Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH KONSERVASI TANAH DAN AIR

“MENGIDENTIFIKASI EROSI DI LAPANGAN”

Dosen Pengampu:

1. Ir. Endriani, M.P.


2. Dr. Ir. Hj. Sunarti, S.P., M.P., IPU

Disusun Oleh:

Mutiara Nurul Akbari

D1A020115

Kelas B – SDL

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah akan selalu mengalami


perubahan – perubahan yaitu perubahan segi fisik, kimia ataupun biologi.
Perubahan – perubahan ini terutama terjadi karena pengaruh berbagai unsur
iklim, tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan
manusia. Kerusakan tanah mengakibatkan hilangnya lapisan tanah paling atas
yang banyak mengandung unsur hara organik dan mineral yang dikenal dengan
istilah Erosi Tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2005).

Ketergantungan manusia terhadap tanah terus meningkat. Hal ini


menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan terhadap lingkungan yang akan
mendorong kemerosotan sumberdaya tanah, baik mutu maupun jumlahnya.
Kemerosotan ini seperti ditunjukkan oleh laju erosi yang semakin meningkat.
Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya pengendalian erosi yang berlangsung.
Upaya ini dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya erosi yang terjadi.

1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi jenis – jenis erosi di lapangan
2. Mengetahui bagaimana pengendalian terhadap erosi yang ditemukan
dilapangan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Erosi Tanah


Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media air atau angin. Pada
daerah iklim tropik basah seperti Indonesia, air merupakan media utama
sebagai penyebab terjadinya erosi, sedangkan angin tidak mempunyai
pengaruh yang berarti (Arsyad, 2010).
Erosi disebut pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya yang merupakan
proses penghanyutan tanah oleh desakan – desakan atau kekuatan air dan angin
baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat
tindakan/perbuatan manusia (Kartasapoetra, 2010).

2.2 Bentuk – bentuk Erosi

Menurut Asdak (2010), bentuk erosi dibagi menjadi beberapa, yaitu:

1. Erosi Percikan (Splash erosion), yaitu proses terkelupasnya partikel -


prtikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai
air folos
2. Erosi lembar (Sheet Erosion) yaitu erosi yang terjadi ketika lapisan tipis
permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan
air larian (runoff).
3. Erosi Alur (rill erosion) yaitu pengelupasan yang diikuti dengan
pengangkutan partikel- partikel tanah oleh aliran air larian yang
terkonsentrasi di dalamsaluran - saluran air.
4. Erosi Parit (gully erosion) yaitu sama dengan erosi alur, sehingga pada
mulanya erosi parit ini dianggap sebagai kelanjutan dari erosi alur. Proses
terjadinya erosi parit dikarenakan awal mulanya pembentukan depresi pada
lereng sebagai akibat adanya bagian lahan atau tanaman penutupnya jarang
akibat dari pembakaran atau perumputan.
5. Erosi Tebing Sungai (streambank erosion) (streambank erosid Erosi Tebing
Sungai adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai sungai dan
penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai.
6. Erosi Internal Sungai (Internal or subsurfacace erosion) erosi Internal
adalah proses terangkutnya partikel - partikel tanah ke bawah masuk celah-
celah atau pori-pori akibat adanya aliran bawah permukaan. Akibat erosi
ini tanah menjadi kedap air dan udara, sehingga menurunkan
7. Longsor (landslide) merupakan erosi yang pemindahan tanah terjadi pada
saat bersamaan dalam volume yang besar terjadi secara sekaligus. Longsor
terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu lapisan sedikit kedap air. Lapisan
kedap air terdiri atas tanah liat yang tinggi

2.3 Metode Pengendalian Erosi


Pengendalian erosi dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu metode
vegetasi (biologi), metode teknik mekanis dan metode pemakaian bahan-
bahan pemantap tanah (soil conditioner) (Saefudin Sarief, 1985:75).
1. Metode Vegetasi
Metode ini mempergunakan tumbuhan atau tanaman dan sisa-
sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, jumlah dan daya
rusak aliran permukaan. Yaitu dengan melakukan penanaman berbagai
jenis tanaman. Fungsi tanaman untuk melindungi tanah terhadap daya
tumbukan buti-butir air hujan, melindungi tanah terhadap daya perusak
aliran air di atas permukaan dan memperbaiki penyerapan air oleh
tanaman. Disamping itu tanaman dalam metode ini dapat berfungsi
melindungi tanah dari aliran permukaan, dan memperbaiki kapasitas
infiltrasi tanah dan penahanan air yang akan mempengaruhi besarnya
aliran permukaan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam usaha konservasi tanah
secara vegetasi adalah:
a. sisa-sisa tumbuhan penutup tanah. Pembenaman sisa-sisa tanaman
ke dalam tanah akan meningkatkan kemampuan tanah dalam
menyerap air dan memelihara unsur hara tanaman.
b. Penanaman tanaman penutup tanah Tumbuh-tumbuhan yang dapat
berfungsi sebagai penutup tanah dapat digolongkan dalam tiga jenis
yaitu tumbuhan penutup tanah tinggi, tumbuhan penutup tanah
sedang dan tumbuhan penutup tanah rendah.
c. Pergiliran tanaman, Yaitu sistem penanaman berbagai tanaman
secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada sebidang tanah.
d. Penanaman tumbuhan dalam jalur Penanaman dalam jalur (strip
cropping) adalah suatu sistem bercocok tanam dengan cara beberapa
jenis tumbuhan ditanam dalam jalur yang berseling-seling pada
sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau menurut garis
kontur.
2. Metode Teknis
Mekanis Pengendalian erosi secara teknis mekanis adalah usaha-
usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang
hilang di daerah lahan pertanian dengan cara-cara mekanis. Usaha
pengendalian erosi secara teknis mekanis berupa bangunanbangunan
teknis pada lahan yang miring, berupa teras dan saluran pembuangan air
(Saefudin Sarief, 1985:80). Metode mekanik dalam pengendalian erosi
berfungs untuk memperlambat aliran permukaan, menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak,
memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan
memperbaiki aerasi tanah, serta menyediakan air bagi tanaman.
Adapun usaha-usaha teknis untuk pengendalian erosi dapat berupa:
a. Pembuatan Teras Pembuatan teras dimaksudkan untuk mengubah
permukaan permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat
untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta
menampung agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah.
b. Saluran Pembuangan Air (SPA) Merupakan saluran terbuka yang
dibuat pada permukaan tanah yang sudah diteras dengan arah tegak
lurus denan arah garis kontur dengan maksud menampung sisa aliran
permukaan untuk disalurkan ke tempat yang aman dari bahaya erosi
dan longsornya tanah.
c. DAM penahan adalah bendungan kecil dan sederhana yang dibuat
pada alur/parit alam, dengan urugan tanah diperkuat dengan maksud
untuk mengendapkan lumpur hasil erosi dari lahan bagian atasnya.
d. Penghijauan adalah penanaman tanaman pada tanahtanah rakyat dan
tanah lainnya yang telah mengalami kerusakan baik di dataran tinggi
maupun dataran rendah yang berada di luar kawasan hutan dengan
pohon-pohon terpilih atau rumputrumputan dengan maksud
pengawetan tanah dan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi
para petani atau pemilik tanah yang bersangkutan
3. Metode Kimiawi
Metode kimia dalam pengendalian erosi menggunakan preparat
kimia sintetis atau alami. Metode ini sering dikenal dengan sebutan soil
conditioner, yang bertujuan memperbaiki struktur tanah. Beberapa
contoh soil conditioner yaitu; PVA (Polyvinyl alcohol), PAA (Poly
acrylic acid), VAMA (Vinyl acetate malcic acidcopolymer), DAEMA
(Dimethyl amino ethyl metacrylate), dan Emulsi Bitumen.
Sering pula dilakukan pengendalian erosi dengan
mengkombinasikan dari dua metode pengendalian erosi atau bahkan
ketiga metode tersebut di atas dan digunakan secara bersamaan dalam
usaha mengendalikan erosi
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Erosi percikan

Berdasarkan kondisi lahan seperti pada gambar diatas, menunjukkan


bahwa di lapangan terdapat erosi percik. Hal ini dapat dilihat dari kondisi di
sekitarnya seperti adanya tanda percikan tanah yang menempel di atas vegetasi
sebagai akibat adanya tekanan yang datang dan menghampas ke tanah berupa air
hujan. Kejadian erosi percik ini terlihat bekas hamparan tanah pada vegetasi atau
tumbuhan bawah dengan kondisi kerapatan yang rendah, yang mana terdapat
celah masuknya air hujan yang menyebabkan kerusakan pada agregat tanah.
Akan tetapi pada lahan yang diamati tidak terdapat vegetasi, dimana lahan yang
diamati lahan terbuka.

Metode konservasi tanah dan air untuk mencegah terjadinya erosi percik
ini adalah dengan cara vegetatif, seperti penanaman cover crop, tanaman fast
growing, dan tanaman sisipan, dan tidak kalah penting juga untuk
memperhatikan kondisi tanahnya sebagai media tanam vegetasi yang mana
apabila melakukan proses penimbunan agar sesuai dengan kaidah-kaidah yang
ditentukan.
B. Erosi lembar

Berdasarkan kondisi lahan yang diamati pada gambar diatas, menunjukkan


bahwa dilahan tersebut terdapat erosi lembar. Hal ini dapat dilihat dari kondisi
sekitar lahan yang mengalami perubahan bentuk di atas permukaan tanah, di
mana secara seragam tanah terlihat terkikis dari atas sampai ke bawah sehingga
ketebalan tanahnya berkurang, tanah tersebut berkumpul pada daerah yang
terendah. Air yang mengalir di permukaan tanah bewarna keruh (kuning-
kecoklatan), terdapat bercak-bercak di pemukaan tanah. Kesuburan tanahnya
berkurang karena banyak unsur hara yang hilang akibat terkikis. Kondisi
vegetasi pada sekitar lahan terlihat lebih sedikit yang tidak mampu menutupi
seluruh permukaan tanah sehingga memudahkan air langsung menghempas ke
tanah akibatnya dengan keadaan lahan yang landai serta besarnya curah hujan
mampu menyebabkan terjadinya erosi lembar.

Metode konservasi tanah dan air untuk mencegah terjadinya erosi lembar
ini adalah dengan cara mekanik (pembuatan parit dan guludan sejajar kontur)
dan vegetatif seperti melakukan penanaman cover crop, penutupan dengan
serasah, maupun vegetasi lainnya yang dapat tumbuh pada lahan tersebut.
C. Erosi alur

Berdasarkan kondisi lahan yang diamati pada gambar diatas,


menunjukkan bahwa keadaan lahan menggambarkan bentuk erosi alur.
Keadaan tersebut terjadi karena, erosi lembar yang berlangsung terus-menerus
sehingga pengikisan tanah pada saat air mengalir mengakibatkan terjadinya
alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng, lahan tersebut juga telah
mengalami proses campur tangan manusia yang menyebabkan kondisi tanah
menjadi tidak teratur, kemudian ketidakteraturan tersebut memberikan ruang
pada daerah tertentu yang terkonsentrasi oleh aliran air yang lama-kelamaan
diikuti oleh arus air yang mampu mengikis tanah, alur-alur yang terbentuk oleh
pengikisan sangat jelas dan bentuknya lurus dan searah. Kurangnya vegetasi
pada lahan tersebut membuat mudahnya terjadi erosi karena proses tekanan
yang datang melalui air hujan. Akar vegetasi mampu mempertahankan bentuk
tanah serta memperbaiki struktur tanah.

Metode konservasi tanah dan air untuk mencegah terjadinya erosi alur
ini adalah dengan cara mekanik dan vegetatif. Untuk proses pengerjaannya
dapat dilakukan secara bersamaan atau mendahulukan cara mekanik seperti
melakukan terasering dan disaat bersamaan juga dilakukan cara vegetatif
seperti melakukan penanaman cover crop, penutupan dengan serasah, maupun
vegetasi lainnya yang dapat tumbuh pada lahan tersebut.
D. Erosi tebing sungai

Berdasarkan kondisi lahan yang diamati pada gambar diatas, menunjukkan


bahwa keadaan lahan menggambarkan bentuk erosi tebing sungai. Erosi tebing
sungai (streambank erosion) adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai
dan penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Dua proses berlangsungnya
erosi tebing sungai adalah oleh adanya gerusan aliran sungai dan oleh adanya
longsoran tanah pada tebing sungai. Bagian tebing yang mempunyai potensi
besar untuk terjadinya erosi adalah pada tikungan-tikungan sungai karena gaya
benturan aliran sungai.

Metode konservasi tanah dan air untuk mencegah terjadinya erosi tebing
sungai ini adalah dengan cara penanaman vegetasi. Vegetasi ini melalui sistem
perakaran, tidak saja menurunkan laju erosi, tetapi juga mencegah tanah longsor
di daerah tersebut karena mengurangi kelembaban tanah oleh adanya proses
transpirasi.
E. Erosi parit

Berdasarkan kondisi lahan yang diamati pada gambar diatas, menunjukkan


bahwa pada lahan diatas terdapat erosi parit. Proses terjadinya sama dengan erosi
alur, tetapi alur yang sudah terbentuk demikian besarnya, sehingga tidak dapat
lagi dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit dapat berbentuk V
atau U tergantung pada kepekaan erosi sesuai substratanya. Erosi parit yang
berbentuk V disebabkan kondisi tanah yang resisten terhadap pengikisan.

Metode konservasi tanah dan air untuk mencegah terjadinya erosi parit ini
adalah dengan cara mekanik (pembuatan drop structure) dan vegetatif (seperti
melakukan penanaman cover crop, penutupan dengan serasah, maupun vegetasi
lainnya yang dapat tumbuh pada lahan tersebut.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka


dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Di lapangan telah teridentifikasi bahwa terdapat berbagai macam erosi


berdasarkan bentuk yang dapat dilihat dari kondisi lahan disekitarnya, dimana
terdapat area – area pada lahan tersebut yang tererosi diantaranya yaitu, erosi
percikan (splash erosion), erosi lembar (sheet erosion), erosi alur (riil erosion),
erosi parit (gully erosion), dan erosi tebing (streambank erosion).
2. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan pada lahan yang terjadi
erosi, sedimentasi dan longsor adalah secara vegetatif dengan penanaman
cover crop dari jenis – jenis leguminosa, rumput-rumputan seperti rumput
gajahan, serai wangi, kombinasi metode vegetatif dan mekanik, seperti pada
lereng-lereng dan tanggul ditanami dengan cover crop, pembuatan teras gulud,
perbaikan saluran drainase serta pembuatan dinding penahan.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, IPB, Bogor.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Sarminah, Sri., Gultom, Uli Artha., Ramayana, Syamad. 2022. Estimasi


Erodibilitas Tanah Dan Identifikasi Jenis Erosi Di Wilayah Pasca Tambang
Batubara. Jurnal AGRIFOR Volume XXI Nomor 1.

Saifudin Sarief. (1986). Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Pustaka Buana

Sutedjo, M., Kartasapoetra, A.G. 2005. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya


Tanah dan Tanah Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai