OLEH:
Kelompok 6
Adelia Rezki Ananda 19031122
Nurulita Spahira Anjani P. W. 19031097
Tira Hayu Sundari 19031113
Yulia Adytia Putri 19031118
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari
kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 6
A. Kesimpulan......................................................................................................... 28
B. Saran................................................................................................................... 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagimana sistem sirkulasi pada hewan invertebrata?
2. Bagaimana sistem sirkulasi pada hewan vertebrata?
3. Bagaimana perbandingan komponen darah hewan vertebrata?
4. Apa itu koagulasi darah dan homeostatis?
5. Bagaimana perbandingan sistem sirkulasi pada vertebrata?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuo bagimana sistem sirkulasi pada hewan invertebrata.
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem sirkulasi pada hewan vertebrata.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan komponen darah hewan vertebrata.
4
4. Untuk mengetahui apa itu koagulasi darah dan homeostatis.
5. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan sistem sirkulasi pada vertebrata.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
yaitu rongga badan yang mengecil. Untuk efisiensi aliran dan pembagian darah,
homosoel ini terbagi menjadi kamar-kamar yang disebut sinus.
Bagian sistem tertutup pada peredaran darah adalah sebuah jantung tabung yang
panjang dan aorta yang terdapat di sebelah dorsal. Jantung memompa darah ke dalam
sinus-sinus dorsal dari homosoel yang merupakan tempat terjadinya pertukaran bahan-
bahan. Sambil berkontraksi, katup-katup kecil pada dinding jantung terbuka, kemudian
darah masuk dari sinus dorsal ke jantung. Darah serangga berwarna biru karena
mengandung pigmen respirasi haemosianin.
7
Pada waktu jantung kendur, darah mengalir melalui sebuah katup ke dalam
ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi ventrikel yang kuat mendesak darah keluar
melalui aorta ventralis yang bercabang-cabang menjadi 6 pasang lung aorta yang
menjulur secara dorsal menuju insang melalui arteri eferen brankialis. Darah yang
mengandung CO2 tersebut dilepaskan ke dalam air melalui kapiler dalam insang dan
O2 berdifusi dari air menuju insang.
8
Atrium kanan menerima darah miskin oksigen dari pembuluh darah balik (vena)
yang berasal dari seluruh tubuh kecuali paru-paru. Sedangkan, darah dari paru-paru
yang kaya oksigen dialirkan ke atrium kiri. Darah dari kedua atrium kemudian mengalir
ke satu ventrikel. Kontraksi ventrikel ini akan mendesak darah ke sebuah pembuluh
yang bercabang-cabang menjadi cabang kiri dan kanan.
Masing-masing dari cabang ini langsung bercabang-cabang menjadi tiga arteri
pokok. Arteri anterior mengalirkan darah ke kepala dan otak. Cabang tengah,lung aorta
mengalirkan darah ke jaringan interna dan alat dalam badan, sedangkan arteri posterior
mengalirkan darah ke kulit dan paru-paru. Darah dari bagian anterior kembali ke
jantung melalui vena cava anterior, dan dari tubuh bagian belakang melalui vena cava
posterior yang bermuara pada sinus venosus dan masuk ke jantung melalui atrium
kanan. Sedangkan, atrium kiri dimasuki oleh darah dari paru-paru melalui vena
pulmoner.
9
d. Peredaran Darah Pada Aves ( Burung )
Pada burung, septum jantung telah sempurna sehingga jantung burung empat
ruangan, yaitu dua ruang atrium berdinding tipis dan dua ruang ventrikel dengan
dinding yang tebal. Baik antara atrium kanan dan kiri, maupun antara ventrikel kanan
dan kiri telah benar-benar terpisah.
Atrium kanan menerima darah miskin oksigen dari seluruh tubuh kecuali paru-
paru. Kemudian, darah menuju ventrikal kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis. Sesampainya di paru-paru, darah melepaskan karbondioksida dan
mengambil oksigen. Darah kaya oksigen ini dibawa dari paru-paru menuju atrium kiri
melalui pembuluh darah vena pulmonalis. Peredaran darah dari jantung ke paru-paru,
kemudian kembali lagi ke jantung ini disebut peredaran darah kecil.
Darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Darah di dalam ventrikel kiri ini
dipompa ke luar menuju organ-organ tubuh melalui aorta. Aorta memiliki dua
percabangan, yaitu lengkung aorta dan arteri carotid yang menuju leher dan kepala.
lengkung aorta bercabang-cabang menjadi arteri yang mengalirkan darah ke berbagai
organ tubuh, misalnya arteri subclavia yang menuju sayap. Dari organ tubuh, darah
kembali ke jantung melalui pembuluh vena. Darah dari tubuh bagian belakang menuju
ke jantung melalui vena cava dorsalis, dan dari tubuh bagian depan melalui vena cava
ventralis.
Jantung atau cor terdapat di dalam cavum pericardii. Ia terdiri atas sinus venosus,
atrium, ventriculus, dan bulbus arteriousus. Dinding sinus venosus, atrium, dan ventriculus
10
ialah kontraktil, tetapi dinding bulbus arteriosus tidak. Bulbus arteriosus merupakan
pangkal dari aorta ventralis (Radiopoetro, 1996:438).
Sistem peredaran darah pada ikan terdiri dari jantung beruang dua, yaitu sebuah
bilik (ventrikel) dan sebuah seeambi (atrium). Jantung terletak di bawah faring di dalam
rongga perikardium, yaitu bagian dari rongga tubuh yang terletak di anterior (muka).
Selain itu, terdapat organ sinus venosus, yaitu struktur penghubung berupa rongga yang
menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung (Pratiwi, 2007:96).
Menurut (Pratiwi, 2007:96) darah ikan tampak pucat dan volumenya relatif sedikit
jika dibandingkan dengan vertebrata darat. Plasma darah mengandung sel darah merah
yang berinti dan sel darah putih dan lien (limpa) sebagai bagian dari sistem peredaran,
terdapat di dekat lambung dan dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh limpa.
Proses sirkulasi pada pisces
Pada proses peredaran darah, darah dari seluruh tubuh mengandung CO2 kembali
ke jantung melalui vena dari berkumpul di sinus venosus, kemudian masuk ke serambi.
Selanjutnya, darah dari serambi masuk ke bilik dan dipompa menuju insang melewati
konus arterious, aorta ventralis, dan empat pasang arteri aferen brakialis. Pada arteri aferen
brakialis, oksigen diikat oleh darah, selanjutnya menuju arteri aferen brakialis dan melalui
aorta dorsalis darah diedarkan ke seluruh tubuh. Di jaringan tubuh darah mengikat CO2.
Dengan adanya sistem vena, darah dikembalikan dari bagian kepala dan badan menuju
jantung. Beberapa vena yang penting misalnya vena cardinalis anterior, dan vena
cardinalis posterior (membawa darah dari tubuh melewati hati) dan vena porta renalis
(membawa darah dari tubuh melewati ginjal). Peredaran darah pada ikan disebut
peredaran darah tunggal karena darah hanya satu kali melewati jantung (Pratiwi, 2007:96).
Perhatikan bahwa pada ikan, darah harus mengalir melalui dua hamparan kapiler
selama masing-masing sirkuit (perputaran), satu dalam insang dan yang kedua, yang
disebut kapiler sistemik, dalam organ selain insang. Ketika darah mengalir melalui
hamparan kapiler, tekanan darah, tekanan hidrostatik yang mendorong darah mengalir
melalui pembuluhm menurun tajam. Dengan demikian darah yang kaya oksigen dari
insang mengalir ke organ-organ lain dengan sangat lambat pada ikan, tetapi proses
tersebut dibantu oleh pergerakan tubuh selama berenang (Campbell, 2000:45).
11
terang (cerah) dan berisi sel-sel darah (korpuskula) yakni sel-sel daran merah, sel-sel darah
putih, dan keping sel darah
Pengangkutan gas-gas pernapasan dan material-aterial lainnya dilaksanakan oleh
sistem kardiovaskuler yang terdiri atas:
1. Jantung
2. Arteri
3. Kapiler
4. Vese
5. Pembuluh-pembuluh limpa
6. Cairan darah dan limpa
Jantung merupakan bangunan musculer yang terbagi menjadi lima rongga. Ia
terdapat di dalam suatu kantong yang berdinding rangkap. Dinding yang sebelah dalam
melekat pada cor, disebut epicardium dan dinding yang paling luar disebut pericardium, di
antara dinding itu terdapat rongga, cavum pericardii yang berisi cairan sedikit.
Jantung katak terdiri dari:
1. Sebuah bilik yang berdinding tebal dan letaknya di sebelah posterior
2. Dua buah serambi yakni serambi kanan (atrium dekster) dan serambi kiri (atrium
sinister)
3. Sinus venosus yang berbentuk segitiga dan terletak di sebelah dorsal dari jantung
4. Trunkus arteriousus berupa pembuluh bulat yang keluar dari bagian dasar anterior bilik
Untuk mencegah berbaliknya aliran darah, di antara serambi dan bilik terdapat
katup (valve) sedangkan antara serambi kanan dan kiri terdapat sekat (septum). Didalam
trunkus arteriosus terdapat katup spiralis.
Proses sirkulasi pada Amphibi
Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri bercabang yang
mengarahkan darah melalui dua sirkuit: sirkuit pulmokutaneus dan sirkuit sistemik. Sirkuit
pulmokutaneus mengarah ke jarigan pertukaran gas (dalam paru-paru dan kulit pada
katak), dimana darah akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler. Darah
yang kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di
antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistemik.
Sirkuit sistemik membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan
kemudian mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena.
Skema ini, yang disebut sirkulasi ganda, menjamin aliran darah yang kuat ke otak, otot,
dan organ-organ lain karena darah itu dipompa untuk kedua kalinya setelah kehilangan
12
tekanannya dalam hamparan kapiler pada paru-paru dan kulit. Keadaan ini sangat berbeda
dari sirkulasi tunggal dalam ikan, dimana darah mengalir secara langsung dari organ
respirasi (insang) ke organ lain dengan tekanan yang semakin berkurang.
Pada katak dikenal adanya sistem porta yaitu suatu sistem yang dibentuk oleh
pembuluh balik (vena) saja. Vena mengumpulkan darah dari pembuluh kapiler dari suatu
sistem porta yang terbagi menjadi anyaman-anyaman di dalam alat tubuh yang lain
sebelum kembali ke jantung. Barulah kemudian masuk ke dalam vena yang menuju
jantung. Sistem porta yang penting adalah sistem porta hepatika pada hati dan sistem porta
renalis pada ginjal (Pratiwi, 2007:98).
13
Menurut (Campbell, 2000:45) Reptilia mempunyai sirkulasi ganda yaitu sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmoner yang mengalirkan darah dari jantung ke jaringan
pertukaran-gas dalam paru-paru dan kembali ke jantung. Pada satu ordo reptilia,
crocodilia, ventrikel secara sempurna terbagi menjadi bilik kiri dan bilik kanan.
Proses sirkulasi pada reptilia
Darah dari vena masuk ke jantung melalui sinus venosus menuju ke serambi kanan,
kemudian bilik kanan. Darah yang berasal dari paru-paru, melalui arteria pulmonalis,
masuk ke serambi kiri kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri, darah dipompa keluar
melalui sepasang arkus aortikus, Dua arkus aortikus ini lalu menghubungkan diri menjadi
satu membentuk aorta dorsalis yang menyuplai darah ke alat-alat dalam, ekor, dan alat
gerak belakang.
Dari seluruh jaringan tubuh, darah menuju ke vena, kemudian menuju sinus
venosus dan kembali ke jantung.
14
3. Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri serta
membawa darah menuju serambi kiri jantung.
15
dan mengambil karbondioksida yang dihasilkan oleh respirasi seluler. Kapiler akan
menyatu kembali membentuk venula, yang akan mengirimkan darah ke vena. Darah yang
miskin oksigen dari kepala, leher, tungkai depan disalurkan ke dalam suatu vena besar
yang disebut vena cava anterior (superior). Vena besar lainnya yang disebut vena cava
posterior (inferior) mengalirkan darah dari bagian tubuh utama dan tungkai belakang.
Kedua cava itu mengosongkan darahnya ke dalam atrium kanan, sebelum kemudian darah
yang miskin oksigen itu mengalir ke dalam ventrikel kanan (Campbell, 2000:46).
16
Anggota dari Kelas Pisces yang diwakili oleh ikan lele (C.batracus), Kelas
Amphibia, katak (R.cancrivora) dan Kelas Reptilia, kadal kebun (E.multifasciata)
memiliki kadar hemoglobin (Hb) cenderung lebih rendah (5,76-7,52 g/dL)
dibandingkan kelas Aves (C.livia) dan Kelas Mammalia (M. musculus) dengan kadar
Hb (11,4-12,98 g/dL). Ikan lele, katak, dan kadal mempunyai habitat hidup di air
sehingga termasuk dalam hewan akuatik dan semi-akuatik, sedangkan burung merpati
dan mencit termasuk hewan teresterial.
Hewan akuatik dan semi-akuatik cenderung memiliki kadar Hb lebih rendah
dibandingkan hewan teresterial disebabkan kandungan oksigen dalam air lebih rendah
dibandingkan medium udara sehingga oksigen yang terikat oleh proteinHb akan lebih
sedikit. Perbandingan hematologi antara hewan dengan habitat yang berbeda ini
didukung oleh hasil penelitian Gul et al. (2011) yang menyatakan kadar Hb hewan
anura teresterial Pelobates syriacus lebih tinggi (12,95 g/dL) dibandingkan anura semi-
akuatik Rana damatina (8,2 g/dL).
Jumlah eritrosit dari yang terendah ke yang tertinggi masing-masing adalah
katak memiliki jumlah eritrosit (794.000 sel/mL), ikan lele (1.662.000 sel/mL) dan
kadal kebun (1.628.000 sel/mL), ketiganya adalah hewan ektoterm cenderung lebih
rendah dibandingkan burung merpati dan mencit masing-masing 2.686.000 sel/mL dan
4.519.000 sel/mL. Hal ini sesuai penelitian Hartman dan Lessler (1964) bahwa jumlah
eritrosit pada hewan ektoterm akan lebih rendah dibandingkan hewan endoterm. Hal ini
17
dapat dijelaskan bahwa ikan, katak dan kadal termasuk dalam hewan ektoterm sebab
suhu tubuh bervariasi mengikuti perubahan suhu lingkungan. Burung merpati dan
mencit mampu menjaga suhu tubuh konstan melalui proses metabolisme sehingga
termasuk hewan endoterm. Perbedaan regulasi panas tubuh antara hewan ektoterm dan
endoterm didukung oleh jumlah eritrosit dan hemoglobin yang berperan mengikat
oksigen. Oksigen yang diikat hemoglobin dalam eritrosit akan digunakan hewan
endoterm untuk metabolisme dan meregulasi panas tubuh.
Jumlah eritrosit burung merpati hasil penelitian ini (2.686.000 sel/mL)
mendekati jumlah eritrosit ayam Gallus gallus yakni 3.000.000 sel/mL dibandingkan
burung elang yakni 1.880.000 sel/mL. Perbedaan jumlah eritrosit antar spesies burung
ini selain karena faktor genetik juga disebabkan oleh perilaku dan aktivitas hewan.
Burung elang adalah hewan predator yang lebih banyak menghabiskan waktunya
terbang udara sehingga oksigen yang diambil saat hinggap lebih banyak digunakan
untuk aktivitas terbang.
18
dengan nilai MCV. Ukuran eritrosit yang paling besar dimiliki katak (Rana cancrivora)
yakni 17,04 x 12,11 µm. Ukuran eritrosit katak ini lebih kecil bila dibandingkan dengan
hasil penelitian Hartman and Lessler (1964) yakni 27,9 x 15,4 µm. Perbedaan ukuran
eritrosit katak ini disebabkan oleh perbedaan tingkat maturasi eritrosit, eritrosit matang
cenderung memiliki ukuran lebih besar (Campbell, 2004).
Perbedaan ukuran eritrosit selain disebabkan faktor genetik, juga disebabkan oleh
faktor anatomi pembuluh darah kapiler. Mammalia (mencit) memiliki ukuran eritrosit
terkecil dan berbentuk cakram bikonkaf. Bentuk dan ukuran eritrosit ini berhubungan
dengan efisiensi pengangkutan oksigen dalam eritrosit menuju jaringan terkecil. Ukuran
eritrosit mamalia yang kecil dapat melewati kapiler darah mamalia yang berukuran
kurang 7,5 µm. Katak memiliki ukuran eritrosit paling besar, setara dengan diameter
kapiler katak yang berkisar 12,5-13,4 µm.
Leukosit merupakan jenis sel darah yang terlibat langsung dalam sistem
pertahanan tubuh dari partikel asing dan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
Jumlah leukosit berbeda antar kelas Vertebrata (Tabel 2). Jumlah leukosit tertinggi
ditunjukkan oleh darah ikan lele (19.800 sel/mL), diikuti dengan burung merpati
(16.800 sel/mL), katak (13.200 sel/mL) dan kadal (12.400 sel/mL). Jumlah leukosit
terendah dimiliki oleh kelas Mammalia yakni 4.975 sel/mL.
Pada pengamatan histologi sel darah menunjukkan variasi bentuk dari sel
eritrosit dan leukosit Vertebrata. Eritrosit kelas Reptilia (kadal) mempunyai bentuk
paling oval dibandingkan Kelas Vertebrata lainnya. Eritrosit Mammalia tidak berinti
dan memiliki bentuk bulat oval. Tampilan histologi juga menunjukkan bahwa eritrosit
yang tidak memiliki inti hanya eritrosit pada Mammalia. Gambaran leukosit juga sangat
bervariasi. Leukosit jenis azurofilhanya ditemukan pada kadal (Gambar 1) Jenis limfosit
memiliki persentase terbanyak dibandingkan jenis leukosit lain.
19
Gambar 1. Histologi Sel Darah Vertebrata. (1) Sel Darah Lele; (2) Sel Darah Katak; (3)
Sel Darah Kadal; (4) Sel Darah Burung Merpati; (5) Sel Darah Mencit Ket: E. Eritrosit;
L. Limfosit; M. Monosit; H. Heterofil; A. Azurofil; T. Trombosit
Neutrofil
2,00±0,82 3,00±1,41 9,25±3,30 1,25±0,96 3,75±2,98
/Heterofil
(%)
1,75±1,26 6,25±5,97 15,00±0,82 4,00±1,83 5,75±2,06
Basofil
(%) - - 19,00±8,91 - -
Hasil penentuan jumlah leukosit diferensial diperoleh data ikan lele, katak,
kadal, burung merpati, dan mencit memiliki persentasi limfosit tertinggi di antara jenis
leukosit lainnya (37-62%). Persentase leukosit diferensial ini berbeda dengan Primata
dan manusia yang mempunyai jumlah neutrofil paling tinggi. Perbedaan ini
kemungkinan disebabkan proses maturasi limfosit pada manusia dipengaruhi oleh
involusi timus sehingga pada manusia jumlah limfosit lebih rendah dibandingkan
20
neutrofil.
Berdasarkan pengamatan preparat apus, bentuk sel eritrosit pada hewan
Vertebrata selain Mammalia berbentuk oval dan mempunyai inti sel. Sel eritosit katak
dari Kelas Amphibia mempunyai ukuran paling besar di antara hewan Vertebrata lain
yakni 17,04 x 12,11µm. Sedangkan eritrosit mammalia dicirikan tidak mempunyai
nukleus, berbentuk cakram bikonkaf dan berukuran paling kecil dibanding eritrosit
Vertebrata lain yakni 6,2x6,2 µm (Tabel 1, Gambar 1).
Jenis leukosit diferensial terdiri dari neutrofil, basofil, eusinofil, monosit dan
limfosit, kecuali pada kadal ditemukan leukosit lain yakni azurofil. Bentuk limfosit
berukuran besar, mempunyai inti bulat berwarna ungu, biasa terdapat di tepi sel
(eksentrik). Sitoplasma terpulas biru pucat dan sedikit pada tepi sel. Monosit merupakan
leukosit berukuran besar, inti berbentuk ginjal. Sitoplasma monosit biru keruh dengan
granul kecil atau vakuola. Kadang-kadang tepian sitoplasma membentuk pseudopodia
atau cytoplasmic protrusions.
Sel heterofil atau neutrofil pada kadal, burung dan mamalia berbentuk sferis,
nukleus tidak berlobus. Sedangkan neutrofil pada sebagian besar Amphibia mempunyai
nukleus berlobus. Nukleus terpulas ungu-biru tua. Sitoplasma sedikit di bagian tepi sel
dan terpulas biru pucat. Neutrofil burung mempunyai ciri khas sitoplasma tak berwarna
dan terdapat granul berbentuk batang atau sferis. Granul sitoplasma heterofil bersifat
refraktil saat pengamatan dengan mikroskop.
Pada kadal ditemukan jenis leukosit yang berbeda dengan Vertebrata lainnya,
yakni azurofil. Sel azurofil berbentuk seperti monosit dengan inti berbentuk ginjal
(berlobus), namun sitoplasma mengandung granula azurofilik yang berwarna pink.
Trombosit mempunyai ciri yang sama diantara jenis Vertebrata lain yakni berbentuk
oval kecil, inti penuh dan dijumpai dalam kelompok (cluster).
Vertebrata Kelas Pisces (ikan lele), Amphibia (katak) dan Reptil (kadal)
mempunyai kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit lebih rendah dibandingkan
Kelas Aves dan Mammalia. Jumlah leukosit Vertebrata rendah seperti Kelas Pisces,
Amphibia, Reptil dan Aves lebih dari 10.000 sel/mL sedangkan pada Mammalia jumlah
leukosit rata-rata ± 5000 sel/mL. Jumlah leukosit diferensial diperoleh data ikan lele,
katak, kadal, merpati dan mencit memiliki persentasi limfosit tertinggi diantara jenis
leukosit lainnya (37-62%).
21
D. Koagulasi Darah dan Homeostatis
Hemostasis adalah suatu proses penghentian perdarahan yang bersifat fisiologis
pada pembuluh darah yang cedera untuk mencegah hilangnya darah. Salah satu
mekanismenya adalah dengan terjadinya proses pembekuan darah. Pembekuan darah
sendiri terjadi dengan melibatkan berbagai komponen di dalam darah. Pembekuan darah
ini timbul bila setelah terjadi konstriksi pembuluh darah dan pembentukan sumbat
trombosit tidak berhasil menghentikan perdarahan yang terjadi.
Hemostasis dan pembekuan menyatakan serangkaian kompleks reaksi yang
mengakibatkan pengawasan perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit dan fibrin
di tempat cedera. Pembentukan disusul oleh resolusi atau lisis bekuan dan regenerasi
endotel. Pada keadaan hemostasis, hemostasis dan pembekuan melindungi individu dari
perdarahan masif sekunder akibat trauma.
Pembekuan darah adalah rangkaian kompleks dan peristiwa dimana fibrinogen,
protein plasma yang larut diubah menjadi bakuan fibrin yang stabil atau dengan kata lain
proses pembekuan darah adalah perubahan fibrinogen (protein yang larut) menjadi fibrin
(protein yang tidak larut). Pembekuan atau penggumpalan darah atau disebut joga
kongulasi terjadi apabila darah ditampung dan dibiarkan begitu saja. Akan terjadilah suatu
mass yang menyerupai jelly, yang kemudian menjadi massa yang memadat dengan
meninggalkan caimn jernih, yang disebut serum darah, Gumpalan itu sendiri serdiri dari
filamen fibrin yang mengikat sel darah merah, sel darah putih dan platelet Kioting
(penggumpalan) mulai 15 detik sampai 2 menit setelah luka, dan umumnnya akan berakhir
dalam waktu 5 menit.
22
Sistem koagulasi bersifat sangat kompleks. Banyak protein terlibat baik dalam
bentuk inaktif maupun aktif yang keseimbangannya diatur secara ketat. Terdapat dua
komponen utama sistem koagulasi: trombosit dan faktor koagulasi, yaitu protein-protein
plasma. Hasil akhir aktivitas faktor koagulasi cukup sederhana: pembentukan suatu
kompleks ikatan-silang molekul-molekul fibrin dan trombosit yang menghentikan
perdarahan. Faktor koagulasi umumnya tidak beredar dalam bentuk aktif. Sebagian besar
merupakan enzim (protease serin) dan tetap inaktif sampai dibutuhkan. Hal ini akan
terlaksana jika terdapat enzim lain yang dapat menguraikan faktor inaktif menjadi faktor
aktif.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi koagulasi:
1. Suhu rendah (dingin)
2. Menghindari kontak dengan benda asing dan jaringan yang rusak
3. Dekalsifikasi
Faktor-faktor yang mempercepat koagulasi:
1. Pemanasan
Pada suhu 37°C, darah akan lebih cepat membeku daripada suhu di bawahnya.
2. Pengocokan
Bila darah dikocok pelan-pelan, koagulasi akan dipercepat, sedangkan bila dikocok
keras akan melambatkan koagulasi karena jaringan fibrin akan pecah.
3. Luas permukaan kontak
Proses koagulasi akan dipercepat dengan menambah luas permukaan kontak. Hal dapat
dilakukan dengan jalan memasukkan kass atau kapas ke dalam larutan darah.
4. Larutan hemostatik
23
Darah dari seluruh tubuh yang telah banyak mengambil CO2 dari jaringan mengalir ke
sinus venosus kemudian masuk ke serambi. Dart serambi, darah ke bilik, kemudian ke
konus arteriosus, kemudian darah masuk ke acrta ventralis menuju insang Didalam
insang terjadi pertukaran gas CO2 dan 02. Darah dari insang lalu ke seluruh tubuh
untuk mengedarkan oksigen dan sari-sari makanan Dari tubuh darah kembali ke jantung
melalui vena cava dan sinus venosus. Jadi, peredaran darah ikan merupakan peredaran
darah tunggal karena dalam satu kali beredar darah hanya satu kali melalui jantung.
2) Katak
Sistem peredaran darah pada katak termasuk sistem peredaran darah tertutup dan
ganda.
Jantung katak terbagi menjadi tiga ruangan yaitu serambi kiri dan serambi kanan serta satu
24
bilik Darah dari seluruh tubuh yang telah banyak mengambil CO₂ dari jaringan
mengalir ke sinus venosus dan emudian masuk ke serambi kanan. Dari serambi kanan,
darah mengalir ke bilik, kemudian darah dipompa ke luar melalui arteri pulmonalis.
Selanjutnya darah mengalir dari arteri pulmonalis ke paru-paru, di paru-paru terjadi
pertukaran gas CO₂ dengan 0: kemudian darah melalui vena pulmonalis mengalir ke
serami kiri.
3) Reptil
Ada 2 macam sistem peredaran pada reptilian, yaitu sistem peredaran yang terdapat
pada buaya, sistem peredaran yang terdapat pada kura-kura, kadal, dan ular. Pada
buaya, jantungnya terdiri dari 4 ruangan yaitu serambi kiri dan kanan, serta bilik kiri
dan kanan. Antara serambi lori dan kanan, juga antara bilik kiri dan kanan dipisahan
oleh sekat (septum). Darah dari seluruh tubuh yang telah banya mengambil CO2 dari
jaringan mengalir ke sinus venosus (pada pangkal serambi) dan kemudian masuk ke
bilik kanan. Ada 2 lintasan aliran darah dari bilik kanan:
a. Bilik kanan-arteri pulmonalis paru-paru-vena pulmonalis-serambi kiri
b. Bilik kanan-aorta kiri- bergabung dengan aorta kanan.
Antara aorta kiri dengan aorta kanan saling berhubungan melalui suatu lubang yang
disebut foramen Panizzae. Fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan darah dalam
jantung saat hewan tersebut menyelam
25
Pada kura-kura, kadal dan ular. Jantungnya terdiri dari serambi kiri dan serambi kanan,
serta bilik kiri dan bilik kanan. Antara serambi diri dan kanan dipisahkan oleh sekat,
sedangkan antara bilik kiri dan bilik kanan tidak dipisahkan oleh sekat. Darah vena dari
seluruh tubuh mengalir ke sinus venosus → serambi kanan → bilik (kiri dan kanan
belum berseptum) → arteri pulmonalis → paru-paru → vena pulmonalis → serambi
kiri → bilik kiri → lengkung aorta → seluruh tubuh
4) Burung
Jantung burung terdiri atas 4 ruangan, yaitu 2 serambi dan 2 bilik Sistem peredaran
darahnya adalah sistem peredaran darah ganda dan tertutup.
Darah kaya oksigen pada burung dipompa dari bilik kiri menuju seluruh tubuh melalui
aorta. Di sel-sel tubuh, oksigen dibebaskan, namun CO₂ diikat. Darah yang kaya CO₂
melalui vena menuju ke serambi kanan dan masuk bilik kanan. Dari bilik kanan, darah
yang kaya CO₂ dipompa agar mengalir ke paru-paru. Di paru-paru CO₂, dan O₂ diikat.
Darah dari paru-paru kaya O₂ masuk ke jantung lagi melalul serambi kiri. Dari serambi
kiri, darah masuk ke bilik kiri.
5) Mammalia
Proses peredaran darah mamalia sama seperti burung. Darah burung dan mamalia yang
mengandung oksigen dan karbondioksida terpisah dengan baik karena bilik kanan dan
bilik kirinya terpisah Organ peredaran darah mamalia terdiri dari jantung, pembuluh
vena, dan pembuluh arteri. Jantung mamalia terbagi menjadi empat bagian, yaitu dua
bilik dan dua serambi.
26
Mamalia memiliki sistem peredaran darah ganda, yaitu darah melalui jantung dua kali.
Proses peredaran darah mamalia yaitu bilik kanan memompa darah ke paru-paru
melalui pembuluh darah arteri. Kemudian darah keluar melalui pembuluh darah vena
ke serambi kiri dan masuk ke bilik kiri. Dari bilik kiri, darah mengalir ke seluruh tubuh
dan kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat simpulkan bahwa:
1) Ssitem sirkulasi terbuka adalah suatu sistem dimana pembuluh darah membentuk sirkuit
yang sempurna diseluruh tubuh sehingga ketika darah mengalir, darah akan
meninggalkan pembuluh darah dan mengalir diantara jaringan (ruang terbuka hemocoel
dan blastocole).
2) Sistem sirkulasi tertutup merupakan suatu sistem peredaran darah selalu berada dalam
suatu seri pembuluh darah selama proses peredarannya dan tidak pernah keluar dari
sistem.
3) Fungsi sistem sirkulasi adalah sebagai berikut:
a. Menjamin /memastikan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan dan
oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera.
b. Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh.
c. Meyebabkan tekanan/kekuatan.
4) Kompone-kompenen sirkulasi terdiri atas: plasma darah dan unsu seluler berupa sel-sel
darah.
5) Sistem sirkulasi pada vertebrata adalah sebagai berikut:
a. Pisces, terdiri dari 1 atrium dan 1 ventrikel.
b. Amphibi, terdiri dari 3 atrium dan 1 ventrikel
c. Reptil, terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel.
d. Aves, terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel.
e. Mamalia terdiri dari, 2 atrium dan 2 ventrikel.
B. Saran
Kami menyadari masih terdapat kekurangan pada makalah ini, untuk itu kami
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik lagi kedepannya.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan kita.
28
DAFTAR PUSTAKA
Arsih, Fitri. (2012). Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang: UNP Press.
Rousdy, Diah Wulandari, dan Riza Linda. (2018). Hematologi Perbandingan Hewan
Vertebrata: Lele (Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata),
Merpati (Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Jurnal Bioma, 7(1).
Handayani, H., Darmayani, S., Nendissa, S. J., Hasibuan, A. K. H., Dimenta, R. H., Indarjani,
I., & Latumahina, F. S. (2021). Fisiologi Hewan. Bandung: Widina Bhakti Persada.
Purnamasari, Risa, dan Dwi Rukma Santi. (2017). Fisiologi Hewan. Surabaya: UIN Sunan
Ampel.
29