Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari komposisi jenis dan
struktur vegetasi atau kelompok tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan
yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat
pohon dan permudaannya dan Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah,
yaitu suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali
permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi dapat
dilakukan dengan sampling, bagian dari metodologi statistika yang berhubungan
dengan pengambilan sebagian dari populasi. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak, cara peletakkan petak dan teknik analis
vegetasi yang digunakan. (Loveless, 1983)
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus berukuran sedang tidak besar
dan tidak kecil agar dapat memudahkan kita melakukan Analis Vegetasi. Karena titik
berat analisis vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika tidak bisa menentukan
luas petak maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan
menggunakan kurva ini, dapat ditetapkan : 1) Luas minimum suatu peta yang dapat
mewakili habitat yang akan diukur. 2) Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya
mewakili keadaan tegakkan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan
metode jalur. (Marsono, 1991)

A. Tujuan Percobaan
1.

Mengetahui organisme penyusun komunitas yang diamati

2.
Dapat menghitung distribusi, frekuensi, nilai penting dan komponen
untuk habitat
3.
Untuk mengetahui pola kesesuaian jenis terhadap faktor lingkungan
yang ada, yang dinyatakan dengan nilai nominasi
4.
Untuk mengetahui pola penguasaan jenis terhadap faktor lingkungan
yang ada, yang dinyatakan dengan nilai kerapatan

5.

Untuk mendapatkan nilai penting sebagai indikator tipe asosiasinya

II. TINJAUAN PUSTAKA

Keberadaan organisme pada suatu tempat sangat didukung oleh area yang
ditempati, sehingga apakah suatu oganisme dapat bertahan atau berhasil
berkembang tergantung pada kondisis lingkungan yang ditempati. Keadaan
lingkungan seperti iklim, keadaan tanah, topograf baik secara terpisah maupun
secara bersama-sama merupakan factor yang sangat menentukan macam
ekosistem.

Plotting merupakan suat cara untuk mengambil sample unit dari ekosistem
dengan cara membuat dan menentukan daerah pada areal yang dipandang sebagai
lokasi studi. Plot yang dibuat biasanya berbentuk persegi. Kegunaan plot yang
dibuat tersebut adalah :
1. Untuk mempelajari struktur ekosistem suatu daerah yang didasarkan atas

benyaknya plot yang dipelajari.


2. Untuk mengetahui secara kuantitatif maupun secara kualitatif masingmasing individu yang ada didaerah tersebut
3. Untuk mengetahui perkembangan atau perubahan kehidupan dari satu
tempat ketempat lain atau dari waktu ke waktu.

Plotting biasanya sangat efektif bila digunakan untuk studi vagetasi,


walaupun kadang-kadang juga efektik untuk studi pada hewan. Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesame individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan
suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).

Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara


mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuhtumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara
horizontal, ini disebut stratifkasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan
menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas
kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata
yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini,
tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam
sinusie misalnya pohon dalam sinusie pohon, epift dalam sinusie epift dan
sebagainya.Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efsien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot
dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan
pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik(Setiadi,
1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau


komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuhtumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifkasi dan
penutupan tajuk. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Metode ini harus

dipilih, sebab meletakkan plot secara sembarang tidak akan mencapai tujuan.
Letak dan distribusi plot harus diatur sesuai dengan tujuannya, selain itu untuk
mempermudah analisis/interpretasi data. Cara pengambilan plot harus secara
random, tersebar dengan jarak yang sama (cara kuadran), mengikuti arah kompas
yang telah ditentukan (arah transek), transek arahnya alternasi dan
berbentuk kuadran atau stratifed.
Metode sampling yang dilakukan adalah metode transek garis dan petak contoh
(Line Transect Plot). Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat transek garis
sebanyak tiga buah pada daerah sampling menggunakan tali rafa. Sepanjang garis
transek dibuat plot-plot berukuran 10 x 10 m yang ditempatkan secara acak. Di
dalam plot-plot 10 x 10 m dibuat subplot ukuran 5 x 5 m ilakukan identifkasi jenis
yang ditemukan pada masing-masing plot. Pada plot 10 x 10 m dilakukan
penghitungan jumlah spesies yang ditemukan. (Syafei, 1990)
Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi
antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu
baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies
sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies
(Kimmins.1987).

Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola
distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan
tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran
tentang jumlah individu pada masing-masing plot (Greig-Smith .1983)
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois
dan Ellenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random,
sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk
memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan
menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefsien ketidaksamaan. Variasi
dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya.
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak
(Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis
Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode Berpasangan Acak, Titik Pusat Kwadran,
Metode Titik Sentuh, Metode Garis Sentuh, Metode Bitterlich) (Irwanto, 2007).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifk. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan
merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan
keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-

tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifkasi dan


penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun
komunitas hutan tersebut. (Marsono, 1991)
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif
komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan
komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan
berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3)
melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu
atau beberapa faktor lingkungan (Irwanto,2007).
Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima
berdasarkan tingkatannya, yaitu: fsiogonomi vegetasi, struktur biomassa, struktur
bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur vegetasi terdiri dari 3
komponen, yaitu: 1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang
merupakan diagram profl yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai
dan herba penyusun vegetasi. 2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang
menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.3. Kelimpahan
(abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu
penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Irwanto, 2007).
Setiap orgaisme hidupnya bergantung pada organisme lain. Organisme dan spesies
yang berbeda saling mempengaruhi macam hubungan yang biasa kita kenal adalah
hubungan antara organisme yang makan dan organisme yang dimakan. Vegetasi
(latin:vegetare = menghidupkan, vegetation = dunia tumbuhan) yang terdapat
didalamnya kebanyakan komunitas hutan, daundaun, cabangcabang di bagian
bagian lain di beberapa pohon, semak dll tumbuhan membentuk beberapa lapisan
(Rahardjo,s. 1980)

III. METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum analisis vegetasi ini adalah tali rafa,
patok, lahan ukuran 5x5, alat tulis dan meteran.
Dan bahan yang digunakan adalah tumbuh-tumbuhan disekitar lahan Laboratorium
Zoologi Jurusan Biologi Fakults Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

B. Cara Kerja
1.
Bila kita membelah di tengah-tengah hutan, maka pada pembuatan
titik sampel yaitu jarak antara titik A dan titik B dapat sampai 100 meter.
2.
dan tali.

Plot dibuat dengan ukuran 5x5m dengan menggunakan patok kayu

3.

Daftar spesies yang ada dibuat disetiap plot.

4.

Jumlah individu di setiap plot dihitung.

5.

Keliling pohon pada setiap plot dihitung.

6.
Hitung kerapatan, frekuensi, dominasi, serta nilai-nilai penting untuk
setiap spesies yang diperoleh dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.

B. Pembahasan
Seperti yang telah di amati bahwa masing-masing kuadaran memiliki varietas atau
tumbuhan yang berbeda dengan segala aspek dan faktor lingkungan yang sama.

Dan masing-masing tumbuhan di tiap kuadran itu memiliki kerapatan dan frekuensi
yang berbeda. Kemudian dari masing-masing kuadaran tersebut dapat dipelajari
susunan jenis dan struktur tumbuh-tumbuhan, ketahanan terhadap lingkungan,
habitat, kerapatan, frekuensi dan lain-lain
Dari data yang di peroleh telah menunjukan bahwa di lahan yang diamati terdapat
18 spesies pohon dan total seluruh spesies pohon 37.Jumlah spesies pohon yang
paling besar yaitu Spesies E.Spesies pohan yang paling kecil yaitu Spesies A,
Spesies B, Spesies C, Spesies F, Spesies G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia,
Petai Cina, Melinjo, Kelapa,Daun Joar.
Spesies pohon dengan keliling batang pohon yang terbesar yaitu Spesies H yang
terdapat di kuadran 3.Sedangkan spesies pohon dengan keliloing batang pohon
terkecil yaitu Spesies C yang terdapat di kuadran 1.
Kerapatan spesies terkecil pada spesies Sepesies E sebesar 0,011666667 % dan
kerapatan spesies terkecil pada Spesies A, Spesies B, Spesies C, Spesies F, Spesies
G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia, Petai Cina, Melinjo, Kelapa, Daun Joar
dengan nilai sebesar 0,001666667 %. Sedangkan kaerapatan relatif terbesar yaitu
Spesies E sebesar 0,189189189 % sedangkan spesies pohon yang mempunyai
kerapatan relatif kecil antara lain Spesies A, Spesies B, Spesies C, Spesies F, Spesies
G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia, Petai Cina, Melinjo, Kelapa, Daun Joar
yaitu sebesar 0,027027027 %.

Dari data yang amati terdapat frekuensi spesies terbesar pada spesies Spesies E
sebesar 1,166666667 % dan Frekuensi spesies terkecil pada Spesies A, Spesies B,
Spesies C, Spesies F, Spesies G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia, Petai Cina,
Melinjo, Kelapa, Daun Joar dengan nilai sebesar 0,166666667 %.Frekuensi relatif
terbesar yaitu Spesies E sebesar 0,189189 % sedangkan spesies pohon yang
mempunyai frekuensi relatif kecil antara lain Spesies A, Spesies B, Spesies C,
Spesies F, Spesies G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia, Petai Cina, Melinjo,
Kelapa, Daun Joar yaitu sebesar 0,027027%.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1.
Setiap tumbuhan memiliki kerapatan, frekuensi, serta dominasi yang
tinggi dalam lingkungannya.
2.
Terdapat banyak jenis vegetasi dalam satu area, ini membuktikan
bahwa tumbuhan tidak dapat hidup sendiri.
3.
Setiap tanaman dalam suatu daerah memiliki kerapatan relative
frekuensi relative yang berbeda.
4.
Melalui analisis vegetasi, keanekaragaman tumbuhan dapat diketahui
dari komunitas wilayah tersebut.
5.
Vegetasi di suatu tempat berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain
karena faktor lingkungannya yang berbeda

DAFTAR PUSTAKA

Ellenberg . 1974. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold
Publishers.
Irwanto, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2007. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang: JICA
Lovelles, A.R. 1983. Biologi . Jakarta : Erlangga
Marsono, D.J. 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia
Buletin Instiper Volume 2 No.2. Yogyakarta : Institut Pertanian Stiper
Pratiwi, D.A. 2000. Biologi I. Jakarta : Erlangga
Rahardjo,S. 1980. Ekologi Tumbuhan. Surakarta : Tiga Serangkai
Schaums .1999. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9.
Oxford:Blackwell Scientifc Publications
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB

Anda mungkin juga menyukai