Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

“SIRKULASI PADA HEWAN”


Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Hewan

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:


Yosi Laila Rahmi, M.Pd.

OLEH:
Kelompok 6
Adelia Rezki Ananda 19031122
Nurulita Spahira Anjani P. W. 19031097
Tira Hayu Sundari 19031113
Yulia Adytia Putri 19031118

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari
kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang , 25 Februari 2022


Penulis

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah........................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4

C. Tujuan................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 6

A. Sistem Sirkulasi Pada Hewan Invertebrata ............................................................ 6

B. Sistem Sirkulasi Pada Hewan Vertebrata ............................................................... 7

C. Perbandingan Komponen Darah Hewan Vertebrata ............................................. 16

D. Koagulasi Darah dan Homeostatis....................................................................... 22

E. Perbandingan Sistem Sirkulasi Pada Vertebrata ................................................... 23

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 28

A. Kesimpulan......................................................................................................... 28

B. Saran................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hewan harus mampu melaksanakan aktivitas transporasi nutrien, gas dan produk sisa
metabolisme serta molekul-molekul padat atau cair didalam tubuhnya. Proses
metabolisme, selain menghasilkan zat-zat yang berguna juga menghasilkan sampah (sisa
zat) yang harus dikeluarkan dari tubuh. Bahan – bahan yang diperlukan tubuh seperti
makanan, oksigen, hasil metabolisme, dan sisanya diangkut dan diedarkan didalam tubuh
melalui sistem peredaran darah. Hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, sementara sisa-sisa metabolisme diangkut dan
diedarkan dari seluruh jaringan tubuh menuju organ-organ pembuangan.
Sistem sirkulasi darah pada umumnya untuk organisasi tingkat rendah belum
mempunyai sistem sirkulasi secara khusus. Misalnya, pada Amoeba dan Paramecium.
Sirkulasi bahan-bahan metabolisme dan sisanya dilakukan dengan aliran sitoplasma. Akan
tetapi, proses difusi berlangsung sangay lambat sehingga cara tersebut tidak mungkin
dapat memenuhi semua kebutuhan hewan yang berukuran besar atau hewan yang memiliki
aktivitas metabolisme tinggi.
Oleh karena itu, pada hewan tingkat tinggi diperlukan sistem sirkulasi yang khsus
yang menjaminnya adanya pergerakan cairan ke seluruh tubuh secara cepat. Dengan
demikian, makalah ini perlu dibuat untuk membahas sistem sirkulasi pada hewan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagimana sistem sirkulasi pada hewan invertebrata?
2. Bagaimana sistem sirkulasi pada hewan vertebrata?
3. Bagaimana perbandingan komponen darah hewan vertebrata?
4. Apa itu koagulasi darah dan homeostatis?
5. Bagaimana perbandingan sistem sirkulasi pada vertebrata?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuo bagimana sistem sirkulasi pada hewan invertebrata.
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem sirkulasi pada hewan vertebrata.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan komponen darah hewan vertebrata.

4
4. Untuk mengetahui apa itu koagulasi darah dan homeostatis.
5. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan sistem sirkulasi pada vertebrata.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Sirkulasi Pada Hewan Invertebrata


Hewan invertebrata memiliki sistem transportasi yang berbeda-beda. Berikut ini
akan dijelaskan beberapa sistem transportasi pada hewan invertebrata.

a. Peredaran Darah Pada Protozoa


Hewan protozoa tidak membutuhkan suatu sistem pengangkutan yang khusus.
Difusi, pengangkutan aktif, dan aliran sitoplasma cukup menjamin sebagian tubuhnya
mendapat bahan-bahan yang memadai.
1) Paramecium
Pada Paramecium yang hanya terdiri atas satu sel, transportasi dilakukan oleh sel itu
sendiri. Proses masuknya gas oksigen ke dalam sel dan pengeluaran gas
karbondioksida terjadi secara difusi melalui membran plasma. Sedangkan, makanan
yang berukuran kecil ditelan oleh sel melalui sitostom (mulut sel) yang kemudian
dicerna di dalam vakuola makanan. Molekul-molekul makanan yang telah dicerna,
kemudian secara difusi atau pengangkutan aktif oleh vakuola kontraktil masuk ke
dalam sitoplasma.
2) Planaria dan Hydra
Sistem transportasi pada planaria dan hydra dilakukan oleh aliran cairan di dalam
ruang gastrovaskuler yang bercabang-cabang. Ruang gastrovaskuler ini dilapisi oleh
sel endosit. Pencernaan pada planaria dan hydra terjadi secara intrasel yang
dilakukan di dalam sel endosit. Dengan demikian, percabangan ruang gastrovaskuler
yang mengandung sel-sel endosit menyebabkan permukaan dalam saluran
pencernaan menjadi luas sehingga efisien dalam penyerapan zat. Pada planaria,
saluran pengeluarannya bercabang-cabang ke seluruh jaringan tubuh dan
mengumpulkan zat-zat sisa metabolisme untuk dikeluarkan melalui sel-sel api.

b. Peredaran Darah Pada Serangga


Sistem transportasi pada serangga terjadi tidak hanya di dalam pembuluh darah,
tetapi juga terjadi di dalam rongga badan serangga tersebut. Sistem transportasi
demikian dinamakan sistem peredaran darah terbuka. Pada belalang terdapat homosoel,

6
yaitu rongga badan yang mengecil. Untuk efisiensi aliran dan pembagian darah,
homosoel ini terbagi menjadi kamar-kamar yang disebut sinus.
Bagian sistem tertutup pada peredaran darah adalah sebuah jantung tabung yang
panjang dan aorta yang terdapat di sebelah dorsal. Jantung memompa darah ke dalam
sinus-sinus dorsal dari homosoel yang merupakan tempat terjadinya pertukaran bahan-
bahan. Sambil berkontraksi, katup-katup kecil pada dinding jantung terbuka, kemudian
darah masuk dari sinus dorsal ke jantung. Darah serangga berwarna biru karena
mengandung pigmen respirasi haemosianin.

c. Peredaran Darah Pada Cacing tanah


Cacing tanah berukuran relatif besar dan kompleks. Cacing ini memiliki sistem
peredaran darah tertutup. Peredaran darah tertutup adalah peredaran darah yang
mengalir di dalam pembuluh darah dan pembuluh kapiler darah.
Pompa yang mengatur aliran cairan pada cacing tanah ialah lima pasang gelung
aorta. Kontraksi otot dari dinding gelung aorta ini mendesak darah mengalir ke dalam
pembuluh darah ventral. Pembuluh darah ventral mengangkut darah ke arah belakang
dan mengalirkannya ke pembuluh kapiler. Pada pembuluh kapiler ini terjadi pertukaran
bahan-bahan dengan sel. Setelah itu, darah ke pembuluh darah dorsal. Pembuluh darah
ini berkontraksi menurut irama, mendesak darah kembali ke gelung aorta. Darah cacing
tanah memiliki hemoglobin yang berfungsi mengikat O2.

B. Sistem Sirkulasi Pada Hewan Vertebrata


Sistem transportasi pada hewan vertebrata adalah sistem peredaran darah tertutup,
karena darah mengalir di dalam pembuluh darah dan kapiler darah. Pada kapiler darah
terjadi pertukaran zat makanan maupun udara. Sistem peredaran darah tertutup dapat
dibagi menjadi dua, yaitu peredaran darah tunggal dan peredaran darah ganda.

a. Peredaran Darah Pada Ikan ( Pisces )


Sistem transportasi ikan merupakan peredaran darah tunggal, karena hanya satu
kali melalui jantung dalam satu peredaran darah lengkap. Jantung ikan tersusun atas
sebuah sinus venosus, atrium, ventrikel, dan sebuah konus arteriosus yang tersusun
secara linier. Darah kotor yang terkumpul dari seluruh badan ikan masuk ke atrium
yang berdinding tipis.

7
Pada waktu jantung kendur, darah mengalir melalui sebuah katup ke dalam
ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi ventrikel yang kuat mendesak darah keluar
melalui aorta ventralis yang bercabang-cabang menjadi 6 pasang lung aorta yang
menjulur secara dorsal menuju insang melalui arteri eferen brankialis. Darah yang
mengandung CO2 tersebut dilepaskan ke dalam air melalui kapiler dalam insang dan
O2 berdifusi dari air menuju insang.

Darah dari insang yang mengandung O2, kemudian meninggalkan insang


menuju aorta dorsalis. Aorta dorsalis membagi darah ini memenjadi cabang-cabang
yang menuju ke seluruh bagian tubuh. Pada seluruh bagian tubuh ini O2 digunakan
oleh sel, yang menghasilkan CO2. Darah kotor dari tubuh bagian depan kembali ke
jantung melalui vena kardinalis anterior, sedangkan darah kotor dari tubuh bagian
belakang masuk ke jantung melalui vena kardinalis posterior. Darah kotor dari hati
kembali ke jantung melewati vena hepatika.

b. Peredaran Darah Pada Amfibia


Peredaran darah pada amfibia, contohnya katak ialah peredaran darah ganda
karena darah melalui jantung sebanyak dua kali, yaitu pada saat peredaran darah kecil
dan peredaran darah besar. Peredaran darah kecil ialah peredaran darah dari jantung
menuju paru-paru, kemudian menuju jantung kembali. Peredaran darah besar ialah
peredaran darah dari jantung menuju ke seluruh tubuh lalu kembali ke jantung.
Jantung katak memiliki tiga ruang, yaitu dua atrium dan satu ventrikel. Jadi,
darah yang mengalir dari tubuh (darah miskin O2) dan paru-paru (darah kaya O2)
terpisahkan oleh dua buah atrium, tetapi keduanya bersatu dalam satu ventrikel. Pada
jantung katak terdapat muara dari vena cava anterior dan vena cava posterior, berupa
suatu gelembung yang disebut sinus venosus.

8
Atrium kanan menerima darah miskin oksigen dari pembuluh darah balik (vena)
yang berasal dari seluruh tubuh kecuali paru-paru. Sedangkan, darah dari paru-paru
yang kaya oksigen dialirkan ke atrium kiri. Darah dari kedua atrium kemudian mengalir
ke satu ventrikel. Kontraksi ventrikel ini akan mendesak darah ke sebuah pembuluh
yang bercabang-cabang menjadi cabang kiri dan kanan.
Masing-masing dari cabang ini langsung bercabang-cabang menjadi tiga arteri
pokok. Arteri anterior mengalirkan darah ke kepala dan otak. Cabang tengah,lung aorta
mengalirkan darah ke jaringan interna dan alat dalam badan, sedangkan arteri posterior
mengalirkan darah ke kulit dan paru-paru. Darah dari bagian anterior kembali ke
jantung melalui vena cava anterior, dan dari tubuh bagian belakang melalui vena cava
posterior yang bermuara pada sinus venosus dan masuk ke jantung melalui atrium
kanan. Sedangkan, atrium kiri dimasuki oleh darah dari paru-paru melalui vena
pulmoner.

c. Peredaran Darah Pada Reptilia


Reptilia, contohnya kadal, mempunyai suatu modifikasi jantung yang lebih
maju daripada amfibi. Pada jantung kadal, septum atau sekat membagi ventrikel secara
tidak sempurna. Bila ventrikel berkontraksi, lubang pada septum tertutup sehingga
ventrikel terbagi menjadi dua kamar yang benar-benar terpisah walaupun sesaat. Ini
mencegah pencampuran darah yang kaya oksigen dan miskin oksigen. Hal ini
menyebabkan kadal digolongkan menjadi hewan yang mempunyai empat ruang dalam
jantungnya.
Reptil memiliki sistem peredaran darah ganda, yaitu peredaran darah ke paru-
paru dan peredaran darah ke seluruh tubuh. Darah dari jantung dipompa oleh ventrikel
kanan menuju paru-paru melalui arteri pulmonalis. Selanjutnya, darah dari paru-paru
masuk ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah menuju ventrikel
kiri, kemudian dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Aorta bercabang menjadi arteri
anterior yang menuju tubuh bagian depan dan arteri posterior yang menuju tubuh
bagian belakang. Darah kembali dari tubuh menuju atrium kanan jantung melalui
pembuluh vena. Pembuluh dari tubuh bagian depan disebut vena cava anterior,
sedangkan dari tubuh bagian belakang disebut vena cava posterior.

9
d. Peredaran Darah Pada Aves ( Burung )
Pada burung, septum jantung telah sempurna sehingga jantung burung empat
ruangan, yaitu dua ruang atrium berdinding tipis dan dua ruang ventrikel dengan
dinding yang tebal. Baik antara atrium kanan dan kiri, maupun antara ventrikel kanan
dan kiri telah benar-benar terpisah.
Atrium kanan menerima darah miskin oksigen dari seluruh tubuh kecuali paru-
paru. Kemudian, darah menuju ventrikal kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis. Sesampainya di paru-paru, darah melepaskan karbondioksida dan
mengambil oksigen. Darah kaya oksigen ini dibawa dari paru-paru menuju atrium kiri
melalui pembuluh darah vena pulmonalis. Peredaran darah dari jantung ke paru-paru,
kemudian kembali lagi ke jantung ini disebut peredaran darah kecil.
Darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Darah di dalam ventrikel kiri ini
dipompa ke luar menuju organ-organ tubuh melalui aorta. Aorta memiliki dua
percabangan, yaitu lengkung aorta dan arteri carotid yang menuju leher dan kepala.
lengkung aorta bercabang-cabang menjadi arteri yang mengalirkan darah ke berbagai
organ tubuh, misalnya arteri subclavia yang menuju sayap. Dari organ tubuh, darah
kembali ke jantung melalui pembuluh vena. Darah dari tubuh bagian belakang menuju
ke jantung melalui vena cava dorsalis, dan dari tubuh bagian depan melalui vena cava
ventralis.

Sistem Peredaran Darah pada Vertebrata (Pisces, Amphibi, Reptil, Aves,


dan Mamalia)

Sistem Sirkulasi pada Pisces


Sistem cardiovascular terdiri atas
a) Jantung
b). Arteri dan arteriolae
c) Kapiler-kapiler
d) venulae dan venae
e) darah

Jantung atau cor terdapat di dalam cavum pericardii. Ia terdiri atas sinus venosus,
atrium, ventriculus, dan bulbus arteriousus. Dinding sinus venosus, atrium, dan ventriculus

10
ialah kontraktil, tetapi dinding bulbus arteriosus tidak. Bulbus arteriosus merupakan
pangkal dari aorta ventralis (Radiopoetro, 1996:438).
Sistem peredaran darah pada ikan terdiri dari jantung beruang dua, yaitu sebuah
bilik (ventrikel) dan sebuah seeambi (atrium). Jantung terletak di bawah faring di dalam
rongga perikardium, yaitu bagian dari rongga tubuh yang terletak di anterior (muka).
Selain itu, terdapat organ sinus venosus, yaitu struktur penghubung berupa rongga yang
menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung (Pratiwi, 2007:96).
Menurut (Pratiwi, 2007:96) darah ikan tampak pucat dan volumenya relatif sedikit
jika dibandingkan dengan vertebrata darat. Plasma darah mengandung sel darah merah
yang berinti dan sel darah putih dan lien (limpa) sebagai bagian dari sistem peredaran,
terdapat di dekat lambung dan dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh limpa.
Proses sirkulasi pada pisces
Pada proses peredaran darah, darah dari seluruh tubuh mengandung CO2 kembali
ke jantung melalui vena dari berkumpul di sinus venosus, kemudian masuk ke serambi.
Selanjutnya, darah dari serambi masuk ke bilik dan dipompa menuju insang melewati
konus arterious, aorta ventralis, dan empat pasang arteri aferen brakialis. Pada arteri aferen
brakialis, oksigen diikat oleh darah, selanjutnya menuju arteri aferen brakialis dan melalui
aorta dorsalis darah diedarkan ke seluruh tubuh. Di jaringan tubuh darah mengikat CO2.
Dengan adanya sistem vena, darah dikembalikan dari bagian kepala dan badan menuju
jantung. Beberapa vena yang penting misalnya vena cardinalis anterior, dan vena
cardinalis posterior (membawa darah dari tubuh melewati hati) dan vena porta renalis
(membawa darah dari tubuh melewati ginjal). Peredaran darah pada ikan disebut
peredaran darah tunggal karena darah hanya satu kali melewati jantung (Pratiwi, 2007:96).
Perhatikan bahwa pada ikan, darah harus mengalir melalui dua hamparan kapiler
selama masing-masing sirkuit (perputaran), satu dalam insang dan yang kedua, yang
disebut kapiler sistemik, dalam organ selain insang. Ketika darah mengalir melalui
hamparan kapiler, tekanan darah, tekanan hidrostatik yang mendorong darah mengalir
melalui pembuluhm menurun tajam. Dengan demikian darah yang kaya oksigen dari
insang mengalir ke organ-organ lain dengan sangat lambat pada ikan, tetapi proses
tersebut dibantu oleh pergerakan tubuh selama berenang (Campbell, 2000:45).

Sistem sirkulasi pada Amphibi


Sistem peredaran darah katak terdiri dari jantung beruang tiga, arteri, vena, sinus,
venosus, kelenjar limfa, dan cairan limfa. Darah katak tersusun dari plasma darah yang

11
terang (cerah) dan berisi sel-sel darah (korpuskula) yakni sel-sel daran merah, sel-sel darah
putih, dan keping sel darah
Pengangkutan gas-gas pernapasan dan material-aterial lainnya dilaksanakan oleh
sistem kardiovaskuler yang terdiri atas:
1. Jantung
2. Arteri
3. Kapiler
4. Vese
5. Pembuluh-pembuluh limpa
6. Cairan darah dan limpa
Jantung merupakan bangunan musculer yang terbagi menjadi lima rongga. Ia
terdapat di dalam suatu kantong yang berdinding rangkap. Dinding yang sebelah dalam
melekat pada cor, disebut epicardium dan dinding yang paling luar disebut pericardium, di
antara dinding itu terdapat rongga, cavum pericardii yang berisi cairan sedikit.
Jantung katak terdiri dari:
1. Sebuah bilik yang berdinding tebal dan letaknya di sebelah posterior
2. Dua buah serambi yakni serambi kanan (atrium dekster) dan serambi kiri (atrium
sinister)
3. Sinus venosus yang berbentuk segitiga dan terletak di sebelah dorsal dari jantung
4. Trunkus arteriousus berupa pembuluh bulat yang keluar dari bagian dasar anterior bilik
Untuk mencegah berbaliknya aliran darah, di antara serambi dan bilik terdapat
katup (valve) sedangkan antara serambi kanan dan kiri terdapat sekat (septum). Didalam
trunkus arteriosus terdapat katup spiralis.
Proses sirkulasi pada Amphibi
Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri bercabang yang
mengarahkan darah melalui dua sirkuit: sirkuit pulmokutaneus dan sirkuit sistemik. Sirkuit
pulmokutaneus mengarah ke jarigan pertukaran gas (dalam paru-paru dan kulit pada
katak), dimana darah akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler. Darah
yang kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di
antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistemik.
Sirkuit sistemik membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan
kemudian mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena.
Skema ini, yang disebut sirkulasi ganda, menjamin aliran darah yang kuat ke otak, otot,
dan organ-organ lain karena darah itu dipompa untuk kedua kalinya setelah kehilangan

12
tekanannya dalam hamparan kapiler pada paru-paru dan kulit. Keadaan ini sangat berbeda
dari sirkulasi tunggal dalam ikan, dimana darah mengalir secara langsung dari organ
respirasi (insang) ke organ lain dengan tekanan yang semakin berkurang.
Pada katak dikenal adanya sistem porta yaitu suatu sistem yang dibentuk oleh
pembuluh balik (vena) saja. Vena mengumpulkan darah dari pembuluh kapiler dari suatu
sistem porta yang terbagi menjadi anyaman-anyaman di dalam alat tubuh yang lain
sebelum kembali ke jantung. Barulah kemudian masuk ke dalam vena yang menuju
jantung. Sistem porta yang penting adalah sistem porta hepatika pada hati dan sistem porta
renalis pada ginjal (Pratiwi, 2007:98).

Sistem sirkulasi pada Reptilia


Sistem peredaran darah pada reptilia lebih maju jika dibandingkan dengan sistem
peredaran amfibi karena adanya pemisahan darah yang beroksigen dan tidak beroksigen
dalam jantung. Jantung reptilia terletak di rongga dada di bagian depan ventral.
Jantung reptilia terdiri atas tiga ruang yaitu 2 atria dan 1 ventrikulus, kecuali pada
crocodilia dan alligator. Tetapi ventrikulus cordis dari cor yang beruang tiga, sebenarnya
terbagi dua oleh suatu septum yang disebut septum interventricularis yang membentang
dari apex cordis sampai ke pusat cor, sehingga seolah-olah cor semua reptilia beruang
empat. Perlu diketahui bahwa septum interventricularis tadi belum sempurna sehingga
masih ada percampuran darah antara bagian dexter dan sinister.
Antara kedua antria dipisahkan oleh septum intertrialis yang sudah sempurna,
sehingga tidak akan terjadi percampuran antara darah venosa dan darah arteriel.Conus
arteriosus pada reptilia telah menjadi sebagian dari venticulus. Dari ventriculus ini akan
keluar 3 pembuluh yang besar, yaitu aorta pulmonalis yang menuju ke pulmo, kemudian
arcus aorta dekster dan arcus aorta sinister yang akan bercabang-cabang ke semua bagian
tubuh. Arcus aorta sinister keluar dari ventrikel dekster sedang arcus aorta dekster keluar
dari ventrikel sinister.
Pada crocodilia, arcus aorta dekster dan arcus aorta sinister berssilangan dan
bersinggungan dimana tempat persinggungan ini akan berfusi sedemikian rupa sehingga
timbul suatu lubang yang disebut foramen panizzae.
Pada crocodilia septum interventriculare sempurna, sehingga cor betul-betul
beruang 4. Namum demikian percampuran darah masih terjadi karena adanya foramen
panizzae, juga percampuran ini terjadi pada titik di mana arcus aorta dekster dan sinister
bersatu untuk membentuk aorta dorsalis.

13
Menurut (Campbell, 2000:45) Reptilia mempunyai sirkulasi ganda yaitu sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmoner yang mengalirkan darah dari jantung ke jaringan
pertukaran-gas dalam paru-paru dan kembali ke jantung. Pada satu ordo reptilia,
crocodilia, ventrikel secara sempurna terbagi menjadi bilik kiri dan bilik kanan.
Proses sirkulasi pada reptilia
Darah dari vena masuk ke jantung melalui sinus venosus menuju ke serambi kanan,
kemudian bilik kanan. Darah yang berasal dari paru-paru, melalui arteria pulmonalis,
masuk ke serambi kiri kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri, darah dipompa keluar
melalui sepasang arkus aortikus, Dua arkus aortikus ini lalu menghubungkan diri menjadi
satu membentuk aorta dorsalis yang menyuplai darah ke alat-alat dalam, ekor, dan alat
gerak belakang.
Dari seluruh jaringan tubuh, darah menuju ke vena, kemudian menuju sinus
venosus dan kembali ke jantung.

Sistem sirkulasi pada Aves


Untuk mempelajari peredaran darah pada aves, diambil contoh peredaran dari
burung. Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran darah,
darah, dan pembuluh-pembuluh darah. Darah pada burung tersusun oleh eritrosit
berbentuk oval dan berinti.
Jantung burung berbentuk kerucut dan terbungkus selaput perikardium. Jantung
terdiri dari dua serambi yang berdinding tipis serta dua bilik yang berdinding lebih tebal.
Pembuluh-pembuluh darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri yang keluar dari
bilik kiri dan tiga buah yaitu dua arteri anonim yang bercabang lagi menjadi arteri-arteri
yang memberi darah ke bagian kepala, otot terbang, dan anggota depan, dan sebuah aorta
merupakan sisa dari arkus aortikus yang menuju ke Kanan (arkus aortikus yang menuju ke
kiri mereduksi). Pembuluh nadi ini kemudian meligkari bronkus sebelah kanan dan
membelok ke arah ekor menjadi dorsalis (pembuluh nadi puggung). Pembuluh nadi yang
keluar dari bilik kanan hanya satu, yakni arteri pulmonalis (pembuluh nadi paru-paru)
yang kemudian bercabang menuju paru-paru kiri dan kanan.
Pembuluh balik (vena) dibedakan atas:
1. Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior). Vena ini membawa darah dari
kepala, anggota depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju jantung.
2. Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior): membawa darah dari bagian
bawah tubuh ke jantung

14
3. Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri serta
membawa darah menuju serambi kiri jantung.

Sistem sirkulasi pada mamalia


Menurut (Kimball, 1992:509) atrium kanan menerima darah miskin akan oksigen
(darah deoksi) dari badan, dan ventrikel kanan memompa darah dengan kuat ke paru –
paru untuk melepaskan karbon dioksida dan mengambil persediaan oksigen yang segar.
Darah oksigen kemudian kembali ke atrium kiri, dan dipompa keluar dengan kuat
kesemua organ – organ dan jaringan tubuh. Dengan pernyataan tersebut, maka mamalia
termasuk golongan berdarah panas.
Menurut (Radiopoetra, 1996:580) jantung atau cor dibagi oleh dua septum
atriorum dan septum ventriculorum. Antara atrium dan ventriculus terdapat valvula
atrioventricularis yang menghindari mengalirnya darah dari ventriculus ke atrium. Di
dalam pangkal aorta terdapat valvulae semilunares.
Jantung terdapat di dalam suatu kandungan, yang dindingnya dibentuk oleh
perikardum. Pada pangkal aorta dan arteri pulmonalis pada tempat masuknya vena cava
dan vena pumonales, perikardium melipat menjadi epikardium yang melapisi dataran luar
dinding jantung. Jantung terdapat diantara kedua pulmonales.
Proses sirkulasi pada mamalia
Ventrikel kanan memompa darah ke paru-paru melalui arteri pulmoner. Ketika
darah mengalir melalui hamparan kapiler paru-paru kanan dan kiri, darah mengambil
oksigen dan melepaskan karbondioksida. Darah yang kaya oksigen akan kembali dari
paru-paru melalui vena pulmoner ke atrium kiri jantung. Kemudian, darah yang kaya
oksigen mengalir ke dalam ventrikel kiri, ketika ventrikel tersebut membuka dan atrium
berkontraksi. Selanjutnya, ventrikel kiri akan memompa darah yang kaya oksigen keluar
ke jaringan tubuh melalui sirkuit sistemik. Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui
aorta, yang mengirimkan darah ke arteri yang menuju keseluruh tubuh. Cabang pertama
dari aorta adalah arteri koroner, yang mengirimkan darah ke otot jantung itu sendiri.
Kemudian ada juga cabang-cabang yang menuju ke hamparan kapiler di kepala dan lengan
(atau tungkai depan). Aorta terus memanjang ke arah posterior, sambi mengalirkan darah
yang kaya oksigen ke arteri yang menuju ke hamparan kapiler di organ abdomen dan kaki
(tungkai belakang).
Di dalam masing organ tersebut, arteri akan bercabang menjadi artriola, yang
selanjutnya akan bercabang menjadi kapiler, dimana darah melepaskan banyak oksigennya

15
dan mengambil karbondioksida yang dihasilkan oleh respirasi seluler. Kapiler akan
menyatu kembali membentuk venula, yang akan mengirimkan darah ke vena. Darah yang
miskin oksigen dari kepala, leher, tungkai depan disalurkan ke dalam suatu vena besar
yang disebut vena cava anterior (superior). Vena besar lainnya yang disebut vena cava
posterior (inferior) mengalirkan darah dari bagian tubuh utama dan tungkai belakang.
Kedua cava itu mengosongkan darahnya ke dalam atrium kanan, sebelum kemudian darah
yang miskin oksigen itu mengalir ke dalam ventrikel kanan (Campbell, 2000:46).

C. Perbandingan Komponen Darah Hewan Vertebrata


Darah merupakan komponen dalam sistem sirkulasi yang berperan penting
dalam mendistribusikan berbagai senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh. Darah
hewan Vertebrata terdiri atas sel-sel darah yang tersuspensi di dalam plasma dan beredar
menuju organ-organ tubuh. Unsur seluler atau sel darah terbagi menjadi sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Bentuk, ukuran, dan
persentase jumlah eritrosit dan leukosit berbeda untuk setiap jenis hewan Vertebrata.
Eritrosit Mamalia diketahui tidak memiliki inti sel, namun tidak demikian dengan
eritrosit hewan dari kelas Pisces, Amphibia, Reptilia, dan Aves yang memiliki inti.
Demikian pula dengan jumlah dan tipe sel leukosit yang memiliki gambaran berbeda
untuk tiap jenis hewan.
Studi mengenai profil darah antara kelas Vertebrata dapat menyediakan data
pendukung dalam mempelajari aktivitas dan habitat hewan. Ukuran dan bentuk sel
eritrosit serta kandungan hemoglobin dapat mengindikasikan kemampuan respirasi
hewan yang kemudian merupakan hasil adaptasi terhadap habitat yang berbeda.
Tabel 1 menampilkan komparasi hematologi untuk parameter hemoglobin,
hematokrit, eritrosit, MCV, MCH, MCH dan ukuran eritrosit antar kelas Vertebrata.
Hewan Vertebrata akuatik cenderung mempunyai kadar hemoglobin, jumlah eritrosit
total dan persentase hematokrit lebih rendah dibandingkan vertebrata terestrial. Nilai
MCV dan MCH pada Vertebrata rendah mempunyai nilai lebih tinggi.

Tabel 1. Hasil Analisis Parameter Hematologi untuk Hemoglobin, Hematokrit,


Eritrosit, MCHC, MCH dan MCV

16
Anggota dari Kelas Pisces yang diwakili oleh ikan lele (C.batracus), Kelas
Amphibia, katak (R.cancrivora) dan Kelas Reptilia, kadal kebun (E.multifasciata)
memiliki kadar hemoglobin (Hb) cenderung lebih rendah (5,76-7,52 g/dL)
dibandingkan kelas Aves (C.livia) dan Kelas Mammalia (M. musculus) dengan kadar
Hb (11,4-12,98 g/dL). Ikan lele, katak, dan kadal mempunyai habitat hidup di air
sehingga termasuk dalam hewan akuatik dan semi-akuatik, sedangkan burung merpati
dan mencit termasuk hewan teresterial.
Hewan akuatik dan semi-akuatik cenderung memiliki kadar Hb lebih rendah
dibandingkan hewan teresterial disebabkan kandungan oksigen dalam air lebih rendah
dibandingkan medium udara sehingga oksigen yang terikat oleh proteinHb akan lebih
sedikit. Perbandingan hematologi antara hewan dengan habitat yang berbeda ini
didukung oleh hasil penelitian Gul et al. (2011) yang menyatakan kadar Hb hewan
anura teresterial Pelobates syriacus lebih tinggi (12,95 g/dL) dibandingkan anura semi-
akuatik Rana damatina (8,2 g/dL).
Jumlah eritrosit dari yang terendah ke yang tertinggi masing-masing adalah
katak memiliki jumlah eritrosit (794.000 sel/mL), ikan lele (1.662.000 sel/mL) dan
kadal kebun (1.628.000 sel/mL), ketiganya adalah hewan ektoterm cenderung lebih
rendah dibandingkan burung merpati dan mencit masing-masing 2.686.000 sel/mL dan
4.519.000 sel/mL. Hal ini sesuai penelitian Hartman dan Lessler (1964) bahwa jumlah
eritrosit pada hewan ektoterm akan lebih rendah dibandingkan hewan endoterm. Hal ini
17
dapat dijelaskan bahwa ikan, katak dan kadal termasuk dalam hewan ektoterm sebab
suhu tubuh bervariasi mengikuti perubahan suhu lingkungan. Burung merpati dan
mencit mampu menjaga suhu tubuh konstan melalui proses metabolisme sehingga
termasuk hewan endoterm. Perbedaan regulasi panas tubuh antara hewan ektoterm dan
endoterm didukung oleh jumlah eritrosit dan hemoglobin yang berperan mengikat
oksigen. Oksigen yang diikat hemoglobin dalam eritrosit akan digunakan hewan
endoterm untuk metabolisme dan meregulasi panas tubuh.
Jumlah eritrosit burung merpati hasil penelitian ini (2.686.000 sel/mL)
mendekati jumlah eritrosit ayam Gallus gallus yakni 3.000.000 sel/mL dibandingkan
burung elang yakni 1.880.000 sel/mL. Perbedaan jumlah eritrosit antar spesies burung
ini selain karena faktor genetik juga disebabkan oleh perilaku dan aktivitas hewan.
Burung elang adalah hewan predator yang lebih banyak menghabiskan waktunya
terbang udara sehingga oksigen yang diambil saat hinggap lebih banyak digunakan
untuk aktivitas terbang.

Katak (R.cancrivora.) memiliki nilai hematokrit terendah (21,18%) sedangkan


burung merpati (C.livia) memliki kadar hematokrit tertinggi (45,14%). Jumlah eritrosit
darah secara langsung berkorelasi dengan persentase hematokrit (HCT). Mean
Corpuscular Volume (MCV) menunjukkan rasio antara hematokrit dan jumlah eritrosit.
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 1) katak dan ikan lele memperoleh nilai MCV
paling tinggi (271-214 fL) dibandingkan hewan lainnya. Semakin tinggi nilai MCV
menunjukkan jumlah eritrosit paling mempengaruhi nilai hematokrit dibandingkan
unsur seluler darah lainnya.
Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) menunjukkan kandungan hemoglobin
dalam eritrosit. Katak, ikan lele, dan kadal memiliki nilai MCH terbesar (72,42-46,12
pg). Semakin tinggi nilai MCH maka kandungan hemoglobin dalam eritrosit semakin
besar pula. Katak meski kandungan hemoglobin dan jumlah eritrosit relatif rendah
namun memiliki nilai MCH paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh ukuran sel eritrosit
katak paling besar (panjang 17,04 µm; lebar 12,1 µm) diantara hewan Vertebrata
lainnya.
Mamalia mempunyai eritrosit yang tidak berinti, sedangkan hewan dari kelas
Pisces, Amphibia, dan Reptilia mempunyai eritrosit berinti. Eritrosit berinti yang
dimiliki ikan lele, katak, kadal dan burung mempunyai ukuran sel lebih besar
dibandingkan eritrosit tidak berinti yang dimiliki mencit. Ukuran eritrosit ini berkorelasi

18
dengan nilai MCV. Ukuran eritrosit yang paling besar dimiliki katak (Rana cancrivora)
yakni 17,04 x 12,11 µm. Ukuran eritrosit katak ini lebih kecil bila dibandingkan dengan
hasil penelitian Hartman and Lessler (1964) yakni 27,9 x 15,4 µm. Perbedaan ukuran
eritrosit katak ini disebabkan oleh perbedaan tingkat maturasi eritrosit, eritrosit matang
cenderung memiliki ukuran lebih besar (Campbell, 2004).
Perbedaan ukuran eritrosit selain disebabkan faktor genetik, juga disebabkan oleh
faktor anatomi pembuluh darah kapiler. Mammalia (mencit) memiliki ukuran eritrosit
terkecil dan berbentuk cakram bikonkaf. Bentuk dan ukuran eritrosit ini berhubungan
dengan efisiensi pengangkutan oksigen dalam eritrosit menuju jaringan terkecil. Ukuran
eritrosit mamalia yang kecil dapat melewati kapiler darah mamalia yang berukuran
kurang 7,5 µm. Katak memiliki ukuran eritrosit paling besar, setara dengan diameter
kapiler katak yang berkisar 12,5-13,4 µm.
Leukosit merupakan jenis sel darah yang terlibat langsung dalam sistem
pertahanan tubuh dari partikel asing dan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
Jumlah leukosit berbeda antar kelas Vertebrata (Tabel 2). Jumlah leukosit tertinggi
ditunjukkan oleh darah ikan lele (19.800 sel/mL), diikuti dengan burung merpati
(16.800 sel/mL), katak (13.200 sel/mL) dan kadal (12.400 sel/mL). Jumlah leukosit
terendah dimiliki oleh kelas Mammalia yakni 4.975 sel/mL.
Pada pengamatan histologi sel darah menunjukkan variasi bentuk dari sel
eritrosit dan leukosit Vertebrata. Eritrosit kelas Reptilia (kadal) mempunyai bentuk
paling oval dibandingkan Kelas Vertebrata lainnya. Eritrosit Mammalia tidak berinti
dan memiliki bentuk bulat oval. Tampilan histologi juga menunjukkan bahwa eritrosit
yang tidak memiliki inti hanya eritrosit pada Mammalia. Gambaran leukosit juga sangat
bervariasi. Leukosit jenis azurofilhanya ditemukan pada kadal (Gambar 1) Jenis limfosit
memiliki persentase terbanyak dibandingkan jenis leukosit lain.

19
Gambar 1. Histologi Sel Darah Vertebrata. (1) Sel Darah Lele; (2) Sel Darah Katak; (3)
Sel Darah Kadal; (4) Sel Darah Burung Merpati; (5) Sel Darah Mencit Ket: E. Eritrosit;
L. Limfosit; M. Monosit; H. Heterofil; A. Azurofil; T. Trombosit

Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Hematologi untuk Leukosit Totaldan


Leukosit Diferensial

Parameter Kelas Kelas Kelas Reptilia Kelas Kelas


Pisce Amphibia Aves Mammalia
s (R.cancrivora. (E.multifasciata) (C. livia) (M. musculus)
(C. batracus) )

Leukosit 19.800±3114 13.200±3114 12.400±5594 16.800±3684 4.975±1560


106/µL)

Limfosit 65,25±6,65 51,25±10,31 37,25±7,80 61,00±4,97 56,00±10,55


(%)
12,00±7,44 10,25±2,87 5,50±1,29 11,00±1,41 12,25±6,13
Monosit
(%) 19,00±9,13 29,25±5,97 14,00±6,48 22,75±3,86 22,25±7,63

Neutrofil
2,00±0,82 3,00±1,41 9,25±3,30 1,25±0,96 3,75±2,98
/Heterofil
(%)
1,75±1,26 6,25±5,97 15,00±0,82 4,00±1,83 5,75±2,06

Basofil
(%) - - 19,00±8,91 - -

Data ditampilkan dalam nilai rata-rata ± standar deviasi.

Jumlah leukosit mencerminkan proses evolusi sistem imunitas. Vertebrata


tingkat rendah seperti ikan dan katak, jumlah leukositnya dipengaruhi oleh suhu dan
fotoperiode (Zapata et al., 1992) sehingga variasi jumlah leukosit antar individu sangat
besar. Jumlah leukosit Vertebrata rendah seperti Kelas Pisces, Amphibia, Reptil dan
Aves sangat banyak (lebih 10.000 sel/mL) sedangkan pada Mammalia jumlah leukosit
normal 4000-10.000 sel/mL. Banyaknya jumlah leukosit Vertebrata tingkat rendahnya
disebabkan oleh belum terspesialisasinya organ limfoid. Campbell (2004) menyatakan
bahwa nodus limpa dan germinal center tidak dimiliki hewan ektoterm (kelas Pisces,
Amphibia, Reptil) sehingga sebagian besar leukosit bersirkulasi di darah.

Hasil penentuan jumlah leukosit diferensial diperoleh data ikan lele, katak,
kadal, burung merpati, dan mencit memiliki persentasi limfosit tertinggi di antara jenis
leukosit lainnya (37-62%). Persentase leukosit diferensial ini berbeda dengan Primata
dan manusia yang mempunyai jumlah neutrofil paling tinggi. Perbedaan ini
kemungkinan disebabkan proses maturasi limfosit pada manusia dipengaruhi oleh
involusi timus sehingga pada manusia jumlah limfosit lebih rendah dibandingkan

20
neutrofil.
Berdasarkan pengamatan preparat apus, bentuk sel eritrosit pada hewan
Vertebrata selain Mammalia berbentuk oval dan mempunyai inti sel. Sel eritosit katak
dari Kelas Amphibia mempunyai ukuran paling besar di antara hewan Vertebrata lain
yakni 17,04 x 12,11µm. Sedangkan eritrosit mammalia dicirikan tidak mempunyai
nukleus, berbentuk cakram bikonkaf dan berukuran paling kecil dibanding eritrosit
Vertebrata lain yakni 6,2x6,2 µm (Tabel 1, Gambar 1).
Jenis leukosit diferensial terdiri dari neutrofil, basofil, eusinofil, monosit dan
limfosit, kecuali pada kadal ditemukan leukosit lain yakni azurofil. Bentuk limfosit
berukuran besar, mempunyai inti bulat berwarna ungu, biasa terdapat di tepi sel
(eksentrik). Sitoplasma terpulas biru pucat dan sedikit pada tepi sel. Monosit merupakan
leukosit berukuran besar, inti berbentuk ginjal. Sitoplasma monosit biru keruh dengan
granul kecil atau vakuola. Kadang-kadang tepian sitoplasma membentuk pseudopodia
atau cytoplasmic protrusions.
Sel heterofil atau neutrofil pada kadal, burung dan mamalia berbentuk sferis,
nukleus tidak berlobus. Sedangkan neutrofil pada sebagian besar Amphibia mempunyai
nukleus berlobus. Nukleus terpulas ungu-biru tua. Sitoplasma sedikit di bagian tepi sel
dan terpulas biru pucat. Neutrofil burung mempunyai ciri khas sitoplasma tak berwarna
dan terdapat granul berbentuk batang atau sferis. Granul sitoplasma heterofil bersifat
refraktil saat pengamatan dengan mikroskop.
Pada kadal ditemukan jenis leukosit yang berbeda dengan Vertebrata lainnya,
yakni azurofil. Sel azurofil berbentuk seperti monosit dengan inti berbentuk ginjal
(berlobus), namun sitoplasma mengandung granula azurofilik yang berwarna pink.
Trombosit mempunyai ciri yang sama diantara jenis Vertebrata lain yakni berbentuk
oval kecil, inti penuh dan dijumpai dalam kelompok (cluster).

Vertebrata Kelas Pisces (ikan lele), Amphibia (katak) dan Reptil (kadal)
mempunyai kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit lebih rendah dibandingkan
Kelas Aves dan Mammalia. Jumlah leukosit Vertebrata rendah seperti Kelas Pisces,
Amphibia, Reptil dan Aves lebih dari 10.000 sel/mL sedangkan pada Mammalia jumlah
leukosit rata-rata ± 5000 sel/mL. Jumlah leukosit diferensial diperoleh data ikan lele,
katak, kadal, merpati dan mencit memiliki persentasi limfosit tertinggi diantara jenis
leukosit lainnya (37-62%).

21
D. Koagulasi Darah dan Homeostatis
Hemostasis adalah suatu proses penghentian perdarahan yang bersifat fisiologis
pada pembuluh darah yang cedera untuk mencegah hilangnya darah. Salah satu
mekanismenya adalah dengan terjadinya proses pembekuan darah. Pembekuan darah
sendiri terjadi dengan melibatkan berbagai komponen di dalam darah. Pembekuan darah
ini timbul bila setelah terjadi konstriksi pembuluh darah dan pembentukan sumbat
trombosit tidak berhasil menghentikan perdarahan yang terjadi.
Hemostasis dan pembekuan menyatakan serangkaian kompleks reaksi yang
mengakibatkan pengawasan perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit dan fibrin
di tempat cedera. Pembentukan disusul oleh resolusi atau lisis bekuan dan regenerasi
endotel. Pada keadaan hemostasis, hemostasis dan pembekuan melindungi individu dari
perdarahan masif sekunder akibat trauma.
Pembekuan darah adalah rangkaian kompleks dan peristiwa dimana fibrinogen,
protein plasma yang larut diubah menjadi bakuan fibrin yang stabil atau dengan kata lain
proses pembekuan darah adalah perubahan fibrinogen (protein yang larut) menjadi fibrin
(protein yang tidak larut). Pembekuan atau penggumpalan darah atau disebut joga
kongulasi terjadi apabila darah ditampung dan dibiarkan begitu saja. Akan terjadilah suatu
mass yang menyerupai jelly, yang kemudian menjadi massa yang memadat dengan
meninggalkan caimn jernih, yang disebut serum darah, Gumpalan itu sendiri serdiri dari
filamen fibrin yang mengikat sel darah merah, sel darah putih dan platelet Kioting
(penggumpalan) mulai 15 detik sampai 2 menit setelah luka, dan umumnnya akan berakhir
dalam waktu 5 menit.

22
Sistem koagulasi bersifat sangat kompleks. Banyak protein terlibat baik dalam
bentuk inaktif maupun aktif yang keseimbangannya diatur secara ketat. Terdapat dua
komponen utama sistem koagulasi: trombosit dan faktor koagulasi, yaitu protein-protein
plasma. Hasil akhir aktivitas faktor koagulasi cukup sederhana: pembentukan suatu
kompleks ikatan-silang molekul-molekul fibrin dan trombosit yang menghentikan
perdarahan. Faktor koagulasi umumnya tidak beredar dalam bentuk aktif. Sebagian besar
merupakan enzim (protease serin) dan tetap inaktif sampai dibutuhkan. Hal ini akan
terlaksana jika terdapat enzim lain yang dapat menguraikan faktor inaktif menjadi faktor
aktif.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi koagulasi:
1. Suhu rendah (dingin)
2. Menghindari kontak dengan benda asing dan jaringan yang rusak
3. Dekalsifikasi
Faktor-faktor yang mempercepat koagulasi:
1. Pemanasan
Pada suhu 37°C, darah akan lebih cepat membeku daripada suhu di bawahnya.
2. Pengocokan
Bila darah dikocok pelan-pelan, koagulasi akan dipercepat, sedangkan bila dikocok
keras akan melambatkan koagulasi karena jaringan fibrin akan pecah.
3. Luas permukaan kontak
Proses koagulasi akan dipercepat dengan menambah luas permukaan kontak. Hal dapat
dilakukan dengan jalan memasukkan kass atau kapas ke dalam larutan darah.
4. Larutan hemostatik

E. Perbandingan Sistem Sirkulasi Pada Vertebrata


1) Ikan
Jantung ikan terbagi menjadi dua ruangan, yakni satu serambi dan satu bilik. Antara
serambi dan bilik terdapat katup yang berfungsi mengalirkan darah satu arah dari
serambi ke bilik.

23
Darah dari seluruh tubuh yang telah banyak mengambil CO2 dari jaringan mengalir ke
sinus venosus kemudian masuk ke serambi. Dart serambi, darah ke bilik, kemudian ke
konus arteriosus, kemudian darah masuk ke acrta ventralis menuju insang Didalam
insang terjadi pertukaran gas CO2 dan 02. Darah dari insang lalu ke seluruh tubuh
untuk mengedarkan oksigen dan sari-sari makanan Dari tubuh darah kembali ke jantung
melalui vena cava dan sinus venosus. Jadi, peredaran darah ikan merupakan peredaran
darah tunggal karena dalam satu kali beredar darah hanya satu kali melalui jantung.

2) Katak
Sistem peredaran darah pada katak termasuk sistem peredaran darah tertutup dan
ganda.

Jantung katak terbagi menjadi tiga ruangan yaitu serambi kiri dan serambi kanan serta satu

24
bilik Darah dari seluruh tubuh yang telah banyak mengambil CO₂ dari jaringan
mengalir ke sinus venosus dan emudian masuk ke serambi kanan. Dari serambi kanan,
darah mengalir ke bilik, kemudian darah dipompa ke luar melalui arteri pulmonalis.
Selanjutnya darah mengalir dari arteri pulmonalis ke paru-paru, di paru-paru terjadi
pertukaran gas CO₂ dengan 0: kemudian darah melalui vena pulmonalis mengalir ke
serami kiri.

3) Reptil
Ada 2 macam sistem peredaran pada reptilian, yaitu sistem peredaran yang terdapat
pada buaya, sistem peredaran yang terdapat pada kura-kura, kadal, dan ular. Pada
buaya, jantungnya terdiri dari 4 ruangan yaitu serambi kiri dan kanan, serta bilik kiri
dan kanan. Antara serambi lori dan kanan, juga antara bilik kiri dan kanan dipisahan
oleh sekat (septum). Darah dari seluruh tubuh yang telah banya mengambil CO2 dari
jaringan mengalir ke sinus venosus (pada pangkal serambi) dan kemudian masuk ke
bilik kanan. Ada 2 lintasan aliran darah dari bilik kanan:
a. Bilik kanan-arteri pulmonalis paru-paru-vena pulmonalis-serambi kiri
b. Bilik kanan-aorta kiri- bergabung dengan aorta kanan.

Antara aorta kiri dengan aorta kanan saling berhubungan melalui suatu lubang yang
disebut foramen Panizzae. Fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan darah dalam
jantung saat hewan tersebut menyelam

25
Pada kura-kura, kadal dan ular. Jantungnya terdiri dari serambi kiri dan serambi kanan,
serta bilik kiri dan bilik kanan. Antara serambi diri dan kanan dipisahkan oleh sekat,
sedangkan antara bilik kiri dan bilik kanan tidak dipisahkan oleh sekat. Darah vena dari
seluruh tubuh mengalir ke sinus venosus → serambi kanan → bilik (kiri dan kanan
belum berseptum) → arteri pulmonalis → paru-paru → vena pulmonalis → serambi
kiri → bilik kiri → lengkung aorta → seluruh tubuh

4) Burung
Jantung burung terdiri atas 4 ruangan, yaitu 2 serambi dan 2 bilik Sistem peredaran
darahnya adalah sistem peredaran darah ganda dan tertutup.

Darah kaya oksigen pada burung dipompa dari bilik kiri menuju seluruh tubuh melalui
aorta. Di sel-sel tubuh, oksigen dibebaskan, namun CO₂ diikat. Darah yang kaya CO₂
melalui vena menuju ke serambi kanan dan masuk bilik kanan. Dari bilik kanan, darah
yang kaya CO₂ dipompa agar mengalir ke paru-paru. Di paru-paru CO₂, dan O₂ diikat.
Darah dari paru-paru kaya O₂ masuk ke jantung lagi melalul serambi kiri. Dari serambi
kiri, darah masuk ke bilik kiri.

5) Mammalia
Proses peredaran darah mamalia sama seperti burung. Darah burung dan mamalia yang
mengandung oksigen dan karbondioksida terpisah dengan baik karena bilik kanan dan
bilik kirinya terpisah Organ peredaran darah mamalia terdiri dari jantung, pembuluh
vena, dan pembuluh arteri. Jantung mamalia terbagi menjadi empat bagian, yaitu dua
bilik dan dua serambi.

26
Mamalia memiliki sistem peredaran darah ganda, yaitu darah melalui jantung dua kali.
Proses peredaran darah mamalia yaitu bilik kanan memompa darah ke paru-paru
melalui pembuluh darah arteri. Kemudian darah keluar melalui pembuluh darah vena
ke serambi kiri dan masuk ke bilik kiri. Dari bilik kiri, darah mengalir ke seluruh tubuh
dan kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat simpulkan bahwa:
1) Ssitem sirkulasi terbuka adalah suatu sistem dimana pembuluh darah membentuk sirkuit
yang sempurna diseluruh tubuh sehingga ketika darah mengalir, darah akan
meninggalkan pembuluh darah dan mengalir diantara jaringan (ruang terbuka hemocoel
dan blastocole).
2) Sistem sirkulasi tertutup merupakan suatu sistem peredaran darah selalu berada dalam
suatu seri pembuluh darah selama proses peredarannya dan tidak pernah keluar dari
sistem.
3) Fungsi sistem sirkulasi adalah sebagai berikut:
a. Menjamin /memastikan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan dan
oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera.
b. Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh.
c. Meyebabkan tekanan/kekuatan.
4) Kompone-kompenen sirkulasi terdiri atas: plasma darah dan unsu seluler berupa sel-sel
darah.
5) Sistem sirkulasi pada vertebrata adalah sebagai berikut:
a. Pisces, terdiri dari 1 atrium dan 1 ventrikel.
b. Amphibi, terdiri dari 3 atrium dan 1 ventrikel
c. Reptil, terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel.
d. Aves, terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel.
e. Mamalia terdiri dari, 2 atrium dan 2 ventrikel.

B. Saran
Kami menyadari masih terdapat kekurangan pada makalah ini, untuk itu kami
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik lagi kedepannya.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan kita.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arsih, Fitri. (2012). Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang: UNP Press.

Delfita, Rina. (2014). Fisiologi Hewan. Batusangkar: IAIN Batusangkar Press.

Rousdy, Diah Wulandari, dan Riza Linda. (2018). Hematologi Perbandingan Hewan
Vertebrata: Lele (Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata),
Merpati (Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Jurnal Bioma, 7(1).

Handayani, H., Darmayani, S., Nendissa, S. J., Hasibuan, A. K. H., Dimenta, R. H., Indarjani,
I., & Latumahina, F. S. (2021). Fisiologi Hewan. Bandung: Widina Bhakti Persada.

Isnaeni, W. (2006). Fisiologi hewan. Yogyakarta: PT Kanisius.

Purnamasari, Risa, dan Dwi Rukma Santi. (2017). Fisiologi Hewan. Surabaya: UIN Sunan
Ampel.

29

Anda mungkin juga menyukai