ANALISIS VEGETASI
METODE KUADRAN
KHAYATU KHOIRI
05121407020
Frekuensi adalah nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis didalam
komunitasnya. Angka ini diperoleh dengan melihat perbandingan jumlah dari petak-petak
yang diduduki suatu jenis terhadap keseluruhan petak yang diambil sebagai petak contoh
di dalam melakukan analisis vegetasi. Frekuensi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti
luas petak contoh, penyebaran tumbuhan dan ukuran jenis tumbuhan.
Dominansi adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat penguasaan
ruang atau tempat tumbuh , berapa luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau
kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk bersaing tehadap jenis lainnya. Dalam
pengukuran dominansi dapat digunakan proses kelindungan ( penutup tajuk ), luas basah
area , biomassa, atau volume.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif
komunitas vegetasi dikelompokkan vegetasi, iklim dan tanah berhubungan erat dan pada
tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Dalam ilmu vegetasi telah
dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat
membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini
suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam
bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala
yang ada (Anonim. 2009).
Dalam penghitungan penutupan tajuk ini, barisannya dilakukan dengan cara
mengukur luasan tajuk untuk tiap jenis yang terdapat dalam petak contoh, kemudian
dicari domonansi relatifnya. Selanjutnya proses penutupan tajuk dapat diukur proyeksi
tajuk tanah. biomassa adalah ukuran untuk menyatakan berat suatu tumbuhan. Sedangkan
volume dapat dihitung dari rata-rata luas basal area x tinggi tumbuhan bebas cabang x
factor koeksi pohon.
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh
(plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan
tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan
20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole
(tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta
( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling
( anakan/semai ).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat
digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya.
Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan
plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok
digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga
melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama,
biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks
lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan
struktur komunitas.
Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis
vegetasi yang menggunakan petak contoh. Kurva spesies area digunakan memperoleh
luasan minimum petak contoh yang dianggap dapat mewakili suatu tipe vegetasi pada
suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luasan petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang
terdapat pada areal tersebut makin luas kurva spesies areanya.
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak
pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-
petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau
dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang
menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan
dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi
dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono,
1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan
ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa
sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta
kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang
berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan
pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di
tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan
sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa
tersebar secara random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya
dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata
angin (arah kompas).Titik pusat kuadran adalah titik yang membatasi garis transek setiap
jarak 10 m (Polunin, 1990).
Profil arsitektur ini dijadikan dasar untuk memperoleh gembara komposisi, struktur
vertical dan horizontal suatu vegetasi, sehingga memberikan informasi mengenai
dinamika pohon dan kondisi ekologinya. Dari profil asiktektur ini juga dapat diketahui
interaksi antara masing-masing individu pohon dan peranan di dalam ekosistem sustu
komunitas vegetasi. Halle et.al (1987) mengolongkan pohon-pohon yang terdapat
didalam suatu komonitas hutan alam tropika berdasarkan kepada kenampakan arsitektur,
ukuran pohon dan keadaan biologi pohon, menjadi 3 golongan pohon yaitu :
a. Pohon pada masa datang ( les arbres du future, trees of future ), yaitu pohon-pohon
yang mempunyai kemampuan untuk berkembang lebih lanjut atau pada massa datang.
Pohon tersebut pada masa ini merupakan pohon yang dominan dan , diharapkan pada
masa datang kan mengantikan pohon-pohon yang pada saat ini dominan.
b. Pohon masa kini ( les arbres du persent, trees of persent ), pohon-pohon yang sedang
berkembang penuh dan merupakan pohon yang dominan yang paling menentukan
profil arsitektur komnitas saat ini.
c. Pohon pada masa ( les arbres du past , trees of past ) yaitu pohon-pohon yans sudah
tua dan mulai mengalami kerusakan dan selanjutnya akan mati. Biasanya pohon-
pohon ini merupakan pohon tua yang tidak produktif.
Titik B
Kuadran Jumlah
Pohon Tihang Semak Anakan
I-347
II - 2 6 11
III - 1 2 –
IV 1 2 8 15
B. Pembahasan
Metode kuadran ini merupakan metode plot less method, yang berarti Metode ini
merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh
atau suatu luas kuadrat tertentu. Oleh karena itu, bila dalam suatu kuadran dalam jarak
yang dekat tidak terlihat adanya suatu vegetasi pohon, maka pencarian bisa diteruskan
sejauh mungkin sampai ditemukan jenis pohon yang dimaksud, tetapi pohon tersebut
masih berada di dalam daerah kuadran tersebut. Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik
yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara random atau
merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan dengan susunan
titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah kompas). Titik
pusat kuadran adalah titik yang membatasi garis transek setiap jarak 50 m. Dari keduaplot
tersebut dapat diketahui ada spesies dominan seperti kayu seru karena jenis spesies
tersebut terdapat hampir di setiap plot.
Kegiatan yang dilakukan pada praktikum ini adalah mengamati jumlah tanaman
yang masuk ke dalam kuadran yang telah ditentukan, apakah masuk ke dalam kuadran I,
II, III atau IV. Sebelum mengamati jenis dan jumlah tanaman yang ada, terlebih dahulu
dilakukan penentuan titik pusat A dengan patokan garis transek. Garis transek disini
menggunakan tali rafiah, panjang garis transek pada praktikum ini adalah 50 m. Setelah
titik pusat ditentukan barulah menentukan patokan untuk tiap-tiap kuadran yaitu pohon.
Setelah titik pusat A selesai ditentukan titik pusat B yaitu 50 m sama seperti garis transek
titik A. Untuk titik pusat B sama seperti titik pusat A, ditentukan jenis dan jumlah
tanaman berdasrkan kuadran yang telah ditentukan.
Metode ini menggunakan titik kuarter untuk menghitung jarak dari pengamat ke
pohon. Metode ini biasa digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi
kompleks lainnya. Tiap kelompok mendapat tansek sepanjang 50 m. Transek tersebut
dibagi menjadi 2 buah kuarter dengan tiap plot berjarak 50 m. Di tiap titik pusat plot
tersebut dibuat garis khayal sehingga membagi plot menjadi 3 kuarter, pada masing-
masing kurter terdapat 4 kuadran. Dalam satu kuadran hanya didaftarkan satu jenis dari
vegetasi pohon (termasuk didalamnya kategori semai, pancang, tiang dan pohon), yang
jaraknya paling dekat dengan titik pusat kuadran. Arboretum bukan merupakan ekosistem
alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang
menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada
awalnya penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas
yang akan diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran
kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kompetisi
antar species tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia) dalam memperoleh
sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah. Bentuk kehidupan dari
spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang tetap. Namun spesies yang sama
dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi
lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan kedalam struktur tanpa
menunjuk pada nama spesies. Ini telah dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang
belum dijamah, dan dalam lokasi dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan
mudah dengan spesies yang dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria
dalam klasifikasi bentuk kehidupan. Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat
memberikan pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen
habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam
hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan
penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan
diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Soerianegara, 1988).
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan
untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode
kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan
analisis dengan metode kuadrat (Indrianto 2006). Penelitian ini menggunakan metode
kuadrat, yaitu bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang
menggambarkan luas area tertentu.