Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN

ACARA 9

METODE KUADRAT

Disusun Oleh:

Ghia Sri Rahayu

A0B019019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2020
Lembar kerja. Nama : Ghia Sri Rahayu
Praktikum 9. Mempelajari Metode Kuadrat NIM : A0B019019
Jurusan:D-3Perencanaan
Sumberdaya Lahan

Pendahuluan :

A. Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Struktur
dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami
pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena
pengaruh anthropogenik. Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya
akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan
kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan yang disebut luas minimum area.
Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan
dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran, dan struktur
dari suatu tipe vegetasi yang diamati.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig,
1983).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum
yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam
analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Andi, 2010).
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan
suatu luasan petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat
Kurva Spesies Area. Setelah luas minimum area dari suatu petak contoh yang
dianggap mewakili suatu tipe komunitas tertentu telah kita peroleh, maka
selanjutnya kita dapat melakukan penarikan contoh tersebut (Michael, 1995).
Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang
diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain. Bentuk petak contoh
pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran,
bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak
contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya, seperti
bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk analisis
vegetasi herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas dan teliti
dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Untuk
vegetasi herba rendah bentuk empat persegi panjang akan lebih efisien
dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada ukuran yang sama. Hal ini
disebabkan karena kelompok tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk
lingkaran, sehingga bentuk petak contoh berbentuk empat persegi panjang akan
lebih banyak kemungkinannya untuk memotong kelompok tumbuhan
dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada luasan yang sama, dengan
demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak. Namun demikian, bentuk
petak contoh empat persegi panjang mempunyai kekurangan terhadap bentuk
bujur sangkar, karena perbandingan panjang tepi terhadap luasnya lebih besar
daripada perbandingan panjang tepi bujur sangkar terhadap luasnya. Kesalahan
tersebut terus meningkat apabila perbandingan panjang tepi terhadap luasnya
semakin meningkat (Rohman dan Wayan, 2001).
Dilihat dari segi penyebaran tumbuhan, bentuk bujur sangkar memiliki
keuntungan apabila dibandingkan dengan bentuk lingkaran, namun demikian
bentuk lingkaran mempunyai keuntungan dibandingkan dengan bentuk-bentuk
geometris lainnya. Bentuk lingkaran juga lebih efisien digunakan pada daerah tipe
vegetasi yang berkelompok seperti daerah gurun pasir (Rohman dan Wayan,
2001).
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah
spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi
merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase
tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa
area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal
dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan
basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area
pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi
dada).
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf.
Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi
dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat
yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan
pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat
otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya
(Natassa, et. al., 2010).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang
diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak di lapangan (Dedy, 2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat - sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Kershaw, 1979).

Tujuan Praktikum:
Tujuan dari praktikum dari acara 9 tentang metode kuadrat adalah
untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran dan stuktur dari
suatu tipe vegetasi yang diamati.
Maanfaat Praktikum :

Maanfaat dari praktikum acara 9 tentang metode kuadrat adalah


agar mahasiswa mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran dan
stuktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati.

Metode Praktikum : A. Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum acara 9 tentang metode kuadrat
dilaksanakan di Desa Sindangsuka Kecamatan Luragung
Kabupaten Kuningan pada hari Jum’at, tanggal 22 Mei 2020 pukul
09.00 WIB sampai dengan selesai.
B. Bahan dan Alat
Sebuah tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek
praktikum. Alat yang digunakan diantranya seperti tali rafia atau
benang untuk menentukan luas petak percobaan. Penghitung atau
counter untuk menghitung jumlah jenis individu didalam petak
contoh. Patok tanda pembatas, alat tulis, kertass label untuk
mengumpulkan data, perlengkapan untuk pembuatan herbarium.
Buku-buku identifikasi dan lain-lain.

C. Prosedur
1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjaddi objek untuk
dianalisis.
2. Luas petak contoh ditentukan dari hasil pembuatan kurva spesies
area dan banyaknya petak contoh tergantung dari biaya, waktu dan
tenaga.
3. Penentuan awal petak contoh dilakukan secara acak atau secara
sistematis atau kombinasi keduanya, yaitu pertama dibuat acak dan
selanjutnya dilakukan sistematis.
4. Dalam setiap petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang
terdapat data yang dicatat tersebut berupa:

- Kerapatan Mutlak kenis atau KM (i)=jumlah suatu individu jenis i


Jumlah individu suatu jenis i
KM (i)=
J. total luas areal yang digunakan untuk penarikan contoh

- Kerapatan Relatif jenis i KR (i)


Jumlah mutlak jenis i
KR (i)= X 100%
J. total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh

- Frekuensi Mutlak jenis i atau FM (i)


Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i
FM (i)=
J. banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi.
- Frekuensi Relatif jenis i atau FR (i)
Frekuensi mutlak jenis i
KM (i)= X 100%
Frekuensi total seluruh jenis

Untuk menghitung Dominansi pada vegetasi berbentuk herba dan


semak rendah dilakukan dengan cara menaksir vegetasi berbentuk pohon
dilakukan dengan cara menaksir prosentase (%) penutupan tajuk atau
dihitung biomassanya, sedangkan untuk vegetasi berbentuk pohon
dilakukan dengan menghitung luas bidang dasar pada tinggi 1,30 meter
dari uka tanah atau pada ketinggian dada.

- Dominansi Mutlak Jenis i atau DM (i)


DM (i) Jumlah luas bidang dasar suatu jennis i atau
DM (i) jumlah penutupan tajuk jenis (i)
- Dominansi relatif jenis i atau DR (i)

Jumlah dominasi jenis i


DR (i)= X 100%
Jumlah dominasi seluruh jenis
5. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing
jenis dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis
tersebut.
6. Tentukan perbandingan nilai penting (SDR)
SDR menunjukkan jumlah INP dibagi dengan besaran yang
membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100 %
sehingga mudah untuk diintepretasikan.

Hasil dan Pembahasan:


A. Hasil
Hasil dari praktikum acara 9 tentang metode kuadrat pada saat
pengamatan adalah sebagai berikut :
Plot
No. Jenis Tumbuhan
1x1 m 2x2 m 4x4 m
1. Pohon 2 3 4
2. Rumput 3 4 4
3. Perdu 2 2 3
4. Paku 1 1 1

1. Plot Ke-1 (1x1 m)


A. Kerapatan Mutlak Jenis atau KM (i)
Jumlahindividu suatu jenis i
KM (i) =
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh
Perhitungan
Dik : Luas areal = 1 m2
 Pohon ( 2 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 2
- KM (i) = = =2
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 1
 Rumput ( 3 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 3
- KM (i) = = =3
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 1
 Perdu ( 2 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 2
- KM (i) = = =2
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 1
 Paku ( 1 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 1
- KM (i) = = =1
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 1

B. Kerapatan Relatif Jenis i atau KR (i)


Jumlah individu suatu jenis i
KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
Perhitungan
Dik : J. total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh = 2 + 3 + 2 + 1 = 8
 Pohon ( 2 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
2
= x 100% = 25%
8
 Rumput ( 3 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
3
= x 100% = 37,5%
8
 Perdu ( 2 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
2
= x 100% = 25%
8
 Paku ( 1 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
1
= x 100% = 12,5%
8

C . Frekuensi Mutlak Jenis i atau FM (i)


Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i
FM (i) =
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi
Perhitungan

 Pohon ( 2 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 2
- FM (i) = = = 0,6
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3
 Rumput ( 3 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 3
- FM (i) = = =1
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3
 Perdu ( 2 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 2
- FM (i) = = = 0,6
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3
 Paku ( 1 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 1
- FM (i) = = = 0,33
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3
D. Frekuensi Relatif Jenis i atau FM (i)
Frekuensi mutlak jenis i
FR (i) = x 100%
Frekuensi total seluruh jenis
Perhitungan
Dik : Frekuensi total seluruh jenis = 0,66 + 1 + 0,66 + 0,33 = 2,65
 Pohon ( 2 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 0,66
- FR (i) = x 100% = x 100% = 24,90%
Frekuensi total seluruh jenis 2,65
 Rumput ( 3 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 1
- FR (i) = x 100% = x 100% = 37,73%
Frekuensi total seluruh jenis 2,65
 Perdu ( 2 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 0,66
- FR (i) = x 100% = x 100% = 24,90%
Frek uensitotal seluruh jenis 2,65
 Paku ( 1 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 0,33
- FR (i) = x 100% = x 100% = 12,45%
Frekuensi total seluruh jenis 2,65

E. Dominansi Mutlak Jenis i atau DM (i)


Jumlah bidang dasar 2 πr
DM (i) = =
Jumlah plot luas plot
Perhitungan

 Pohon ( 2 spesies, rA = 6 cm, rB = 5 cm )


2 πr 2 x 3,14 x 6
- DM (i) spesies A = = = 37,68
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 5
- DM (i) spesies B = = = 31,4
luas plot 1
- Total = 69,08
 Rumput ( 3 spesies, rA = 2 cm, rB = 3,5 cm, rC = 3 cm )
2 πr 2 x 3,14 x 2
- DM (i) spesies A = = = 12,5
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 3,5
- DM (i) spesies B = = = 21,98
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 3
- DM (i) spesies C = = = 18,84
luas plot 1
- Total = 53,38
 Perdu ( 2 spesies, rA = 2,5 cm, rB = 3 cm )
2 πr 2 x 3,14 x 2,5
- DM (i) spesies A = = = 15,7
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 3
- DM (i) spesies B = = = 18,84
luas plot 1
- Total = 34,54
 Paku ( 1 spesies, rA = 4 cm )
2 πr 2 x 3,14 x 4
- DM (i) spesies A = = = 25,12
luas plot 1

F. Dominansi Relatif Jenis i atau DR (i)


Jumlah dominansi jenis i
DR (i) = x 100%
Jumlah total dominansi seluruh jenis
Perhitungan
Dik : Jumlah total dominansi seluruh jenis = 69,08 + 53,38 + 34,54 + 25,12 = 182,08
 Pohon ( 2 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi sel uruh jenis
37,68
= x 100% = 20,69%
182,08
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies B = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
31,4
= x 100% = 17,24%
182,08
- Total = 37,93%
 Rumput ( 3 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
12,56
= x 100% = 6,89%
182,08
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies B = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
21,98
= x 100% = 12,07%
182,08
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies C = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
18,84
= x 100% = 10,34%
182,08
- Total = 29,3%
 Perdu ( 2 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
15,7
= x 100% = 8,62%
182,08
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies B = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
18,84
= x 100% = 10,34%
182,08
- Total = 18,96%
 Paku ( 1 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
25,12
= x 100% = 13,79%
182,08

2. Plot Ke-2 ( 2x2 m )


A. Kerapatan Mutlak Jenis atau KM (i)
Jumlahindividu suatu jenis i
KM (i) =
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh
Perhitungan
Dik : Luas areal = 4 m2
 Pohon ( 3 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 3
- KM (i) = = = 0,75
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 4
 Rumput ( 4 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 4
- KM (i) = = =1
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 4
 Perdu ( 2 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 2
- KM (i) = = = 0,5
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 4
 Paku ( 1 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 1
- KM (i) = = = 0,25
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 4

B. Kerapatan Relatif Jenis i atau KR (i)


Jumlah individu suatu jenis i
KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis y g terambil dlm penarikan contoh
Perhitungan
Dik : J. total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh = 0,75 + 1+ 0,5 + 0,25 = 2,5
 Pohon ( 3 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total selu ruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
0,75
= x 100% = 30%
2,5
 Rumput ( 4 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
1
= x 100% = 40%
2,5
 Perdu ( 2 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
0,5
= x 100% = 20%
2,5
 Paku ( 1 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
0,25
= x 100% = 10%
2,5

C . Frekuensi Mutlak Jenis i atau FM (i)


Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i
FM (i) =
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi
Perhitungan

 Pohon ( 3 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 3
- FM (i) = = =1
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3
 Rumput ( 4 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 4
- FM (i) = = = 1,33
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3
 Perdu ( 2 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 2
- FM (i) = = = 0,66
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3

 Paku ( 1 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 1
- FM (i) = = = 0,33
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3

D. Frekuensi Relatif Jenis i atau FM (i)


Frekuensi mutlak jenis i
FR (i) = x 100%
Frekuensi total seluruh jenis
Perhitungan
Dik : Frekuensi total seluruh jenis = 1 + 1,33 + 0,66 + 0,33 = 3,32
 Pohon ( 3 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 1
- FR (i) = x 100% = x 100% = 30,12%
Frekuensi total seluruh jenis 3,32
 Rumput ( 4 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 1,33
- FR (i) = x 100% = x 100% = 40,06%
Frekuensi total seluruh jenis 3,32
 Perdu ( 2 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 0,66
- FR (i) = x 100% = x 100% = 19,87%
Frek uensitotal seluruh jenis 3,32
 Paku ( 1 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 0,33
- FR (i) = x 100% = x 100% = 9,93%
Frekuensi total seluruh jenis 3,32

E. Dominansi Mutlak Jenis i atau DM (i)


Jumlah bidang dasar 2 πr
DM (i) = =
Jumlah plot luas plot
Perhitungan

 Pohon ( 3 spesies, rA = 5 cm, rB = 4 cm , rC = 7 cm )


2 πr 2 x 3,14 x 5
- DM (i) spesies A = = = 31,4
luas plot 1
2π r 2 x 3,14 x 4
- DM (i) spesies B = = = 25,12
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 7
- DM (i) spesies C = = = 43,96
luas plot 1
- Total = 100,48
 Rumput ( 4 spesies, rA = 2 cm, rB = 3 cm, rC = 3,5 cm, rD= 4 cm)
2 πr 2 x 3,14 x 2
- DM (i) spesies A = = = 12,56
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 3
- DM (i) spesies B = = = 18,84
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 3 , 5
- DM (i) spesies C = = = 21,98
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 4
- DM (i) spesies D = = = 25,12
luas plot 1
- Total = 78,5
 Perdu ( 2 spesies, rA = 3 cm, rB = 3,5 cm )
2 πr 2 x 3,14 x 3
- DM (i) spesies A = = = 18,84
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 3 , 5
- DM (i) spesies B = = = 21,98
luas plot 1
- Total = 40,82
 Paku ( 1 spesies, rA = 2,5 cm )
2 πr 2 x 3,14 x 2,5
- DM (i) spesies A = = = 15,7
luas plot 1

F. Dominansi Relatif Jenis i atau DR (i)


Jumlah dominansi jenis i
DR (i) = x 100%
Jumlah total dominansi seluruh jenis
Perhitungan
Dik : Jumlah total dominansi seluruh jenis = 100,48 + 78,5 + 40,82 + 15,7 = 235,5
 Pohon ( 3 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
31,4
= x 100% = 13,33%
235,5
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies B = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
25,12
= x 100% = 10,66%
235,5
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies C = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
43,96
= x 100% = 18,66%
235,5
- Total = 42,65%
 Rumput ( 4 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
12,56
= x 100% = 5,33%
235,5
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies B = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
18,84
= x 100% = 8%
235,5
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies C = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
21,98
= x 100% = 9,33%
235,5
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies D = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
25,12
= x 100% = 10,66%
235,5
- Total = 33,32%
 Perdu ( 2 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
18,84
= x 100% = 8%
235,5
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies B = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
21,98
= x 100% = 9,33%
235,5
- Total = 17,33%
 Paku ( 1 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
15,7
= x 100% = 6,66%
235,5

3. Plot Ke-3 ( 4x4 m )


A. Kerapatan Mutlak Jenis atau KM (i)
Jumlahindividu suatu jenis i
KM (i) =
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh
Perhitungan
Dik : Luas areal = 16 m2
 Pohon ( 4 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 4
- KM (i) = = = 0,25
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 16
 Rumput ( 4 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 4
- KM (i) = = = 0,25
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 16
 Perdu ( 3 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 3
- KM (i) = = = 0,1875
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 16
 Paku ( 1 spesies )
Jumlahindividu suatu jenis i 1
- KM (i) = = = 0,0625
J . total luas areal yang digunakan untuk penarikancontoh 16

B. Kerapatan Relatif Jenis i atau KR (i)


Jumlah individu suatu jenis i
KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
Perhitungan
Dik : J. total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
= 0,25 + 0,25 + 0,1875 + 0,0625 = 0,75
 Pohon (4 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
0,25
= x 100% = 33,33%
0,75
 Rumput ( 4 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
0,25
= x 100% = 33,33%
0,75
 Perdu ( 3 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
0,1875
= x 100% = 25%
0,75
 Paku ( 1 spesies )
Jumlah individu suatu jenis i
- KR (i) = x 100%
J . total seluruh jenis yg terambil dlm penarikan contoh
0,0625
= x 100% = 8,33%
0,75
C . Frekuensi Mutlak Jenis i atau FM (i)
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i
FM (i) =
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi
Perhitungan

 Pohon ( 4 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 4
- FM (i) = = = 1,33
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3
 Rumput ( 4 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 4
- FM (i) = = = 1,33
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3
 Perdu ( 3 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 3
- FM (i) = = =1
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3
 Paku ( 1 spesies )
Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i 1
- FM (i) = = = 0,33
J . banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi 3

D. Frekuensi Relatif Jenis i atau FM (i)


Frekuensi mutlak jenis i
FR (i) = x 100%
Frekuensi total seluruh jenis
Perhitungan
Dik : Frekuensi total seluruh jenis = 1,33 + 1,33 + 1 + 0,33 = 3,99
 Pohon ( 4 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 1,33
- FR (i) = x 100% = x 100% = 33,33%
Frekuensi total seluruh jenis 3,99
 Rumput ( 4 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 1,33
- FR (i) = x 100% = x 100% = 33,33%
Frekuensi total seluruh jenis 3,99
 Perdu ( 3 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 1
- FR (i) = x 100% = x 100% = 25,06%
Frekuensi total seluruh jenis 3,99
 Paku ( 1 spesies )
Frekuensi mutlak jenis i 0,33
- FR (i) = x 100% = x 100% = 8,27%
Frekuensi total seluruh jenis 3,99
E. Dominansi Mutlak Jenis i atau DM (i)
Jumlah bidang dasar 2 πr
DM (i) = =
Jumlah plot luas plot
Perhitungan

 Pohon ( 4 spesies, rA = 4 cm, rB = 4,5 cm , rC = 5 cm, rD = 6 cm )


2 πr 2 x 3,14 x 4
- DM (i) spesies A = = = 25,12
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 4,5
- DM (i) spesies B = = = 28,26
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 5
- DM (i) spesies C = = = 31,4
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 6
- DM (i) spesies D = = = 37,68
luas plot 1
- Total = 122,46
 Rumput ( 4 spesies, rA = 3 cm, rB = 3,5 cm, rC = 2 cm, rD= 2,5cm)
2 πr 2 x 3,14 x 3
- DM (i) spesies A = = = 18,84
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 3 , 5
- DM (i) spesies B = = = 21,98
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 2
- DM (i) spesies C = = = 12,56
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 2,5
- DM (i) spesies D = = = 15,7
luas plot 1
- Total = 69,08
 Perdu ( 3 spesies, rA = 2,5 cm, rB = 3,5 cm, rC = 3 cm )
2 πr 2 x 3,14 x 2,5
- DM (i) spesies A = = = 15,7
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 3,5
- DM (i) spesies B = = = 21,98
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 3
- DM (i) spesies C = = = 18,84
luas plot 1
- Total = 56,52
 Paku ( 1 spesies, rA = 3,5 cm )
2 πr 2 x 3,14 x 3 , 5
- DM (i) spesies A = = = 21,98
luas plot 1

F. Dominansi Relatif Jenis i atau DR (i)


Jumlah dominansi jenis i
DR (i) = x 100%
Jumlah total dominansi seluruh jenis
Perhitungan
Dik : Jumlah total dominansi seluruh jenis = 122,46 + 69,08 + 456,52+ 21,98 = 270,04
 Pohon ( 4 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
25,12
= x 100% = 9,30%
270,04
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies B = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
28,26
= x 100% = 10,46%
270,04
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies C = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
31,4
= x 100% = 11,62%
270,04
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies D = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
37,68
= x 100% = 13,95%
270,04
- Total = 45,33%
 Rumput ( 4 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
18,84
= x 100% = 6,97%
270,04
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies B = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
21,98
= x 100% = 8,13%
270,04
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies C = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
12,56
= x 100% = 4,65%
270,04
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies D = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
15,7
= x 100% = 5,81%
270,04
- Total = 25,56%
 Perdu ( 23 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
15,7
= x 100% = 5,81%
270,04
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies B = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
21,98
= x 100% = 8,13%
270,04
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies C = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
18,84
= x 100% = 6,97%
270,04
- Total = 20,91%
 Paku ( 1 spesies )
Jumlah dominansi jenis i
- DR (i) spesies A = x 100%
Jumlah dominansi s eluruh jenis
21,98
= x 100% = 8,13%
270,04

G. Indeks Nilai Penting ( INP )


INP = KR + FR + DR
1. Plot Ke-1 ( 1x1 m )
 Pohon INP = KR + FR + DR
= 25% + 24,90% + 37,93%
= 87,83%
 Rumput INP = KR + FR + DR
= 37,5% + 37,73% + 29,3%
= 104,53%
 Perdu INP = KR + FR + DR
= 25% + 24,90% + 18,96%
= 68,86%
 Paku INP = KR + FR + DR
= 12,5% + 12,45% + 13,79%
= 38,74%
2. Plot Ke-2 ( 2x2 m )
 Pohon INP = KR + FR + DR
= 30% + 30,12% + 42,65%
= 102,77%
 Rumput INP = KR + FR + DR
= 40% + 40,06% + 33,32%
= 113,38%
 Perdu INP = KR + FR + DR
= 20% + 19,87% + 17,33%
= 57,2%
 Paku INP = KR + FR + DR
= 10% + 9,93% + 6,66%
= 26,59%

3. Plot Ke-3 ( 4x4 m )


 Pohon INP = KR + FR + DR
= 33,33% + 33,33% + 45,33%
= 111,99%
 Rumput INP = KR + FR + DR
= 33,33% + 33,33% + 25,56%
= 92,22%
 Perdu INP = KR + FR + DR
= 25% + 25,06% + 20,91%
= 57,2%
 Paku INP = KR + FR + DR
= 8,33% + 8,27% + 8,13%
= 24,73%

H. Perbandingan Nilai Penting (SDR)


KR+ FR+ DR
SDR =
3
1. Plot Ke-1 ( 1x1 m )
KR+ FR + DR
 Pohon SDR =
3
87,83 %
=
3
= 29,27%
KR+ FR + DR
 Rumput SDR =
3
104,53 %
=
3
=34,84%
KR+ FR + DR
 Perdu SDR =
3
68,86 %
=
3
= 22,95%
KR+ FR + DR
 Paku SDR =
3
38,74 %
=
3
= 12,91%

2. Plot Ke-2 ( 2x2 m )


KR+ FR + DR
 Pohon SDR =
3
102,77 %
=
3
= 34,25%
KR+ FR + DR
 Rumput SDR =
3
113,38 %
=
3
= 37,79%
KR+ FR + DR
 Perdu SDR =
3
57,2%
=
3
= 19,06%
KR+ FR + DR
 Paku SDR =
3
26,59 %
=
3
= 8,86%

3. Plot Ke-3 ( 4x4 m )


KR+ FR + DR
 Pohon SDR =
3
111,99%
=
3
= 37,33%
KR+ FR + DR
 Rumput SDR =
3
92,22 %
=
3
= 30,74%
KR+ FR + DR
 Perdu SDR =
3
70,97 %
=
3
= 23,65%
KR+ FR + DR
 Paku SDR =
3
24,73 %
=
3
= 8,24%

B. Pembahasan

Menurut Greig (1983), analisa vegetasi adalah cara mempelajari


susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan
langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang
menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam
analisis vegetasi dengan metode kuadrat.
Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa
vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling
ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara
peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, peranan,
penyebaran, dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
kuadrat. Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi
berdasarkan suatu luasan petak contoh. Bentuk petak contoh yang
digunakan pada metode kuadrat yaitu bentuk persegi panjang. Ukuran
petak yang digunakan adalah 1×1 m, 2x2m, dan 4x4 m. Setelah luas
minimum area dari suatu petak contoh yang dianggap mewakili suatu tipe
komunitas tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita dapat
melakukan penarikan contoh tersebut. Sistem analisis dalam metode ini
didasarkan pada variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Kerapatan
didasarkan pada jarak individu spesies sepanjang garis yang di buat,
fekuensi didasarkan pada kerapatan dari spesies yang di jumpai dalam
sejumlah garis-garis yang dibuat, dan nilai penting didasarkan pada
penjumlahan harga-harga relatif pada kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi.
Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih
cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan
menaksir volumenya. Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode
kuadrat haruslah jauh dari naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat
naungan akan mempengaruhi jenis spesies dan jumlahnya. Pola
penyebaran tumbuhan dalam suatu komunitas tidaklah sama. Jenis-jenis
tumbuhan tidak menyebar secara teratur dalam suatu daerah tetapi
dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor lingkungan.
Dalam praktikum, parameter vegetasi yang diamati yaitu
kerapatan mutlak dan relatif, frekuensi mutlak dan relatif, dominansi
mutlak dan relatif, indeks nilai penting dan perbandingan nilai penting.
Frekuensi menunjukkan penyebaran tumbuhan di dalam suatu komunitas.
Nilai dari frekuensi menunjukkan perbedaan penyebaran tumbuhan dan
pengaruh dari berbagai faktor lingkungan terhadap komunitas tersebut.
Kerapatan menunjukkan jumlah kepadatan tumbuhan dalam
komunitas dan dan jumlah tanaman persatuan area komunitas. Kepadatan
juga memberikan informasi mengenai derajat persaingan. Basal area atau
luas bidang dasar digunakan dalam mengukur pohon, yang diukur luas
bidang dasar pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah atau setinggi
dada orang dewasa. Dominansi relatif merupakan perbandingan luas
bidang dasar (basal area) suatu jenis dengan jumlah total luas dasar jenis
keseluruhan yang terdapat di dalam area komunitas. Dominnansi
merupakan gambaran yang mencakup karakteristik sifat kuantitatif suatu
komunitas. Dominansi merupakan bentuk sisntesis dari kepadatan,
frekuensi dan penutupan tajuk atau luas bidang dasar. Nilai dari dominansi
ini disebut sebagai indeks nilai penting (INP). Indeks nilai penting suatu
spesies atau jenis di dalam komunitas dikemukakan dalam nilai relatif.
Indeks nilai penting merupakan gabungan atau penjumlahan dari
kepadatan relatif, ferkuensi relatif dan dominansi relatif. Jadi, dalam
dominansi ini kalau lebih besar penguasaan (peranan) satu jenis maka
nilainya tinggi dan jika banyak jenis menyebar sama maka nilai indeksnya
rendah (Rasnovi, 2006).
Pada praktikum Analisis Vegetasi diketahui ada 4 jenis vegetasi
yang terdapat didalam sebuah plot yaitu pohon, rumput, perdu, dan paku.
Dari ke-empat jenis vegetasi tersebut dihitung kerapatan mutlak dan
relatif, frekuensi mutlak dan relatif, dominansi mutlak dan relatif, indeks
nilai penting dan perbandingan nilai penting. Metode kuadrat ini terdapat
berbagai macam jenis spesies tumbuhan.
Hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut pada hasil vegetasi
yang diamati yaitu kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi
relative, indeks nilai penting dan perbandingan nilai penting. Vegetasi
tersebut secara berurutan yaitu pada plot ke-1 ada pohon dengan nilai
sebesar 25%; 24,90%; 37,93%; 87,83%; dan 29,27%, rumput sebesar
37,5%; 37,73%; 29,3%; 104,53%; dan 34,84%, perdu sebesar 25%;
24,90%; 18,96%; 68,86%; dan 22,95%, paku sebesar 12,5%; 12,45%;
13,79%; 38,74%; dan 12,91%. Pada plot ke-2 ada pohon dengan nilai
sebesar 30%; 30,12%; 42,65%; 102,77%; dan 34,25%, rumput sebesar
40%; 40,06%; 33,32%; 113,38%; dan 37,79%, perdu sebesar 20%;
19,87%; 17,33%; 57,2%; dan 19,06%, paku sebesar 10%; 9,93%; 6,66%;
26,59%; dan 8,86%. Pada plot ke-3 ada pohon dengan nilai sebesar
33,33%; 33,33%; 45,33%; 111,99%; dan 37,33%, rumput sebesar 33,33%;
33,33%; 25,56%; 92,22%; dan 30,74%, perdu sebesar 25%; 25,06%;
20,91%; 70,97%; dan 23,65%, paku sebesar 8,33%; 8,27%; 8,13%;
24,73%; dan 8,24%.
Dari pengamatan yang sudah dilakukan bahwa rumput mempunyai
nilai kerapatan relatif yang paling besar yaitu dengan rata – rata nilai
sebesar 30,94%. Sedangkan pada frekuensi relatif rumput juga memiliki
nilai rata-rata paling tinggi yaitu 34,45%, dominansi relative dengan nilai
sebesar 32,50%, dan indeks nilai pentingnya juga paling besar yaitu
103,37% berarti data tersebut dapat dibuktikan bahwa rumput mempunyai
nilai presentase kerapatan tertinggi dan indeks nilainya dari jenis vegetasi
yang lainnya.
Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas
dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas.
Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan
ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan
struktur dan komposisi masing-masing spesies. Nilai frekuensi suatu jenis
dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai
distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan
tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang
jumlah individu pada masing-masing plot (Desmawati, et. al, 2011).

Kesimpulan:
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Metode analisis vegetasi ada beberapa macam yaitu petak contoh (plot)
dan yang tak menggunakan petak contoh (plot less). Metode yang
menggunakan petak contoh diantaranya adalah metode kuadrat. Metode
kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat
Kurva Spesies Area. Setelah luas minimum area dari suatu petak contoh
yang dianggap mewakili suatu tipe komunitas tertentu telah kita peroleh,
maka selanjutnya kita dapat melakukan penarikan contoh tersebut
Pemilihan metode tergantung pada tipr vegetasi, tujuan, ketersediaan dana,
waktu, tenaga, dan kendala-kendala lainnya. Kegiatan analisis vegetasi
erat hubungannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut.
Hasil vegetasi yang diamati yaitu kerapatan relative, frekuensi
relative, dominansi relative, indeks nilai penting dan perbandingan nilai
penting. Vegetasi tersebut secara berurutan yaitu pada plot ke-1 ada pohon
dengan nilai sebesar 25%; 24,90%; 37,93%; 87,83%; dan 29,27%, rumput
sebesar 37,5%; 37,73%; 29,3%; 104,53%; dan 34,84%, perdu sebesar
25%; 24,90%; 18,96%; 68,86%; dan 22,95%, paku sebesar 12,5%;
12,45%; 13,79%; 38,74%; dan 12,91%. Pada plot ke-2 ada pohon dengan
nilai sebesar 30%; 30,12%; 42,65%; 102,77%; dan 34,25%, rumput
sebesar 40%; 40,06%; 33,32%; 113,38%; dan 37,79%, perdu sebesar 20%;
19,87%; 17,33%; 57,2%; dan 19,06%, paku sebesar 10%; 9,93%; 6,66%;
26,59%; dan 8,86%. Pada plot ke-3 ada pohon dengan nilai sebesar
33,33%; 33,33%; 45,33%; 111,99%; dan 37,33%, rumput sebesar 33,33%;
33,33%; 25,56%; 92,22%; dan 30,74%, perdu sebesar 25%; 25,06%;
20,91%; 70,97%; dan 23,65%, paku sebesar 8,33%; 8,27%; 8,13%;
24,73%; dan 8,24%.

Saran :
 Sebaiknya memilih tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat
haruslah jauh dari naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan
akan mempengaruhi jenis spesies dan jumlahnya.
 Praktikum dilakukan sudah berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Andi, 2010. Analisis Vegetasi Luas Minimum. (online).


(http://www.che@blog.com/doc/analisisvegetasiluasminimum). Diakses pada tanggal 24
januari 2016.

Dedy. 2009. Analisa Vegetasi. (online). (http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa-


Vegetasi). Diakses pada tanggal 24 januari 2016.
Desmawati, et. al. 2011. Analisa Vegetasi. (online). (http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-
3100007028754/6670). Diakses pada tanggal 24 januari 2016.

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Vol 9. Oxford : Blackwell
Scientific Publications.

Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London : Edward Arnold
Publishers.

Ketut, et. al. 2013. Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadrat pada Plot yang dibuat dalam
Bentuk Lingkaran di Kebun Raya Eka Karya Bali. Jurnal Biologi Vol.1 (2) : 4.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta :


Universitas Indonesia.

Rasnovi, Rahardjanto, A. K. 2006. Ekologi Tumbuhan. Malang : Biologi FKIP UMM.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Malang : JICA.

Syafei,  Eden Surasana. 2000.  Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB. 

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai