Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN

TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI TANPA PLOT


(METODE POINT-CENTERED QUARTERED)

NAMA : FAUZIAH RIZKI


NIM : 19031013
PRODI/KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI/B
DOSEN : Dr. AZWIR ANHAR, M.Si
ASISTEN DOSEN : ALYA FARIANI
RICHARD SAMEA ANDRIAN

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI TANPA PLOT (METODE
POINT-CENTERED QUARTERED)

A. Tujuan Praktikum
Mencari nilai penting jenis dominan pada tegakan hutan dengan
menggunakan metode Point-Centered Quartered.
B. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Jum’at/21 April 2021
Pukul : 13:20-15:50 WIB
Tempat : Nagari Andaleh, Kec. Luak, Kab. Lima Puluh Kota

C. Dasar Teori
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
Diperlukan data spesies, diameter, dan tinggi untuk analisis vegetasi,
sehingga diperoleh informasi kuantitatif tetntang struktur dan komposisi
komunitas (Farhan, 2019: 27).
Dalam kegiatan analisis vegetasi digunakan beberapa cara dalam
pengambilan sampel antara lain metode kuadrat (quadrat method), metode
transek ( transek method), metode loop (loop method), dan metode titik (point
less/point method). Metode kuadran atau Point Centered-Quarted Method
merupakan salah satu metode jarak (Distance method). Metode ini tidak
menggunakan petak contoh (plotless) dan umumnya digunakan dalam analisis
vegetasi pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan
tingkat pancang tumbuhan dan anakan pohon jika mengamati struktur
vegetasi pohon. Pohon ialah tumbuhan berdiameter ≥ 20 cm, diameter 10-20
cm adalah pancang, diameter < 10 cm dan tinggi pohon besar > 2,5 m adalah
pancang, serta tinggi pohon < 2,5 m adalah anakan. Syarat penerapan metode
kuadran adalah distribusi pohon atau tiang haruslah acak dan tidak
mengelompok atau seragam.
Parameter yang diamati dalam pengamatan dengan menggunakan
metode kuadran adalah kerapatan, frekuensi, dan dominansi. Pengukuran
jarak dilakukan dengan mengukur jarak dari titik sampling ke pohon terdekat
dalam tiap kuater (kuadran). Dengan demikian setiap titik sampling
dihasilkan empat pengukuran. Selain itu juga dilakukan pengukran diameter
pohon yang diamati tersebut untuk mengetahui basal area suatu spesies
(Ariyanto, 2012: 505).
Dalam metode ini emapat jark diukur pada setiap titik pencuplikan. Di
setiap titik pencuplikan diciptakan empat kuadran dengan membuat dua garis
menyilang tegak lurus. Satu garis adalah garis kompas dan garis kedua adalah
garis yang ditarik melalui titik pencuplikan dan tegak lurus terhadap garis
kompas. Metode ini memiliki keterbatasan jika diterapkan dilapangan.
Sebuah individu harus terletak dalam setiap kuadran dan sebuah individu
tidak boleh diukur dua kali. Oleh karena itu tegakan dengan jarak terlalu
besar merupakan masalah dalam penggunaan teknik ini. Metode ini juga
memiliki keuntungan karena pembuatan petak diperlukan. Ini juga
menghemat waktu. Selain itu metode ini juga menghilangkan kesalah pribadi
dalam penentuan apakah sebatang pohon yang ada dibatas petak masuk atau
tidak dalam kuadran (Mueller, 2016: 123-124).
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menentukan titik sampel
dan membagi lokasi sampel menjadi empat kuadran yang masing-masing 90o.
Pohon terdekat pada jarak kuadran yang diamati dipakai sebagai parameter
pengukuran. Titik penelitian yang diambil sebanyak tiga titik yang mewakili
daerah pemukiman modern, daerah perkampungan, dan daerah bukan
pemukiman. Parameter yang diukur adalah sebagai berikut:
Kerapatan jenis A = Jumlah individu persatuan luas
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴
Kerapatan relative jenis = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴×100

Dominansi jenis A = jumlah luas bidang A per hektar


𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴
Dominansi relative jenis A = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 ×100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎
Frekuensi jenis A = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

INP jenis A = Kerapatan relative A + dominansi relative


A + Frekuensi relative A (Syah, 2019: 307).
Mendeskripsikan distribusi dan kelimpahan spesies tumbuhan individu
(misal penduga berbasis spesies) dan yang mendeskripsikan komunitas
tumbuhan di dalam kawasan dijadikan sampel dalam hal keragaman dan
struktur (yaitu penduga berbasis komunitas).Estimator yang dihasilkan dari
data VEG menghasilkan output untuk produk yang dipetakan, serta tabel
standar untuk laporan Negara bagian, regional, dan nasional.Estimator tingkat
plot umumnya paling berguna untuk produk yang dipetakan, penduga tingkat
populasi umumnya paling berguna untuk keluaran tabel. Bagian ini
dilanjutkan dengan diskusi tentang penduga berbasis spesies berbasis
komunitas, di plot dan tingkat populasi. Data spesies VEG yang dicatat untuk
setiap plot disimpan pada tingkat di mana mereka dikumpulkan. Plot, subplot,
dan kuadrat.Deskripsi umum dari area sampel seperti data kelas kondisi dapat
diperoleh dari kumpulan data P2 tambahan sehingga data dapat diidentifikasi,
dipilih, dan disusun untuk membuat perkiraan berbagai populasi dan domain
yang diminati (Schulz, 2009: 26).

D. Alat dan Bahan


Alat:
1. Kompas
2. Meteran
3. Tali raffia
4. Parang
5. Gunting tanaman
6. Plastik
7. Koran
8. Alat tulis
9. Buku acuan untuk mengidentifikasi tumbuhan
Bahan:
1. Label
2. Alkohol 70% atau spiritus

E. Cara Kerja
1. Dengan bantuan kompas, menarik sebuah garis lurus (transek) yang
memotong area yang akan dikaji.
2. Membuat garis sub-transek imajiner yang memotong garis transek utama
dengan jarak masing-masingnya 10 m.
3. Mengukur jarak dan DBH pohon terdekat ke titik transek pada setiap
quarter.
F. Hasil Pengamatan
Tabel 1. NILAI FREKUENSI, DENSITAS, DOMINANSI, DAN NILAI PENTING
No Nama Jenis Individu Hadir Jarak Dens. dR D DR (%) Do DoR F FR INP (%)
(m) Tot (%)
1 Archidendron 13 = 6= 0,1600 4,8395 10,9673 25,8606 9,2291 603,8553 9,2288 0,1875 9,2319 27,6898
pauciflorum P3, K1 Plot 3, 5, 1,8300
P3, K3 8, 9, 25, 0,8100
P3, K4 dan 31 5,2000
P5, K4 7,0500
P8, K1 20,0800
P8, K2 16,0700
P9, K4 12,6000
P25, K1 5,9000
P24, K2 12,3000
P25, K3 9,4000
P25, K4 1,2000
P31, K3 13,2700
P31, K4
2 Circaea 2= 2 = Plot 5,5000 2,7950 3,6557 8,6200 3,0763 201,2804 3,0762 0,0625 3,0773 9,2298
lutetiona P11,K1 11, dan 15,9000
P13,K1 13
3 Durio zibethinus 26 = 15 = 1,5500 90,1916 27,4183 64,6517 23,0729 1.509,6430 23,0721 0,4687 23,0773 69,2223
P1,K3 Plot 1, 5, 0,8300
P1,K4 10, 12, 5,4300
P5,K2 13, 14, 1,5700
P5,K3 15, 16, 6,4500
P10,K2 18, 21, 0,9000
P10,K3 23, 24, 3,4000
P12,K2 27, 29, 3,8500
P12,K3 dan 31 3,9000
P12,K4 2,9200
P13,K4 1,3500
P14,K1 1,0000
P14,K2 2,7500
P15,K4 3,3900
P16,K1 2,9800
P18,K2 2,3400
P18,K3 15,7000
P21,K2 2,2300
P23,K3 4,8700
P23,K4 6,2100
P24,K2 0,5000
P24,K3 0,6000
P24,K4 3,9400
P27,K4 5,6500
P29,K3 5,2100
P29,K4 2,7300
P31,K2
4 Ficus benjamina 18 = 7 = Plot 0,6600 24,2182 12,7952 30,1708 10,7673 704,5002 10,7670 0,2187 10,7680 32,3023
P2,K1 2, 9, 18, 3,2100
P2,K3 19, 20, 0,9900
P2,K4 30, dan 1,7000
P9,K1 31 6,4900
P9,K2 17,1700
P9,K3 4,7800
P18,K4 3,8900
P19,K1 2,4100
P19,K2 4,9800
P19,K3 2,9900
P19,K4 2,2000
P20,K3 0,8900
P20,K4 1,7900
P30,K1 3,6500
P30,K2 5,2000
P30,K3 0,9400
P30,K4 3,1900
P31,K1
5 Hevea brasiliensis 34 = 14 = 2,5800 10,7557 25,5904 60,3516 21,5383 1.409,4512 21,5409 0,4375 21,5411 64,6203
P3,K2 Plot 3, 4,
P4,K1 8, 14, 0,3400
P4,K2 15, 16, 5,2000
P8,K3 17, 18, 5,8200
P8,K4 21, 22, 15,6000
P14,K3 27, 28, 3,5000
P14,K4 29, dan 11,0000
P15,K1 32 2,8900
P15,K2 0,6900
P15,K3 1,8800
P16,K2 5,0000
P16,K3 7,0000
P16,K4 0,3800
P17,K3
2,2300
P17,K4
6,8000
P18,K1
1,5100
P21,K3
17,8900
P21,K4
1,9000
P22,K1
6,0500
P22,K2
5,6700
P22,K3
P22,K4 5,9200
P27,K2 1,3400
P27,K3 3,8700
P28,K1 5,4310
P28,K2 5,1700
P28,K3 5,8500
P28,K4 0,9650
P29,K1 5,1800
P29,K2 13,0000
P32,K1
7,7200
P32,K2
14,050
P32,K3
0,6000
P32,K4
0,2400
12,1900

6 Ligustrum licidum 7= 4 = Plot 3,1600 21,1016 7,3115 17,2503 6,1562 402,8014 6,1560 0,1250 6,1546 18,4668
P4,K3 4, 5, 6, 2,8000
P4,K4 dan 17 1,2000
P5,K1 3,5700
P6,K1 6,0100
P6,K2 1,8200
P17,K1 8,7000
P17,K2
7 Myristica fragrans 4 = 3 = Plot 5,4600 4,4031 5,4836 12,9302 4,6145 301,9253 4,6143 0,0937 4,6134 13,8422
P6,K3 6, 7, dan 18,0000
P6,K4 26 3,0000
P7,K1 7,6400
P26,K1
8 Nephelium 4= 4 = Plot 4,6900 12,2189 7,3115 17,2503 6,1562 402,8014 6,1560 0,1250 6,1546 18,4668
lappaceum P10,K1 10, 12, 7,9000
P12,K1 21, dan 3,4500
P21,K1 24 4,4300
P24,K1
9 Nephelium 8= 4 = Plot 3,8000 11,7062 7,3115 17,2503 6,1562 402,8014 6,1560 0,1250 6,1546 18,4668
mutabile P1,K1 1, 13, 4,9100
P1,K2 26, dan 5,5500
P13,K2 27 1,5700
P13,K3 7,7000
P26,K2 9,0000
P26,K3 4,3100
P26,K4 4,9870
P27,K1
10 Parkia speciosa 6= 4 = Plot 2,6430 41,6422 7,3115 17,2503 6,1562 402,8014 6,1560 0,1250 6,1546 18,4668
P2,K2 2, 10, 0,6400
P10,K4 20, dan 4,1000
P20,K1 23 4,8000
P20,K2 0,6700
P23,K1 3,7800
P23,K2
11 Robinia 3= 1 = Plot 6,9100 7,7078 1,8278 4,3099 1,5381 100,6378 1,5380 0,0312 1,5361 4,6122
pseuduacacia P11,K2 11 3,3200
P11,K3 9,1000
P11,K4
12 Syzygium 3= 1 = Plot 13,7000 4,2180 1,8278 4,3099 1,5381 100,6378 1,5380 0,0312 1,5361 4,6122
aromaticum P7,K2 7 5,3000
P7,K3 7,1300
P7,K4
Total 128 235,7978 118,8121 280,2059 100 6.543,1366 100 2,031 100

Rata-rata 23,3504 545,2613 0,1692


G. Pembahasan
Praktikum kali ini ialah melakukan analisis vegetasi tanap plot dengan
metode point centered-quartered (metode kuadran). Point centered quartered
ialah metode pengukuran yang tidak menggunakan plot atau metode plotless.
Metode ini menggunakan jarak terdekat suatu pohon pada titik sampling.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menentukan titik sampel dan
membagi lokasi sampel menjadi empat kuadran (I, II, III, IV), masing-masing
kuadran berjarak 90 derajat. Pohon terdekat pada jarak kuadran yang diamati
dipakai sebagai parameter pengukuran.Dalam praktikum ini diberikan data
mentah berupa hasil analisis vegetasi suatu daerah yang diberikan oleh asisten
praktikum.
Sebagai praktikan saya melakukan pengolahan data mentah yang
diberikan. Dari data mentah didapatkan jumlah individu dari 32 plot, hadir,
jarak, densitas total, densitas relative, dominansi, dan nilai penting. Dilakukan
pengolahan data dari masing-masing spesies yang ditemukan dalam vegetasi.
Dari hasil identifikasi didapatkan 12 jenis spesies tumbuhan diantaranya
Archidendron pauciflorum, Circaea lutetiona, Durio zibethinus, Ficus
benjamina, Hevea brasiliensis, Ligustrum licidum, Myristica fragrans,
Nephelium lappaceum, Nephelium mutabile, Parkia speciosa, Robinia
pseuduacacia, dan Syzygium aromaticum.
Pada spesies Archidendron pauciflorum jumlah individu yang
ditemukan adalah 13 individu yang hadir pada 6 plot dari total 32 plot
pengamatan. Densitas total spesies ini adalah = 4,8395, dR = 10,9673, D =
25,8606, DR = 9,2291%, Do = 603,8553, DoR = 9,2288%, F = 0,1875, FR =
9,2319%, dan INP = 27,6898%. Spesies yang kedua adalah Circaea lutetiona,
diperoleh hasil jumlah individunya sebanyak 2 individu yang hadir dalam 2
plot dari 32 plot secara keseluruhan, densitas totalnya = 2,7950, dR = 3,6557,
D = 8,6200, DR = 3,0763%, Do = 201,2804, DoR = 3,0762%, F = 0,0625, FR
= 3,0773%, dan INP = 9,2298%.
Selanjutnya pada spesies Durio zibethinus, diperoleh hasil bahwa
jumlah individu yang hadir sebanyak 26 individu dalam 15 plot dari 32 plot
secara keseluruhan, densitas totalnya = 90,1916, dR = 27,4183, D = 64,6517,
DR = 23,0729%, Do = 1.509,6430, DoR = 23,0721%, F = 0,4687, FR =
23,0773%, dan INP = 69,2223%.
Ficus benjamina, diperoleh hasil jumlah individunya sebanyak 18
individu yang hadir dalam 7 plot dari 32 plot secara keseluruhan, densitas
totalnya = 24,2182, dR = 12,7952, D = 30,1708, DR = 10,7673%, Do =
704,5002, DoR = 10,7670%, F = 0,2187, FR = 10,7680%, dan INP =
32,3023%.
Kemudian spesies Hevea brasiliensis, diperoleh hasil jumlah
individunya sebanyak 34 individu yang hadir dalam 14 plot dari 32 plot
pengamatan , densitas totalnya = 10,7557, dR = 25,5904, D = 60,3516, DR =
21,5383%, Do = 1.409,4512, DoR = 21,5409%, F = 0,4375, FR = 21,5411%,
dan INP = 64,6203%.Spesies ini mendominasi dalam plot penelitian.
Pada spesies Ligustrum licidum, diperoleh hasil jumlah individunya
sebanyak 7 individu yang hadir dalam 4 plot dari 32 plot pengamatan,
densitas totalnya = 21,1016, dR = 7,3115, D = 17,2503, DR = 6,1562%, Do =
402,8014, DoR = 6,1560%, F = 0,1250, FR = 6,1546%, dan INP = 18,4668%.
Pada spesies Myristica fragrans, diperoleh hasil jumlah individunya
sebanyak 4 individu yang hadir dalam 3 plot dari 32 plot pengamatan,
densitas totalnya = 4,4031, dR = 5,4836, D = 12,9302, DR = 4,6145%, Do =
301,9253, DoR = 4,6143%, F = 0,0937, FR = 4,6134%, dan INP = 13,8422%.
Pada spesies Nephelium lappaceum, diperoleh hasil jumlah individunya
sebanyak 4 individu yang hadir dalam 4 plot dari 32 plot secara keseluruhan,
densitas totalnya = 12,2189, dR = 7,3115, D = 17,2503, DR = 6,1562%, Do =
402,8014, DoR = 6,1560%, F = 0,1250, FR = 6,1546%, dan INP = 18,4668%.
Pada spesies Nephelium mutabile, diperoleh hasil jumlah individunya
sebanyak 8 individu yang hadir dalam 4 plot dari 32 plot secara keseluruhan,
densitas totalnya = 11,7062, dR = 7,3115, D = 17,2503, DR = 6,1562%, Do =
402,8014, DoR = 6,1560%, F = 0,1250, FR = 6,1546%, dan INP = 18,4668%.
Pada spesies Parkia speciosa, diperoleh hasil jumlah individunya
sebanyak 6 individu yang hadir dalam 4 plot dari 32 plot secara keseluruhan,
densitas totalnya = 41,6422, dR = 7,3115, D = 17,2503, DR = 6,1562%, Do =
402,8014, DoR = 6,1560%, F = 0,1250, FR = 6,1546%, dan INP = 18,4668%.
Pada spesies Robinia pseuduacacia, diperoleh hasil jumlah individunya
sebanyak 3 individu yang hadir dalam 1 plot dari 32 plot secara keseluruhan,
densitas totalnya = 7,7078, dR = 1,8278, D = 4,3099, DR = 1,5381%, Do =
100,6378, DoR = 1,5380%, F = 0,0312, FR = 1,5361%, dan INP = 4,6122%.
Untuk spesies terakhir ialah pada spesies Syzygium aromaticum,
diperoleh hasil jumlah individunya sebanyak 3 individu yang hadir dalam 1
plot dari 32 plot secara keseluruhan, densitas totalnya = 4,2180, dR = 1,8278,
D = 4,3099, DR = 1,5381%, Do = 100,6378, DoR = 1,5380%, F = 0,0312, FR
= 1,5361%, dan INP = 4,6122%.
Jika diliat secara keseluruhan sepsis dengan nilai INP terendah dan
tertinggi adalah Robinia pseuduacacia, Syzygium aromaticum dan Durio
zibethinus. Dari nilai INP dapat diketahui bahwa spesies dengan nilai INP
tinggi memiliki daya adaptasi, kompetisi, dan kemmpuan reproduksi yang
lebih baik dibndingkn tumbuhan lain disekitarnya. INP juga menunjukkan
peranan keberadaan suatu spesies dalam komunitas. Semakin besar INP maka
semakin besar pula peranan dalam komunitas.
Jadi peranan Durio zibethinus penting dalam suatu komunitas tertentu
yang berada di daerah pengamatan. Adapun nilai INP yang merata dalam
suatu komunitas menunjukkan semakin tingginya keanekaragaman hayati
pada suatu ekosistembdan perkembangan ekosistem yang baik untuk
mencapai tahap klimaks.
H. Kesimpulan
Kesimpulan praktikum kali ini ialah INP Durio zybethius = INP =
69,2223% membuktikan bahwa peranan Durian dalam komunitas
pengamatan itu penting. Memiliki daya kompetisi dan reproduksi yang baik
dibandingkan spesies tumbuhan lain disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, Joko, dkk. 2012. Studi Biodiversitas Tanaman Pohon di 3 Resort Polisi
Hutan (RPH) di Bawah Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Telawa
Menggunakan Metode Point Center Quarter (PCG).

Farhan, Mifahur Rizki, dkk. 2019. Analisis Vegetasi. Makassar: Jurusan Biologi
FMIPA UNM.
Mueller, Dieter, dkk. 2016. Ekologi Vegetasi. Jakarta: LIPI Press.
Schulz, dkk. 2009. Sampling and Estimation Procedures for the Vegetation
Diversity and Structure Indicator. Springer berlin: Heiddelberg.
Syah, H.T. 2019. Assessment of Sesbania Sesban as a Putative Invasive Species in
Urban Area of Sangatta, East Kalimantan. JIPI: Vol. 24(4):304-312.
Lampiran:

1. Bahasa Indonesia

2. Bahasa Inggris
3. Jurnal Internasional

Anda mungkin juga menyukai