Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan
usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, kuantitas
dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka
kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar
sehingga jumlah air bersih semakin berkurang. KTA menjadi sangat mendesak dilakukan di
berbagai DAS prioritas di Indonesia mengingat kerap terjadinya berbagai bencana alam
hidrometeorologis seperti banjir dan longsor. Konservasi tanah dan air sendiri sebenarnya
gabungan dari istilah konservasi tanah dan konservasi air, hanya saja seringkali istilah ini
digabungkan karena proses-proses antara tanah dan air tidak dapat dipisahkan dan memiliki
kaitan yang erat satu sama lain.
Konservasi tanah menurut Arsyad (1989), adalah penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan
tanah. Konservasi tanah secara umum diartikan sebagai penempatan tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti sempit
konservasi tanah sendiri adalah upaya untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosidan
memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Tujuan diadakannnya konservasi tanah di
Indonesia diarahkan pada tiga prinsip utama yaitu perlindungan permukaan tanah terhadap
pukulan butir butir hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian bahan
organik atau dengan cara meningkatkan penyimpanan air, dan mengurangi laju aliran
permukaan sehingga menghambat material tanah dan hara terhanyut (Agus et al., 1999).
Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk
pertanian seefisien mungkin dan pengaturan waktu aliran air dengan cara meresapkan air ke
dalam tanah agar pada musim hujan tidak terjadi banjir dan pada musim kemarau air untuk
kebutuhan hidup masih tersedia. Tujuan dari adanya konservasi air adalah:
2. Penghematan energi yang cukup besar untuk pemompaan air, pengiriman, dan
fasilitas pengolahan air limbah,
3. Konservasi habitat, yaitu penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk
membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan
penerimaan migrasi aliran air.
Pada dasarnya konservasi tanah secara vegetatif adalah segala bentuk pemanfaatan
tanaman ataupun sisa-sisa tanaman untuk mengurangi erosi. Tanaman ataupun sisa-sisa
tanaman berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap daya pukulan butir air hujan maupun
terhadap daya angkut air aliran permukaan (runoff), serta meningkatkan peresapan air ke
dalam tanah. Kanopi berfungsi menahan laju butiran air hujan dan mengurangi tenaga kinetik
butiran air dan pelepasan partikel tanah sehingga pukulan butiran air dapat dikurangi. Air
yang masuk di sela-sela kanopi (interception) sebagian akan kembali ke atmosfer akibat
evaporasi. Fungsi perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan butir air hujan merupakan
hal yang sangat penting karena erosi yang terjadi di Indonesia penyebab utamanya adalah air
hujan. Semakin rapat penutupannya akan semakin kecil risiko hancurnya agregat tanah oleh
pukulan butiran air hujan.
Batang tanaman juga menjadi penahan erosi air hujan dengan cara merembeskan
aliran air dari tajuk melewati batang (stemflow) menuju permukaan tanah sehingga energi
kinetiknya jauh berkurang. Batang juga berfungsi memecah dan menahan laju aliran
permukaan. Jika energi kinetik aliran permukaan berkurang, maka daya angkut materialnya
juga berkurang dan tanah mempunyai kesempatan yang relatif tinggi untuk meresapkan air.
Beberapa jenis tanaman yang ditanam dengan jarak rapat, batangnya mampu membentuk
pagar sehingga memecah aliran permukaan. Partikel tanah yang ikut bersama aliran air
permukaan akan mengendap di bawah batang dan lama-kelamaan akan membentuk bidang
penahan aliran permukaan yang lebih stabil.
Keberadaan perakaran mampu memperbaiki kondisi sifat tanah yang disebabkan oleh
penetrasi akar ke dalam tanah, menciptakan habitat yang baik bagi organisme dalam tanah,
sebagai sumber bahan organik bagi tanah dan memperkuat daya cengkeram terhadap tanah
(Foth, 1995, Killham, 1994, Agus et al., 2002). Perakaran tanaman juga membantu
mengurangi air tanah yang jenuh oleh air hujan, memantapkan agregasi tanah sehingga lebih
mendukung pertumbuhan tanaman dan mencegah erosi, sehingga tanah tidak mudah hanyut
akibat aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi, dan kapasitas memegang air.
Secara garis besar, metode konservasi tanah dan air dibagi menjadi 3 yaitu: metode
vegetatif, teknis/mekanik, dan kimia. Manusia mempunyai keterbatasan dalam
mengendalikan erosi karena erosi terjadi secara alami sehingga perlu ditetapkan kriteria
tertentu yang diperlukan dalam tindakan konservasi tanah. Salah satu pertimbangan yang
harus disertakan dalam merancang teknik konservasi tanah adalah nilai batas erosi yang
masih dapat diabaikan (tolerable soil loss). Jika besarnya erosi pada tanah dengan sifat-sifat
tersebut lebih besar daripada angka erosi yang masih dapat diabaikan, maka tindakan
konservasi sangat diperlukan. Berikut penjelasan mengenai ketiga metode konservasi tanah
dan air.
1. Metode Vegetatif
3. Metode Kimiawi
Teknik konservasi tanah secara kimiawi adalah setiap penggunaan bahanbahan
kimia baik organik maupun anorganik, yang bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah
dan menekan laju erosi. Teknik ini jarang digunakan petani terutama karena
keterbatasan modal, sulit pengadaannya serta hasilnya tidak jauh beda dengan
penggunaan bahan-bahan alami. Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu
sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud
dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil
conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah
sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa
tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi
berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada
tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Bahan kimiawi yang termasuk dalam kategori
ini adalah pembenah tanah (soil conditioner) seperti Polyvinil Alcohol (PVA),
Polyvinil Alcohol urethanised (PVAu), Sodium Polyacrylate (SPA), Polyacrilamide
(PAM), Vinylacetate Maleic Acid (VAMA) Copolymer, Polyurethane, Polybutadiene
(BUT), Polysiloxane, Natural Rubber Latex, Dan Asphalt (bitumen). Bahan-bahan ini
diaplikasikan ke tanah dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah melalui
peningkatan stabilitas agregat tanah, sehingga tahan terhadap erosi.
Gambar 3. Contoh Konservasi Tanah dan Air Metode Kimiawi yaitu Conditioning
Sumber : Women’s Lifestyle, 2016
Ketiga teknik konservasi tanah secara vegetatif, mekanis dan kimia pada prinsipnya
memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan laju erosi, namun efektifitas, persyaratan
dan kelayakan untuk diterapkan sangat berbeda. Oleh karena itu pemilihan teknik konservasi
yang tepat sangat diperlukan.