Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Topik : Menghitung Indeks Diversitas Vegetasi Herba dan Semak


Nama : Hezekiel Baktiar H
Nim 4411420064
Rombel : Biologi 4B2

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
A. Lokasi: Kebun Wisata UNNES

B. Tanggal: Senin, 28 maret 2022

C. Tujuan
1) Menghitung indeks nilai penting dari suatu komunitas tumbuhan herba pada
suatu wilayah.
2) Menghitung indeks keanekaragaman jenis tumbuhan herba pada suatu wilayah.

D. Landasan Teori

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari


beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung.
Analisa vegetasi merupakan cara untuk mempelajari susunan (komposisi jenis)
dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pada suatu
kondisi hutan yang luas, kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling
sehingga cukup ditempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dala sampling ini, yaitu jumlah petak contoh,
cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan
(Soerianegara, 2005). Analisa vegetasi penting untuk mengetahui vegetasi tumbuhan
dimasa sekarang dan menduga-duga kemungkinan perkembangan dimasa depan.
Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan
tajuk. Analisis data memerlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan (Michael,1994).
Pada suatu wilayah yang berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri dari
beberapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Hal ini
menyebabkan adanya berbagai tipe vegetasi. Vegetasi terdiri dari semua spesies
tumbuhan dalam suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang
dan waktu. Tipe-tipe vegetasi sendiri dicirikan oleh bentuk pertumbuhan tumbuhan
dominan atau paling besar atau paling melimpah dan tumbuhan karakteristik atau
paling khas (Harjosuwarno, 1990).
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau
komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan
vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan
asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh
karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk
mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang
dipelajari (Indriyanto, 2006).
Menurut Syafei (1990), dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai
metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam
mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini, suatu
metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam
bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai
kendala yang ada. Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu metode destruktif,
metode nondestruktif, metode floristik, dan metode nonfloristik.
1. Metode destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik
yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variabel yang dipakai
bisa diproduktivitas primer, maupun biomasa, dengan demikian dalam
pendekatan selalu harus dilakukan penuaian atau berarti melakukan perusakan
terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk-
bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu
meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada
berat segar materi hidup atau berat keringya. Metode ini sangat membantu
dalam menentukan kualitas suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan
penggembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampangnya. Pendekatan
yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada
pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2. Metode nondestruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu
berdasarkan penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada
taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan nonfloristika. Pendekatan
lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi atau pendekatan floristika.
3. Metode floristic
Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau
keanekaragaman dari berbagai bentuk vegatasi. Penelaahan dilakukan terhadap
semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, sehingga
pemahaman daris setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah sangat
dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristik ini sangat ditunjang dengan variabel-
variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun
komposisi vegetasi, diantaranya adalah:
a. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu darip populasi sejenis.
b. Kerimbunan, variabel yang menggambarkan luas penutupan suatu
populasi di suatu kawasan, dan bisa juga menggambarkan luas daerah yang
dikuasai oleh populasi tertentu atau dominasinya.
c. Frekuensi, variabel yang menggambarkan penyebaran dari populasi
disebut kawasan.
Variabel-variabel merupakan salah satu dari beberapa macam variabel yang
diperlukan untuk menjelaskan suatu bersifat kuantitatif, seperti statifikasi,
periodisitas, dan vitalitas.
4. Metode nonfloristik
Pada metode ini, dunia tumbuhan dibagi berdasarkan berbagai hal, yaitu
bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan
penutupan. Untuk setiap karakteristika dibagi lagi dalam sifat yang lebih rinci,
yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar
bentuk hidup. Klasifikasi bentuk vegetasi biasanya dipergunakan dalam
pembuatan peta vegetasi dengan skala kecil sampai sedang, dengan tujuan
untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya dan
juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya.
Menurut Michael (1994), Metode- metode yang umum dan sangat efektif serta
efisien jika digunakan untuk penelitian komunitas tumbuhan, pada garis besarnya
digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Metode plot (petak ukur), adalah prosedur yang umum digunakan untuk
sampling berbagai tipe organisme. Bentuk plot biasanya segi empat atau
persegi ataupun lingkaran. Sedangkan ukurannya tergantung dari tingkat
keheterogenan komunitas. Contohnya:
a. Petak tunggal yaitu metode yang hanya satu petak sampling yang
mewakili satu areal hutan.
b. Petak ganda yaitu pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan
banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata (sebaiknya secara
sistematik). Ukuran berbeda- beda berdasarkan kelompok tumbuhan
yang akan dianalisis. Perbandingan panjang dan lebar petak 2:1
merupakan alternatif terbaik daripada bentuk lain.
c. Petak jalur
Metode tanpa plot yaitu suatu metode berupa titik, dalam metode ini
bentuk percontohan atau sampel berupa titik karena tidak menggambarkan
suatu luas area tertentu. contohnya metode kuadrat, yaitu bentuk sampel dapat
berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu.
Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu
luas minimumnya. Untuk analisa yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel- variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
Adanya vegetasi akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan
ekosistem dalam skala yang lebih luas. Umumnya peranan vegetasi pada suatu
ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen
dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah
dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area
memberikan dampak positif, namun pengaruh ini berbeda-beda tergantung dari
struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu (Arrijani, dkk, 2006).
Menurut Odum (1993), analisis vegetasi suatu lahan atau daerah penting
dilakukan. Tujuannya adalah suatu analisis secara objektif dari segi floristik
sebenarnya yang terdapat pada saat pengkajian. Prosedur pengkajian mengikuti dua
langkah yaitu:
1. Analisis lapang, yang meliputi seleksi plot-plot contoh atau kwadrat – kwadrat
enomerasi semua semua tumbuhan didalamnya. Kurva spesies area sangat luas
digunakan untuk menentukan ukuran yang sesuai dan jumlah dari petak-petak
contoh.
2. Sintesis data untuk menentukan derajat asosiasi dari populasi-populasi
tumbuhan, kurva frekuensi seringkali digunakan untuk menentukan
homogenitas atau heterogenitas dari suatu tegaknya vegetasi khusus.
Menurut Mc Noughton dan Wolf (1990), bentuk-bentuk pertumbuhan (growth
form) dapat dinyatakan berdasarkan batas ketinggiannya, misalnya untuk komunitas
hutan, terdapat 4 tingkatan:
1. Lapisan pohon (tree layer)
Tingkatan ini terdiri atas semua tumbuhan yang tingginya lebih dari 5 m. Pada
hutan-hutan tinggi, lapisan ini dapat dibagi lagi menjadi 2, 3, atau bahkan 4
lapisan.
2. Lapisan semak (schrub layer)
Tingkatan ini terdiri atas tumbuhan dengan tinggi antara 0,5 m sampai 5 m.
Lapisan ini dapat dibagi lagi menjadi S1 (tinggi 2-5 m) dan S2 (tinggi 0,3 atau
0,5 m sampai 2 m).
3. Lapisan herba (herb layer)
Pada tingkatan ini, tumbuhan yang ada adalah dengan tinggi kurang dari 0,3
atau 0,5 m atau kurang dari 1 m. Seperti tingkatan di atas, lapisan ini dibagi
lagi menjadi H1 atau lapisan herba tinggi (tinggi lebih dari 0,3 m), H2 (tinggi
0,1 – 0,3 m), dan lapisan herba rendah (tinggi kurang dari 0,1 m).
4. Lapisan lumut dan lichens
Merupakan lapisan yang terdiri dari berbagai jenis tumbuhan lumut.
Bentuk-bentuk growth form yaitu:
1. Perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang cukup
kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu
biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu
tinggi. Bunga sikat botol, krossandra dan euphorbia termasuk dalam golongan
tanaman perdu. Beberapa jenis tanaman perdu (a) bougenvile, (b) kembang
sepatu, dan (c) nusa indah putih. Suhu optimal untuk tumbuh 16-24 ˚C.
Intensitas cahaya tinggi yang dibutuhkan tanaman ini sehingga pertumbuhan
direduksi bila ternaungi (Ramdani, 2012).
2. Herba (herbaceous) merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan
sekunder atau tidak sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak.
Contoh tanaman herba adalah kana dan tapak dara (Sri, 1979).
3. Rumput merupakan tanaman dengan ciri umum berbatang beruas-ruas, bunga
tak bermahkota, serta daun berbentuk pita. Biasanya rumput dapat beradaptasi
pada lingkungan hangat lembap. Beberapa jenis rumput ini juga dapat bertahan
pada kondisi kekeringan atau pada musim dingin yang berat. Rumput ini tidak
dapat bertahan pada tempat tumbuh yang selalu tergenang air. Pada daerah
tempat tumbuhnya, rumput ini umumnya ditemukan di sepanjang tepi-tepi
hutan (Welles et al. 1996).
Semak adalah tumbuhan berumpun dengan batang pendek, merayap, tinggi
beberapa cm sampai kurang lebih 1,5 m (Yatim, 1994). Rumput adalah tumbuhan
tegak berumpun, ketinggian tanaman dapat mencapai kurang lebih 4 m, batang tebal
dan keras, memiliki akar serabut, batang beruas-ruas dan berongga serta tumbuh
tegak, daun berbentuk pita dengan pertulangan daun sejajar, dan bunga tumbuh di
ujung batang yang terusun membentuk malai atau bulir majemuk. Menurut Krebs
(1978), semak merupakan tumbuhan kecil, berkayu, kebanyakan tinggi di bawah 3
m. Tumbuhan terna (herba) adaah tumbuhan yang merambat di tanah, namun tidak
menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga
yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 m dan memiliki tangkai lembut yang
kadang-kadang keras.
Pohon adalah tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat
pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu semai (seedling) yaitu
permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1,5 m, pancang (sapling)
yaitu permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm,
tiang (poles) yaitu pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm (Krebs,
1978).
Menurut Soerianegara dan Indrawan (2005), indeks nilai penting (INP)
merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam
komunitas. INP ini digunkan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis
lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis
suatu jenis dalam komunitas. Indeks nilai penting dihitung berdasarkan penjumlahan
nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif (DR).
Menurut Krebs (1978), beberapa spesies yang bisa didapatkan pada daerah naungan
dan tanpa naungan yaitu tumbuhan yang berkayu pendek, bercabang banyak,
tumbuhan tak berkayu, dan mengandung air, tumbuhan tak berkayu dan kering,
tumbuhan dengan diameter batang 6.8 – 35 cm dan spesies tumbuhan dengan
diameter batang < 6.8 cm.

E. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk analisis vegetasi tumbuhan herba dan perdu
antara lain:
1. Alat tulis
2. Pff
3. Pasak
4. Ziplock
5. Tally sheet
6. Kamera
7. Buku tulis
dan pulpen
F. Cara Kerja

Metode Kuadrat (Plot)

4. Mengamati vegetasi dan


1, Melakukan survei di
mencatat spesies yang ada
kebun wisata UNNES
dalam plot tersebut

5. Menggunakan kisaran
2. Membuat Plot penutupan tajuk Braun
dengan ukuran yang Blaunqet untuk menghitung
telah ditentukan luasan penutupan tajuk tiap
spesies

3. Meletakkan Plot 6. Meengambil


yang telah ditentukan
Dokumentasi
sebelumnya

7. Mengulangi
pengambilan pada
setiap plot terhadap
spesies berikutnya
Metode Line Plot Sampling
G. Data Pengamatan:

skala braunt-blanquet
kelas penutupan tajuk kisaran penutupan tajuk (%)
5 75-100
4 50-70
3 25-50
2 5-25
1 1-5

H. Analisis Data:

Titik 1
Indeks Diversitas
plot 1 plot 2 plot 3 plot 4
No Nama spesies total dominansi DoR Total Kehadiran Frekuensi FR NP PI InPI -(PI.In PI)
% skala % skala % skala % skala
1 sp 1 100 5 50 4 50 4 10 2 15 44.11765 5 1 41.66667 85.78431 0.428922 -0.84648 -0.36307
2 sp 2 0 0 50 4 0 0 0 0 4 11.76471 1 0.2 8.333333 20.09804 0.10049 -2.2977 -0.2309
3 sp 3 0 0 0 0 40 3 0 0 3 8.823529 1 0.2 8.333333 17.15686 0.085784 -2.45592 -0.21068
4 sp 4 0 0 0 0 10 2 0 0 2 5.882353 1 0.2 8.333333 14.21569 0.071078 -2.64397 -0.18793
5 sp 5 0 0 0 0 0 0 10 2 2 5.882353 1 0.2 8.333333 14.21569 0.071078 -2.64397 -0.18793
6 sp 6 0 0 0 0 0 0 10 2 2 5.882353 1 0.2 8.333333 14.21569 0.071078 -2.64397 -0.18793
7 sp 7 0 0 0 0 0 0 50 4 4 11.76471 1 0.2 8.333333 20.09804 0.10049 -2.2977 -0.2309
8 sp 8 0 0 0 0 0 0 20 2 2 5.882353 1 0.2 8.333333 14.21569 0.071078 -2.64397 -0.18793
total 34 2.4 200 1.787262

Plot 2:

Indeks Diversitas
plot 1 plot 2 plot 3 plot 4
No Nama spesies total dominansi DoR Total Kehadiran Frekuensi FR NP PI InPI - (PI.In PI)
% skala % skala % skala % skala
1 Sp 8 10 2 50 4 30 3 0 0 9 20.45455 3 0.75 18.75 39.20455 0.196023 -1.62952 -0.31942
2 Sp 9 30 3 0 0 0 0 0 0 3 6.818182 1 0.25 6.25 13.06818 0.065341 -2.72814 -0.17826
3 Sp 10 10 2 0 0 0 0 0 0 2 4.545455 1 0.25 6.25 10.79545 0.053977 -2.91919 -0.15757
4 Sp 11 10 2 30 3 20 2 0 0 7 15.90909 3 0.75 18.75 34.65909 0.173295 -1.75276 -0.30374
5 Sp 12 10 2 0 0 0 0 0 0 2 4.545455 1 0.25 6.25 10.79545 0.053977 -2.91919 -0.15757
6 Sp 13 0 0 10 2 0 0 0 0 2 4.545455 1 0.25 6.25 10.79545 0.053977 -2.91919 -0.15757
7 Sp 14 0 0 0 0 20 2 80 5 7 15.90909 2 0.5 12.5 28.40909 0.142045 -1.95161 -0.27722
8 Sp 15 0 0 0 0 0 0 10 2 2 4.545455 1 0.25 6.25 10.79545 0.053977 -2.91919 -0.15757
9 Tanah Kosong 30 3 10 2 30 3 10 2 10 22.72727 3 0.75 18.75 41.47727 0.207386 -1.57317 -0.32625
Total 44 4 200 2.035179
Plot 3:

Indeks Diversitas
plot 1 plot 2 plot 3 plot 4
No Nama spesies total dominansi DoR Total Kehadiran Frekuensi FR NP PI InPI - (pi.In pi)
% skala % skala % skala % skala
1 sp 11 0 0 0 0 50 4 20 2 6 16.22 2 0.5 15.38462 31.60083 0.158004 -1.84513 -0.29154
2 sp 16 40 3 80 5 10 2 0 0 10 27.03 3 0.75 23.07692 50.10395 0.25052 -1.38422 -0.34677
3 sp 17 30 3 0 0 0 0 0 0 3 8.108 1 0.25 7.692308 15.80042 0.079002 -2.53828 -0.20053
4 sp 18 0 0 0 0 10 2 0 0 2 5.405 1 0.25 7.692308 13.09771 0.065489 -2.72588 -0.17851
5 sp 19 0 0 0 0 0 0 30 3 3 8.108 1 0.25 7.692308 15.80042 0.079002 -2.53828 -0.20053
6 sp 20 0 0 0 0 0 0 10 2 2 5.405 1 0.25 7.692308 13.09771 0.065489 -2.72588 -0.17851
7 TK 30 3 20 2 30 3 40 3 11 29.73 4 1 30.76923 60.49896 0.302495 -1.19569 -0.36169
Total 37 3.25 200 1.75809

Plot 4:

Indeks Diversitas
plot 1 plot 2 plot 3 plot 4
No Nama spesies total dominansi DoR Total Kehadiran Frekuensi FR NP PI InPI -(PI.In PI)
% skala % skala % skala % skala
1sp 11 0 0 0 0 80 5 90 5 10 27.77778 2 0.5 16.66667 44.44444 0.222222 -1.50408 -0.33424
2sp 21 30 3 0 0 0 0 0 0 3 8.333333 1 0.25 8.333333 16.66667 0.083333 -2.48491 -0.20708
3sp 22 30 3 40 3 0 0 0 0 6 16.66667 2 0.5 16.66667 33.33333 0.166667 -1.79176 -0.29863
4sp 23 10 2 10 2 10 2 0 0 6 16.66667 3 0.75 25 41.66667 0.208333 -1.56862 -0.32679
5TK 30 3 50 4 10 2 10 2 11 30.55556 4 1 33.33333 63.88889 0.319444 -1.14117 -0.36454
Total 36 3 200 1.531278

Perhitungan Analisis Data:


 Dominansi Mutlak: Presentase penguasaan spesies tertentu dalam satu plot
 Dominansi Relatif: Dominansi suatu jenis/Total dominansi seluruh jenis x 100%
 Frekuensi: Jumlah petak atau plot dijumpai jenis DIBAGI dengan jumlah seluruh petak
 Frekuensi Relatif (%): Frekuensi suatu jenis DIBAGI dengan frekuensi total jenis x 100%
 INP: Dominansi Relatif + Frekuensi Relatif
 Indeks Keanekaragaman Jenis: H’ = -∑[(ni/N) X ln (ni/N)]
 Pi: INP Suatu jenis DIBAGI dengan Total INP seluruh jenis
I. Pembahasan
Praktikum menghitung vegetasi herba dan semak dilakukan di Kebun wisata
unnes dengan berbagai macam kelompok yang melakukan praktikum ini. Semua
anggota kelas menentukan plot yang ingin dikethui jumlah SP nya, pada setiap
anggota kelas menemukan berbagai macam spesies di kebun wisata Unnes tersebut.

Plot 1 yang berada di dekat penangkaran kupu kupu memiliki spesies yang
beragam, untuk mengetahui spesies tersebut menggunakan alat yang bernama PFF.
Setelah ditentukan plot tersebut, anggota kelas memperhatikan pengambilan spesies
menggunakan pff tersebut, setelah diperlihatkan cara pengambilan spesies tersebut
semua anggota kelas mencoba nya secara satu persatu agar mengetahu tujuan
praktikum kali ini.

Plot kedua memiliki total dominansi sebanyak 44, pada frekuensi yang
menghitung jumlah dominan didapat frekuensi 4 yang didapatkan dari hasil rata rata
keseluruhan frekuensi, pada jumlah NP didapat sebanyak 200, sedangkan pada
jumlah indeksi diversitas didapat hasil 2035179.

Plot ketiga pada praktikum kali ini memiliki total dominansi 37 dari beberapa
spesies tanaman yang telah diidentifikasi, sedangkan untuk frekuensi yang terdapat
pada plot hitungannya memiliki rata rata 3,25. Np dari plot ketiga memiliki total
yang sama dari plot sebelumnya yaitu 200. Untuk plot ketiga terdapat juga indeks
diversitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan plot pertama dan kedua. Total
indeks diversitas yang menjadi keseluruhannya 175089.

Plot keempat pada praktikum ini merupakan plot yang terakhir daripada
perhitungan terhadap vegetasi hutan. Untuk total dominansi pada plot terakhir ini
semakin berkurang dengan jumlah total dominansi pada plot keempat yaitu
sebanyak 35, pada total rata rata frekuensi untuk plot keempat memiliki 3 rata rata
frekuensi tersebut. Untuk total jumlah NP pada plot keempat ini sama dengan plot
sebelumnya yaitu 200, dan yang terakhir menjadi total indeks diversitas nya
memiliki total 15312178.Spesies yang sudah berhasil diambil kemudian dihitung
menggunakan metode braun blanquet, untuk mengetahui jumlah kisaran dari tajuk
pada spesies yang terdapat pada plot masing masing di kebun wisata tersebut,
setelah mengethui jumlah spesies yang tersedia pada perhitungan tersebut barulah
dibuat sebuah analisis data yang menggunakan Microsoft Excel dan kemudian data
tersebut dimasukkan kedalam data kelas dan di masukkan juga ke dalam laporan
praktikum.
Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang
tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda
ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat
diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah
dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi
dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang
dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi bentuk
kehidupan. Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan pemikiran
khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas (Jumin, 1992)

J. Kesimpulan
1. Indeks diversitas yang didapat pada setiap plot jumlahnya berbeda
2. Pada total dominansi yang didapat pada setiap plot semakin berkurang
3. Pada total frekuensi yang didapat untuk praktikum kai ini memiliki rata rata yang naik turun
4. Total NP yang didapat 200 pada setiap plot
DAFTAR PUSTAKA

Arrijani, dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango. Biodiversitas. Volume 7, Nomor 2, Hal 147-153.
Harjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta.

Kent, M. dan C. Paddy. 1992. Vegetation Description and Analysis – A Practical


Approach. CRC Press Inc: Boca Raton, Florida.

Krebs, J.C. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and


Abundance. Harper and Row Publisher. London.
Marsono, D. 1977. Deskripsi Vegetasi dan Tipe-Tipe Vegetasi Tropika. Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mc Noughton, S. J. dan Wolf, L. L. 1990. Ekologi Umum. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Michael, P.E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, E. 1993. Fundamentals Of Ecology. W.B.Saunder Company Philadelphia.
London, Toronto.
Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Syafei, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB. Bandung.
Yatim, W. 1994. Biologi Modern. Tarsito, Bandung.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai