PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada dasarnya
epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang timbul akibat
listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif pada neuron sehingga
menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari sebagian atau
seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi sering dihubungkan dengan
disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi
Penyandang epilepsi pada masa anak dan remaja dihadapkan pada masalah
Mereka memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan dan kematian yang
medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana
meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan
1
B. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang
kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau gerakan
otot, dan gangguan prilaku suasana hati, sensasi dan persepsi (Brunner dan suddarth,
2000).
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang besifat
sementara. Istilah epilepsy biasanya merupakan suatu kelaianan yang bersifat kronik
yang timbul sebagai suatu bentuk kejang berulang (Hudak dan Gallo, 1996).
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat reversible dengan berbagai
B. Klasifikasi.
1. Epilepsi Umum.
a) Grand mal.
3
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik
dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand
b) Petit mal.
mata.
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regio
pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi
ditemukan kelainan pada jaringan otak diduga bahwa terdapat kelainan atau
gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak
yang abnormal. Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui
4
- Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,
hiponatremia)
- Tumor Otak
(Tarwoto, 2007)
jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau
adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau
pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau
- fever / panas
proses kelahiran.
brain cavities)
5
- disorders of brain development / gangguan perkembangan otak.
C. Klasifikasi Kejang
a. Kejang Mioklonik
kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang.
b. Kejang Klonik
lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama
c. Kejang Tonik
Pada kejang ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku
pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai.
d. Kejang Tonik-Klonik
kejang ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama
grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang
kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan
napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika
pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien
tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih
6
rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah,
nyeri kepala.
e. Kejang atonik.
pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan ini
D. Etiologi.
menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi,
b. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
d. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada
anak-anak.
ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada
anak
E. Patofisiologi
7
Secara umum, epilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf
akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau tosik, yang selanjutnya
Pada epilepsi (diopatik, tipe grand mal, secara primer muatan listrik
dilepaskan oleh nuklea intralaminares talami. Input dari vortex selebri melalui
lintasan aferen aspesifik itu menentukan dengan kesadaran bila mana sama sekali
Pada grand mal, oleh karena sebab yang belum dapat dipastikan, terjadilah
F. Gejala Epilepsi
8
kompleks
2) Gejala umum :
- Tonik : kontraksi otot, tungkai dan siku fleksi, leher dan punggung
- Pasca Serangan : aktivitas otot terhenti, klien sadar kembali, lesu, nyeri
G. Pathways
9
H. Manifestasi klinis
normal
bagian tubuh.
ditusuk-tusuk jarum.
10
Visual : terlihat cahaya
Diserti Vertigo
pupil)
berubnah
11
permulaan serangan.
Dengan automatisme
tonik, klonik)
Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak
membengong, bola mata dapat memutar keatas, tidak ada reaksi bila diajak
bicara.
Dapat disertai,
I. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pungsi Lumbar
ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
12
Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan
kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang
karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk
dilakukan.
b. EEG (elektroensefalogram)
otak.Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memiliki resiko.
dalam otak.
c. EKG (elektrokardiogram)
akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan
e. Pemeriksaan laboratorium :
hitung jenis sel, kadar protein, gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.
f. Pemeriksaan radiologis :
13
Foto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang,
g. Arteriografi
J. Penatalaksanaan
oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam status
bebas kejang.
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk
pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan
salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi
keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat
hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala.
Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang
identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera
akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan
persalinan.
14
Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan
secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana
pencegahan ini.
L. Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat
antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat
dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan
minum obat (compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan
tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah
cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan
terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau
M. Komplikasi
Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat
DAFTAR PUSTAKA
15
Elizabeth, J.Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. Penerbit : EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif. dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Auskulapius, Jakarta
16