biasanya digunakan untuk pengamatan sebuah petak
contoh dengan vegetasi yang tumbuh menjalar (creeping). Metode visual (visual
emotion) dapat digunakan untuk suatu survey daerah yang luas dan tidak tersedia
cukup waktu (Sri, 1979).

Metode Garis Sentuh digunakan untuk komunitas padang rumput dan semak
/belukar. Prosedur pelaksanaan metode ini di lapangan adalah sebagai berikut: Salah
satu sisi areal dibuat garis dasar yang akan menjadi tempat titik tolak garis intersep:
dan Garis-garis intersep diletakkan secara acak atau sistematik pada areal yang akan
diteliti. Garis tersebut sebaiknya berupa :

1. Pita ukur dengan panjang 50 - 100 kaki (1 kaki = 30,48 cm)

2. Tambang/tali = Alat bantuan berupa pita ukur at

au tambang/tali tersebut dibagi ke dalam interval-interval jarak tertentu. Hanya


tumbuh-tumbuhan yang tersentuh, di atas atau di bawah garis intersep yang
diinventarisir, Jenis data yang diinventarisir adalah :

1. Panjang garis yang tersentuh oleh setiap individu tumbuhan

2. Panjang segmen garis yang berupa tanah kosong

6
3. Jumlah interval yang diisi oleh setiap species

4. Lebar maksimum tumbuhan yang disentuh garis intersep (Kusmana, 1997).

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari


beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Simorangkir, 2009).

Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa


garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang
digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih
sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m. Pada metode garis ini, system
analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk
memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu
sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang
tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang
dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

Faktor lingkungan seperti kondisi tanah, topografi, iklim dan faktor biotik
memungkinkan suatu jenis tumbuhan untuk berkembang di suatu tempat sehingga
menjadi jenis yang dominan dan pada gilirannya jenis yang dominan ini akan
menciptakan lingkungan tertentu yang sesuai untuk pertumbuhan jenis lain terutama

7
vegetasi penutup lantai hutan dan meningkatan kelembaban tapi juga dengan
mengubah struktur tanah dan komposisi kimia. (Agista, 1995).

3.2 Cara Kerja Metode Garis


Membuat garis sepanjang 10 m sebanyak 5 garis Membagi masing-masing
garis sebanyak 5 segmen dengan ukuran segmen 2 meter. Mencatat dan menghitung
semua jenis tumbuhan yang tersentuh dan berada di bawah garis Menentukan
persentase kanopi masing-masing jenis tumbuhan Menghitung harga relatif dari tiap
segmen Menentukan nilai penting denganmenggunanan angka perhitungan relatif.
Menyusun jenis-jenis tumbuhan berdasarkan nilai penting yang terkecil. Memberi
nama bentuk vegetasi berdasarkan 2 jenis tumbuhan dengan harga nilai penting
terbesar.

3.3 Rumus metode garis


Besaran yang dihitung umumnya berupa :
1. Kerapatan mutlak suatu jenis =
Kerapatan mutlak jenis itu × 100%
Kerapatan mutlak semua jenis
2. Frekuensi mutlak suatu jenis :
Jumlah rintisan yang memuat jenis itu × 100%
Jumlah rintisan
Frekuensi nisbi suatu jenis :
Frekuensi mutlak untuk jenis itu × 100%
Frekuensi mutlak seluruh jenis
3. Dominasi mutlak untuk suatu jenis = jumlah panjang semua interval rintisan yang
memuat jenis itu,
Dominasi nisbi suatu jenis itu :
Dominasi mutlak jenis itu × 100%
Dominasi mutlak seluruh jenis
4. Nilai penting = Kelindungan nisbi + Frekuensi nisbi + dominasi nisbi

8
5. SDR = Nilai penting /3

Jumlah presentase tanah yang tertutupi oleh vegetasi :


Jika pengamatan diltakukan dengan rintisan yang letakkan dengan jarak
tertentu ,maka jumlah presentase tanah yang tertutupi vegetasi = menjumlahkan nilai
dominansi nisbinya.
Jika pengamatan menggunakan rintisan yang diletakkan sambung
menyambung maka presentase penutup vegetasi =
Jumlah panjang rintisan – jumlah tanah kosong × 100%
Jumlah pnjang rintisan

3.4 Parameter Kualintatif


Parameter dalam analisa vegetasi yang digunakan adalah presentase
penyebaran kerapatan, frekuensi , dan dominansi .
1. Presentase penyebaran/skala abundansi
Yaitu bahwa penciri yang cukup bertpengalaman dapat menggunakan besaran
ini,lebih – lebih bila perlu pengamatan cepat areal yang luas .
Selain dinyatakan dalam persen, luas penyebaran komponen vegetasi sering
diubah ke dalam 5 – 10 kelas skala abudansi (Daftar 10 dan 11).

Daftar 10 .Contoh persentase penyebaran vegetasi


Jenis tumbuhan Penyebaran %
1. Imperata clyindrica 75
2. Axonopus compressus 15
3. Cytococcum patens 5
4. Rostellularia sundns 3
5. Drymaria cordaia 2
6. Centella asiatica 1
Jumlah 101

9
Daftar 11 . Macam – macam skala abudansi
Kelas Skala abudansi Weaver Oosting Wirjahardja &
(1938) (1956) Dekker (1977)
1. (Jarak sekali R = rare Very rare +
2. (Tidak umum I = infrequent Rare 1
3. (Terdapat disana - sini ) F = Frequent Infrequent
4. (Umum, agak tersebar) A = abundant Abundant 2
5. (Amat umum,penyusun VA = very Very abundant 3
komunitasyang abundant
bersambungan
+ (Ada)

3.5 Nilai Penting


(Importance value = IV)
Merupakan jumlah nilai nisbi kedua atau ketiga parameter diatas,

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Metode Garis Sentuh digunakan untuk komunitas padang rumput dan semak
/belukar. Prosedur pelaksanaan metode ini di lapangan adalah sebagai berikut: Salah
satu sisi areal dibuat garis dasar yang akan menjadi tempat titik tolak garis intersep:
dan Garis-garis intersep diletakkan secara acak atau sistematik pada areal yang akan
diteliti.
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa
garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adi. 2010. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).

http://iqra5.blogspot.com/2010/07/rumput-gajah-pennisetum-purpureum.html.

Diakses tanggal 15 maret 2019.

Budiono, E. 2013. Rumput Gajah (Deskripsi, Persebaran, Manfaat dan Cara Tanam).

http://rumah2hijau.wordpress.com/2013/03/29/rumput-gajah-deskripsi-persebaran-

manfaat-dan-cara-tanam/. Diakses tanggal 15 maret 2019.

Utomo I H dkk .1984 . Pengelolaan Gulma Di Perkebunan. PT gramedia . jakarta


1983

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai