PENDAHULUAN
Page | 1
keatas. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan tugasnya
sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa yang
kurang menyenangkan.
1.2 Skenario
Seorang wanita bernama Ny. X, mengantarkan suaminya yang berusia 68
tahun datang ke puskesmas untuk berkonsultasi tentang perubahan yang terjadi
pada dirinya. Sejak pensiun emosi suaminya jadi tidak stabil dan pelupa.
Suaminya juga sering mengeluh badan dan sendinya terasa sakit dan kaku kalau
bergerak. Berat badan suaminya menurun dan tidak bergairah dalam hubungan
suami istri. Dokter menyarankan agar suami Ny. X melakukan pemeriksaan medis
lengkap untuk kemudian di tindaklanjuti dengan penanganan. Selain dengan
pengobatan dokter juga menjelaskan bahwa keluhan dan fase yang dialami suami
Ny. X adalah tanda-tanda proses penuaan.
1.3 Terminologi
1.3.1. Penuaan : proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Page | 2
1.4.6 Apa pemeriksaan yang dapat di lakukan pada skenario ?
1.4.7 Bagaimana penatalaksanaan pada skenario ?
1.4.8 Bagaimana pencegahan penyakit pada lansia ?
Page | 3
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 4
4) Faktor psikik
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.
5) Faktor organik
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitness, pola
makan kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron, penurunan
melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan
circandian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang
pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang sejalan
dengan perubahan emosi dan stress, perubahan Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
Page | 5
2) Fase transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Kehilangan
massa otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan energi serta komposisi
lemak tubuh yang meninggi. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin,
meningkatnya resiko penyakit jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap
ini mulai mncul gejala klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatan-
pendengaran, rambut putih mulai tumbuh, elastisitan dan pigmentasi kulit
menurun, dorongan seksual dan bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya
hidup, radikal bebas merusak sel dengan cepat sehingga individu mulai merasa
dan tampak tua. Radikal bebas mulai mempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi
penyebab dari banyak penyakit aging, termasuk kanker, arthritis, kehilangan daya
ingat, penyakit arteri koronaria dan diabetes.
Page | 6
Sebenarnya banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami
proses penuaan. Tetapi, pada dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu teori wear and tear dan teori program (Pangkahila, 2007).
Ada 4 teori pokok dari aging, yaitu:
1) Teori wear and tear
Tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena sering digunakan dan
disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal,
kulit, dan yang lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan
lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alcohol, dan nikotin, karena
sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak
terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel.
2) Teori neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh.
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus,
sebuah kelenjar yang terletk di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan
hipofise dan organ tertentu yang kemudian mengeluarkan hormonnya. Dengan
bertambahnya usia tubuh memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang
akhirnya mengganggu berbagai sistem tubuh.
3) Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, dimana
kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik
dan mental tertentu. Dan penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat
kita menjadi tua dan berapa lama kita hidup.
4) Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas
sendiri merupakan suatu molekul yang memilkiki elektron yang tidak
berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi, karena
kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi
Page | 7
suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada pada
molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh
radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel,
bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal
bebas adalah DNA, lemak, dan protein. Dengan bertambahnya usia maka
akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin mengambil peranan,
sehingga mengganggu metabolisme sel, juga merangsang mutasi sel, yang
akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain itu radikal bebas juga
merusak kolagen dan elastin , suatu protein yang menjaga kulit tetap lembab,
halus, fleksibel, dan elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan
radikal bebas, terutama pada daerah wajah, dimana mengakibatkan lekukan kulit
dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas.
Page | 8
lapangan pandang, menurunnya elastisitas dinding aorta, katub jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun
1% pertahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, TD meningkat.
e. Sistem pengaturan suhu tubuh
Temperatur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan reflek
menggigitdan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
penurunan aktivitas otot.
f. Sistem respirasi
Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari silia-silia paru-paru
kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar, menurunnya O2 pada arteri
menjadi 75 mmHg, menurunnya batuk.
g. Sistem gastrointestinal
Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan kalori,
mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya, terjadi penurunan
produksi saliva, karies gigi, gerak peristaltik usus dan pertambahan waktu
pengosongan lambung.
h. Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsi menurun, fungsi
tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesikel vrinaria
susah dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva.
i. Sistem endokrin
Produksi hormon menurun fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah,
menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi aldesteron, menurunnya
sekresi hormon kelamin.
j. Sistem integument
Kulit mengerut/ keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, respon terhadap
trauma menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu,
elastisitas kulit berkurang pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi
keras dan seperti bertanduk, kelenjer keringat berkurang.
Page | 9
k. Sistem muskulokeletal
Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih
pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
menjadi sclerosis, atrofi serabut otot.
2. Perubahan Psikologi
Tidak semua fungsi-fungsi pada lansia mengalami penurunan, adapun perubahan
psikis yang terjadi menurut Stevens dan Hurlock 1980 adalah:
a. Pengamatan
Memerlukan waktu lebih lama untuk menyimak keadaan sekelilingnya.
b. Daya ingat
Cenderung masih mengingat hal yang lama disbanding dengan hal yang
baru.
c. Berpikir dan argumentasi
Terjadi penurunan dalam pengmbilan keputusan/ kesimpulan.
d. Belajar
Lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu lebih lama untuk dapat
mengintegrasikan jawaban, kurang mampu mempelajari hal-hal yang baru.
b. Perubahan sosial
Lanjut usia cenderung mengurangi bahkan berhenti dari kegiatan sosial atau
menarik diri dari pergaulan sosialnya, keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, secara kualitas maupun kuantitas, yaitu:
kehilangan peran, kontak sosial dan berkurangnya komitmen karena merasa
sudah tidak mampu.
c. Perubahan spiritual
Hubungan horizontal, antar pribadi berupaya menyerasikan hubungan
dengan dunia.
Page | 10
2.4. Interpretasi Pada Skenario
Pada skenario emosi menjadi tidak stabil dapat di sebabkan oleh terjadinya
ketidakseimbangan neurotransmitter yang berperan dalam menjaga kestabilan
mood, ketidak seimbangan tersebut dapat disebabkan oleh menurunya fungsi
tubuh sehingga tidak dapat menimbulkan keluhan tersebut. Sementara, gejala
pelupa dapat disebabkan menurunya kadar aasetilkolin yang berperan dalam
mentranmisikan pesan antar sel-sel saraf dalam otak, selain itu juga dapat
disebabkan oleh terjadinya degenerasi sel-sel saraf pada pasien di skenario,
sehingga asetilkolin yang berkurang ditambah dengan adanya degenerasi sel
menyebabkan seseorang kesulitan dalam mengingat sesuatu atau belajar hal yang
baru.
Gejala sendi terasa sakit dan kaku disebabkan oleh menurunya hormon yang
terlibat dalam proses perbaikan rawan sendi. IGF dan GH merupakan hormon
yang berperan dalam melakukan perbaikan rawan sendi dimana dengan bantuan
hormon tersebut kondrosit akan melakukan replikasi dan memproduksi matriks
baru. Testosteron juga memiliki peran dalam mempengaruhi sintesis komponen
kartilago, sehingga menurunya hormon menyebabkan perubahan komponen sendi,
sendi akan kehilangan fungsinya sehingga terjadi deformitas sendi atau sendi sulit
untuk digerakkan. Rasa sakit dapat disebabkan oleh berkurangnya cairan sinovial
sehingga tulang dapat bergesek satu sama lain sehingga menimbulkan rasa sakit.
Berat badan yang menurun dapat disebabkan oleh berkurangnya kepadatan tulang
akibat usia lanjut dan berkurangnya hormon yang terlibat dalam proses
pencernaan makanan, dan berkurangnya gairah dalam hubungan seksual
disebabkan oleh menurunya hormon yang terlibat dalam proses seksual pada
pasien di skenario, salah satunya adalah kurangya testosteron yang dihasilkan di
sel leydig akan menurunkan gairah seksual.
Page | 11
2.5. Hubungan Usia Dengan Gejala Yang Dikeluhkan
Pada skenario usia 68 tahun menandakan bahwa telah masuk dalam proses
penuaan atau usia lanjut. Sesorang yang sudah memasuki usia lanjut akan
mengalami perubahan pada tubuhnya berupa menurunya fungsi tubuh akibat
menurunya fungsi berbagai sistem dalam tubuh dan menjadi rentan terhadap
penyakit. Menurunya barbagai fungsi sistem dalam tubuh juga akan berdampak
pada menurunnya hormon-hormon yang di hasilkan oleh organ tersebut, hal itu
dapat menimbulkan berbagai gejala yang di keluhkan seperti pada skenario.
Page | 12
b) Jantung, Abdomen dan pinggang :
1. Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung
2. Palpasi: Nadi meningkat, iktus tidak teraba
3. Auskultasi: Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
f) Sistem Pencernaan
Abdomen:
1. Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
2. Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
3. Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4. Auskultasi: Peristaltik usus normal 20 kali/menit
g) Sistem Genetaurinariue
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis tes yang termasuk meliputi pemeriksaan hematologi rutin, urin rutin,
feses rutin, glukosa puasa, profil lipid, apo B, fungsi hati, fungsi ginjal, fungsi tiroid
dan homosistein (Pusparini, 2011).
Pemeriksaan hematologi rutin meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,
jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit, hitung jenis dan laju endap
darah . Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan/penyakit
darah seperti anemia, leukemia, inflamasi, dan infeksi. Pemeriksaan urin rutin
meliputi pemeriksaan kimiawi urin dan pemeriksaan sedimen urin. Pemeriksaan
kimiawi urin yang terlengkap meliputi pemeriksaan protein, glukosa, bilirubin,
urobilinogen, berat jenis, pH, leukosit esterase, darah, nitrit dan keton. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk menunjang diagnosis kelainan di luar ginjal seperti
kelainan metabolisme karbohidrat, fungsi hati, kelainan ginjal dan saluran kemih
seperti infeksi traktus urinarius . Pemeriksaan sedimen urin meliputi pemeriksaan
unsur organik seperti epitel, leukosit, eritrosit, silinder, spermatozoa, parasit,
Page | 13
bakteri, jamur dan unsur anorganik seperti zat amorf, kristal normal, dan kristal
abnormal.
Tujuan pemeriksaan sedimen ini untuk mengidentifikasi/mendeteksi kelainan
ginjal dan saluran kemih. Misalnya adanya leukosit yang banyak di dalam urin
menandakan adanya infeksi atau radang pada ginjal dan atau saluran kemih, adanya
silinder leukosit menandakan adanya radang atau infeksi pada ginjal. Selain itu
pemeriksaan sedimen dapat dipakai untuk memantau perjalanan penyakit ginjal dan
saluran kemih setelah pengobatan (Pusparini, 2011).
Pemeriksaan feses rutin bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit saluran
pencernaan, penyebab anemia, infeksi parasit, ikterus, penyebab diare dan
konstipasi.
Pemeriksaan glukosa puasa merupakan pemeriksaan kadar glukosa di tubuh
setelah puasa (tidak ada asupan kalori) selama minimal 8 jam. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk pemeriksaan penyaring adanya diabetes melitus. Dalam keadaan
normal kadarnya kurang dari 110 mg/dL Pemeriksaan profil lipid meliputi
pemeriksaan kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), kolesterol
high density lipoprotein (HDL), trigliserida. Pemeriksaan ini digunakan untuk
mengetahui adanya dislipidemia yang berhubungan dengan adanya penyakit
jantung koroner.
Di samping pemeriksaan tersebut di atas dikenal pula pemeriksaan apo B
yang merupakan apolipoprotein utama kolesterol LDL . Pemeriksaan ini berguna
untuk mengetahui risiko terhadap penyakit jantung koroner. Ratio kolesterol
LDL/apo B < 1,2 menunjukkan adanya small dense LDL.
Pemeriksaan fungsi hati meliputi pemeriksaan bilirubin total, bilirubin direk,
serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT), serum glutamic pyruvic
transaminase (SGPT), gamma glutamyl transpepetidase ( GT), alkali fosfatase,
total protein, albumin, globulin, lactic dehidrogenase (LDH) . Pemeriksaan ini
berguna untuk mendeteksi kelainan pada hati maupun saluran empedu.
Pemeriksaan fungsi ginjal meliputi pemeriksaan ureum, kreatinin, dan
Page | 14
cystatin C. pemeriksaan ini bertujuan mengetahui kelainan pada ginjal.
Pemeriksaan fungsi tiroid meliputi pemeriksaan thyroid stimulating hormone
sensitive (TSHs) dan free thyroxine 4 (FT4) sebagai pemeriksaan penyaring untuk
mengetahui kelainan kelenjar tiroid (Pusparini, 2011).
Pemeriksaan homosistein digunakan untuk memperkirakan risiko terjadinya
penyakit jantung koroner dan memperkirakan risiko terjadinya demensia. Kadar
homosistein dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan/kerusakan
pada pembuluh darah. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
hiperhomosisteinemia merupakan faktor risiko independen untuk penyakit
kardiovaskular. Kerusakan/gangguan pada pembuluh darah dapat terjadi melalui
beberapa mekanisme, diantaranya adalah dengan cara melukai sel dinding
pembuluh darah, meningkatkan oksidasi LDL, meningkatkan tromboksan yang
dapat menyebabkan terjadinya agregasi trombosit dan meningkatkan pembentukan
sel otot polos. Hiperhomosisteinemia memiliki efek radikal bebas, sehingga dapat
merusak sel saraf. Neuron sangat sensitif dengan adanya serangan radikal bebas.
Page | 15
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaikimemori danapraksia
selama pemberian berlangsung. Beberapa penelitimenatakan bahwa obat-
obatan anti kolinergik akan memperburukpenampilan intelektual pada orang
normal dan penderita demensia.
- Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita demensia didapatkan
penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2
ketoglutarate(75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan
neuronal padanukleus basalis. Pemberian thiamin hydrochlorida dengan
dosis 3 gr/hariselama 3 bulan peroral, menunjukkan perbaikan bermakna
terhadap fungsikognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
- Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat
memperbaikifungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang.
Tetapi pemberian4000 mg pada penderita demensia tidak menunjukkan
perbaikan klinis yangbermakna.
- Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita demensia dapat
disebabkankerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres)
yangmerupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal
1,2mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil yang kurang
memuaskanuntuk memperbaiki fungsi kognitif.
- Haloperiodol
Pada penderita demensia, sering kali terjadi gangguan psikosis
(delusi,halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari
selama 4minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita demensia
menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depresant
(amitryptiline25-100 mg/hari).
Page | 16
- Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam
miktokomdriadengan bantuan enzym ALC transferase. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase,
kolin asetiltransferase.Pada pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1
tahun dalam pengobatan,disimpulkan bahwa dapat memperbaiki atau
menghambat progresifitaskerusakan fungsi kognitif (Kaplan, 2007).
b. Rheumatoid Arthritis
1. Non-farmakologis
a. Edukasi
Edukasi yang cukup penting bagi pasien, keluarga, dan orang-orang yang
berhubungan dengan penderita.:
1) Pengertian tentang patofisiologi
2) Penyebab penyakit
3) Prognosis penyakit
4) Semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks
5) Sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini
6) Metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan (Price, 2005)
b. Istirahat
Perencanaan aktivitas mutlak diperlukan bagi pasien rheumatoid arthritis karena
penderita biasanya disertai dengan rasa lelah yang hebat. Kekakuan dan rasa
kurang nyaman biasanya dapat diperingan dengan beristirahat (Price, 2005).
c. Latihan-latihan spesifik
Latihan spesifik ini dapat berupa :
Page | 17
1) Gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, minimal dua kali dalam
sehari.
2) Kompres panas pada sendi. Tujuan dari kompres panas ini untuk mengurangi
nyeri pada sendi.
3) Mandi parafin dengan suhu yang dapat diatur. Latihan ini paling baik diatur
dan diawasi oleh tenaga kesehatan yang sudah mendapat latihan khusus,
seperti fisioterapi atauterapis kerja.
Latihan latihan ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi (Price, 2005)
d. Alat pembantu dan adaptif
Alat pembantu dan adaptif ini mungkin diperlukan saat melakukan aktivitas
sehari-hari, seperti tongkat untuk membantu berdiri dan berjalan (Price, 2005)
e. Terapi yang lain
Terapi lain yang dimaksud yaitu : terapi puasa, suplementasi asam lemak
esensial, terapi spa dan latihan, suplementasi minyak ikan (cod liver oil) sebagai
NSAID-sparing agent.
2. Farmakologis
a. Aspirin dan semua golongan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Tujuan : terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan
(Suarjana,2009).
b. Glukokortikoid
Steroid dengan prednisone dengan dosis kurang 10 mg/hari.
Mekanisme kerja : untuk meredakan gejala dan memperlambat kerusakan sendi.
Pemberian glukokortikoid harus disertai pemberian kalsium 1500 mg dan
vitamin D 400-800 IU/hari (Suarjana, 2009).
c. DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs)
Pemberian DMARD harus mempertimbangkan aspek :
1) Kepatuhan pasien
2) Beratnya penyakit
Page | 18
3) Pengalaman dokter
4) Adanya penyakit penyerta
Tabel. DMARD yang paling banyak digunakan (Suarjana, 2009).
DMARD Mekanisme Dosis Waktu Efek samping
kerja timbulnya
respon
Page | 19
cyclosporine Menghambat 2,5-5 2-4 bulan Mual,
sintesis IL-2 mg/kgBB parestesia,
dan sitokin sel p.o. per gangguan
T lainnya hari ginjal,
hipertensi,
sepsis, dll
d. Penatalaksanaan bedah
Tindakan bedah perlu dipertimbangkan bila :
1) Terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi yang
ekstensif
2) Keterbatasan gerak yang bermakna atau keterbatasan fungsi yang berat
3) Ada ruptur tendon
(Suarjana, 2009).
Sinovektomi, khususnya pada sendi lutut berguna untuk meluruskan kembali dan
memperbaiki tendon. Sendi buatan dapat dilakukan misalnya pada sendi
panggul, lutut, jari-jari tangan. Artrodesis mungkin perlu dilakukan pada nyeri
atau deformitas yang berat.
c. Andropause
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi andropause adalah
pemberian hormon testosteron, yang lebih dikenal sebagai pengobatan sulih
hormon (hormone replacement therapy, HRT) dengan testosteron. Seperti halnya
pengobatan sulih hormon estrogen pada wanita menopause, sulih hormon
testosteron pada pria andropause juga efektif dan bermanfaat, serta tidak
menimbulkan rasa sakit. Namun pengobatan ini tidak diberikan kepada semua pria,
karena pada pria dengan gejala-gejala andropause, mungkin juga mengidap masalah
kesehatan lain yang dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut. Terdapat beberapa
Page | 20
keadaan yang tidak mengizinkan pria andropause diberikan pengobatan sulih
hormon, yaitu:
Page | 21
2.8. Pencegahan Penyakit Pada Lansia
1 Upaya Promotif yaitu:
Upaya menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap
dihargai dan tetap berguna baik dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang:
a. Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri.
b. Makanan dengan menu yang mengandungi gizi seimbang.
c. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan lansia agar tetap merasa sehat dan segar.
d. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
e. Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran sesuai dengan
kemampuan.
f. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.
Page | 22
c. Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kaca mata, alat
bantu dengar dan lain-lain agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan
tetap merasa berguna.
d.Penyuluhan untuk mencegah terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan
pada usia lanjut.
Page | 23
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada skenario, kelompok kami menyimpulkan bahwa yang
terjadi pada skenario adalah terjadinya proses penuaan pada pasien dengan
beberapa penyakit yang menyertai dan biasa ditemukan pada pasien usia lanjut.
Emosi tidak stabil dan pelupa yang dialami kemungkinan merupakan demensia,
sendi terasa sakit dan kaku kalau bergerak terjadi karena rheumatoid arthritis,
tidak adanya gairah dalam hubungan seksual dapat terjadi karena pasien
mengalami andropause.
3.2 Saran
a. Bagi mahasiswa diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam penyusunan makalah selanjutnya. Sehingga apabila terdapat
kekurangan dalam penyususnan makalah ini, penulis dapat mempelajari
ya lebih lanjut dan dapat dilakukan penyusunan makalah yang lebih baik
lagi.
b. Bagi mahasiswa diharapkan dapat mempelajari lebih dalam lagi tentang
lansia.
Page | 24
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, B. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4.
Jakarta: Balai Pustaka FKUI.
Kaplan & Sadock. 2007. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Page | 25