Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN HEWAN

ALAT REPRODUKSI PADA AMPHIBI

Diajukan kepada : Asisten Dosen : Risda Arba Ulfa, S.Si.

Oleh : DYNA KHOLIDAZIAH (1210702018) Kelompok 5 (lima)

BIOLOGI VA

Tanggal Praktikum : 03 Oktober 2012 Tanggal Pengumpulan : 10 Oktober 2012

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


2012

ALAT REPRODUKSI AMPHIBI

Tanggal praktikum Tempat Waktu

: 03 Oktober 2012 : Lab. Biologi UIN SGD Bandung : 13.00 WIB Selesai

I.

PENDAHULUAN a. Tujuan Membedakan organ-organ reproduksi pada Mengetahui fungsi dan cara kerja organ-organ reproduksi pada ikan mas

b. Teori Dasar Amphibia berasal dari kata Amphi yang artinya rangkap, dan bios yang artinyakehidupan. Dan amphibia adalah hewan yang hidup dengan dua bentuk kehidupan,mula-mula dalam air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat reproduksinya masak, keadaan ini merupakan fase larva atau biasa disebut berudu. Hewan dewasa memiliki columna vertebralis dan biasa extremitatesdengan digiti atau jari-jari yang berbeda-beda, sedang kulitnya lembut dan tidak berambut,tidak bersisik atau tidak berbulu. (Radiopoetro 1996). Amphibia berarti dua kehidupan yang mengacu kepada metamorfosis banyak jeniskatak. Kecebong yang merupakan tahapan larva dari seekor katak, umumnya adalahherbivore akuatik dengan insang, sistem gurat sisi yang mirip dengan ikan, dan ekor panjang bersirip. Kecebong tidak memiliki kaki dan berenang dengan cara menggeliatseperti leluhurnya yang mirip ikan. Selama metamorfosa yang berakhir dengan kehidupankedua, kaki berkembang, insang, dan sistem gurat sisi menghilang. Tetrapoda muda dengan paru-paru untuk bernafas, sepasang gendang telinga eksternal, dan sistem pencernaan

yangdiadaptasikan untuk mengkonsumsi makanan sebagai hewan karnivora, merangkak ketepian dan memulai kehidupan di darat. Namun demikian, meskipun menyandang namaamphibia, banyak jenis katak tidak memalui tahapan kecebong

akuatik, dan terrestrial. Terdapat dua modus utama reproduksi hewan, yaitu Reproduksi aseksual dan Reproduksi sekssual. Reproduksi aseksual (bahasa Yunani tanpa seks) adalah penciptaan individu yang semua gennya b erasal dari satu induk yang tanpa peleburan telur dan sperma, hanya mengandalkan pembelahan secara mitosis. Sedangkan Reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui peleburan gamet haploid untuk membentuk zigot, yang diploid. Gamet ini dibentuk melalui meiosis (Campbell dkk, 2004). Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup, perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya hewan akuatik pada umumnya melakukan fertilisasi\ di luar tubuh (fertilisasi eksternal), sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh (fertilisasi internal). (Pratiwi,1996). Reproduksi seksual terdapat 2 proses pembelahan yang terjadi pada hewan yaitu diantarna : 1. Pembuahan diluar tubuh (fertilisasi eksternal), pembuahan yang proses pembuahan sel telur dan sperma yang berlangsung diluar tubuh induk betina. Karena proses pembuahan terjadi diluar tubuh induk, maka jumlah sel telur dab yang dihsailkan sangat banyak, hewan yang mengalami pembuahan di luar ini hewan aquatik yaitu ikan dan amphibi yaitu katak (Abdullah dkk, 2006). Alat reproduksi seksual pada hewan merupakan alat khusus yang berguna unutuk menghasilkan sel kelamin (gamet). Pada hewan jantan, sel kelamin jantan (sperma) dihasilkan oleh alat kelamin yang disebut testis. Pada hewan betina, sel kelamin betina (sel telur atau ovum) dihasilkan oleh alat kelamin yag disebut ovarium (indung telur) (Abdullah dkk, 2006). Reproduksi katak, katak menrupakan binatnag amphibi yang hidup di darat dan di air ataiu yang memiliki habitat di dua alam. Pada saat berkembang biak katak akana menuju ke air. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh induk betina (fertilisasi eksternal). Katak bersifat ovivar, yaitu hewan yang bertelur. Katak berkelamin terpisah, ada katak jantan dan katak betina (Abdullah dkk, 2006). Pertumbuhan dan perkembangan katak diawali dengan pembuahan sel telur

oleh sperma. Sel telur yang dibuahi oleh sperma akan membentuk zigot. Pembuahan ekternal yaitu di lingkungan air (Saktiyono, 2006). Bantalan-bantalan kawin (nuptial pad) tersebut merupakan karakteristik seksual sekunder dari katak jantan. Saat serangkaian telur dikeluarkan sebagai respon terhadap penekanan tersebut, dan jantan akan mengeluarkan cairan sperma ke sel-sel telur tersebut, dan fertilisasi terjadi di sekitat katak tersebut (Fried dkk, 2005). Alat reproduksi katak betina terdiri dari sepasang ovarium yang terletak di rongga perut. Ovarium katak menghasilkan sel telur yang banyak. Di dalam saluran telur (oviduk), sel telur dilengkapi dengan selaput telur, selaput telur yang berbentuk seperti lendir. Alat reroduksi pada katak jantan terdiri dari sepasang testes yang berwarna putih kekuningan. Testis menghsilkan sperma. Sperma disalurkan melalui saluran-saluran halus yang disebut vas efferens dan dikeluarkan melalui kloaka. Kloaka ini yaitu muara tiga saluuran pembuangan, yaitu saluran sperma, saluran urin, dan saluran pembuangan sisa pencernaan makanan (Abdullah dkk, 2006). II. METODE a. Alat dan Bahan Alat Alat bedah Baki bedah Mikroskop Objek glass Cover glass Lumping Alu Ket 1 set 2 buah 1 buah 2 buah 2 buah 1 buah NaCl Fisiologis Bahan Katak (Bufo varidis) Ket 2 ekor (jantan dan betina)

b. Cara Kerja
satu ekor katak jantan dan betina diambil kemudian diamati morfologi di bagian organ reproduksi
bagian-bagian reproduksi pada katak jantan dan betina di amati, kemudian di gambar lengkap dengan keterangan

bagian perut pada katak di bedah

campuran tadi diambil, diletakkan di objek glass dan ditutup dengan cover glass.

cacahan testis di campaurkan dengan larutan NaCl fisiologis.

testis pada katak jantan diamati kenudian dicacah halus

kemudian diamati dibawah mikroskop.

III. HASIL PENGAMATAN a. Hasil Pengamatan Alat Reproduksi Morfologi Katak jantan Katak betina

Organ reproduksi Literatur Pengamatan

Katak jantan

testis

(Sumber : Eder dkk, 2007)

ovariu

Katak betina

(Sumber : Eder dkk, 2007) b. Hasil Pengamatan Sperma Literatur Foto pengamatan
kepala kepala ekor

ekor

IV. PEMBAHASAN Pada praktikum Reproduksi dan Perkembangan Hewan ini praktikan mengamati organ alat reproduksi amphibi. Hewan amphibi yang digunakan ini yaitu Katak (Bufo vulgaris) jantan dan betina. Yang mana tujuan dari praktikum ini yaitu mengamati organ reproduksi katak jantan dan betina, dan mengetahui fungsi dan mekanisme kerja dari organ reproduksi dari katak tersebut. Selain itu

praktikan mengamati bentuk atau struktur dari sperma katak jantan dimana sperma tersebut telah diberi larutan NaCl fisiologi. Larutan NaCl fisiologi ini berfungsi untuk mengencerkan sel agar tidak terjadi gumpalan dan sel-sel yang akan diamati di bawah mikroskop stuktur juga bentuk dari sel tersebut terlihat jelas. Karena menurut Arsetyo Rahardhianto, Nurlita Abdulgani, dan Ninis Trisyani (2012) dalam jurnal penelitiannya bahwa NaCl fisiologis ini berpengaruh terhadap pergerakan (motilitas) dan ketahanan hidup (viabilitas) sperma. Berdasarkan hasil pengamatan, secara umum morfologi luar dari katak jantan dan betina sulit dibedakan, karena memiliki warna dan corak yang sama. Tetapi setelah di amati bagian organ reproduksinya, ternyata secara umum morfologi katak jantan dan betina ini perbedaannya yaitu terdapat garis hitam di bagian rahang dari katak jantan, sedangkan katak betina tidak memiliki tersebut. Dan sebelum di amati organ reproduksi dari kedua katak ini, praktikan mencoba membedakan morfologi tersebut dengan cara menekan bagian rahang bawah dengan menekannya, apabila ketka ditekan terdapat gelembung udara pada kulit rahang maka itu katak jantan. Sedangkan pada katak betina ketika menekan bagian tersebut tidak mengeuarkan gelembung udara pada kulit katak. Adapun klasifikasi dari katak (Bufo vulgaris) ini yaitu : menurut Susanto, (1993). Kingdom Fylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chotdata : Amphibia : Anura : Bufonidae : Bufo : Bufo vulgaris

Ketika praktikan mengamati organ reproduksi katak jantan dan katak betina ini, yaitu pada katak jantan terdapat sepasang testis yang berwarna kuning berbeda dengan testis ikan yang berwarna putih. Dan untuk katak betina terdapat saluran telur (oviduk), juga ovarimnya. Hal tersebut sesuai dengan pemaparan Mikrajudin Abdullah, Saktiyono, dan Lutfi (2006), alat reproduksi seksual pada hewan merupakan alat khusus yang

berguna unutuk menghasilkan sel kelamin (gamet). Pada hewan jantan, sel kelamin jantan (sperma) dihasilkan oleh alat kelamin yang disebut testis. Pada hewan betina, sel kelamin betina (sel telur atau ovum) dihasilkan oleh alat kelamin yag disebut ovarium (indung telur). Pertumbuhan dan perkembangan kata diawali dengan pembuahan sel telur oleh sperma. Sel telur yang dibuahi oleh sperma akan membentuk zigot. Pembuahan ekternal yaitu di lingkungan air (Saktiyono, 2006). Alat reproduksi katak betina terdiri dari sepasang ovarium yang terletak di rongga perut. Ovarium katak menghasilkan sel telur yang banyak. Di dalam saluran telur (oviduk), sel telur dilengkapi dengan selaput telur, selaput telur yang berbentuk seperti lendir. Alat reroduksi pada katak jantan terdiri dari sepasang testes yang berwarna putih kekuningan. Testis menghsilkan sperma. Sperma disalurkan melalui saluran-saluran halus yang disebut vas efferens dan dikeluarkan melalui kloaka. Kloaka ini yaitu muara tiga saluuran pembuangan, yaitu saluran sperma, saluran urin, dan saluran pembuangan sisa pencernaan makanan (Abdullah dkk, 2006). Mekanisme reproduksi katak ini yaitu menurut George H. Fried dan George J. Hademenos (2005), bantalan-bantalan kawin (nuptial pad) tersebut merupakan karakteristik seksual sekunder dari katak jantan. Saat serangkaian telur dikeluarkan sebagai respon terhadap penekanan tersebut, dan jantan akan mengeluarkan cairan sperma ke sel-sel telur tersebut, dan fertilisasi terjadi di sekitat katak tersebut. Dan ketika sperma yang akan diamati bentuk dan struktunya di bawah mikroskop sebelumnya sperma ditampung di cawan petri atau lumping alu yang kemudian di encerkan dengan menggunakan larutan NaCl fisiolgis. Karena NaCl fisiologis ini dapat berpengaruh terhadap pergerakan (motilitas) dan ketahanan hidup (viabilitas) sperma pada ikan, yang bertujuan untuk mempertahankan bentuk dan pergerakan sperma ketika diamati di bawah mikroskop. Hasil amatan yang didapat setelah sperma diencerkan dengan NaCl fisiologis dan segera diletakkan di objek glas dengan mengguanakn pipit tetes kemudian di tutup dengan cover glass dan diamati di bwah mikroskop dengan pembesaran 16X40, karena apabila kelamaan sperma tersebut akan mati dan

ketika diamati di bwah mikroskop ini akan terlihat menumpuk dan akan terlihat tidak dapat membedakan bentuk dari sperma tersebut. Bentuk dari sperma katak (Bufo vulgaris) ini terdapat kepala, leher, dan ekor. Dan ketika di lihat dibawah mikroskop sperma katak tersebut bergerak dengan cepat. V. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat yaitu, perbedaan alat reproduksi pada ikan jantan dan betina. Dimana Alat reproduksi katak betina terdiri dari sepasang ovarium yang terletak di rongga perut. Ovarium katak menghasilkan sel telur yang banyak. Di dalam saluran telur (oviduk), sel telur dilengkapi dengan selaput telur, selaput telur yang berbentuk seperti lendir. Alat reroduksi pada katak jantan terdiri dari sepasang testes yang berwarna putih kekuningan. Testis menghsilkan sperma. Sperma disalurkan melalui saluran-saluran halus yang disebut vas efferens dan dikeluarkan melalui kloaka. Kloaka ini yaitu muara tiga saluuran pembuangan, yaitu saluran sperma, saluran urin, dan saluran pembuangan sisa pencernaan makanan. Dan bentuk sperma yang berhasil diamati dengan mikroskop pembesaran 16X40 ini yaitu sperma dengan bentuk kepala leher dan ekor. Dan ketika di lihat dibawah mikroskop sperma tersebut bergerak dengan cepat. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M., Saktiyono., dan Lutfi. 2006. IPA TERPADU. Jakarta : ESIS Erlangga. Campbell, Neil A., J. B. Reece., dan L. G. Mitchell. 2004. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Jakarta : Erlangga. Fried, G. H., dan G. J. Hademenos. 2005. Schaums Outlines BIOLOGI. Jakarta : Erlangga. Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta : Erlangga Rahardianto, A., N. Abdulgani., dan N. Trisyani. 2012. Pengaruh konsentrasi larutan Madu dalam NaCl Fisiologis terhadap viabilitas dan motilitas spermatozoa ikan patin (Pangasius pangasius) selama masa penyimpanan. Jurnal Penelitian. JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1. No. 1. Susanto, 1993. Budidaya Katak Unggul. Yogyakarta : Karya Anda

Anda mungkin juga menyukai