Anda di halaman 1dari 5

Thalassia hemprichii

Gambar 1. Thalassia hemprichii ( Sumber : Hutomo, 1997)

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichii (Latuconsina, 2002).

Lamun dugong (Thalassia hemprichii) merupakan salah satu tumbuhan dari kelas
Angiospermae dan termasuk ke dalam kelompok lamun. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan
berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di
dalam laut (Dahuri 2003).

Lamun ini mempunyai rimpang (rhizoma) yang berwarna coklat atau hitam dengan
ketebalan 1 – 4 mm dan panjang 3 – 6 cm. Setiap nodus ditumbuhi oleh satu akar dimana
akar dikelilingi oleh rambut kecil yang padat. Setiap tegakan mempunyai 2 – 5 helaian daun
dengan apeks daun yang membulat, panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10 mm.

T. hemprichii mempunyai rimpang (rhizoma) yang berwarna coklat atau hitam dengan
ketebalan 1 – 4 mm dan panjang 3 – 6 cm. Setiap nodus ditumbuhi oleh satu akar dimana
akar dikelilingi oleh rambut kecil yang padat. Setiap tegakan mempunyai 2 – 5 helaian daun
dengan apeks daun yang membulat, panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10 mm.

T. hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang tumbuh di perairan tropik dan
penyebarannya cukup luas. Menurut Kiswara (1995) lamun jenis ini sangat umum dan
banyak ditemukan di daerah rataan terumbu, baik yang tumbuh sendiri-sendiri
(monospesifik) maupun yang tumbuh bersama-sama dengan lamun jenis lain atau tumbuhan
lain (mixed vegetasi).

Pertumbuhan lamun diduga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti


kondisi fisiologis dan metabolisme, serta faktor eksternal seperti zat-zat hara dan tingkat
kesuburan pertanian. Kecepatan tumbuh daun lamun dugong adalah 4,51 mm hari-1 untuk
daun baru maupun daun lama (Dahuri 2003).

Saat ini status dari Thalassia hemprichii adalah Least Concern (LC), yang artinya
spesies ini telah dievaluasi, namun tidak masuk ke dalam kategori manapun, dalam kata
lain spesies Thalassia hemprichii ini di alam bebas masih aman atau belum terlalu
mengkhawatirkan.

Lamun Halodule pinifolia

Gambar 2. Halodule pinifolia ( Sumber : Hutomo, 1997)


Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Helobiae

Famili : Cymodoceaceae

Genus : Halodule

Species : Halodule pinifolia

( Hutomo, 1997).

Halodule pinifolia dicirikan oleh bentuknya yang panjang, pisau daun sempit berukuran 5-
20 cm panjang dan 0,6-1.2 mm lebar. Ujung daun bulat dan bergerigi luas. Selubung daun
kira-kira 1-4 cm panjang. Halodule pinifolia memiliki rimpang merayap dengan 2-3 akar di setiap
node. Akar pada Halodule pinifolia memiliki karakteristik tipis (fragile), seperti rambut, diameter
kecil. Lamun mampu menyerap nutrien dari dalam substrat (interstitial) melalui sistem akar-
rhizoma. Diantara banyak fungsi, akar lamun merupakan tempat menyimpan oksigen untuk
proses fotosintesis yang dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem
lakunal (udara) yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan rhizoma
digunakan untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang dilakukan oleh
mikroflora di rhizospher (Djamali, 1977).

Lamun ini memiliki sebuah batang pendek menonjol dari setiap node . Halodule pinifolia
memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalah herbaceous, Struktur rhizoma dan
batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi tergantung dari susunan saluran di dalam
stele. Rhizoma, bersama sama dengan akar, menancapkan tumbuhan ke dalam substrat.
Rhizoma seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan
memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif dan reproduksi yang dilakukan
secara vegetatif merupakan hal yang lebih penting daripada reproduksi dengan pembibitan
karena lebih menguntungkan untuk penyebaran lamun (Hutomo, 1997).
Saat ini status dari Halodule pinifolia adalah Least Concern (LC), yang artinya spesies ini
telah dievaluasi, namun tidak masuk ke dalam kategori manapun, dalam kata lain spesies Halodule
pinifolia ini di alam bebas masih aman atau belum terlalu mengkhawatirkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Djamali, 1977. Komunitas Ikan pada Padang Lamun (Seagrass,) di Pantai Selatan Pulau Tegah,
Gugusan Pulau Pari. LIPI, Jakarta.

Hutomo, H. 1997. Padang Lamun Indonesia :Salah Satu Ekosistem Laut Dangkal yang Belum Banyak
Dikenal. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Kiswara W. 1995. Degradasi Padang Lamun di Teluk Banten: Pengaruhnya terhadap Sumber Daya
Perikanan. Media Pustaka, Jakarta.
Latuconsina, M.U., 2002. Studi Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Lamun Enhalus acoroide dan
Thalassia hemprichii di Pulau Barrang Lompo dan Pulau Bone Batang. Skripsi Ilmu Kelautan.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai