Disusun oleh :
Nama
Hari, Waktu
Asisten
menghasilkan bentuk lahan yang potensial. Misalnya aktivitas reklamasi pada pantai dapat
menyebabkan erosi dan abrasi pada pantai tersebut. Aktivitas pembangunan waduk yang
kurang tepat juga menyebabkan kerusakan pada daerah tangkapan hujan sekitar waduk
sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan tanah berupa rekahan dan retakan
tanah. Oleh karena itu, aktivitas antropogenik dalam merubah lahan hendaknya
memperhatikan dampak terhadap lahan disekitarnya.
C. ANALISIS CONTOH BENTUK LAHAN ANTROPOGENIK DI INDONESIA
Contoh lahan antropogenik yang ada di Indonesia yaitu Pantai Marina Semarang,
yang terbentuk karena proyek reklamasi pantai, waduk, pelabuhan, dan bukit Ngoro yang ada
di Mojokerto dan penambangan pasir.
1. Pantai Marina Semarang
sumber daya alam lahan dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan cara
pengurangan atau dengan pengeringan lahan.
Pantai Marina Semarang merupakan pantai yang terbentuk karena aktivitas reklamasi.
Kawasan yang direklamasi tersebut memanjang sesuai dengan bibir atau garis pantai. Dengan
pola reklamasi yang demikian, maka ini akan melewati daerah tambak yang dimiliki oleh
petambak pada daerah tepi pantai. Lebih lanjut reklamasi ini mengarah ke laut. Hal ini
melihat daerah yang direklamasi cukup luas yaitu sekitar 200 hektar. Padahal daerah yang
sebagian merupakan area tambak kurang produktif yaitu hanya 80 hektar.
Pelaksanaan pembangunan reklamasi ini tidak dilakukan dalam satu tahap, namun kegiatan
tersebut akan dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap awal kegiatan yang dilakukan
adalah melakukan penimbunan atau pengurukan dengan material sebanyak 5 juta m3.
Material tersebut diambil dari kawasan industri candi, sedangkan sisanya diambil dari daerah
sekitar lokasi. Total material pengurukan adalah 15 juta m3. Material yang digunakan berupa
batuan vulkanik dan breksi. Pada bagian bawah diisi dengan breksi. Kemudian diatasnya diisi
dengan batuan vulkanik. Dengan kondisi tersebut, material timbunan mengalami penurunan
atau penyusutan. Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan penimbunan kembali sesuai
dengan target.
Secara geologi pantai marina merupakan pantai yang tersusun oleh sedimentasi
laut dan sungai serta terdapat endapan aluvium delta yang berumur kuarter. Material aluvium
delta yang berupa batu lempung merupakan litologi yang belum terkompaksi secara utuh
apalagi ditambah adanya intrusi air laut yang diakibatkan penggunaan air tanah secara
berlebihan sehingga akuifer dangkal yang ada menjadi rusak dan terintrusi oleh air laut. Hal
ini karena dipesisir pantai marina digunakan sebagai kawasan pariwisata dan perkantoran
serta kawasan huni mewah yang sangat banyak membutuhkan air bersih sehingga banyak
yang melakukan pengeboran sumur artesis yang mencari lapisan akuifer dalam sehingga
terjadi proses kerusakan akuifer dan berdampak pada proses land subsidence didaerah pesisir
utara dan secara morfogenesa kawasan pantai marina merupakan daerah pantai genetik yang
endapannya tersusun oleh endapan material laut dan sedimentasi sungai. Namun
penyalahgunaan fungsi sungai sebagai bahan pembuangan limbah menjadikan daerah
kawasan pantai marina menjadi daerah yang kotor. Dari gelombang laut menurut data pasang
surut pada bab sebelumnya menunjukan bahwa pantai marina merupakan daerah yang
bergelombang menengah keatas sehingga perlunya dilakukan penerapan sistem hijau pantai
yang diperlukan sebagai kawasan transisi dan menjaga kestabilan daerah darat dari proses
abrasi air laut yang berlebihan.
Berdasarkan peta geologi lingkungan daerah pantai marina merupakan daerah pantai
yang jelek akibat endapan litologi berupa napal dan lempung dan gejala amblesan dan
pemakaian air tanah yang dieksploitasi secara berlebihan menyebabkan kerusakan stratigrafi
daerah utara semarang yang berumur kuarter, serta adanya proses pembebanan pondasi
bangunan yang tidak memperhatikan kestabilan dan daya dukung tanah ketika melakukan
pembangunan dan pengubahan kawasan hutan bakau menjadi daerah terbuka membuat
tingkat lingkungan pantai marina rusak berlebihan secara kuantitatif dan fisik sehingga perlu
dilakukan pemulihan dan konservasi lingkungan. Hal lain perlu ditambahkan bahwa
reklamasi pantai semarang seharusnya juga memperhatikan daerah aliran sungai dan tingkat
kestabilan tanah serta kajian geologinya sehingga perlu penyelidikan tingkat lanjut untuk
mengetahui sebaran dan tebal endapan litologi satuan batuan alluvium dan lempung. Hal ini
diperlukan sebagai bahan referensi didalam pengelolaan wilayah tingkat lanjut.
Pantai Marina termasuk dalam lahan antropogenik karena pantai ini telah mengalami
perubahan yaitu perubahan perubahan kondisi morfologi pantai. Batas pantai atau garis pantai
menjadi lebih menjorok ke arah laut.
Atau contoh lainnya yaitu Kansai International Airport. Kansai International Airport (KIA)
merupakan bandara internasional yang dibangun di atas lahan reklamasi di Teluk Osaka,
Jepang.
Gambar2.KansaiInternationalAirport
Sebelum pekerjaan reklamasi, sejumlah gundukan pasir dituangkan ke dalam tanah liat
yang berada di dasar laut (sand drain method). Berat tanah yang dipakai karena reklamasi
membuat air di tanah liat di bawah bergerak keluar sepanjang gundukan-gundukan pasir.
Dengan demikian, tanah liat tersebut menjadi kuat.
2. Waduk
berasal dari bentuk lahan struktural dan fluvial. Waduk merupakan bentuk lahan antropogenik
karena terbentuk oleh aktivitas manusia yang merubah lahan menjadi berbentuk cekungan.
Dalam pembuatan waduk selain harus memperhatikan teknik-teknik dalam pembuatan waduk
juga harus memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak sampai merusak daerah tangkapan
hujan yang dapat menyebabkan rusaknya lahan biasanya ditandai dengan rekahan dan retakan
pada tanah.
Masalah utama yang dihadapi oleh waduk di Indonesia adalah masalah erosi dan
sedimentasi yang terjadi di daerah tangkapan dan teknologi konservasi yang diterapkan. Erosi
merupakan suatu proses penghanyutan tanah oleh kekuatan air dan angin, baik yang terjadi
secara alamiah maupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia. Banyak sedikitnya
partikel tanah tererosi sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, bentuk kewilayahan atau
topografi, vegetasi dan faktor aktivitas manusia terhadap tanah. Erosi mengakibatkan
terjadinya pemindahan butiran tanah ke tempat lain melalui suatu proses yang dinamakan
angkutan sedimen.
3. Pelabuhan
Gambar 5. Pelabuhan
Pemanfaatan dan pengusahaan lahan pantai oleh manusia banyak menimbulkan
perubahan fisik bentang lahan yang nyata. Misalnya konstruksi bangunan pantai yang
berbentuk pelabuhan. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau
danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke
dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan
membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Pelabuhan termasuk lahan antropogenik
karena bentuknya telah merubah bentuk lahan pesisir sebelumnya.
Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:
dapat berfungsi secara efektif dan tidak mengancam lahan sekitar. Misalnya
pembangunan pelabuhan Indonesia cabang Pontianak yang dibangun di tepi sungai yang
dapat menyebabkan pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daerah hulu. dan juga
pelabuhan Tanjung Api-api yang ada di Provinsi Sumatera Selatan mengakibatkan
rusaknya hutan bakau (mangrove) dan hutan nipah, ancaman kepunahan sejumlah satwa
langka, serta merusak perkebunan kelapa milik penduduk.
4. Bukit Ngoro Mojokerto
Misalnya Bukit Ngoro yang terletak di sekitar daerah perbukitan dan patahan
Watukosek Mojokerto. Bukit ini merupakan bukit dari bentuk lahan asal struktural yang
kemudian telah mengalami degradasi akibat aktivitas masyarakat sekitar yaitu adanya
penambangan pasir dan pengambilan material yang dimanfaatkan sebagai tanggul lumpur
lapindo Sidoarjo.
Bukit Ngoro terletak di sekitar daerah perbukitan dan patahan watukosek mojokerto. Bukit
ini merupakan bukit dari bentuk lahan asal struktural yang kemudian telah mengalami
degradasi akibat aktivitas masyarakat sekitar yaitu adanya penambangan pasir dan
pengambilan material yang dimanfaatkan sebagai tanggul lumpur lapindo Sidoarjo.
Oldeman (1994) menyatakan lima faktor penyebab degradasi tanah akibat campur tangan
manusia secara langsung, yaitu: deforestasi, overgrazing, aktivitas pertanian, eksploitasi
berlebihan, dan aktivitas industri dan bioindustri. Lima proses utama yang terjadi timbulnya
tanah terdegradasi, yaitu: menurunnya bahan kandungan bahan organik tanah, perpindahan
liat, memburuknya struktur dan pemadatan tanah, erosi tanah, deplesi dan pencucian unsur
hara (Lal, 1986).
lainnya.
degradasi biologi berhubungan dengan menurunnya kualitas dan kuantitas bahan