Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi
jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau
diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies
tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam
analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada
suatu wilayah yang dipelajari (Tjitrosoepomo, 2002)
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak
pengmatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak
tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode
tanpa petak. Pada komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dumbois dan
Ellenberg (1974) pengambilan sample plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau
secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu (Jumin, 1992).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan datadata jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas
hutan tersebut.Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3
kategori yaitu :
1.

Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan

2.
3.

berbeda.
Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau
beberapa faktor lingkungan.
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada

satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik di

antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan
lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu
tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung
satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara, 1988).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup
dan tumbuh serta dinamis (Indriyanto, 2006).
Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa
vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama dalam
suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponenya. Maupun
oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara
umum atau fungsional. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis dan juga sintesis sehingga akan membantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi
sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan (Soerianegara, 1988).
Metode-metode dalam pengambilan sampling komunitas vegetasidalam ilmu vegetasi
telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu
dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi
sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan
lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu metode line intercept?
2. Apa itu metode teknik jari variabel Bitterlich
3. Apa itu metode jarak Wisconsin?
4. Apa itu metode titik?
5. Apa itu metode jarak?
6. Apa iu metode point centered quarter?
C. Tujuan
Untuk mengetahui metode sampling komunitas(tumbuhan) yaitu metode titik, metode
line intercept, metode teknik jari variabel Bitterlich, metode jarak Wisconsin, metode jarak,
metode point centered quarter.

BAB II
PEMBAHASAN

Metode sampling komunitas merupakan cara mempelajari dan mengukur vegetasi secara
kuantitatif. Banyak metode yang dapat dipakai untuk Analisis Vegetasi agar dapat mengetahui
jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi suatu areal. Dalam metode sampling komunitas akan
diketahui Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan penggabungan dari Kerapatan Relatif,
Frekwensi Relatif dan Dominasi Relatif.
Tumbuh-tumbuhan yang dianalisis terdiri dalam berbagai tingkatan, baik itu berupa
pohon maupun tumbuhan herba atau penutup tanah. Kategori pohon di dalam hutan dapat dibagi
menjadi beberapa tingkatan misalnya : Tingkat Pohon, Tingkat Tiang, Tingkat Sapihan dan
Tingkat Semai.

A. Metode Line Intercept (line transect).


Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas
padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek.
Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada
garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m.Dalam
metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis
dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/ dijumpai. Metode transek-kuadrat dilakukan dengan
cara menarik garis tegak lurus, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X
10 m, jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan struktur
vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan jumlah individual (pohon
dewasa, pohon remaja, anakan), diameter pohon, dan prediksi tinggi pohon untuk setiap jenis.
pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. pengamatan terhadap
tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan
mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara

mengukur panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial
coverage yang terpotong garis transek ketanah.

Cara Metode Line Intercept:


a. Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian tali sepanjang 10 m
dibentangkan memanjang.
b. Semua tumbuhan yang ada di bawah tali tersebut dihitung dan di tentukan jenisnya.
c. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali pada tempat yang berbeda.
Cara Metode Line Intercept:
a. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan beberapa parameter.
b. Parameter yang diukur adalah kerapatan, frekuensi, dominasi, beserta indeks nilai penting.
Contoh: Hasil Pengamatan Menggunakan Metode Line Intercept
Tabel 2.1. Data Vegetasi dengan Menggunakan Metode Line Intercept
Transek
ke
1.
2.
3.
Total

Spesies
A
B

2
4
5
.

9
10
7
..

..

2
..

3
13
..

1
..

4
7
2
.

Jumlah

Individ
u
Metode line intercept bentuk transek yang dirubah dalam bentuk garis. Proyeksi tajuk
dari yang terpegat diukur panjangnya. Pada metode ini didapatkan tiga parameter yaitu dominasi
(cover), densitas dan frekuensi. Penggunaannya cocok untuk semak/perdu.

Densitas

Densitas relatif

( I )
M

unitarea

( panjangtransektotal

densitassetiapjenis
Densitastotaluntukseluru h jenis 100

Dominasi (% dari permukaan tanah) =

totalpanjuanginnterceptsetiapjenis
panjangtransektotal

Dominasi relatif

totalpanjanginterceptuntuksetiapjenis
totalpanjanginterceptuntukseluru h jenis

Frekuensi

I /M

intervalke h adiranjenis
jumla h totalintervaltransek

100

100

100

Bobot frekuensi

= (F) (jurnal interval transek pada kehadiran setiap jenis)

Frekuensi relatif

bobotfrekuensiuntuksetiapjenis
totalbobotfrekuensiuntukseluru h jenis

Nilai penting

= densitas relatif + dominasi relatif + frekuensi relatif

Penutupan total

panjangtransektotal permukaanyangkosongtotal
panjangtransektotal

: jumlah total; individu yang terhitung

: total panjang intercept

100

100

I / M : total perbandingan terbalik dari lebar tumbuhan maksimum


B. Teknik Jari Variabel Bitterlich
Bitterlich (1948) menemukan suatu cara yang efisien untuk mengukur diameter pohon
dengan menerapkan prinsip titik frekuensi. Diameter batang sama halnya dengan luas bidang
dasar, dan luas bidang dasar adalah satu unit dasar untuk penentuan volume pohon, metode
tersebut mempunyai manfaat besar dalamm inventarisasi hutan (Grosenbaugh, 1952). Selain
itu,diameter batang suatu jenis dipakai untuk menentukan dominasi suatu jenis dan dominasi
merupakan satu parameter kuantitatif yang sangat penting dalam ekologi vegetasi, metode
Bitterlich telah menjadi suatu metode kuantitatif penting, terutama ekologi vegetasi.

Teknik
Pohon-pohon dihitung dalam suatu lingkaran dari pusat titik pengamatan dengan meteran

sudut tertentu. Pohon-pohon yang berdiameter besar dapat dihitungdengan sudut tertentu.
Sedangkan pohon-pohon yang lainnya diabaikan. Oleh karenaitu, titik pusat pengamatan
memiliki radius yang tidak tetap; radius bervariasi dengandiameter setiap pohon yang dapat
dihitung. Pohon-pohon

dihitung dengan cara menggunakan sudut pandang, jumlahnya

sebanding dengan dimeter batang atau luas bidang dasar per unit area. Ketika pohonpohondihitung dalam meteran sudut utama, jumlahnya adalah sebanding untukbatang atau luas
bidang dasar per unit area penutup. Standar meteran sudut yang umumnya dipakai di Amerika
Utara adalahdengan menggunakan tongkat yang panjangnya 33 inci. Akhirnya disimpulkan
bahwalebar papan ukur 1 inci, plastik, atau cross-piece logam dan yang terakhir adalah
suatupotongan serupa dengan suatu lubang pengintip. Meteran sudut dibantu denganlubang
pengintip di mata seperti Abneylevel dan yang ditunjuk dengan papan ukuryang lebarnya 1 inci
yang secara horisontal pada masing-masing pohon sekitar titikpengamatan. Titik pengamatan
diarahkan pada masing-masing pohon yang tingginya telahditetapkan, khususnya setinggi dada.
Perbandingan yang sama atau sudut 145'' dapat diperoleh dengan panjang 33 Cm dan
lebarnya 1 cm.Ketika menggunakan suatutongkat, perlu adanya suatu lubang pengintip. Hanya
pohon yang diameternya melebihi balok bawah itu yang dapat dihitung.Oleh karena itu, pohon
yang diameternya kecil dapat dihitung jika pohon tersebutdekat dengan pengamat, sedangkan
untuk diameter pohon yang besar di tentukanjarak yang lebih jauh dari pengamat. Dengan
meteran 1: 33, pohon yang diameternyadapat dihitung 33 kali tidak akan lebih jauh dari
pengamat atau titik sampel. Begitu juga, pohon dengan diameter 14 inci ( 10 cm) harus ada
dalam titiksampel 4 X 33= 132 inci ( 3.35 m),sedang pohon dengan diameter 20 inci
dimasukkandalam 20 X 33= 660 inci ( 16.8 m). Pemilihan perbandingan meteran 1:33 untuk
konstruksi, atau pengamatansejenis dengan sudut 145'', sebab pohon yang terhitung pada sudut
ini dapat ditentukan luas bidang dasarnya dalam feet kuadrat per acre. Ini dilaksanakan dengan
perhitungan perkalian 10. Begitu juga, jikaterdapat 12 pohon yang dapat dihitung, maka luas
bidang dasar per acre adalah 120 ft. Jika, sebagai contoh, 10 pohon Pinus dan jika 2 pohon
Spruce terdapat pada suatuluas bidang dasar per acre 100 pohon Pinus dan spurce 20. Tentu saja,
ini harus menunjukkan jumlah perkiraan rata-rata sampel per acre.

Prinsip
Untuk memahami bagaimana cara kerja metode Bitterlich, kita dapat mengasumsikan

jumlah pohon yang tersedia dalam sampel plot yang be rukuran 10 x 10 m. Perkiraan diameter
batang atau luas bidang dasar dapat diperoleh dengan pemetaan posisi tegakan membentuk
lingkaran dengan skala tertentu. Kemudiansejumlah besar titik-titik diacak dan dipetakan.
Menurut prinsip titik frekuensi, jumlah titik acak yang terambil pada area pengamatan
merupakan jumlah total titikacak yang akan dibandingkan dengan ratio dari area pengamatan per
area total. Sebagai contoh, jika 10.000 titik acak yang digunakan dan diambil 50lingkaran,
perbandingannya akan menjadi 50 per 10.000 atau 0,005 (0,5 persen). Untuk 100 m plot akan
menghasilkan stem cover atau luas bidang dasar 0,005X 100 = 0,5 M. Nilai dari 0.005 juga
menyatakan jumlah rata-rata dari pohon yangdiambil per titik sampel. Pengukuran Stem cover
akan menjadi lebih kurang efisiensebab dari proses pemetaan. Kemudian untuk pelaksanaan hasil
langsung tidak praktisuntuk titik sampel dalam jumlah yang besar akan dibutuhkan untuk
mencapai hasilyang akurat.
Bitterlich mengembangkan metode matematika yang tepat untuk memperbesararea
pengamatan dari tiap-tiap pohon. Pada peta,kami harus mengasumsikan 100 kaliperbesaran dari
tiap-tiap radius lingkaran kecil. Ini akan menjadi ekivalen untuk stemarea atau circle area
bertambah menjadi 100 M ,dicatat bahwa rasio keliling diameter (p = 3,14 ) adalah
mempertahankan proporsi perbesaran ini.Kemungkinan keseluruhan peta akan di cover dengan
memperbesar lingkaranlingkaran.
Selebihnya banyak lingkaran yang diperbesar akan saling tumpang tindih.Hampir setiap
10.000 titik acak akan terambil sekarang dalam lingkaran atau stemarea yang diperbesar, dan
banyak titik akan terambil beberapa lingkaran yang salingtumpang tindih. Hasil dari latihan
geometrik ini akan menjadi efisien untuk setiap titiksampel dalam syarat-syarat pengambilan
atau mengenai peningkatan dalam proporsidari faktor pembesaran stem area, yaitu 1002. Ratarata jumlah pohon yang terambilper titik sampel sekarang akan menjadi 0,005 X 10.000 = 50.
Bagaimanapun, hasil pemotongan pada masing-masing titik akan bersifatrencana bayangan
dalam kaitan dengan area batang yang nyata. Perkiraan yangberlebihan akan sama seperti faktor
pelebaran area, yaitu 10.000 kali. Oleh karena itu,untuk mengurangi jumlah pemotongan titik-

titik contoh dari rencana bayangan kepadayang nyata, jumlah pemotongan harus dibagi dengan
10.000. Ini dapat dinyatakansebagai berikut:

area batang =

jumlah pemotongan x faktor pelebaranare


total titik titik x faktor pelebaran area

yang dijadikan contoh bagi kita,

area batang=

50 x 10000
10000 x 10000

= 0.005
Di dalam aplikasi bidang metoda Bitterlich, diameter dan batang area diukurdengan
meteran sudut. Jika kita meletakkan, sebagai contoh, suatu meteran sudut 1 :50 dengan
mengukur lebarnya 1 cm di atas tongkat yang mempunyai diameter 1 cm,kita sudah
memperbesar radius ( R) untuk tongkat itu. Dengan menambah radius 50 cm dari meteran sudut,
kita dapat menguraikansuatu area lingkaran yang diameternya kini 100 cm dan yang areanya
telahmeningkat 100. Faktor pelebaran area menjadi perbandingan dari area yangdiperbesar
dengan area batang yang nyata. Dalam hal ini adalah 502/0.5. Jikatongkat adalah anak pohon di
dalam suatu situasi bidang, itu hanya akan tercakup didalam perhitungan, sebab titik
sampel/contoh (menunjukkan posisi pengamatanterakhir dari meteran sudut)

yang hanya

menggambarkan secara samaran perbesaranarea batang.Dengan cara yang sama, jika kita melihat
meteran sudut 1 : 50 bagi suatupohon pada jarak tertentu, area batang pohon itu secara otomatis
diperbesar 100, jikapohon lebih luas dibanding balok bawah atau hanya yang ditutupin olehnya.
Faktor pelebaran area dari 1002diperoleh dengan 1: 50 meteran sudutdirekomendasikan oleh
Bitterlich, sebab hitungan pohon rata-rata per titik sampelkemudian adalah setara dengan area
batang atau luas bidang dasar dalam meterkwadratper hektar. Ini terjadi, sebab faktor pelebaran
area sama dengan jumlah dari meter-kwadrat yang terdapat dalam suatu hektar. Ini ditunjukkan
denganmenggantikan nilai-nilai ini dalam persamaan dasar berikut:

Teknik jari variabel bitterlich menggunakan alat pembidik yang panjang 33 cm atau 50
cm yang lebar ujung alat pembidik terdapat lubang. Untuk ukuran 33 cm digunakan basal area
(ba) ft2 / acre, sedangkan ukuran 50 cm digunakan basal area m2 / hektar.
Basal are

hitunganrataratapertitiksampling
Faktorpembesaranarea

area referensi unit

Hasil per hektar menggunakan pengukuran 1 : 50


Basal are dalam m

hitunganrataratapertitiksamping

10.000
1002

Basal are dalam m2

= hitungan rata-rata per titik sampling

Basal are dalam ft2

Basal are dalam ft2

hitunganrataratapertitiksampling
66 2

43.560

= hitungan rata-rata per titik sampling

Sesungguhnya pohon terhitung di dalam metode Bitterlich, diperkiraan luas bidang dasar
tidak dapat menaksir suatu kepadatan. Tidak dapat menghitung frekuensi dari metoda ini, sebab
di sini kehadiran jenis per titik sampling hanya suatu fungsi ukuran diameter, yang bukan area
permukaan yang dicontohkan. Oleh karena itu, metoda ini dapat digunakan jika nilai lingkaran
batang memuaskan. Kuantitas ini, bagaimanapun, dapat dengan cepat diperoleh. Metoda ini
kelihatannya bermanfaat untuk evaluasi pohon pada analisa releve, ketika nilai skala perkiraan
digunakan untuk tumbuhan semak belukar. Kedua-duanya adalah metoda survei cepat yang
saling melengkapi satu sama lainnya

Kalibrasi Meteran Bitterlich


Pengukuran Bitterlich yang sederhana dapat digunakan untuk pengukuran luas bidang

dasar yang akurat per unit area, jika orang mengetahui bagaimana cara mengkalibrasi alat itu.
Untuk kalibrasi orang memilih pohon terdekat dan terlihat diatas alat ukur Bitterlich itu.
Perbandingan bar/palang harus secara tepat meliput atau berisi lebar dari pohon. Ini biasanya
memerlukan perubahan pada posisi peninjau. Ketika jarak yang benar diperoleh, posisi ditandai
ditempat itu. Kemudian jarak dari titik posisi ke pusat dari pohon yang diukur. Yang kedua,

diameter dari pohon yang diukur. kedua nilai ini, jarak dan diameter kemudian disubtitusi di
dalam persamaan kalibrasi yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Prinsip kalibrasi dapat digunakan
juga untuk mengukur diameter suatu pohon dari jauh. Ini dapat bermanfaat pada kelerengan
yang curam. Di dalam kasus itu , jarak mungkin diperoleh dengan penemu jarak. Bagaimana cara
mengkalkulasi diameter pohon dari suatu pengukuran dengan meteran Bitterlich diterangkan
pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kalibrasi ukuran BITTERLICH


Keterangan:
a.
b.
c.
d.

: panjang alat ukur bitterlich


: lebar tongkat pengukur
: diameter pohon
: jarak pengamat sampai pohon

a : D = b:d
a
1. Untuk kalibrasi ditulis kembali: D = b

d atau

2. Untuk menghitung diameter pohon dari jarak ditulis kembali :


3. Bagaimanapun, suatu pohon dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil dari b. Dimana
d + dmenjadi X = diameter dari pohon yang lebih besar :

d=

D
a b

X:d = ( c+b )

X=

(c +b)
b

X=

( c+ b )

d atau

D
a

C. Metode Jarak Wisconsin


Konsep jarak rata-rata untuk mengukur densitas pada survey kayu menghitung jarak
menggunakan pendekatan densitas menggunakan Laboraturium Ekologi Tumbuhan Wisconsin.
Jumlah pohon

Jumlah pohon per hektar =

unitarea
arearatarata
10.000 m
2
9m

= 1111.

Jika unit area luas 150 m2 dengan jumlah pohon 60 maka area rata-rata sebagai berikut,
Area rata-rata

unitarea
150 m2
=
jumla h po h on
60

Jarak rata-rata

2,5 m2=1,58 m .

= 2,5 m2

Metode jarak Wisconsin banyak membantu untuk menghitung jarak rata-rata pohon pada
metode jarak point centered quarter, metode individu terdekat (neaerest individual method),
metode pasangan acak (random pairs method), metode tetangga terdekat (nearest neighbour
method).
D. Metode Titik
Metode titik variasi dari metode kuadrat. Pada metode kuadrat meletakkan plot dapat
diukur atau mempunyai luasan. Jika kuadrat direduksi akan menjadi tanpa dimensi atau menjadi
suatu titik kecil. Metode ini sangat efektif untuk samplingan yang bentuk vegetasi rendah, rapat
dan membentuk anyaman yang tidak jelas batasnya antara satu dengan yang lainnya. Kawat yang
disusun dalam kerangka kayu yang diberi lubang sebanyak 10 titik lobang dengan jarak 10 cm.

Lubang merupakan tempat meletakkan kawat yang tegak lurus dengan tanah. Kerangka kayu
diletakkan secara acak pada suatu tegakan, kawat yang ditusukkan ke bawah pada saat tersebut
menyentuh tumbuhan pertama kali.metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis
vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik.Pada metode ini tumbuhan yang dapat
dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang
diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel
yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi. Metode ini sering dipakai untuk
vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Metode ini juga merupakan suatu
metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Dalam metode ini
tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik
yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode
ini tedapat variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi.
Langkah-langkah melakukan metode titik:
1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia.
2. Menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia tersebut secara acak
atau sistematis.
3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi.
4. Melakukan 10 kali pengamtan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
5. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relative dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan
6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu table dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
8. Member nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis /spesies yang memiliki
nilai penting terbesar.
Kelemahan metode titik antara lain densitas tak dapat diukur, sedangkan frekuensi yang
diukur merupakan frekuensi cover. Berdasarkan yang dapat dihitung:
1. Frekuensi

Jumla h petakconto h yangmemuatjenistumbu h an


jumla htusukanconto h

2. Dominansi (cover)

Jumla h tususkanyangmenyentu h jenis


jumlah tusukan

3. Frekuensi relatif

Frekuensimutlakjenis
frekuensiseluru h nya

4. Dominansi relatif

dominansimutlakjenis
dominansiseluru h nya

5. Nilai penting suatu jenis

= frekuensi relatif = dominansi relatif

Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa

dalam hal ruang, cahaya dan lainnya), sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran
banyaknya Individu (abudance) dan kerapatan (density), persen penutupan (cover percentage)
dan luas bidang dasar (LBD) atau basal area (BA), volume, biomassa, dan indek nilai penting
(importance value-IV) pada kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalah LBH
dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat, yaitu dengan melakukan pengukuran diameter
pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas heigt-dbh).

Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis

frekuensi memberikan gambaran bagaimana pola penyebaran suatu jenis, apakah menyebar ke
seluruh kawasan atau kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap
lingkungan. Frekuensi dapat dikatakan sebagai jumlah petak dimana sampel didapat per jumlah
total petak.

Indek Nilai Penting (importance value Indeks)


Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam

komunitas. Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relatif dan
frekuensi relatif, sehingga jumlah maksimalnya 300%. Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang
oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat diperkecil dengan
mengajak pengenal pohon atau dengan membuat herbarium maupun foto yang nantinya dapat
diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon setempat, ataupun
dapat langsung berhubungan dengan lembaga Biologi Nasional Bogor.

E. Metode Jarak
Metode jarak tidak menggunakan quadrat, garis atau kerangka titik (point frame). Jarak
yang digunakan yaitu jarak titik acak sampai tumbuhan tetangga, atau dari tumbuhan ke
tumbuhan. Jarak rata-rata dikoreksi dengan faktor koreksi pada saat menentukan densitas.
Metode jarak dapat ditentukan dengan 3 parameter yakni frekuensi, densitas dan dominasi.
Jumlah individu dalam suatu area dapat ditentukan dengan mengukur jarak antara individu
tumbuhan dengan titik sampling. Metode ini digunakan pada pohon atau yang mempunyai basal
area. Metode ini ada 4 pengukuran :
1. Metode point centered quarter
Cara mengukurnya yaitu dari titik sampling ke pohon terdekat dalam tiap quadran Faktor
koreksi = 1
2. Metode individu terdekat (nearest individual method)
Cara mengukurnya yaitu jarak antara pohon terdekat dengan titik sampling. Titil sampling
dapat digunakan secara acak atau garis transek. Faktor koreksi =
3. Metode pasangan acak (Random pairs method)
Cara mengukurnya yaitu jarak individu terdekat dengan titik sampling dengan sisi pohon
lain yang terletak pada sisi lain. Faktor koreksi = 0,8
4. Metode tetangga (nearest neighbour method)
Dari titik sampling dicari pohon terdekat. Cara mengukurnya yaitu pohon terdekat dengan
pohon tetangga terdekat. Faktor koreksi = 1,67.
Densitas per hekta (10.000 m2) untuk seluruh tumbuhan
10.000
Densitas
= 1( jarakrataratadalamm 2)
Jumla h po h onjenisA
Densitas relative jenis A = Jumla h seluru h po h on x densitas seluruh pohon

F. Metode Point Centered Quarter


Berdasarkan hasil penelitian Cottam dan Curtis (1956), metode ini merupakan metode
sampling tanpa petak contoh yang paling efisien karena pelaksanaannya di lapangan memerlukan

waktu yang lebih sedikit, mudah, dan tidak memerlukan faktor koreksi dalam menduga
kerapatan individu tumbuhan. Tetapi, dalam pelaksanaanya metode ini mempunyai dua macam
keterbatasan, yaitu (I) setiap kuadran harus terdapat paling sedikit satu individu tumbuhan dan
(2) setiap individu (seperti halnya pada random pair method) tidak boleh terhitung lebih dari satu
kali. Prosedur metode ini dalam pelaksanaan di lapangan adalah:

Peletakan sejumlah titik contoh secara acak dalam komunitas tumbuhan. Berdasarkan
pengalaman di lapangan, sebaiknya dibuat suatu seri garis arah kompas (garis rintis)
dalam komunitas tumbuhan yang akan diteliti, kemudian sejumlah titik contoh dipilih
secara acak atau secara teratur sepanjang garis rintis tersebut. Cottam dan Curtis (1956)
menyarankan paling sedikit 20 titik contoh harus dipilih untuk meningkatkan ketelitian
sampling dengan teknik ini.

Pembagian areal sekitar titik contoh menjadi empat kuadran yang berukuran sama. Hal
ini dapat dilakukan dengan kompas atau bila suatu seri garis rintis digunakan kuadrankuadran tersebut dapat dibentuk dengan menggunakan garis rintis itu sendiri dan suatu
garis yang tegak lurus terhadap gads rintis tersebut melatui titik contoh.
Di dalam metode ini di setiap titik pengukuran dibuat garis absis dan ordinat khayalan,

sehingga di setiap titik pengukuran terdapat empat buah quadran. Pilih saw pohon di setiap
quadran yang letaknya paling dekat dengan titik pengukuran dan ukur jarak dari masing-masing
pohon tersebut ke titik pengukuran. Pengukuran dimensi pohon hanya dilakukan terhadap
keempat pohon yang terpilih.

Gambar. Desain point centered quarter method di lapangan

a. Jarak rata-rata individu pohon ke titik pengukuran


d = d1 + d2 + ..........+ dn
n

Perhitungan besaran nilai

dimana:
d
= jarak individu potion ke titik pengukuran di setiap
quadran
n
= banyaknya pohon
d
= rata-rata unit area/ind., yaitu rata-rata luasan
permukaan tanah yang diokupasi oleh satu
individu tumbuhan.
b. Kerapatan total semua jenis (K)

K = Unit Area
(d)2
c. Kerapatan realtif suatu jenis (KR)
KR = Jumlah individu suatu jenis x 100 %
Jumlah individu semua jenis
d. Kerapatan suatu jenis (KA)
KA = KR x K
100
e. Dominasi suatu jenis (D)
D = KA x Dominansi rata-rata per jenis

f. Dominasi realtif suatu jenis (DR)


DR = .
D
Dominasi seluruh jenis

x 100 %

g. Frekwensi suatu jenis

(F) =
Jumlah titik ditemukannya suatu jenis
Jumlah semua titik pengukuran
h. Frekwensi relatif
(FR)

kuantitatif parameter
vegetasi adalah sebagai
berikut:

BAB III
KESIMPULAN
1. Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas
padang rumput.
2. Metode Bitterlich telah menjadi suatu metode kuantitatifpenting, terutama ekologi vegetasi.
Di dalam aplikasi bidang metoda Bitterlich, diameter dan batang area diukur dengan
meteran sudut.
3. Metode jarak Wisconsin banyak membantu untuk menghitung jarak rata-rata pohon pada
metode jarak point centered quarter, metode individu terdekat (neaerest individual method),
metode pasangan acak (random pairs method), metode tetangga terdekat (nearest neighbour
method)
4. Metode titik sangat efektif untuk sampling dengan bentuk vegetasi rendah, rapat dan
membentuk anyaman yang tidak jelas batasnya antara satu dengan lainnya.
5. Metode jarak dapat ditentukan dengan 3 parameter yakni frekuensi, densitas, dan dominasi.
Metode ini digunakan pada pohon atau yang mempunyai basal area
6. Metode point centered quarter merupakan metode jarak yang banyak digunakan untuk
pohon dan semak

DAFTAR PUSTAKA
Indrawan, A. 2006. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jumin, Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg, 1974, Aims and Methods of Vegetation Ecology, John
Wiley & Sons, New York.
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Suhandi, Ir. 2003. Analisis Vegetasi. Fakultas Matematika dan Ikmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Malang, Malang
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai