Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TRAVEL MEDICINE

Disusun Oleh :
Carina Shelia 100100097

Pembimbing :
dr.Zulkifli, M.Si

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/


IlMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan,
dan kesempatan serta memberikan rasa sabar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Travel Medicine”. Makalah ini
diajukan untuk melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu Kedokteran
Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Proses penulisan makalah ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan
bantuan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dr.Zulkifli, M.Si, selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam proses
penulisan makalah ini.
Namun demikian, karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan,
kepustakaan dan waktu, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini,
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan
makalah ini.

Medan, 28 Juli 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii


DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................... 1
1.3. Manfaat ................................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Travel Medicine .................................................................................... 3
2.1.1. Definisi Travel Medicine ........................................................... 3
2.1.2. Ruang Lingkup Travel Medicine ............................................... 4
2.2 Penyedia Jasa Pelayanan Travel Medicine ............................................ 5
2.3. Klinik Travel Medicine ......................................................................... 9
2.4. Pelayanan Travel Medicine ................................................................. 15
2.4.1 Konsultasi Pra-Perjalanan... .................................................. .....17
2.4.2 Imunisasi....... ............................................................................. 18
2.4.3 Profilaksis....... ........................................................................... 19
2.4.4. Konsultasi Pasca-Perjalanan Fasilitas yang Diperlukan.... ....... 20
2.4.5 Fasilitas yang Diperlukan ....................... .................................. 21
2.4.6 Keahlian yang Diperlukan.... ..................................................... 22
2.4.7 Penentuan Waktu Konsultasi..... ................................................ 23

BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Travel Medicine atau kedokteran wisata adalah bidang ilmu kedokteran


yang mempelajari persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan
orang yang berpergian (travellers) 1. Bidang ilmu ini baru saja berkembang dalam
tiga dekade terakhir sebagai respon terhadap peningkatan arus perjalanan
internasional di seluruh dunia. Tahun 2003, World Tourism Organization
mencatat ada 691 juta international arrivals di seluruh bandara di dunia dan tahun
2020 diproyeksikan kan meningkat sampai 1,56 milyar 3.

Pelayanan kedokteran wisata diberikan di travel clinic yang umumnya


berada di negara-negara maju untuk memenuhi kebutuhan negara mereka yang
akan berpergian ke negara berkembang. Saat ini diperkirakan setiap tahun ada 80
juta orang yang berpergian dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang
3
. Sejauh ini, negara-negara berkembang hanya dianggap sebagi daerah tujuan
wisata yang mempunyai resiko kesehatan tertentu, bahkan dalam buku
panduannya, World Health Organization hanya menyebutkan bahwa konsultasi
pra-travel diperlukan oleh travellers yang bermaksud mengunjungi negara
berkembang 3.

Namun, permasalahan yang timbul saat ini adalah pelayanan kesehatan di


negara berkembang belum mempunyai tujuan yang jelas, yaitu senantiasa
melindungi warga negara mereka yang akan bepergian 1. Oleh sebab itu, berbagai
pengetahuan dan ketrampilan baru di bidang kedokteran wisata sangat dibutuhkan
dan harus dikuasai oleh para tenaga kesehatan, salah satunya adalah mengenai
travel clinic dan pelayanannya.
1.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Agar seorang dokter atau calon dokter mampu memahami tentang travel
medicine dan aplikasinya
2. Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1.3 Manfaat

Makalah ini adalah bermanfaat bagi para pembaca, khususnya yang


terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya. Diharapkan
dengan makalah ini pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami lebih
mendalam mengenai travel medicine sehingga dapat melakukan tindakan baik
sebelum perjalanan maupun sesudah perjalanan.
BAB 2

ISI

2.1 Travel Medicine

2.1.1 Definisi Travel Medicine

Travel medicine atau kedokteran wisata adalah bidang ilmu kedokteran


yang mempelajari persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan
orang yang bepergian (travellers)4 . Bidang ilmu ini baru saja berkembang dalam
tiga dekade terakhir sebagai respons terhadap peningkatan arus perjalanan
internasional di seluruh dunia 3.

2.1.2 Ruang Lingkup Travel Medicine

Bidang praktek travel medicine tidak hanya diminati oleh para dokter dan
perawat, tetapi juga oleh banyak profesional lain seperti ahli farmasi, psikologi,
ahli sanitasi lingkungan, ahli kesehatan masyarakat, pelaku industri wisata dan
sebagainya. Lingkup keahlian mereka berada dalam bidang kesehatan wisata,
bukan kedokteran wisata 1. Kedokteran wisata masih belum dianggap sebagai
suatu spesialisasi tersendiri di kalangan medik dan belum ada standar pelayanan
untuk itu. Namun jelas bahwa praktek kedokteran wisata berbeda dari praktek
kedokteran konvensional. Jika praktek dokter biasanya ditujukan untuk kuratif,
maka praktek kedokteran wisata lebih banyak pada aspek promotif dan preventif1.

Dalam pelayanan kedokteran wisata, orang yang datang umumnya adalah


orang yang sehat yang membutuhkan informasi dan tidak menganggap dirinya
seorang pasien, meskipun mungkin saja statusnya berubah menjadi pasien setelah
3,4
pulang dari perjalanan . Di sini ada perbedaan bentuk komunikasi yang
fundamental yang harus dipahami oleh tenaga kesehatan. Dalam praktek
kedokteran konvensional, hubungan dokter-pasien umumnya adalah hubungan
terapeutik dengan model paternalistik ketika dokter menentukan apa yang terbaik
untuk si pasien 2. Namun, dalam pelayanan kedokteran wisata, dokter dan klien
mempunyai hubungan sejajar yang bersifat informatif (dokter berperan sebagai
ahli teknis), interpretif (dokter berperan sebagai konselor untuk membantu klien
memutuskan yang penting bagi dirinya), dan deliberatif (dokter berperan sebagai
guru yang memberi tahu klien apa yang harus dikerjakan dan mengapa hal itu
harus dikerjakan) 1.

Dalam bidang travel medicine, dokter tidak hanya mengupayakan


pecegahan penyakit serta menangani masalah-masalah kesehatan pada travellers
namun juga mengambil bagian dalam advokasi untuk perbaikan pelayanan
1,3
kesehatan dan keamanan untuk wisatawan . Oleh karena itu, dokter kedokteran
wisata perlu mempunyai pengetahuan yang luas dan selalu up-todate karena
perubahan-perubahan yang cepat di seluruh dunia, yang meliputi pengetahuan
wabah penyakit, tertutama emerging infectious disease, pola resistensi antibiotika,
iklim global, ekologi dan bahkan perubahan politik negara lain 1,2.

Belum cukup sampai disitu, saat ini travel medicine telah jauh
berkembang dan meluas ke cabang-cabang ilmu lain seperti migrant health &
refugees, kedokteran olahraga, adventure medicine, aviation medicine,
bioterorisme, dan lain sebagainya 1.

2.2 Penyedia Jasa Pelayanan Travel Medicine

Kenyataanya di negara-negara maju, pelayanan kedokteran wisata dapat


diberikan oleh orang yang tidak berwenang menyelenggarakan praktek
kedokteran5. Padahal, tidak semua tenaga kesehatan dapat memberikan nasihat
dan pelayanan yang benar. Di negara-negara maju, klinik kedokteran wisata,
dijalankan oleh dokter yang berijin dan registered nurse. Namun latar belakang
mereka bervariasi, mulai dari dokter keluarga, internis, dokter anak, dokter
kedokteran komunitas sampai dokter spesialis infeksi tropik 5.

Tenaga kesehatan (dokter dan nurse) yang berminat memberikan


pelayanan kedokteran wisata dapat mengambil studi pasca sarjana secara
internasional yang berupa sertifikasi, diploma atau master degree. Beberapa tahun
terakhir ini telah dilakukan standarisasi pengetahuan kedokteran wisata secara
internasional oleh organisasi International Society of Travel Medicine (ISTM)
dengan dilakukannya ujian untuk mendapatkan certificate of knowledge in travel
medicine 1,2,3.

2.3 Klinik Travel Medicine

Pelayanan kedokteran wisata diberikan di klinik yang ditujukan khusus


untuk itu, yang disebut travel medicine clinic atau klinik kedokteran wisata.
Walaupun sifatnya khusus, travel medicine clinic dapat didirikan secara
terintegrasi dengan institusi kesehatan yang sudah ada. Pelayanan travel medicine
dapat diberikan dalam 1,6 :

a. Klinik Dokter Umum


Sejumlah dokter umum yang kompeten dapat menyediakan jasa
pelayanan travel medicine di klinik tempat prakteknya sehari-hari.
Pelayanan ini dapat disediakan untuk pasien-pasien langganan mereka atau
untuk menerima rujukan dari klinik-klinik umum di sekitarnya. 1,2,3
b. Klinik di Rumah Sakit
Banyak travel clinic di negara-negara maju dibuat di dalam rumah
sakit. Di satu pihak hal ini cukup menguntungkan karena fasilitas yang
lebih lengkap daripada klinik umum terutama untuk laboratorium dan
fasilitas kegawatdaruratan. Namun di pihak lain, kenyamanan para klien
perlu diperhatikan mengingat mereka datang sebagai orang sehat bukan
pasien1,3
c. Travel Clinic Swasta
Pelayanan kedokteran wisata yang profesional umumnya
diselenggarakan sebagai suatu badan usaha perseroan terbatas (company)
dengan saham-saham yang dimiliki para pendirinya atau publik. Lokasi
yang diambil tidak di rumah sakit atau klinik umum, namun lebih di
tempat-tempat bisnis publik, seperti mal-mal atau pusat bisnis yang juga
berdekatan dengan biro-biro perjalanan (travel agent). Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah para klien mendapatkan akses travel
advice di tempat-tempat bisnis pada jam-jam kerja 1.

d. Klinik Pelabuhan/ Maskapai Penerbangan


Selain lokasi di atas, klinik yang menyediakan pelayanan travel
medicine dapat berada di pelabuhan, baik pelabuhan laut maupun bandar
udara, atau klinik-klinik milik maskapai penerbangan. Yang terakhir ini
baisanya juga menyediakan fasilitas evakuasi jika dibutuhkan 1,3.

e. Klinik Hotel/Daerah Tujuan Parawisata


Di Indonesia, banyak hotel dan daerah tujuan wisata memiliki
klinik-klinik khusus yang buka 24 jam. Kenyataannya, sebagian besar
klinik-klinik ini baru sebatas memberikan pelayanan kuratif kepada para
turis. Namun, klinik-klinik ini sebenarnya berpotensi menyelenggarakan
pula pelayanan kedokteran wisata untuk tujuan promotif dan preventif
bagi masyarakat atau orang asing yang tinggal di wilayahnya yang akan
melakukan perjalanan 1,2.

2.4 Pelayanan Travel Medicine

Sampai sejauh ini, mungkin belum terbayangkan jenis pelayanan apa yang
dapat diberikan di travel clinic di atas. Karena sifatnya yang promotif dan
preventif, pelayanan kedokteran wisata harus dierikan sebelum seseorang
melakukan perjalanan 1. Saat yang paling baik adalah 6-8 minggu sebelum tanggal
kebererangkatan. Namun, jika terlambat, 1-2 hari sebelum keberangkatan pun
masih dimungkinkan 1. Di samping itu, klien juga mungkin akan kembali ke
travel clinic setelah ia pulang bepergian, terutama jika terjadi gejala-gejala
penyakit tertentu 5,6.

Pelayanan kedokteran wisata yang perlu dan dapat diberikan di travel


clinic adalah konsultasi pra-perjalanan; imuniasasi; bekal profilaksis; stand-by
treatment; dan medical kit; konsultasi dan penatalaksanaan penyakit
1,2
pascaperjalanan . Di samping itu, setiap klinik perlu mengembangkan sistem
doukmentasi rekam medik dan sarana tambahan seperti konsultasi via telepon,
apotik dan pelayanan penjualan alat-alat untuk pencegahan penyakit 1.

2.4.1 Konsultasi Pra-Perjalanan

Informasi yang aktual dan akurat dapat sangat penting dalam


kedokteran wisata sehingga rekomendasi yang diberikan bukan didasarkan
opini tetapi evidence based 7. Nasihat perjalanan diberikan dalam bentuk
konsultasi dan edukasi mengenai risiko kesehatan yang mungkin dapat
diaalami klien selama bepergian, baik sewaktu di perjalnan maupun
setelah tiba di tempat tujuan. Pengetahuan yang penting dikuasai oleh
tenaga kesehatan sehubungan dengan hal ini antara lain medical
geography, distribusi dan epidemiologi penyakit infeksi serta kondisi-
kondisi tertentu dalam perjalanan, misalnya problem ketinggian (high
7.
altititude), jet lag, mabuk perjalanan, temperatur tinggi dan sebagainya
Risiko khusus, seperti bencana alam, terorisme dan konflik senjata juga
perlu diperhatikan mengingat akhir-akhir ini banyak insiden teradi di
daerah wisata dengan turis asing sebagai korban (runtuhnya gedung World
Trade Center di New York, tsunami di Pattaya, bom Bali I-II, dan lain-
lain). Topik edukasi yang dapat diberikan dalam konsultasi pra-perjalanan
antara lain adalah: pencegahan penyakit (diare, malaria, penyakit menular
seksual, dll), penyakit karena kondisi lingkungan (panas, dingin,
ketinggian), jet lagI, dan mabuk perjalanan, travel medical kits, dan
sebagainya 1,3.

2.4.2 Imunisasi

Sebagian besar nasihat perjalanan akan dilanjutkan dengan


penjelasan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Namun, imunisasi hanya salah satu dari beberapa strategi preventif dalam
1
kedokteran wisata . Ada dua jenis imunisasi yang terkait dengan
perjalanan, yaitu imunsasi wajib dan imunisasi yang dianjurkan. Namun,
terlebih dahulu harus dipastikan bahwa klien telah melengkapi jadwal
pemberian imunisasi secara ketentuan nasional, terutama untuk anak-
anak1,2.

Penting dicatat bahwa dalam menawarkan imunisasi, klien harus


mendapatkan informasi sejelas-jelasnya, yang antara lain meliputi jenis
imunisasi (wajib atau dianjurkan), jenis patogen (termasuk strain-nya)
yang dapat dicegah, daya proteksi (berapa persen sesuai dengan merk
vaksin), berapa lama kekebalan yang tercapai, kapan perlu booster, dan
yang terpenting, apa efek samping yang mungkin terjadi, mulai dari nyeri
setelah disuntik sampai risiko anafilaksis. Catatan lengkap harus dibuat
sehubungan dengan vaksin yang diberikan, termasuk merk dan nomor
batch, dan pasien diminta menandatangani informed consent 1,8.

2.4.3 Profilaksis, stand-by treatment dan medical kit

Sesuai daerah tujuan klien, tenaga kesehatan dapat memberikan


terapi profilaksis, yaitu untuk malaria, jika daerah tujuan klien adalah
daerah endemik malaria 1. Jika klien akan menetap dalam waktu lama di
daerah terpencil, ia dapat pula diberikan bekal stand-by treatment, yaitu
obat malaria yang dapat diminum jika timbul gejala, sebelum dapat
mencapai klinik terdekat. Untuk keperluan ini, klien dapat menggunakan
uji diagnostik cepat dengan dipstick test sebelum dikonfirmasikan di
laboratorium yang memadai 8 .

Bagi sebgaian besar klien, ada berbagai jenis medical kit yang
dapat ditawarkan untuk dibawa selama perjalanan. Untuk perjalanan bisnis
atau liburan di daerah yang tidak berisiko tinggi, ada sejumlah basic
medical kit yang dapat dipakai mengatasi problem kesehatan ringan,
seperti demam, diare, jet lag, dan luka kecil 9. Namun untuk perjalanan
petualangan (adventure), diperlukan medical kit khusus yang jauh lebih
lengkap, terutama untuk mengenai kecederaan. Orang-orang dengan
kondisi medik tertentu, seperti usia lanjut, penderita diabetes, asma,
hipertensi, dan lain sebagainya juga perlu membawa obat-obatan mereka
9,10
sesuai rekomendasi dokternya . Perlu dicatat, untuk membawa obat-
obatan (dan mungkin jarum suntik)m klien perlu dibekali surat dengan
keterangan bahwa obat-obatan tersebut adalah untuk kepentingan pribadi
yang di resepkan. Hal ini penting untuk menghindari kesulitan di bea cukai
jika dilakukan pemeriksaan obat-obat terlarang 1.

2.4.4 Konsultasi Pasca Perjalanan

Pelayanan kedokteran wisata yang ideal merupakan suatu


kesinambungan sejak sebelum berangkat sampai setelah pulang dari
perjalanan 1. Sebanyak 1-5% orang yang berpergian dari negara-negara
maju ke negara berkembang dilaporkan mengalami penyakit yang cukup
serius selama perjalnan ;0,01-0,1% orang membutuhkan evakuasi medik,
dan 1 dari antara 100.000 orang telah meninggal. Orang-orang yang
mengalami sakit berat umumnya mereka yang mengunjungi kenalan atau
sanak saudara dan tinggal di rumah mereka sehingga risiko terpapar
patogen lebih besar daripada turis biasa 1. Pelayanan konsultasi pasca-
perjalanan membutuhkan lebih banyak keahlian dan sumber daya (dokter
spesialis, laboratorium dan penunjang diagnostik lainna). Hal ini dapat
disiasati dengan membangun kerja sama antara beberapa penyedia layanan
kesehatan, misalnya rumah sakit, laboratirum 24 jam, dan lain sebagainya
1,2,3.

2.4.5 Keahlian yang Diperlukan

Dokter yang ingin menyelenggarakan praktek keodokteran wisata


1,6,7
perlu menguasai beberapa ketrampilan, antara lain :

 Pengkajian kesehatan dasar


Yang meliputi evaluasi kondisi medik klien dan pengkajian resiko
perjalanan berdasarkan rencana perjalanan, lokasi tujuan, cara
perjalanan, aktivitas di daerah tujuan, dan lama tinggal. Kajian
perlu dibedakan antara anak-anak, orang dewasa sehat, orang lanjut
usia, wanita hamil, penderita penyakit kronik, penderita
imunodefisiensi, dan orang dengan dengan keterbatasan (cacat)
 Membuat strategi untuk mengurangi risiko
Yang meliputi rekomendasi imunisasi dan modifikasi perilaku
untuk menjaga kesehatan
 Strategi penatalaksanaan penyakit ketika bepergian
Yaitu langkah-langkah yang perlu diambil klien jika ia mengalami
gangguan kesehatan
 Konsultasi pasca-perjalanan
Yaitu pengkajian kemungkinan adanya penyakit yang terakit
perjalanan setelah klien pulang dan penatalaksanaan penyakit
tersebut jika terbukti ada (termasuk mekanisme rujukan)
 Keterampilan komunikasi
Oleh karena klien umumnya bukan pasien, diperlukan cara
komunikasi yang berbeda. Klien dapat membahas risiko
kesehatannya bersama-sama dengan tenaga kesehatan seperti dua
orang yang sedang berdiskusi bukan seperti dokter yang memberi
instruksi kepada pasien. Alat-alat bantu seperti brosur, leaflet, dan
formulir isian diperlukan untuk menjelaskan berbagai hal kepada
klien.

2.4.6 Fasilitas yang Perlu Ada dalam Klinik

Sebuah travel clinic yang profesional perlu mempunyai berbagai


fasilitas sebagai berikut ini 1,9,10:

 Peralatan elektronik
Yaitu lemari es untuk meyimpan vaksin dan perangkat
telekomunikasi, telepon, fax dan internet
 Bahan habis pakai
Yaitu vaksin dan obat-obatan, alat-alat disposabel, peralatan
resusitasi dan obat-obatan untuk mengatasi reaksi alergi.
 Dokumen
Berupa status khusus untuk perjalanan, kartu catatan imunisasi, dan
sistem rekam medik yang baik
 Formulir persetujuan tindakan medik
Yang digunakan untuk melakukan imunisasi, pemeriksaan
laboratorium, dan terapi tertentu.
 Ruangan-ruangan terpisah
Untuk ruang tunggu, kamar konsultasi, dan ruang tindakan. Jika
mungkin dapat disediakan laboratorium atau bekerja sama dengan
laboratorium di luar klinik.
 Protokol (protap) khusus
Yaitu untuk pengendalian infeksi (universal precaution),
pembuangan limbah, pedoman imunisasi, penyimpanan vaksin,
observasi pasca-imunisasi, kerahasiaan klien, konsultasi via
telepon, penatalaksanaan gawat darurat, dan riset.
 Bahan-bahan edukasi
Yaitu brosur-brosur dan buku saku untuk berbagai masalah
kesehatan dengan pencegahannya, buku-buku tentang perjalanan,
informasi jaringan pelayanan kesehatan, informasi tentang alat-alat
pencegahan penyakit : kelambu, insect repellent; cara sterilisasi air,
medical kit dan sebagainya.

2.4.7 Penentuan Waktu Konsultasi


Kunjungan ke travel clinic biasanya tidak ditanggung oleh
pemerintah atau perusahaan asuransi, sehingga klien diharapkan
membayar sendiri biaya konsultasi dan vaksin dan atau obat-obatan
lainnya 1. Peran tenaga kesehatan adalah untuk memberi informasi
dan edukasi, namun klien bertanggun jawab terhadap kesehatan
dirinya dan keputusan yang diambilnya 1.
Pengkajian risiko kesehatan seorang klien sehubungan
dengan rencana kepergiannya hanya membutuhkan waktu sekitar
15-30 menit. Jika diperlukan tambahan waktu 30-60 menit
tergantung kompleksitas geografi dan perilaku beresiko tinggi yang
dapat dialami klien. Tidak seperti praktek biasa, praktek travel
medicine dapat dijadwalkan dengan tepat waktunya sehingga tidak
diperlukan antrian yang panjang. Pemberian imuniasi diberikan
terpisah oleh tenaga kesehatan lain, sehingga jadwal konsultasi
tidak akan terganggu dengan tindakan imuniasi dan observasinya 1.
Oleh karena pemberian konsultasi dan travel advice sudah
ditentukan lamanya, maka penentuan jasa medik diberikan
tergantung lama bicara. Tentunya jika tidak ada kondisi khusus,
semua klien hanya membayar tarif terendah untuk konsultasi 15-30
menit. Jika memang dibutuhkan lebih dari itu, klien perlu
diberitahu terlebih dahulu.
BAB 3
KESIMPULAN

Dokter umum atau dokter keluarga berada pada posisi yang unik untuk
mengenali adanya faktor-faktor pengganggu pada riwayat medik seorang traveller
yang mungkin perlu diantisipasi sebelum bepergian. Namun yang terpenting
dokter harus sadar bahwa perjalanan yang sehat tidak semata-mata memberikan
imunisasi dan obat, tetapi juga edukasi klien yang merupakan elemen terpenting
proteksi diri. Sebagian dari konsultasi harus didedikasikan untuk edukasi atau
menunjukkan sumber-sumber informasi kepada traveller seperti brosur-brosur,
buku-buku, pelayanan telepon dan komputer, dan bahan edukasi lainnya
DAFTAR PUSTAKA

1. Pakasi, Levina S. Pelayanan Kedokteran Wisata. Cermin Dunia


Kedokteran. 2006; 152 1-9.
2. Hill, David R., Ericsson, Charles D., Pearson, Richard D., The Practice
of Travel Medicine: Guidelines by the Infectious Diseases Society of
America. Clinical Infectious Disease.2006 ; 43 : 1499-1539
3. World Health Organization (WHO). International health regulations
(2005). Report no.: A58/55. Geneva: WHO, 2005.
4. Centers for Disease Control and Prevention. Recommended child-
hood and adolescent immunization schedule—United States, 2006.
MMWR Morb Mortal Wkly Rep 2006;54:Q1–4.
5. Leggat PA, Goldsmid JM. Primer of Travel Medicine. 3rd ed.
Brisbane: ACTM Publications, 2002
6. Mardh PA. What is travel medicine? Content, current position, tools
and tasks. J Travel Med 2002; 9 : 34-47.
7. DuPont HL. Steffen R. Travel medicine as a unique medical specialty.
In: DuPont HL. Steffen R. Textbook of travel medicine and health. 2nd
ed. Hamilton: BC Decker Inc, 2001 : 1-2.
8. Zuckerman JN. Travel medicine. BMJ 2002; 325: 260-4.
9. Ryan ET, Wilson ME, Kain KC. Illness after international travel. N
Engl. J Med 2002;347(7): 505-16.
10. Hill DR. Travel clinics in the United States and Canada. In: DuPont
HL. Steffen R. Textbook of travel medicine and health. 2nd ed.
Hamilton: BC Decker Inc, 2001: 52-57.

Anda mungkin juga menyukai

  • 5468 Daftar Isi
    5468 Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    5468 Daftar Isi
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen25 halaman
    Isi
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • LBM 1
    LBM 1
    Dokumen18 halaman
    LBM 1
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • LBM 1
    LBM 1
    Dokumen18 halaman
    LBM 1
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Kelompok Ii Pcos
    Kelompok Ii Pcos
    Dokumen11 halaman
    Kelompok Ii Pcos
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Histologi Sistem Urogenital
    Laporan Praktikum Histologi Sistem Urogenital
    Dokumen7 halaman
    Laporan Praktikum Histologi Sistem Urogenital
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Makalah BELL S Palsy
    Makalah BELL S Palsy
    Dokumen10 halaman
    Makalah BELL S Palsy
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Laporan 4 Fix
    Laporan 4 Fix
    Dokumen19 halaman
    Laporan 4 Fix
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur Tertutup
    LP Fraktur Tertutup
    Dokumen7 halaman
    LP Fraktur Tertutup
    yusfi indra gunawan
    Belum ada peringkat
  • System Genital
    System Genital
    Dokumen4 halaman
    System Genital
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Berkas Persyaratan Tamtama
    Berkas Persyaratan Tamtama
    Dokumen11 halaman
    Berkas Persyaratan Tamtama
    Anonymous ctioZkJ2z9
    Belum ada peringkat
  • Makalah BELL S Palsy
    Makalah BELL S Palsy
    Dokumen10 halaman
    Makalah BELL S Palsy
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Dokumen16 halaman
    Epi Lepsi
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur Tertutup
    LP Fraktur Tertutup
    Dokumen7 halaman
    LP Fraktur Tertutup
    yusfi indra gunawan
    Belum ada peringkat
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Dokumen16 halaman
    Epi Lepsi
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ria Done!
    Tugas Ria Done!
    Dokumen3 halaman
    Tugas Ria Done!
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
    Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
    Dokumen14 halaman
    Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
    agathariyadi
    Belum ada peringkat
  • Photo Fobia
    Photo Fobia
    Dokumen1 halaman
    Photo Fobia
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
    Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
    Dokumen14 halaman
    Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
    agathariyadi
    Belum ada peringkat
  • Photo Fobia
    Photo Fobia
    Dokumen1 halaman
    Photo Fobia
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Isis
    Isis
    Dokumen43 halaman
    Isis
    Gan's
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kusta Blum Jadi
    Makalah Kusta Blum Jadi
    Dokumen4 halaman
    Makalah Kusta Blum Jadi
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Photo Fobia
    Photo Fobia
    Dokumen1 halaman
    Photo Fobia
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Dokumen16 halaman
    Epi Lepsi
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat
  • Isi Makalah
    Isi Makalah
    Dokumen29 halaman
    Isi Makalah
    MeghawatyPutry
    Belum ada peringkat