Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menua merupakan masa perubahan yang dialami individu baik fisik maupun
psikologi akibat penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaan yang
berbeda dengan usia anak-anak, remaja, maupun dewasa yang membutuhkan
dukungan dari orang di sekitarnya.
Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh
karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia
pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk
mencapai hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia
yang dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia. Pada tempat tersebut
dapat diperoleh manfaat antara lain, lansia dapat mengetahui status kesehatannya
juga kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para lansia. Dalam
posyandu lansia, terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari kontak
sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus dapat hidup
mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima.
Tingkat usia yaitu midle age(45-59 tahun), elderly age(60-70 tahun), old
age(70-90 tahun), dan very old age(> 90 tahun). Lansia yang beresiko tinggi adalah
lansia yang berusia di atas 60 tahun. Pada sebagian besar lansia banyak yang
mengalami perubahan berbagai fungsi tubuh baik secara fisiologis, psikologis dan
perubahan psikososial. Dari perubahan-perubahan tersebut sehingga timbulah suatu
keluhan-keluhan pada tubuhnya tetapi belum mengetahui penyakitnya secara pasti.
Dengan ditunjang oleh pola perilaku yang kurang tepat, seperti makan-makanan
yang tinggi garam, tinggi lemak, merokok, minum kopi, dan lain-lain semakin
menambah kompleksitas masalah lansia.
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1
Ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun

Page | 1
keatas. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan tugasnya
sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa yang
kurang menyenangkan.

1.2 Skenario
Seorang wanita bernama Ny. X, mengantarkan suaminya yang berusia 68
tahun datang ke puskesmas untuk berkonsultasi tentang perubahan yang terjadi
pada dirinya. Sejak pensiun emosi suaminya jadi tidak stabil dan pelupa.
Suaminya juga sering mengeluh badan dan sendinya terasa sakit dan kaku kalau
bergerak. Berat badan suaminya menurun dan tidak bergairah dalam hubungan
suami istri. Dokter menyarankan agar suami Ny. X melakukan pemeriksaan medis
lengkap untuk kemudian di tindaklanjuti dengan penanganan. Selain dengan
pengobatan dokter juga menjelaskan bahwa keluhan dan fase yang dialami suami
Ny. X adalah tanda-tanda proses penuaan.

1.3 Terminologi
1.3.1. Penuaan : proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.

1.4 Rumusan Masalah


1.4.1 Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penuaan ?
1.4.2 Apa tanda-tanda penuaan dan prosesnya ?
1.4.3 Apa perubahan yang dapat terjadi pada usia lanjut ?
1.4.4 Bagaimana interpretasi pada skenario ?
1.4.5 Bagaimana hubungan usia dengan gejala yang dikeluhkan ?

Page | 2
1.4.6 Apa pemeriksaan yang dapat di lakukan pada skenario ?
1.4.7 Bagaimana penatalaksanaan pada skenario ?
1.4.8 Bagaimana pencegahan penyakit pada lansia ?

1.5 Tujuan Penulisan


1.5.1 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses penuaan.
1.5.2 Untuk mengetahui tanda-tanda penuaan dan prosesnya.
1.5.3 Untuk mengetahui perubahan yang dapat terjadi pada usia lanjut.
1.5.4 Untuk mengetahui interpretasi pada skenario.
1.5.5 Untuk mengetahui hubungan usia dengan gejala yang dikeluhkan.
1.5.6 Untuk mengetahui pemeriksaan yang dapat di lakukan pada skenario.
1.5.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan pada skenario.
1.5.8 Untuk mengetahui pencegahan penyakit pada lansia.

1.6 Manfaat Penulisan


1.6.1 Manfaat Umum
Makalah yang penulis buat diharapkan memberikan manfaat bagi pembaca, agar
pembaca mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang lansia.

1.6.2 Manfaat Khusus


Makalah yang penulis buat dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca
khususnya mahasiswa kedokteran tentang lansia. yang merupakan pokok
permasalahan pada skenario LBM I Sakit Apa Suamiku? pada modul Masalah
Pada Lansia.

Page | 3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan


Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan, yaitu :
1) Faktor lingkungan
a. Pencemaran linkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga) akan
mempercepat penuaan.
b. Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai penelitian
ternyata suara bising akan mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin dan
mampu menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh.
c. Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih akan
meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan.
d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannnya sehingga
menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak langsung
melalui mekanisme umpan balik (hormonal feedback mechanism).
e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit.
2) Faktor diet/makanan.
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan yang tidak
menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun
dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain
organ hati.
3) Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi
faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun
dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh (Darmojo, 2009).

Page | 4
4) Faktor psikik
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.
5) Faktor organik
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitness, pola
makan kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron, penurunan
melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan
circandian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang
pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang sejalan
dengan perubahan emosi dan stress, perubahan Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).

2.2. Tanda-Tanda Penuaan dan Prosesnya


Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan
kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan
fisiologik (kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan
penyakit (Fowler, 2003).
Menurut Fowler (2003), aging adalah suatu penyakit dengan karakteristik yang
terbagi menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase subklinik (usia 25-35 tahun)
Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, growth hormone (GH),
dan estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA mulai
mempengaruhi tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi, paparan berlebihan
radiasi ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar.
Individu akan tampak dan merasa normal tanpa tanda dan gejala dari aging atau
penyakit. Bahkan, pada umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan
normal.

Page | 5
2) Fase transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Kehilangan
massa otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan energi serta komposisi
lemak tubuh yang meninggi. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin,
meningkatnya resiko penyakit jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap
ini mulai mncul gejala klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatan-
pendengaran, rambut putih mulai tumbuh, elastisitan dan pigmentasi kulit
menurun, dorongan seksual dan bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya
hidup, radikal bebas merusak sel dengan cepat sehingga individu mulai merasa
dan tampak tua. Radikal bebas mulai mempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi
penyebab dari banyak penyakit aging, termasuk kanker, arthritis, kehilangan daya
ingat, penyakit arteri koronaria dan diabetes.

3) Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)


Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk
DHEA(dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen, dan
hormon tiroid. Terdapat juga kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin,
dan mineral sehingga terjadi penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot
sekitar 1 kilogram setiap 3 tahun, peningkatan lemak tubuh dan berat badan. Di
antara usia 40 tahun dan 70 tahun, seorang pria kemungkinan dapat kehilangan 20
pon ototnya, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk membakar 800-1.000
kalori perhari. Penyakit kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem organ
yang mengalami kegagalan. Ketidakmampuan menjadi faktor utama untuk
menikmati tahun emas dan seringkali adanya ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Prevalensi
penyakit kronis akan meningkat secara dramatik sebagai akibat peningkatan usia
(Fowler, 2003).

Page | 6
Sebenarnya banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami
proses penuaan. Tetapi, pada dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu teori wear and tear dan teori program (Pangkahila, 2007).
Ada 4 teori pokok dari aging, yaitu:
1) Teori wear and tear
Tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena sering digunakan dan
disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal,
kulit, dan yang lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan
lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alcohol, dan nikotin, karena
sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak
terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel.
2) Teori neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh.
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus,
sebuah kelenjar yang terletk di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan
hipofise dan organ tertentu yang kemudian mengeluarkan hormonnya. Dengan
bertambahnya usia tubuh memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang
akhirnya mengganggu berbagai sistem tubuh.
3) Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, dimana
kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik
dan mental tertentu. Dan penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat
kita menjadi tua dan berapa lama kita hidup.
4) Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas
sendiri merupakan suatu molekul yang memilkiki elektron yang tidak
berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi, karena
kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi

Page | 7
suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada pada
molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh
radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel,
bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal
bebas adalah DNA, lemak, dan protein. Dengan bertambahnya usia maka
akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin mengambil peranan,
sehingga mengganggu metabolisme sel, juga merangsang mutasi sel, yang
akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain itu radikal bebas juga
merusak kolagen dan elastin , suatu protein yang menjaga kulit tetap lembab,
halus, fleksibel, dan elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan
radikal bebas, terutama pada daerah wajah, dimana mengakibatkan lekukan kulit
dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas.

2.3. Perubahan yang dapat terjadi pada usia lanjut


1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan sel terganggu,
menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.
b. Sistem persyarafan
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca
indera, kurang sensitive terhadap sentuhan, hubungan persarafan menurun.
c. Sistem pendengaran
Presbiakusis/ gangguan pendengaran, hilang kemampuan pendengaran pada
telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi dan tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata, terjadi pengumpulan ceruman dapat mengeras.
d. Sistem penglihatan
Spingter pupil timbul sclerosis, hilang respon terhadap sinar, kornea lebih
berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala, menurunnya

Page | 8
lapangan pandang, menurunnya elastisitas dinding aorta, katub jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun
1% pertahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, TD meningkat.
e. Sistem pengaturan suhu tubuh
Temperatur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan reflek
menggigitdan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
penurunan aktivitas otot.
f. Sistem respirasi
Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari silia-silia paru-paru
kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar, menurunnya O2 pada arteri
menjadi 75 mmHg, menurunnya batuk.
g. Sistem gastrointestinal
Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan kalori,
mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya, terjadi penurunan
produksi saliva, karies gigi, gerak peristaltik usus dan pertambahan waktu
pengosongan lambung.
h. Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsi menurun, fungsi
tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesikel vrinaria
susah dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva.
i. Sistem endokrin
Produksi hormon menurun fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah,
menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi aldesteron, menurunnya
sekresi hormon kelamin.
j. Sistem integument
Kulit mengerut/ keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, respon terhadap
trauma menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu,
elastisitas kulit berkurang pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi
keras dan seperti bertanduk, kelenjer keringat berkurang.

Page | 9
k. Sistem muskulokeletal
Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih
pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
menjadi sclerosis, atrofi serabut otot.

2. Perubahan Psikologi
Tidak semua fungsi-fungsi pada lansia mengalami penurunan, adapun perubahan
psikis yang terjadi menurut Stevens dan Hurlock 1980 adalah:
a. Pengamatan
Memerlukan waktu lebih lama untuk menyimak keadaan sekelilingnya.
b. Daya ingat
Cenderung masih mengingat hal yang lama disbanding dengan hal yang
baru.
c. Berpikir dan argumentasi
Terjadi penurunan dalam pengmbilan keputusan/ kesimpulan.
d. Belajar
Lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu lebih lama untuk dapat
mengintegrasikan jawaban, kurang mampu mempelajari hal-hal yang baru.
b. Perubahan sosial
Lanjut usia cenderung mengurangi bahkan berhenti dari kegiatan sosial atau
menarik diri dari pergaulan sosialnya, keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, secara kualitas maupun kuantitas, yaitu:
kehilangan peran, kontak sosial dan berkurangnya komitmen karena merasa
sudah tidak mampu.
c. Perubahan spiritual
Hubungan horizontal, antar pribadi berupaya menyerasikan hubungan
dengan dunia.

Page | 10
2.4. Interpretasi Pada Skenario
Pada skenario emosi menjadi tidak stabil dapat di sebabkan oleh terjadinya
ketidakseimbangan neurotransmitter yang berperan dalam menjaga kestabilan
mood, ketidak seimbangan tersebut dapat disebabkan oleh menurunya fungsi
tubuh sehingga tidak dapat menimbulkan keluhan tersebut. Sementara, gejala
pelupa dapat disebabkan menurunya kadar aasetilkolin yang berperan dalam
mentranmisikan pesan antar sel-sel saraf dalam otak, selain itu juga dapat
disebabkan oleh terjadinya degenerasi sel-sel saraf pada pasien di skenario,
sehingga asetilkolin yang berkurang ditambah dengan adanya degenerasi sel
menyebabkan seseorang kesulitan dalam mengingat sesuatu atau belajar hal yang
baru.
Gejala sendi terasa sakit dan kaku disebabkan oleh menurunya hormon yang
terlibat dalam proses perbaikan rawan sendi. IGF dan GH merupakan hormon
yang berperan dalam melakukan perbaikan rawan sendi dimana dengan bantuan
hormon tersebut kondrosit akan melakukan replikasi dan memproduksi matriks
baru. Testosteron juga memiliki peran dalam mempengaruhi sintesis komponen
kartilago, sehingga menurunya hormon menyebabkan perubahan komponen sendi,
sendi akan kehilangan fungsinya sehingga terjadi deformitas sendi atau sendi sulit
untuk digerakkan. Rasa sakit dapat disebabkan oleh berkurangnya cairan sinovial
sehingga tulang dapat bergesek satu sama lain sehingga menimbulkan rasa sakit.
Berat badan yang menurun dapat disebabkan oleh berkurangnya kepadatan tulang
akibat usia lanjut dan berkurangnya hormon yang terlibat dalam proses
pencernaan makanan, dan berkurangnya gairah dalam hubungan seksual
disebabkan oleh menurunya hormon yang terlibat dalam proses seksual pada
pasien di skenario, salah satunya adalah kurangya testosteron yang dihasilkan di
sel leydig akan menurunkan gairah seksual.

Page | 11
2.5. Hubungan Usia Dengan Gejala Yang Dikeluhkan
Pada skenario usia 68 tahun menandakan bahwa telah masuk dalam proses
penuaan atau usia lanjut. Sesorang yang sudah memasuki usia lanjut akan
mengalami perubahan pada tubuhnya berupa menurunya fungsi tubuh akibat
menurunya fungsi berbagai sistem dalam tubuh dan menjadi rentan terhadap
penyakit. Menurunya barbagai fungsi sistem dalam tubuh juga akan berdampak
pada menurunnya hormon-hormon yang di hasilkan oleh organ tersebut, hal itu
dapat menimbulkan berbagai gejala yang di keluhkan seperti pada skenario.

2.6. Pemeriksaan Yang Dapat Dilakukan Pada Skenario


1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: tidak terdapat gangguan, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala
b. Mata-Telinga-Hidung :
a) Penglihatan: Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena
tidak terjadi perdarahan)
b) Pendengaran: Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
c) Hidung, pembau: Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung
d) Leher: Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
e) Dada dan punggung :
a) Paru-paru :
1. Inspeksi: Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
2. Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
3. Auskultasi: Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
4. Perkusi: Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.

Page | 12
b) Jantung, Abdomen dan pinggang :
1. Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung
2. Palpasi: Nadi meningkat, iktus tidak teraba
3. Auskultasi: Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
f) Sistem Pencernaan
Abdomen:
1. Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
2. Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
3. Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4. Auskultasi: Peristaltik usus normal 20 kali/menit
g) Sistem Genetaurinariue
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

2. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis tes yang termasuk meliputi pemeriksaan hematologi rutin, urin rutin,
feses rutin, glukosa puasa, profil lipid, apo B, fungsi hati, fungsi ginjal, fungsi tiroid
dan homosistein (Pusparini, 2011).
Pemeriksaan hematologi rutin meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,
jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit, hitung jenis dan laju endap
darah . Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan/penyakit
darah seperti anemia, leukemia, inflamasi, dan infeksi. Pemeriksaan urin rutin
meliputi pemeriksaan kimiawi urin dan pemeriksaan sedimen urin. Pemeriksaan
kimiawi urin yang terlengkap meliputi pemeriksaan protein, glukosa, bilirubin,
urobilinogen, berat jenis, pH, leukosit esterase, darah, nitrit dan keton. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk menunjang diagnosis kelainan di luar ginjal seperti
kelainan metabolisme karbohidrat, fungsi hati, kelainan ginjal dan saluran kemih
seperti infeksi traktus urinarius . Pemeriksaan sedimen urin meliputi pemeriksaan
unsur organik seperti epitel, leukosit, eritrosit, silinder, spermatozoa, parasit,

Page | 13
bakteri, jamur dan unsur anorganik seperti zat amorf, kristal normal, dan kristal
abnormal.
Tujuan pemeriksaan sedimen ini untuk mengidentifikasi/mendeteksi kelainan
ginjal dan saluran kemih. Misalnya adanya leukosit yang banyak di dalam urin
menandakan adanya infeksi atau radang pada ginjal dan atau saluran kemih, adanya
silinder leukosit menandakan adanya radang atau infeksi pada ginjal. Selain itu
pemeriksaan sedimen dapat dipakai untuk memantau perjalanan penyakit ginjal dan
saluran kemih setelah pengobatan (Pusparini, 2011).
Pemeriksaan feses rutin bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit saluran
pencernaan, penyebab anemia, infeksi parasit, ikterus, penyebab diare dan
konstipasi.
Pemeriksaan glukosa puasa merupakan pemeriksaan kadar glukosa di tubuh
setelah puasa (tidak ada asupan kalori) selama minimal 8 jam. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk pemeriksaan penyaring adanya diabetes melitus. Dalam keadaan
normal kadarnya kurang dari 110 mg/dL Pemeriksaan profil lipid meliputi
pemeriksaan kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), kolesterol
high density lipoprotein (HDL), trigliserida. Pemeriksaan ini digunakan untuk
mengetahui adanya dislipidemia yang berhubungan dengan adanya penyakit
jantung koroner.
Di samping pemeriksaan tersebut di atas dikenal pula pemeriksaan apo B
yang merupakan apolipoprotein utama kolesterol LDL . Pemeriksaan ini berguna
untuk mengetahui risiko terhadap penyakit jantung koroner. Ratio kolesterol
LDL/apo B < 1,2 menunjukkan adanya small dense LDL.
Pemeriksaan fungsi hati meliputi pemeriksaan bilirubin total, bilirubin direk,
serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT), serum glutamic pyruvic
transaminase (SGPT), gamma glutamyl transpepetidase ( GT), alkali fosfatase,
total protein, albumin, globulin, lactic dehidrogenase (LDH) . Pemeriksaan ini
berguna untuk mendeteksi kelainan pada hati maupun saluran empedu.
Pemeriksaan fungsi ginjal meliputi pemeriksaan ureum, kreatinin, dan

Page | 14
cystatin C. pemeriksaan ini bertujuan mengetahui kelainan pada ginjal.
Pemeriksaan fungsi tiroid meliputi pemeriksaan thyroid stimulating hormone
sensitive (TSHs) dan free thyroxine 4 (FT4) sebagai pemeriksaan penyaring untuk
mengetahui kelainan kelenjar tiroid (Pusparini, 2011).
Pemeriksaan homosistein digunakan untuk memperkirakan risiko terjadinya
penyakit jantung koroner dan memperkirakan risiko terjadinya demensia. Kadar
homosistein dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan/kerusakan
pada pembuluh darah. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
hiperhomosisteinemia merupakan faktor risiko independen untuk penyakit
kardiovaskular. Kerusakan/gangguan pada pembuluh darah dapat terjadi melalui
beberapa mekanisme, diantaranya adalah dengan cara melukai sel dinding
pembuluh darah, meningkatkan oksidasi LDL, meningkatkan tromboksan yang
dapat menyebabkan terjadinya agregasi trombosit dan meningkatkan pembentukan
sel otot polos. Hiperhomosisteinemia memiliki efek radikal bebas, sehingga dapat
merusak sel saraf. Neuron sangat sensitif dengan adanya serangan radikal bebas.

2.7. Penatalaksanaan Pada Skenario


a. Demensia
Pengobatan penyakit demensia masih sangat terbatas oleh karena penyebab
dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan
hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yang
menguntungkan.
- Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk
pengobatan simptomatik penyakit demensia, dimana penderita
demensiadidapatkan penurunan kadar asetilkolin.Untuk mencegah
penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan antikolinesterase yang bekerja
secara sentral seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine).

Page | 15
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaikimemori danapraksia
selama pemberian berlangsung. Beberapa penelitimenatakan bahwa obat-
obatan anti kolinergik akan memperburukpenampilan intelektual pada orang
normal dan penderita demensia.
- Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita demensia didapatkan
penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2
ketoglutarate(75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan
neuronal padanukleus basalis. Pemberian thiamin hydrochlorida dengan
dosis 3 gr/hariselama 3 bulan peroral, menunjukkan perbaikan bermakna
terhadap fungsikognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
- Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat
memperbaikifungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang.
Tetapi pemberian4000 mg pada penderita demensia tidak menunjukkan
perbaikan klinis yangbermakna.
- Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita demensia dapat
disebabkankerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres)
yangmerupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal
1,2mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil yang kurang
memuaskanuntuk memperbaiki fungsi kognitif.
- Haloperiodol
Pada penderita demensia, sering kali terjadi gangguan psikosis
(delusi,halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari
selama 4minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita demensia
menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depresant
(amitryptiline25-100 mg/hari).

Page | 16
- Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam
miktokomdriadengan bantuan enzym ALC transferase. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase,
kolin asetiltransferase.Pada pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1
tahun dalam pengobatan,disimpulkan bahwa dapat memperbaiki atau
menghambat progresifitaskerusakan fungsi kognitif (Kaplan, 2007).

b. Rheumatoid Arthritis
1. Non-farmakologis
a. Edukasi
Edukasi yang cukup penting bagi pasien, keluarga, dan orang-orang yang
berhubungan dengan penderita.:
1) Pengertian tentang patofisiologi
2) Penyebab penyakit
3) Prognosis penyakit
4) Semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks
5) Sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini
6) Metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan (Price, 2005)
b. Istirahat
Perencanaan aktivitas mutlak diperlukan bagi pasien rheumatoid arthritis karena
penderita biasanya disertai dengan rasa lelah yang hebat. Kekakuan dan rasa
kurang nyaman biasanya dapat diperingan dengan beristirahat (Price, 2005).
c. Latihan-latihan spesifik
Latihan spesifik ini dapat berupa :

Page | 17
1) Gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, minimal dua kali dalam
sehari.
2) Kompres panas pada sendi. Tujuan dari kompres panas ini untuk mengurangi
nyeri pada sendi.
3) Mandi parafin dengan suhu yang dapat diatur. Latihan ini paling baik diatur
dan diawasi oleh tenaga kesehatan yang sudah mendapat latihan khusus,
seperti fisioterapi atauterapis kerja.
Latihan latihan ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi (Price, 2005)
d. Alat pembantu dan adaptif
Alat pembantu dan adaptif ini mungkin diperlukan saat melakukan aktivitas
sehari-hari, seperti tongkat untuk membantu berdiri dan berjalan (Price, 2005)
e. Terapi yang lain
Terapi lain yang dimaksud yaitu : terapi puasa, suplementasi asam lemak
esensial, terapi spa dan latihan, suplementasi minyak ikan (cod liver oil) sebagai
NSAID-sparing agent.

2. Farmakologis
a. Aspirin dan semua golongan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Tujuan : terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan
(Suarjana,2009).
b. Glukokortikoid
Steroid dengan prednisone dengan dosis kurang 10 mg/hari.
Mekanisme kerja : untuk meredakan gejala dan memperlambat kerusakan sendi.
Pemberian glukokortikoid harus disertai pemberian kalsium 1500 mg dan
vitamin D 400-800 IU/hari (Suarjana, 2009).
c. DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs)
Pemberian DMARD harus mempertimbangkan aspek :
1) Kepatuhan pasien
2) Beratnya penyakit

Page | 18
3) Pengalaman dokter
4) Adanya penyakit penyerta
Tabel. DMARD yang paling banyak digunakan (Suarjana, 2009).
DMARD Mekanisme Dosis Waktu Efek samping
kerja timbulnya
respon

Hidroksiklor- Menghambat 200-400 2-6 bulan Mual, sakit


okuin sekresi sitokin, mg p.o. per kepala, sakit
(Plaquenil), enzim hari perut, myopati,
klorokuin lisosomal, dan 250 mg p.o. toksisitas pada
fosfat fungsi makrofag per hari retina
Methorexate Inhibitor 7,5-25 mg 1-2 bulan Mual, diare,
(MTX) dihidrofolat p.o, IM kelemahan,
reduktase, atau SC ulkus mulut,
hambat per minggu gangguan
kemotaksis, fungsi hati, dll
efek anti
inflamasi
sulfasalazin Menhambat 2-3 gr p.o. 1-3 bulan Mual, diare,
respon sel B per hari leukopeni,
dan hambat gangguan
angiogenesis fungsi hati, dll

Azathioprine Mengahambat 50-150 mg 2-3 bulan Mual,


(Imuran) sintesis DNA p.o. per leukopeni,
hari sepsis, limfoma

Page | 19
cyclosporine Menghambat 2,5-5 2-4 bulan Mual,
sintesis IL-2 mg/kgBB parestesia,
dan sitokin sel p.o. per gangguan
T lainnya hari ginjal,
hipertensi,
sepsis, dll

d. Penatalaksanaan bedah
Tindakan bedah perlu dipertimbangkan bila :
1) Terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi yang
ekstensif
2) Keterbatasan gerak yang bermakna atau keterbatasan fungsi yang berat
3) Ada ruptur tendon
(Suarjana, 2009).
Sinovektomi, khususnya pada sendi lutut berguna untuk meluruskan kembali dan
memperbaiki tendon. Sendi buatan dapat dilakukan misalnya pada sendi
panggul, lutut, jari-jari tangan. Artrodesis mungkin perlu dilakukan pada nyeri
atau deformitas yang berat.

c. Andropause
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi andropause adalah
pemberian hormon testosteron, yang lebih dikenal sebagai pengobatan sulih
hormon (hormone replacement therapy, HRT) dengan testosteron. Seperti halnya
pengobatan sulih hormon estrogen pada wanita menopause, sulih hormon
testosteron pada pria andropause juga efektif dan bermanfaat, serta tidak
menimbulkan rasa sakit. Namun pengobatan ini tidak diberikan kepada semua pria,
karena pada pria dengan gejala-gejala andropause, mungkin juga mengidap masalah
kesehatan lain yang dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut. Terdapat beberapa

Page | 20
keadaan yang tidak mengizinkan pria andropause diberikan pengobatan sulih
hormon, yaitu:

Kanker payudara (pada pria)


Kanker prostat
Pengobatan ini bermanfaat untuk mengatasi gangguan fisik andropause akibat
berkurangnya libido dan kemampuan ereksi. Dari beberapa kajian klinis pada pria
dengan kadar testosteron rendah telah dilaporkan adanya tanggapan positif terhadap
testosteron, yaitu;
1. Emosi dan rasa penghargaan diri membaik
2. Energi secara fisik dan mental meningkat
3. Kemarahan, mudah tersinggung, kesedihan, kelelahan dan rasa gugup berkurang
4. Kualitas tidur membaik
5. Libido dan kemampuan seksual meningkat
6. Massa tubuh meningkat, dan lemak berkurang
7. Kekuatan otot bertambah (genggaman tangan, ekstremitas atas dan bawah)
8. Penurunan risiko penyakit jantung
Dengan pemberian testosteron diperoleh perubahan-perubahan berikut:
perilaku membaik, harga diri dan percaya diri kembali, energi meningkat baik di
rumah maupun di lingkungan sosial. Banyak pria yang merasa lebih kuat, selain itu
terjadi peningkatan pada emosi, konsentrasi, pengenalan, libido, kegiatan seksual,
dan secara keseluruhan merasa baik. Pengaruh ini biasanya dirasakan dalam kurun
3-6 minggu. Manfaat lainnya adalah menjaga atau meningkatkan densitas tulang,
meningkatkan komposisi tubuh, massa dan kekuatan otot, serta meningkatkan daya
penglihatan-ruang.

Page | 21
2.8. Pencegahan Penyakit Pada Lansia
1 Upaya Promotif yaitu:
Upaya menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap
dihargai dan tetap berguna baik dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang:
a. Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri.
b. Makanan dengan menu yang mengandungi gizi seimbang.
c. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan lansia agar tetap merasa sehat dan segar.
d. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
e. Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran sesuai dengan
kemampuan.
f. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.

2. Upaya Preventif yaitu:


Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun
komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. Upaya preventif dapat
berupa kegiatan antara lain:
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara
dini penyakit-penyakit lansia.
b. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan lansia agar tetap merasa sehat dan segar.

Page | 22
c. Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kaca mata, alat
bantu dengar dan lain-lain agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan
tetap merasa berguna.
d.Penyuluhan untuk mencegah terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan
pada usia lanjut.

3. Upaya Kuratif yaitu:


Upaya pengobatan bagi lansia. Upaya kuratif dapat berupa kegiatan sebagai
berikut:
a. Pelayanan kesehatan dasar.
b. Pelayanan kesehatan spesialistik melalui sistem rujukan.

4. Upaya Rehabilitasi yaitu:


Upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Upaya rehabilitasi
dapat berupa kegiatan antara lain:
a. Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan
bebagai alat bantu misalnya kaca mata, alat bantu dengar dan lain-lain agar
lansia tetap dapat membirakan karya dan tetap merasa berguna sesuai
kebutuhan dan kemampuan.
b. Mengembalikan keprcayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita.
c. Pembinaan usia lanjut dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifkan
didalam maupun diluar rumah.
d. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
e. Perawatan fisioterapi.

Page | 23
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada skenario, kelompok kami menyimpulkan bahwa yang
terjadi pada skenario adalah terjadinya proses penuaan pada pasien dengan
beberapa penyakit yang menyertai dan biasa ditemukan pada pasien usia lanjut.
Emosi tidak stabil dan pelupa yang dialami kemungkinan merupakan demensia,
sendi terasa sakit dan kaku kalau bergerak terjadi karena rheumatoid arthritis,
tidak adanya gairah dalam hubungan seksual dapat terjadi karena pasien
mengalami andropause.

3.2 Saran
a. Bagi mahasiswa diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam penyusunan makalah selanjutnya. Sehingga apabila terdapat
kekurangan dalam penyususnan makalah ini, penulis dapat mempelajari
ya lebih lanjut dan dapat dilakukan penyusunan makalah yang lebih baik
lagi.
b. Bagi mahasiswa diharapkan dapat mempelajari lebih dalam lagi tentang
lansia.

Page | 24
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, B. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4.
Jakarta: Balai Pustaka FKUI.

Fowler, B. 2003. Functional and biological markers of aging in Klatz, R,


2003, Anti Aging Medical Therapeutic, vol. 5. Chicago: The AFM Publication.

Kaplan & Sadock. 2007. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Pangkahila W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan,


Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pusparini. 2011. Pemeriksaan Laboratorium Berkala Sebagai Deteksi Dini


Penyakit Kronis Pada Lansia. Jakarta : Jurnal Universa Medicina Vol. 24
No.1.

Suarjana, I.Nyoman. 2009. Artritis Reumatoid. dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi,


B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi V. Jakarta: Balai Pustaka FKUI.

Page | 25

Anda mungkin juga menyukai

  • Rumus Lemeshow
    Rumus Lemeshow
    Dokumen2 halaman
    Rumus Lemeshow
    natijatun istiqomah
    100% (1)
  • Makalah Abortus Inkomplit
    Makalah Abortus Inkomplit
    Dokumen20 halaman
    Makalah Abortus Inkomplit
    Opi SaNg MadRidistas
    100% (1)
  • Makalah Abortus Inkomplit
    Makalah Abortus Inkomplit
    Dokumen20 halaman
    Makalah Abortus Inkomplit
    Opi SaNg MadRidistas
    100% (1)
  • Daftar Tabel, Gambar, Singkatan
    Daftar Tabel, Gambar, Singkatan
    Dokumen6 halaman
    Daftar Tabel, Gambar, Singkatan
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen4 halaman
    Abs Trak
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Anak 2
    Anak 2
    Dokumen20 halaman
    Anak 2
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen4 halaman
    Daftar Isi
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • LBM 1 Dokter Siaga
    LBM 1 Dokter Siaga
    Dokumen31 halaman
    LBM 1 Dokter Siaga
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • LBM 4
    LBM 4
    Dokumen37 halaman
    LBM 4
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Makalah LBM 2
    Makalah LBM 2
    Dokumen10 halaman
    Makalah LBM 2
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • LBM 4
    LBM 4
    Dokumen37 halaman
    LBM 4
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Dapis
    Dapis
    Dokumen2 halaman
    Dapis
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Dapis
    Dapis
    Dokumen2 halaman
    Dapis
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen25 halaman
    Isi
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • LBM 2
    LBM 2
    Dokumen15 halaman
    LBM 2
    Anastasya Lunasikifa
    Belum ada peringkat
  • Kelebihan
    Kelebihan
    Dokumen1 halaman
    Kelebihan
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar + Daftar Isi
    Kata Pengantar + Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar + Daftar Isi
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Hasil SGD
    Laporan Hasil SGD
    Dokumen1 halaman
    Laporan Hasil SGD
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Abses Paru
    Makalah Abses Paru
    Dokumen19 halaman
    Makalah Abses Paru
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    natijatun istiqomah
    Belum ada peringkat