Anda di halaman 1dari 7

2.

4 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman merupakan suatu usaha untuk menjaga serta memacu


pertumbuhan dari tanaman. Menurut O’Connor (2001), pemeliharaan tanaman adalah
suatu kegiatan untuk memelihara dan menjaga lingkungan serta tanaman yang ada
dan untuk memperbaikinya. Melakukan penyesuaian atau pergantian yang diperlukan
untuk mendapatkan suatu kondisi yang baik bagi tanaman agar tanaman dapat
menghasilkan produksi sesuai dengan perencanaan yang ada. Proses pertumbuhan
tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor
eksternal yang sangat mengganggu pertumbuhan tanaman apabila kondisi lingkungan
tidak sesuai dengan sifat tumbuh tanaman. Kondisi lingkungan ini meliputi intensitas
sinar matahari, temperatur, dan tekanan udara serta adanya mikroorganisme yang
mengganggu tanaman (Huang et al, 2010).
Pemeliharaan tanaman merupakan sebuah kegiatan atau aktivitas yang harus
dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk mempercepat menanggulangi kondisi
yang tidak baik untuk tanaman dengan sumber yang ada. Pemeliharaan tanaman juga
ditujukan untuk mengembalikan suatu sistem yang terdapat dilingkungan tanaman itu
sendiri seperti pada kondisi optimal baginya untuk tumbuh dan berkembang. Ada
beberapa cara pemeliharaan untuk tanaman antara lain adalah sebagai berikut.
1. Menyediakan nutrisi, air, cahaya, CO2 & O2 untuk tanaman.
Dengan memberikan nutrisi serta cahaya dan air yang cukup makan tanaman
dapat secara langsung menerima CO2 & O2, karena hal tersebut sangat berhubungan
erat. Tanaman dapat diberikan pupuk yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga
tanaman tersebut ternutrisi dan dapat tumbuh dengan sehat. Menurut Purwanto, et al.
(2015) pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau
unsur hara bagi tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman.
Terdapat berbagai jenis pupuk yang tentunya dapat memenuhi setiap kebutuhan
nutrisi bagi tanaman untuk tumbuh dan kembangnya.
Air adalah salah satu komponen utama penyusun tubuh tanaman. Air memiliki
fungsi-fungsi pokok antara lain sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis,
penyusun protoplasma yang sekaligus memelihara turgor sel, sebagai media dalam
proses transpirasi, sebagai pelarut unsur hara, serta sebagai media translokasi unsur
hara, baik di dalam tanah maupun di dalam jaringan tubuh tanaman (Sugito, 1999).
Tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda pada setiap fase pertumbuhan. Pada
fase pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk melangsungkan proses
pembelahan dan pembesaran sel yang ter-lihat dari pertambahan tinggi tanaman, per-
banyakan jumlah daun, dan pertumbuhan akar. Kebutuhan air juga disesuaikan
dengan jenis tanaman dan kondisi lingkungan di sekitar tanaman. Apabila tanaman
kekurangan air atau pun kelebihan air, maka tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Kebutuhan cahaya juga harus bagi tanaman juga harus diperhatikan, karena
tanaman memiliki kebutuhan cahaya yang berbeda-beda. Cahaya yang diperoleh
tanaman akan digunakan untuk membuat makanannya sendiri atau yang biasa disebut
proses fotosintesis. Menurut Maghfiroh (2017), cahaya merupakan faktor mutlak
yang diperlukan tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis. Pada tanaman
semakin banyak cahaya yang diperoleh dari lingkungan akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dari tanaman itu sendiri karena cahaya akan merusak
kerja dari hormon pertumbuhan (auksin) sehingga tanaman yang memperoleh cahaya
yang baik memiliki batang yang lebih pendek dari pada tanaman yang tidak
memperoleh cahaya.
2. Mengendalikan hama pengganggu tanaman
Setelah pemberian nutrisi yang cukup serta membuat kondisi lingkungan yang
optimal bagi tanaman untuk hidup dengan baik dan sehat. Pengendalian hama juga
harus dilakukan agar tanaman tersebut tetap dapat melakukan pertumbuhan tanpa
adanya gangguan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tidak jarang dapat
merugikan, karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sampai tanaman tidak
dapat menghasilkan produksinya.
Untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, petani pada umumnya lebih
suka mengaplikasikan pestisida karena dianggap sangat efektif dan praktis dan cepat
dalam membunuh patogen dan hama. Hal tersebut menimbulkan dampak negatif
diantaranya adalah resistensi hama dan penyakit tanaman terhadap pestisida. Akibat
dari penggunaan pestisida secara berlebihan juga berpengaruh terhadap kesehatan
manusia dan pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah
memutuskan untuk menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu dengan Inpres
No 3 Tahun 1998. Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek ekosistem, stabilitas, dan kesinambungan produksi sesuai
dengan tuntutan praktik pertanian yang baik (Baehaki, 2009). PHT juga merupakan
sistem pengendalian hama yang mempertimbangkan aspek dinamika populasi dan
lingkungan suatu jenis hama dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai untuk
menjaga agar populasi hama selalu di bawah ambang ekonomi.
3. Menghilangkan gulma
Selain hama yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, ancaman lain
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman adalah persaingan atau kompetisi
nutrisi dengan gulma. Menurut Cahyono (2007), kehadiran gulma pada tanaman
tidak dapat dihindarkan, sehingga terjadi kompetisi antara keduanya. Penurunan hasil
akibat gulma pada tanaman bisa mencapai 18% - 76% tergantung jenis tanamannya.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu usaha untuk peningkatan produksi tanaman
nasional melalui pengendalian gulma secara efektif dan efisien. Sistem olah tanah
adalah suatu usaha pencegahan tumbuhnya gulma pada areal budidaya tanaman.
Sistem olah tanah dikelompokkan menjadi 3, yaitu sistem tanpa olah tanah, sistem
olah tanah minimal dan sistem olah tanah maksimal (Purwanto dan Istiqomah, 2014).
4. Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat fase vegetatif
Pemeliharaan tanaman dilakukan saat fase vegetatif dikarenakan pada saat
fase vegetatif tanaman adalah masa pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah cabang, jumlah daun, dan luas daun tanaman yang
diakhiri dengan munculnya bunga pada tanaman (Putu, 2016).. Pada fase
pertumbuhan awal ini, sistem imun pada tanaman masih belum terbentuk sempurna
sehingga membuatnya rentan terhadap serangan penyakit. Selain itu kadar fitohormon
tanaman seperti auksin masihlah sangat tinggi sehingga laju pertumbuhannya akan
sangat pesat. Oleh karena itu pada fase tersebut tanaman harus diberi perhatian lebih
agar pertumbuhan dan perkembangannya tidak terganggu. Karena fase vegetatif juga
merupakan fase lanjutan ke fase generatif, yang mana fase generatif sendiri adalah
masa tumbuhnya bunga dan terjadi pembuahan. Apabila pada saat fase tersebut
pertumbuhannya tidak dapat maksimal, maka tanaman tidak dapat berproduksi
sehingga dapat menimbulkan kerugian.
Baehaki, S.E., 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam
Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices).
Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 65-78.
Cahyono, B., 2007. Kedelai Teknik dan Analisis Usaha Tani. Herbisida pada Sistem
Olah Tanah. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (1): 11 – 20. Aneka
Ilmu. Semarang.
Huang J. et al, 2010. Functional Analysis of the Arabidopsis PAL Gene Family in
Plant Growth, Development, and Response to Environmental Stress. Iowa
State University Press
O’Connor, Patrick D.T., 2001. Practical Reliability Engineering Fourth Edition.
England: Jonh Wiley & Sons Ltd.
Purwanto dan T. Agustono, 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Kondisi
Cekaman Kekeringan Dan Berbagai Kepadatan Gulma Teki. Jurnal Produksi
Tanaman 12(1): 24-28.
Purwanto, I. E. Suhaeti, dan E. Sumantri, 2015. Menghitung Takaran Pupuk untuk
Percobaan Kesuburan Tanah.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/juknis
%20kesuburan2015/bab%20VI%20perhitungan%20pupuk-JP.pdf diakses
pada tanggal 1 April 2020.
Putu, Okta Rinasari Sayu, Zen Kadir & Oktafri, 2016. Penngaruh Konsentrasi Pupuk
Organonitrofos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
(Lycopersicon escelentum Mill) Secara Organik Dengan Sistem Irigasi
Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation). Jurnal Teknik Pertanian
Lampung. Vol. 4, No. 4: 325-334
Sugito, Y., 1999. Ekologi Tanaman. Malang: Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya
1. Pengertian pelapisan sosial
2. Dasar pelapisan sosial di desa di Indonesia
3. Unsur-unsur pelapisan sosial dalam komunitas desa
4. Mobilitas sosial dalam komunitas desa di Indonesia
5. pengaruh positif dan negatif pelapisan sosial terhadap usaha pertanian

Nama: Hatta Gumilang


NIM: 195040201111201
Dosen: SYH

1. Definisi stratifikasi sosial menurut Sumbodo (2007), adalah sebuah konsep


yang menunjukkan adanya pembedaan dan/atau pengelompokan suatu
kelompok sosial (komunitas) secara bertingkat. Sumbodo juga memberikan
contoh, misalnya dalam komunitas tersebut ada strata tinggi, strata sedang
dan strata rendah.

Jadi menurut saya stratifikasi sosial merupakan sebuah konsep dimana


terdapat kasta-kasta atau tingkatan sosial dalam suatu kelompok sosial
(komunitas). Biasanya kasta-kasta atau tingkatan tersebut dinilai
berdasarkan ekonomi, politik, hukum, budaya atau bidang lainnya.

2. Dasar stratifikasi menurut Sumbodo (2007) bahwa stratifikasi atau


pembedaan dan/atau pengelompokan ini didasarkan pada adanya suatu
simbol-simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai, baik berharga
atau bernilai secara sosial , ekonomi, politik, hukum, budaya maupun
dimensi lainnya dalam suatu kelompok sosial (komunitas). Aplikasi dari
simbol-simbol yang dimaksud Sumbodo yaitu misalnya, kekayaan,
pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan pekerjaan.

3. Unsur stratifikasi menurut Dwi Narwoko & Bagong Suyanto (2011), adalah
kedudukan (status) dan peranan (role) di samping unsur pokok dalam sistem
pelapisan sosial masyarakat, status menunjukkan tempat atau posisi
seseorang dalam masyarakat, sedangkan peranan menunjukkan aspek
dinamis dari status, merupakan suatu tingkah laku yang diharapkan dari
seorang individu tertentu yang menduduki status tertentu.

3.1 Unsur Kedudukan (status)


Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut
atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok lain di dalam
kelompok yang lebih besar lagi.

3.2 Unsur Peranan (role)


Merupakan aspek dinamis dari status. Apabila ada seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peranan, dengan begitu peran tersebut menentukan apa yang di
perbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang
diberikan masyarakat kepadanya. Peran sangat penting karena mengatur
perilaku seseorang, di samping itu peran menyebabkan seseorang dapat
meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu. Sehingga
seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-
orang sekelompoknya.

Pendapat saya kedudukan dan peranan merupakan unsur yang dapat


menjadikan konsep stratifikasi sosial itu sendiri, dengan melihat dan
mengetahui bagaimana kedudukan dan peranan seorang individu serta
dengan membandingkannya dengan individu lain di suatu komunitas maka
akan terbentuklah yang namanya stratifikasi sosial.

4. Mobilitas sosial yang biasanya terjadi pada komunitas desa di Indonesia


pada umumnya disebabkan dengan adanya suatu hal yang dapat
menghasilkan keuntungan yang besar. Contohnya saja desa yang kebanyakan
masyarakatnya petani yang memiliki lahan, kemudian lahan mereka dibeli
dengan harga yang tinggi untuk kawasan industri. Bermodalkan uang hasil
penjualan lahan tersebut petani di desa itu dapat memenuhi kebutuhan
primer mereka bahkan kebutuhan barang mewah. Perubahan orientasi
pemenuhan kebutuhan primer menjadi kebutuhan barang mewah
menunjukkan bahwa komunitas desa atau masyarakat di desa itu ingin
menampilkan status sosialnya yang baru. Kebutuhan hidup yang semakin
tinggi seperti sekarang ini, mengakibatkan terjadinya perubahan standar
hidup. Harapan untuk dapat hidup secara layak dan terpenuhinya kebutuhan
rumah tangga ditandai dengan pembangunan tempat tinggal yang mewah.
Memiliki tempat tinggal yang mewah akan merefleksikan suatu standar
hidup yang lebih tinggi dan hal ini akan mempengaruhi peningkatan status
atau yang biasa disebut dengan mobilitas sosial.
5. Menurut Quesnay (2004) pengaruh positif dan negatif pelapisan sosial
terhadap usaha pertanian dapat dilihat dalam perspektif phisiokrat, yaitu lahan
dianggap sebagai sumber daya pertanian yang memiliki hasil lebih (produit net), dan
hasil lebih tersebut didistribusikan ke seluruh komponen masyarakat, sesuai dengan
posisinya dalam stratifikasi sosial dan merupakan suatu hal yang positif. Oleh karena
itu, menurut perspektif ini, masalah utamanya terletak pada bagaimana manusia
mengeksploitasi lahan sebagai salah satu faktor produksi, yang hasilnya kemudian
didistribusikan ke seluruh stratifikasi sosial yang ada dalam suatu masyarakat
(komunitas), untuk dikonsumsi dan untuk melakukan produksi lagi. Dalam konteks
ini, fungsi lahan sangat mungkin mengalami pergeseran dalam suatu masyarakat
(komunitas), jika struktur stratifikasi sosial dalam masyarakat (komunitas) tersebut
juga mengalami pergeseran dan itu merupakan hal yang negatif.

Daftar Pustaka

J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. hlm. 156

Quesnay, Francois, 2004. The Economical Table. University Press of the Pacific

Sumbodo, Singgih Doddy, 2007. Prosedur Analisis Stratifikasi Sosial dalam


Perspektif Sosiologi. Jurnal Ilmu Sosiologi. Surabaya: Fakultas Ilmu Politik
Ilmu Sosial Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai