Anda di halaman 1dari 12

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa
negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Ikan ini
mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan
wilayahnya dan Sebagai ikan hias dikarenakan bentuk tubuhnya yang indah banyak di sukai
orang.
Ikan jagoan ini ditemukan pertama kali di perairan-perairan Thailand, Malaysia atau Asia
Tenggara. Sekalipun dahulu orang belum mengetahui kehebatannya bertarung, namun satu hal
yang sering mendapatkan perhatian adalah si jantan mempunyai warna yang menarik, selain itu
juga mudah diurus, karena tahan ditempatkan dalam wadah mini sekalipun, dan mudah sekali
beradaptasi.
Ikan cupang (Betta sp.) adalah salah satu jenis hewan peliharaan yang mempunyai daya
tarik pada warna yang dimunculkan dari tubuhnya. Berbagai warna-warni indah pada ikan pada
dasarnya dihasilkan oleh sel-sel pigmen (chromatophore) yang terletak pada kulit ikan. Ikan
cupang (Betta sp.) adalah salah satu jenis hewan peliharaan yang mempunyai daya tarik pada
warna yang dimunculkan dari tubuhnya seperti bentuk, tampilan dan warnanya. Keindahan
bentuk sirip dan warna sangat menentukan nilai jual. Warna pada ikan cupang mempunyai fungsi
yang signifikan, yaitu sebagai pengenal jenis yaitu dari tampilan pola dan corak warna pada
tubuhnya juga sebagai proteksi diri dari ancaman pemangsanya (Purwakusuma, 2007)
Ikan cupang menjadi daya tarik para penggemar ikan hias dari warna, ekor dan bentuk
tubuh. menjadi nilai ekonomis yang paling menguntungkan bagi pembudidaya ikan. Selain
harganya yang cukup mahal dan budidayanya pun cukup mudah dilakukan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan proposal ini adalah agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan
potensi lahan yang ada untuk budidaya perikanan, meningkatkan pendapatan, mengetahui
budidaya ikan cupang

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari proposal ini adalah sebagai peluang pembukaan usaha
serta pengetahuan untuk pembudidaya ikan cupang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Cupang


Menurut Sugandy (2002), ciri khusus ikan cupang (Betta splendens) dapat dilihat dari
beberapa bentuk tubuhnya seperti bentuk badan memanjang dan warna yang beraneka ragam
yakni cokelat, hijau, merah, biru, kuning, abu-abu, putih dan sebagainya, sirip punggung lebar
dan terentang hingga ke belakang dengan warna cokelat kemerah-merahan dan dihiasi garis-garis
berwarna-warni, sirip ekor berbentuk agak bulat dan berwarna seperti badannya serta dihiasi
strip berwarna hijau, sirip perut panjang mengumbai dihiasi aneka warna dan lehernya berdasi
dengan warna yang indah, ujung siripnya sering kali dihiasi warna putih susu, sirip analnya
berwarna hijau kebiru-biruan dan memanjang. Di Indonesia terdapat cupang asli, salah satunya
adalah Betta channoides yang ditemukan di Pampang, Kalimantan Timur.

Klasifikasi ilmiah
Kingdom                      :           Animalia
Filum                           :           Chordata
Kelas                           :           Actinopterygii
Ordo                            :           Perciformes
Famili                          :         Osphronemidae
Genus                          :           Osphronemus
Spesies                        :           Betta Sp. (Daelami, 2001)

2.2 Jenis Cupang


Perkembangan variasi ditinjau dari segi bentuk dan warna terbilang pesat dalam beberapa
generasi terakhir. Beberapa jenis cupang yang dikenal sekarang ini. Ikan cupang di atas dikenal
sebagai mouth breeder yaitu ikan cupang yang mengerami telurnya di dalam mulut, sedangkan
kelompok di bawah ini yang merupakan kerabat ikan cupang (betta), yang membangun
sarangnya dengan busa (bublle nest). Pertumbuhan ikan cupang relatif cepat sehingga masa
pembesarannya tidak terlalu lama (Perkasa, 2001).

2.3 Budidaya Ikan cupang


2.3.1 Wadah
Wadah cara berternak ikan cupang yang baik yaitu bak semen atau akuarium yang
ukurannya tak perlu besar yakni cukup 1 x 2 m atau akuarium 100 x 40 x 50 cm, masih wadah
perkawinannya lebih kecil dari wadah pembesaran, yang dapat dipakai diantaranya : baskom,
akuarium kecil atau ember bisa dipakai buat memijahkan ikan.
Kualitas air dengan sering menggantinya agar cupang tidak terserang penyakit. Untuk
menjaga kualitas air biasanya para penangkar ikan cupang  menggunakan daun ketapang. Selain
untuk menstabilkan pH air, daun ketapang dapat juga mengobati ikan cupang adu yang terserang
penyakit jamur.

2.3.2. Seleksi Induk


Ketika sudah berumur 3-4 bulan ikan pun sudah siap menjadi indukan dan matang gonad.
Seleksi ikan jantan :  umur ± 4 bulan, wujud badan dan siripnya panjang dan berwarna indah,
gerakannya agresif dan lincah, keadaan badan sehat ( tidak terjangkit penyakit ). ciri-ciri ikan
cupang betina yang matang gonad : umur sudah meraih lebih kurang 4 bulan, wujud badan
membulat putih di lebih kurang perut mengisyaratkan siap kawin, gerakannya lambat, sirip
pendek dan warnanya tidak menarik, keadaan badan sehat. Pakan indukan Jentik nyamuk sebagai
pakan yang utama bagi cupang karena jentik nyamuk banyak mengandung protein yang baik
untuk ikan cupang.

2.3.3. Pemijahan
Menurut Lingga dan Susanto (2003), bila induk jantan memang siap memijah, maka esok
hari kita akan melihat busa yang sudah di buat oleh induk jantan. Semakin banyak busa yang di
buat menunjukkan memang induk jantan sudah siap, ketika itu barulah kita melepas induk betina
ke dalam wadah. Pelepasan induk betina sebaiknya pada pagi hari, apabila kedua induk memang
siap dan baik, maka keesokan hari atau paling lambat 2 hari setelah pemijahan kita akan
menemukan busa yang di buat induk jantan sudah berisi telur ikan. Pemijahan ikan cupang
perbandingan 1 : 1 dengan menghasilkan dalam satu kali perkawinan, ikan cupang bisa
menghasilkan hingga 1000 butir telur. Telur tersebut akan menetas dalam waktu 24 jam setelah
pembuahan. tingkat kematian pembenihan ikan cupang cukup tinggi. Indukan jantan bisa
dikawinkan hingga 8 kali dengan interval waktu sekitar 2-3 minggu. Sedangkan indukan betina
disarankan hanya dikawinkan satu kali saja. Bila dipaksakan, pada perkawinan berikutnya akan
terjadi penurunan keragaman jenis kelamin. Dimana anakan ikan semakin didominasi kelamin
betina.

2.3.3. Pemeliharaan Telur


Merawat telur ikan cupang adalah yang jantan, jika telur sudah banyak dan belum
menetas, cepat-cepat pisahkan betinanya, jadi yang menjaga telur adalah jantan. jika sudah 3 hari
menetas / anak ikannya sudah bisa berenang langsung pisahkan induk jantannya. dan berikan
anak ikan makan kutu air halus. Setelah besar berikan makan cacing. dan jangan lupa jika sudah
besar pisahkan anak-anak ikan .

2.3.4. Pemeliharaan Larva dan Burayak


Telur akan menetas setelah 3 hari saat baru menetas, larva cupang membawa kuning telur
sebagai cadangan makanan sebelum sanggup memakan pakan yang diberikan. Sebaiknya sat ini
tidak memberikan pakan untuk larva cupang, karena makan tersebut akan membusuk dan dapat
mempengaruhi kesehatan cupang. Pada awal kehidupannya, larva cupang sering jatuh ke dasar
kolam karena belum pandai berenang. Larva tersebut akan oleh induk jantan, kemudian
disemburkan ke gelembung udara. Induk jantan dapat dipindahkan jika gelembung udara telah
habis. Pada 3 – 4 hari pertama, larva cupang diberi pakan infusoria, lalu kutu air. Populasi larva
dibuat padat agar ukuran tubuhnya saat dewasa tetap kontet atau kerdil meskipun umurnya sudah
tua. Dengan demikian, penampilannya tetap tampak muda, padahal sisik dan giginya sudah
sekuat cupang tua. Ini adalah trik yang sengaja dilakukan agar cupang tua (umur 8 bulan) dapat
diadu dengan cupang umur 6 -7 bulan.

2.3.4. Panen
Pada Usia 2 – 3 ikan harus segera dipisahkan untuk mencegah terjadinya perkelahian
antar ikan. Penggunaan akuarium kecil, bak beton dengan di sekat-sekat kayu atau bak terpal
yang di sekat plastik untuk mencegah terjadinya perkelahian antar ikan karena sifat ikan yang
cenderung ganas.

2.3.5. Pasca Panen


Pengelolaan setelah panen merupakan proses untuk meningkatkan harga jual ikan.  pada ikan
cupang untuk meningkatkan harga jual yaitu dengan menambahkan tingkat kecerahan ikan
dengan cara pemberian beta karotin. Beta karotin biasa terdapat pada wortel, tumbuhan bunga
dan cacing sutra. Warna yang cerah dari pemberian beta karotin akan menghasilkan daya tarik
para pembeli dan akan meningkatkan harga jual.

BAB 3. METEDOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
Alat merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan penelitian. alat
yang digunakan dalam kegiatan penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam penelitian

No. Alat Spesifikasi Jumlah Fungsi 1.Aquarium 20 cm x 20 cm x 30 cm 4 buah Untuk


pemijahan ikan cupang2.Bak Terpal1 m x 1 m x 40 cm4 buah Sebagai wadah burayak ikan
cupang3.SeserUkuran 5 x 5 cm4 buah Untuk memindahkan ikan cupang5.Aerator–4 buah Untuk
penyuplai oksigen4.DO meterDigital1 buah Untuk mengukur oksigen terlarut air wadah saat
ekstraksi5.pH meterDigital1 buah Mengukur kadar pH air6.Termometer–2 buah Mengukur Suhu
air7.EmberDiameter 20 cm, tinggi 20 cm2 buah Wadah untuk memindahkan ikan

3.1.2 Bahan
Bahan merupakan sangat diperlukan dalam penggunaan kegiatan penelitian. Bahan yang
digunakan dalam kegiatan penelitian sebagai berikut :

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No.BahanSpesifikasiJumlahFungsi1.Ikan cupang Induk jantan 10 dan induk betina 1020 ekor


Ikan Berkembangbiakan2.Tumbuhan air Panjang 10 cm dan berakar4 buah Substrat
pemijahan3.Cacing Sutra Ukuran   3 – 4 cm1 kg Sebagai pakan alami4.Telur ayam Ukuran
diameter 5 cm1 kg Pakan untuk burayak5.Plastic paking Ukuran 500 ml200Packing ikan

3.2 Langkah Kerja
1. Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan
Membuat wadah (akuarium) dan bak yang akan digunakan dan pemasangan aerasi di
dalam wadah (akuarium) dan bak .

2. Persiapan Pakan dan Induk ikan


Persiapan Induk ikan jantan dan Betina untuk budidaya dan pakan alami sebagai pakan
indukan dan anakan yang akan dipelihara.

3. Mempersiapkan wadah Pemijahan


Persiapan wadah pemijahan dengan menggunakan akuarium untuk lebih mudah dalam
mengamati ikan yang memijah.

4. Seleksi Induk
Ciri-ciri ikan cupang betina yang matang gonad : umur sudah meraih lebih kurang 4
bulan, wujud badan membulat putih di lebih kurang perut mengisyaratkan siap kawin,
gerakannya lambat, sirip pendek dan warnanya tidak menarik, keadaan badan sehat. Pakan
indukan Jentik nyamuk sebagai pakan yang utama bagi cupang karena jentik nyamuk banyak
mengandung protein yang baik untuk ikan cupang.

5. Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan Induk pemberian pakan dengan menggunakan jentik nyamuk dan cacing
sutra dengan pemberian vitamin 2 hari sekali.

6. Pemijahan
Pemijahan dilakukan di akuarium dengan waktu 1 hari dari penyatuan induk.

7. Pemeliharaan telur
Pemeliharaan telur dilakukan di bak pemijahan dan hanya memindahkan induk betina ke
bak pemeliharaan induk.

8. Pemeliharaan Larva dan Benih


Pemeliharaan larva selama 1 bulan dan di beri pakan kuning telur ayam dan pada usia 1 –
3 bulan ikan diberi pakan jentik nyamuk dan cacing sutra.

9. Pemisahan Ikan
Pemisahan Ikan untuk mencegah terjadinya pertengaran antar ikan, untuk
memisahkannya dengan mesekat wadah dengan triplek atau plastic.

10. Pemanenan
Pemanenan dengan cara memasukan ikan ke plastic berukuran kecil yaitu 500 ml per
plastik.

3.3.      Analisis Usaha
3.3.1. Biaya Tetap

No Uraian jumlah satuan Harga satuan

Total harga1

4
5

Aquarium

Induk Ikan cupang

Aerator

Bak terpal

aerator

termometer

selang aerasi

ember

skopnet

10

20

4
Unit

Pasang

Buah

Meter

Unit

Buah

Meter

Buah

Buah

Rp 170.000

Rp 20.000

Rp 50.000

Rp 8.000

Rp 170.000

Rp 20.000

Rp 1.000

Rp 5.000

Rp 5.000

Rp. 680.000

Rp 200.000

Rp 200.000

Rp 160.000

Rp 170.000
Rp 20.000

Rp 7.000

Rp 10.000

Rp 20.000

Jumlah Rp 1.467.000

Ket. 1. Periode usaha 5 bulan.

nilai susut 5/24 x total harga

3.3.2.      Biaya tidak tetap


No uraian Jumlah satuan Harga

satuan

Total

Harga

listrik

pakan(cacing)

telur

obat-obatan (MB)
plastik packing (20 x 20)

20

bulan

gelas

kg

karung

botol

pack

Rp 50.000

Rp 25.000

Rp. 15.000

Rp 10.000

Rp 8.000

Rp 20.000

Rp 250.000

Rp 200.000

Rp. 15.0000

Rp 20.000
Rp 16.000

Rp 20.000

JUMLAHRp.521.000

Biaya Total/periode               =  Biaya tetap + Biaya tidak tetap

=   Rp 1.467.000  + Rp. 521.000

=    Rp. 1.988.000

Jumlah benih yang dihasilkan

Jumlah produksi telur = jumlah induk menghasilkan telur x Daya tetas atau yang menetas (HR)

1 induk menghasilkan 30 telur paling sedikit

=  10 induk (300 telur) x 50 %

=  300 telur x 50

100

= 150 ekor

Jumlah produksi telur 4 x pemijahan/periode

= 150 ekor x 4 = 600 ekor

Total Benih 1 periode/pemijahan  = 600 ekor x  SR 60% ( perkiraan Benih yang hidup)

= 600 ekor x 60 %

= 360 ekor

Total produksi benih/siklus = 360 x 4 = 1440 ekor

B. hasil penjualan 1 siklus

                = 1440 ekor x Rp 7.000

                = Rp 10.800.000


pendapatan

=   penerimaan – biaya produksi

=   Rp 10.800.000 – Rp 1.988.000=   Rp 8.092.000

Analisis Usaha :

R/C = Penerimaan     :  biaya produksi

=  Rp 10.800.000 : Rp 1.988.000

=  Rp  5,43

Artinya:  setiap investasi sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan Rp 5,43

BEP (ekor) =  total biay a tetap

harga jual/ekor – biaya tidak tetap/ekor

=   Rp 1.467.000

Rp 7000 – 521.000

1440

=   Rp 1.467.000

3000 – 361

=   Rp 1.467.000       =    555 ekor

2639

Artinya: titik impas baru dicapai jika menghasilkan 555 ekor

BEP (Rp)   =   total biaya tetap

1- (biaya tidak tetap : hasil penjualan)

=           1.467.000

1- (521.000: 8.092.000)

=     Rp 1.467.000
1- 0,064

=      Rp 1.467.000

0,93

=     Rp 1.577.419

Artinya: titik impas baru dicapai jika menghasilkan penerimaan sebesar Rp Rp 1.577.419

DAFTAR PUSTAKA

Daelami, D. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susanto dan Lingga, P. 1997. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lambert. 2003. Buku Pintar Budidaya Kan Hias Air Tawar. Gramedia, Jakarta

Perkasa, B.E. 2001. Budidaya Cupang Hias dan Adu. Penebar Swadaya, Jakarta

Regan 1908 dalam Sudrajad 2003. Pembenihan Dan Pembesaran Cupang Hias. Kanisius,


Yogyakarta.

Sudrajad. 2003. Pembenihan Dan Pembesaran Cupang Hias. Kanisius, Yogyakarta.

Sugandy,  I. 2002. Budidaya Cupang Hias. Argo Media Pustaka, Jakarta.

Susanto, H. 1991. Memelihara Cupang. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Zairin, M.J. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan Atau Betina. Penerbit
Swadaya, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai