Anda di halaman 1dari 5

ESSAY

TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR


(Pengendalian Erosi)

Disusun Oleh :
Nama : Aisyah Shiddiiqah
NPM : 240110150101
Dosen pengampu : Sophia Dwiratna S.TP., M.T

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
Pengendalian Erosi

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-


bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa
erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut
yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. (Sitanala Arsyad dalam
Nursa’ban, 2006). Sebagai negara tropis indonesia mempunyai intensitas dan
kuantitas curah hujan yang cukup tinggi. Berdasarkan data BMKG tahun 1994
yang di pengaruhi oleh letak astronomis indonesia menunjukan bahwa ada sekitar
23,1 persen wilayah Indonesia yang dengan curah hujan di atas 3500 mm
pertahun, untuk curah hujan tahunan antara 2000- 3500 mm mencakup 59,7
persen dan 17,2 persen dengan curah hujan dibawah 2000 mm setahun. Selain itu
kondisi tanah berlereng menjadi pemicu terjadinya erosi parah, padahal sebagian
wilayah Indonesia memiliki topografi lereng.
Banyaknya lahan yang tersedia di Indonesia tidak menjamin bahwa
kehidupan di indonesia bisa lebih makmur, alih-alih digunakan untuk lahan
pertanian lahan tersebut biasanya hanya dibiarkan kosong tanpa dimanfaatkan
dengan baik. Berdasarkan data pada tahun 2000 disebutkan juga bahwa 77%
wilayah Indonesia adalah tanah berlereng hanya seperempat wilayah indonesia
yang bertopografi datar. Padahal tanah miring atau berlereng yang tidak diolah
akan mengakibatkan erosi yang parah. Butiran tanah yang terbawa saat hujan oleh
aliran permukaan akan mengikis lapisan top soil, terbawa ke hilir dan mengendap
disana sehingga terjadi pendakalan sungai di hilir.
Terjadinya erosi yang cukup tinggi terjadi di wilayah Indonesia kini akhirnya
telah mendorong masyarakat untuk melakukan konservasi terhadap tanah.
Walaupun belum terlaksana disemua lapisan masyarakat namun kini sudah
banyak lahan yang telah dimanfaatkan atau diolah demi menghindari terjadinya
erosi. Pengendalian erosi dimaksudkan sebagai upaya pencegahan kerusakan
tanah dengan cara mengupayakan resistansi tanah terhadap daya erosi dan
mengurangi sifat erosif dari aliran permukaan (surface runoff). Kegiatan
pengendalian erosi di lahan (upaya konservasi) adalah upaya untuk
mempertahankan, meningkatkan, dan/atau mengembalikan fungsi atau daya
dukung lahan sesuai dengan kebutuhan. Langkah-langkah untuk melakukan
pengendalian erosi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara mulai dari cara
vegetativ, mekanik, dan kimiawi.
Cara yang paling mudah adalah pengendalian erosi dengan cara vegetativ.
Penanaman tanaman diatas lahan yag miring akan membuat adanya daya tampung
serap tanah lebih besar. Akar-akar tanaman akan mengikat air yang masuk ke
tanah melalui hujan sehinga air tidak akan langsung mengalir ke aliran run off.
Penanaman tumbuhan tahunan akan memiliki kapasita infiltrasi yang lebih tinggi
jadi air hujan yang dapat terserap juga lebih banyak. Pemilihan tanaman yang
akan di tanam di atas lahan miring kosong inipun perlu diperhatikan. Pemilihan
tanaman dengan tajuk yang seirama tidak akan menanggulangi erosi. Yang perlu
dilakukan adalah dengan memilih tanaman dengan tajuk yang berbeda atau
bertingkat. Di tambah dengan penanamn rumput yang sesuai juga dapat
menmbantu pengendalian erosi. Dengan adanya vegetasi ini selain akar yang
dapat mengikat air hujan yang terserap oleh tanah namun juga sebagai pengalang
agar air hujan tidak dapat turun langsung dan menghujam tanah. Air hujan yang
turun langung menghantam tanah akan mengakibatkan 2 hal yang merugikan.
Pertama tanahnya akan tepecah dan terbawa aliran run off dan kedua adalah tanah
akan mengeras karena terhantam terus-menerus yang mengakibatkan daya dan
kapasitas infiltrasi menurun.
Cara pengendalian erosi yang kedua adalah dengan cara mekanik. Cara
mekanik ini adalah tanah akan diolah atau di buat sedemikian rupa hingga
bertambah nilai fungsionalnya dan dapat mengurangi erosi. Salah satunya adalah
dengan terasering. Terasering ini adalah suatu teknik atau cara pengendalian erosi
secara mekanis, dengan cara membuat trap-trap atau terasering yang berfungsi
untuk menahan longsoran tanah pada tebing/lahan yang curam, dan memperkuat
lahan berteras.
Lahan miring yang tererosi adalah karena kurangnya kesempatan air dapat
masuk kedalam tanah. Karena itulah dibuat adanya teras dengan adanya
permukaan datar di lereng maka akan membuat kesempatan air untuk terserap
lebih besar. Pada dasarnya penerapan konservasi secara mekanik ini juga harus
diikuti oleh penanaman vegetatif di atasnya. Walau hanya berupa mulsa atau
dengan penanaman dengan pola tanam yang terpenting juga agar dapat menutup
permukaan tanah sepanjang tahun. Adapun jenis-jenis teras adalah teras bangku,
teras gelud, teras individu, teras kebun dan korak atau lubang resapan. Cara
konservasi secara mekanik lainnya juga bisa dengan pembuatan waduk,
pembuatan lubang resapan, tanggul serta perbaikan drainase da irigrasi.
Cara konservasi yang terakhir adalah dengan metode kimia. Metode kimia
adalah penggunaan bahan kimia baik berupa senyawa sintetik maupun berupa
bahan alami yang telah diolah untuk menjaga stabilitas tanah dan mencegah
terjadi erosi. Penerapan metode kimia ini biasanya dilakukan dengan
menyemprotkan bahan kimira ke lereng agar tanah menjadi mengeras dan tidak
terjadi longsor. Fungsi lainnya dari penggunaan metode kimia ini selain untuk
memanfaatkan strutur tanah namun juga untuk meningkatkan kapasitas infitrasi.
Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan untuk pengendalian erosi
diantaranya adalah dengan memperbesar resistensi permukaan tanah sehingga
lapisan permukaan tanah tahan terhadap pengaruh tumbukan butir-butir air
hujan, , memperbesar kapasitas infiltrasi tanah, sehingga laju aliran permukaan
dapat diredusir (dikurangi), meredusir laju aliran permukaan agar daya kikis
terhadap tanah yang dilalui dapat diperkecil, dan memperbesar resistensi tanah
sehingga daya rusak dan daya hanyut aliran permukaan terhadap partikel-partikel
tanah dapat diperkecil atau diredusir
.
DAFTAR PUSTAKA

Marhendi, Teguh. 2014. Teknologi Pengendalian Erosi Lahan. Universitas


Muhammadiyyah : Purwokerto.

Nursa’ban, Muhammad. 2006. Pengendalian Erosi Tanah Sebagai Upaya


Melestarikan Kemampuan Fungsi Lingkungan. Universitas Negeri
Yogyakarta : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai