Anda di halaman 1dari 14

TUGAS EKOLOGI

“Analisis Vegetasi

Oleh:

MUHTADILLAH UMAR

M1B1 18 026

Ilmu Lingkungan A

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

makalah ini dapat terselesaikan Dalam pembuatan makalah ini,penulis

bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Risiko

Bencana.  Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis

mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen dan teman-teman yang telah

berperan serta dalam pembuatan makalah ini.

            Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna baik dari segi materi yang penulis sajikan maupun dari segi

penulisannya. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Harapan penulis,

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para

pembaca pada umumnya.

Kendari, November 2019

Penulis
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari

beberapa jenis yang hidup bersamaan pada suatu komunitas dalam mekanisme

kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik di antara individu

penyusun vegatasi itu sendiri maupun dengan organism lainnya sehingga yang

hidup bersama-sama pada suatu tempat (Sagala, 1997).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi

vegetasi secara struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan. Untuk keperluan analisis

vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks

nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi

dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu

komunitas tumbuhan (Smith, 1983).

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi

dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu: (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam

suatu areal dengan batas-batas jenis dan   membandingkan dengan areal lain atau

areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2)  menduga tentang

keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan

vegetasi dengan factor lingkungan tertentu atau beberapa factor lingkungan (Smith,

1983). 
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode

Berpetak (Teknik sampling kuadrat: petak tunggal atau ganda, Metode Jalur,

Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak  (Metode berpasangan acak, Titik

pusat kwadran,  Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich)

(Kusmana, 1997).

Pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau

secara subyektif atau factor gradient lingkungan tertentu. Untuk memperolehin

formasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan

contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Ordinasi dapat pula

digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan factor

lingkungan. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau

komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-

tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan

penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,

diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun

komunitas hutan tersebut.

Dengan analisis vegetasi dapat diperolehin formasi kuantitatif tentang

struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan

kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan  vegetasi, iklim dan tanah

berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang

spesifik. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk

menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu

vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-

bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala

yang ada.

1.2 RumusanMasalah

Adapun rumusan maslah pada makalah ini ialah:

1. Bagaimana cara menentukan luas minimum area?

2. Bagaimana cara pengaplikasian macam-macam teknik analisis vegetasi?

3. Apa saja teknik analisi vegetasi?

4. Apa saja komponen tumbuhan penyusun Vegetasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini ialah:

1. Untuk mengetahui penentuan luas minimum area

2. Untuk mengetahui macam-macam teknik analisis vegetasi

3. Untuk mengetahui teknik analisis vegetasi

4. Untuk mengetahui komponen tumbuhan penyusun vegetasi


II. PEMBAHASAN

2.1 Analisis Vegetasi

            Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi

vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur

struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.

Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi

untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.

Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan

komposisi suatu komunitas tumbuhan (Smith, 1983).

            Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan

demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-

individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan.

Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya

terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas

tersebut (Sagala, 1997).

2.2 Penentuan Luas Minimum Area

            Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang

digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh

(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh

(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu

habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi

keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak

contoh yang dgunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat

persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum

yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis

vegetasi dengan metode kuadrat.

   Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah

contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi

tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi seluruh

vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu

vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beragam

jenis populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat

penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan individu

dalam  populasi.

2.3 Teknik Analisis Vegetasi

        Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi

vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur

struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.

Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi

untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.

Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan

komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).

   Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan

demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-


individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan.

Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya

terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas

tersebut (Sagala, 1997).

   Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu

luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara

keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).

a. Metode dengan petak

Metode dengan petak merupakan prosedur yang umum digunakan untuk

pengambilan berbagai tipe organisme termasuk vegetasi. Petak yang digunakan

dapat berbentuk segi empat, persegi, atau lingkaran. Disamping itu untuk

kepentingan analisis vegetasi dapat digunakan petak tunggal atau petak ganda.

1. Petak Tunggal

Di dalam metode petak tunggal, hanya dibuat satu petak contoh dengan

ukuran tertentu mewakili suatu tegakkan hutan atas suatu vegetasi. Ukuran

minimum petak contoh dapat ditentukan menggunakan kurva spesies area. Luas

minimum petak contoh itu ditetapkandengan dasar bahwa penambahan luas petak

tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih dari 5% (Soegianto, 1994). Pada

metode itu tidak perludihitung frekuensi relatif karena hanya ada satu petak contoh

dalam analisis vegetasinya, sehingga INP diperoleh dari penjumlahan kerapatan

relatif dan penutupan relatif.

2. Petak Ganda

Pengambilan contoh vegetasi pada metode petak ganda dilakukan merata

pada area yang dipelajari, dan peletakkan petak contoh sebaiknya secara sistematik.

Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan bentuk
tumbuhnya. Ukuran petak contoh untuk pohon dewasa adalah 20 m x 20 m, fase

tiang adalah 10 m x 10 m, fase pancang adalah 5 m x 5 m, dan untuk fase semai

serta (tumbuhan bawah) menggunakan petak contoh berukuran 1 m x 1 m, atau 2 m

x 2 m.

b. Metode Jalur

Ada dua macam metode jalur yaitu pertama metode jalur dengan jalur

contoh, kedua metode jalur tanpa jalur contoh atau disebut juga metode garis atau

rintisan.

1. Metode jalur dengan jalur contoh

Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk mempelajari

perubahan keadaan vegetasimenurut kondisi tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-

jalur contoh dibuat memotong garis kontur (garis tinggi atau garis topografi) dan

sejajar satu dengan yang lainnya. Pendekatan, cara itu untuk aplikasi di lapangan

misalnya jalur-jalur contohnya dibuat tegak lurus garis pantai, memotong sungai,

atau naik/turun lereng gunung. Jumlah jalur contoh disesuaikan dengan intensitas

samplingnya. Jalur contoh yang yang berukuran lebar 20 m dapat dibuat dengan

intensitas sampling 2%-10% .

2. Metode jalur atau garis tanpa jalur contoh

Metode garis atau rintisan, adalah petak contoh memanjang, diletakkan

sebuah komunitas vegetasi. Untuk areal yang luas, metode ini sering digunakan

karena selain cepat juga cukup teliti, misalnya untuk inventarisasi gulma di suatu

perkebunan muda, yang mempunyai gulma terdiri atas populasi yang rapat, rendah,

dan berkelompok dengan batas kelompok yang jelas. Alat yang digunakan adalah
pita meteran 15-25 m, disebut sebagai garis rintisan. Dapat juga digunakan tali yang

diberi tanda dengan satuan-satuan panjang tertentu (tiap 10 cm atau 20 cm), dan

sebuah meteran kayu untuk mengukur secara tepat panjang kelompok vegetasi.

c. Metode Garis berpetak

Metode ini dianggap sebagai modifikasi dari metode petak ganda atau

metode jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dal jalur,

sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama.

Semua parameter kuantitatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus

seperti yang telah diuraikan diatas, dan cara perhitungan semua parameter

kuantitatif dan cara perhitungan semua parameter kuantitatif sama dengan cara pada

petak ganda maupun pada cara jalur.

2.4 Komponen Tumbuhan Penyusun Vegetasi

Berikut komponen kompponen penyusun vegetasi:

1. Belukar (Shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki

tangkai yang terbagi menjadi banyak sub tangkai.

2. Epifit (Epiphyte): Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya

pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.

Tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai

tempat hidupnya. Namanya dibentuk dari bahasa Yunani: epi-, permukaan atau

tutup, dan phyton, tumbuhan atau pohon. Berbeda dengan parasit, epifit dapat

sepenuhnya mandiri, lepas dari tanah sebagai penyangga dan penyedia hara bagi

kehidupannya, maupun dari hara yang disediakan tumbuhan lain. Air diperoleh dari

hujan, embun, atau uap air. Hara mineral diperoleh dari debu atau hasil dekomposisi
batang serta sisa-sisa bagian tumbuhan lain yang terurai. Meskipun tidak “mencuri”

hara dari tumbuhan yang ditumpanginya, epifit dapat menjadi pesaing terhadap

ketersediaan cahaya. Akar epifit kadang-kadang juga menutupi dan menembus

batang pohon yang ditumpangi sehingga merusak keseimbangan fisiologi tumbuhan

inangnya.

Contoh epifit yang populer adalah berbagai macam anggrek, dan nanas-nanasan

(bromeliad).

3. Paku-pakuan (Fern): Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki

rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai

daun.

4. Palma (Palm): Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya

tinggi, tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan

biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

5. Pemanjat (Climber): Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri

sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau

belukar. Tumbuhan pemanjat ini disebut juga dengan Liana. Suatu tumbuhan

dikatakan liana apabila dalam pertumbuhannya memerlukan kaitan atau objek lain

agar ia dapat bersaing mendapatkan cahaya matahari. Liana dapat pula dikatakan

tumbuhan yang merambat, memanjat, atau menggantung. Berbeda dengan epifit

yang mampu sepenuhnya tumbuh lepas dari tanah, akar liana berada di tanah atau

paling tidak memerlukan tanah sebagai sumber haranya.

Tumbuhan memanjat ini paling banyak ditemukan di hutan-hutan tropika.

Contohnya adalah jenis-jenis rotan, anggur, serta beberapa Cucurbitaceae (suku

labu-labuan). Liana biasanya bukan parasit namun ia dapat melemahkan tumbuhan

lain yang menjadi penyangganya dan berkompetisi terhadap cahaya.


6. Terna (Herb): Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai

rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok,

tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang

keras.

Terna adalah tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu.

Tumbuhan semacam ini dapat merupakan tumbuhan semusim, tumbuhan

dwimusim, ataupun tumbuhan tahunan. Yang dapat disebut terna umumnya adalah

semua tumbuhan berpembuluh (tracheophyta). Biasanya sebutan ini hanya

dikenakan bagi tumbuhan yang berukuran kecil (kurang dari dua meter) dan tidak

dikenakan pada tumbuhan non-kayu yang merambat

7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu

batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Dibagi menjadi

3:

a. Semai (Seedling): Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari

1.5 m.

b. Pancang (Sapling): Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter

kurang dari 10 cm.

c. Tiang (Poles): Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.


DAFTAR PUSTAKA

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology.Volume 9.

Oxford: Blackwell Scientific Publications

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi.IPB Press. Bogor

Odum, P. E. 1998. Dasar-Dasar  Ekologi. Terjemahan Ir. ThahjonoSamingan,

M.Sc. Cet. 2. Yogyakarta: GadjahMada University Press

Sagala, E.H.P, 1997. Analisa   Vegetasi  Hutan  Sibayak  II   pada  Taman  Hutan

Rakyat  Bukit   Barisan  Sumatera  Utara.  Skripsi Sarjana Biologi  (Ti

dakdipublikas) Medan: FMIPA USU

Anda mungkin juga menyukai