Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR PENGINDERAAN JAUH I


(PDT 1314)

Oleh:
Ghia Sri Rahayu
NIM A0B019019

Dosen Pengampu :
Ir. Sisno, M.Si

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan Laporan Praktikum Dasar Penginderaan Jauh I. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat
dalam penyelesaian laporan ini, khususnya kepada :

1. Ir. Sisno, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Penginderaan Jauh I

2. Kedua orangtua yang senantiasa berdoa dan mendukung.

3. Teman – teman yang membantu secara daring untuk penyelesaian laporan

praktikum ini.

Penulis menyadari laporan praktikum ini masih sangat jauh dari kata
kesempurnaan, oleh karena itu kritik serta saran yang saya harapkan dan terima
dengan terbuka agar laporan praktikum ini dapat lebih baik lagi. Sebagai manusia
biasa yang masih jauh dari kata kesempurnaan karena kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT, oleh karena itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Atas
perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan laporan praktikum ini, saya
ucapkan terimakasih. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua.

Kuningan, 2 Juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
ACARA I. PENGENALAN SOFTWARE PENGOLAH CITRA (ER MAPPER)
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
III. METODE PRAKTIKUM ................................................................................... 9
A. TEMPAT DAN WAKTU .......................................................................... 9
B. BAHAN DAN ALAT ................................................................................ 9
C. PROSEDUR KERJA ................................................................................. 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 10
A. HASIL..................................................................................................... 10
B. PEMBAHASAN ...................................................................................... 15
V. PENUTUP ........................................................................................................ 20
A. KESIMPULAN....................................................................................... 20
B. SARAN ................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

ACARA II. PENGENALAN DAN PENGOLAHAN CITRA INDERAJA


I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 23
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 25
III. METODE PRAKTIKUM ................................................................................. 29
A. TEMPAT DAN WAKTU ........................................................................ 29
B. BAHAN DAN ALAT .............................................................................. 29
C. PROSEDUR KERJA ............................................................................... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 31
A. HASIL..................................................................................................... 31
B. PEMBAHASAN ...................................................................................... 36
V. PENUTUP ........................................................................................................ 42
A. KESIMPULAN....................................................................................... 42

iii
B. SARAN ................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
BIODATA PRAKTIKAN..................................................................................... 46

iv
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR PENGINDERAAN JAUH I


ACARA I
PENGENALAN SOFTWARE PENGOLAH CITRA (ER MAPPER)

Oleh:
Ghia Sri Rahayu
NIM A0B019019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

Citra (Bahasa Inggris: image) adalah kombinasi antara titik, garis, bidang, dan
warna untuk menciptakan suatu imitasi dari suatu objek–biasanya objek fisik atau
manusia. Citra bisa berwujud gambar (picture) dua dimensi, seperti
lukisan, foto, dan berwujud tiga dimensi, seperti patung. Citra adalah representasi
dari fungsi intensitas cahaya dalam bidang dua dimensi. Berdasarkan sinyal
pembentuknya, citra dibedakan menjadi dua jenis yaitu citra analog dan citra
digital.1. Citra Analog merupakan citra yang terbentuk dari sinyal kontinyu. Nilai
intensitas cahaya pada citra analog memiliki range antara 0 s.d ~. Alat akuisisi citra
analog antara lain mata manusia dan kamera analog. 2. Citra Digital merupakan citra
yang terbentuk dari sinyal diskrit. Nilai intensitas cahaya pada citra digital
bergantung pada kedalaman bit yang menyusunnya (materi lebih lanjut mengenai
kedalaman bit suatu citra dapat dilihat pada laman berikut: Kedalaman Bit Suatu
Citra Grayscale). Alat akuisisi citra digital antara lain yaitu kamera digital,
smartphone, webcam, scanner, mikroskop digital, pesawat radiodiagnostik seperti CT
Scan, CR, MRI, USG, dll.
Pengolahan data citra merupakan cara untuk memanipulasi dan mengolah data
citra menjadi suatu keluaran sesuai dengan keinginan kita. Perangkat lunak atau
software yang digunakan untuk mengolah citra antara lain seperti Er Mapper, Idrisi,
Erdas imagine, PCI, ArcGIS, Ilwis dan lain sebaginya. Praktikum kali ini akan
menggunakan salah satu software yaitu Er Mapper, Er mapper merupakan software
yang digunakan untuk membantu dalam mengolah data dari sebuah citra ataupun
satelit.
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu mampu menginstall ER Mapper ke dalam
Personal Computers Unit (CPU), membuka dan menjalankan program ER Mapper
untuk pengolahan data, mengenal dan memahami prinsip kerja ER Mapper. Dalam
menjalankan fungsi dari tombol pada ER Mapper, mampu menggabungkan citra
dengan menggunakan ER Mapper serta merubah komponen warna pada citra sesuai
dengan komponen band yang ada. Tombol-tombol pada ER Mapper antara lain yaitu
new, open, copy window, save, save as, print, hand tool, zoom tool, zoom box tool,
pointer tool, refresh, stop, 99% contrast enhancement, Image display and mozaic
wizard, Image balancing wizard for airphotos, Image compression wizard, Annotate
vector layer, Contouring wizard, Ortho and geocoding wizard, Gridding wizard, Edit

2
algorithm, Load dataset, Edit formula, Edit filter (kernel), Edit real time sun shade,
Edit transform limit dan Browse the ER Mapper website. Band combination
merupakan sebuah gabungan dari komponen warna, untuk mendapatkan warna yaitu
R-G-B.
Penggunaan ER Mapper untuk pengolahan citra dikarenakan mempunyai
penyimpanan yang kecil sehingga dapat menghemat tempat pada hardisk komputer
maupun laptop serta dapat mempersingkat waktu. Algoritma pada ER Mapper yaitu
rangkaian tahap pemrosesan untuk melakukan transform data asli dari hardisk sampai
proses selesai. Kombinasi band pada image display ada tiga hasil warna kombinasi,
yaitu color system (warna asli seperti R-G-B), False color dan pseudo color (warna
hitam-putih).

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Citra (image) adalah gambar pada bidang dua dimensi, maka sebuah citra
merupakan dimensi spasial atau bidang yang berisi informasi warna yang
tidak bergantung waktu (Munir, 2004). Ditinjau dari sudut pandang matematis,
citra merupakan fungsi menerus (continue) atas intensitas cahaya pada bidang dua
dimensi. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali seluruh
atau sebagian berkas cahaya kemudian ditangkap oleh alat optis atau elektro-optis
(Murni dkk, 1992).

Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk


memanipulasi dan menganalisa citra dengan bantuan komputer. Pengolahan citra
dan pengenalan pola menjadi bagian dari proses pengenalan citra. Kedua aplikasi
ini akan saling melengkapi untuk mendapatkan ciri khas dari suatu citra yang
akan dikenali (Farial, 2018.).

Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto atau citra dengan maksud

untuk mengenali objek dan gejala serta menilai arti pentingnya objek dan gejala

tersebut. citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan

seperti dalam: geografi, komputer, printer dan GPS Hand Held yang digunakan

untuk perekaman titik koordinat data di lapangan. geologi, lingkungan hidup dan

sebagainya. Pada proses pengolahan data citra pada penelitian ini menggunakan

perangkat lunak (Software) ER MAPPER karena mampu melakukan pendekatan

yang unik dalam pengolahan data citra yang mengkombinasikan file – based dan

band – based.

Interpretasi citra adalah proses pengkajian citra melaui proses identifikasi dan

penilaian mengenai objek yang tampak pada citra. Dengan kata lain, interpretasi

4
citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk

digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesi,

dan disiplin ilmu lainnya. Tahapan kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan

objek yang tergambar pada citra, yaitu sebagai berikut (Sutanto, 1986) :

1. Deteksi, yaitu merupakan pengenalan objek yang mempunyai karakteristik

tertentu oleh sensor.

2. Identifikasi, yaitu mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.

3. Analisis, yaitu mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terperinci.

Pada dasarnya kegiatan interpretasi foto udara terdiri dari dua tingkat, yaitu

tingkat pertama yang berupa pengenalan objek melalui proses deteksi dan

identifikasi, dan tingkat kedua yang berupa penilaian atas pentingnya objek yang

telah dikenali tersebut, yaitu arti pentingnya tiap objek dan keterkaitan antar objek

itu. Tingkat pertama berarti perolehan data, sedang tingkat kedua berupa

interpretasi atau analisis data. Di dalam upaya otomatisasi, hanya tingkat

pertamalah yang dapat dikomputerkan. Tingkat kedua harus dilakukan oleh orang

yang berbekal ilmu pengetahuan cukup memadai pada disiplin tertentu (Sampurno,

2016). Unsur interpretasi citra terdiri dari sembilan butir, yaitu rona atau warna,

ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs, dan asosiasi (Sutanto, 1994).

Software atau perangkat lunak adalah program komputer yang berfungsi

sebagai sarana interaksi (penghubung) antara pengguna (user) dan perangkat keras

(hardware). Software bisa juga dikatakan sebagai "penerjemah" perintah-perintah

yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan atau diproses oleh

perangkat keras (Hardware). Software adalah program komputer yang isi

intruksinya dapat diubah dengan mudah. Software pada umumnya digunakan


5
untuk mengontrol perangkat keras (yang sering disebut device driver), melakukan

proses perhitungan, berinteraksi dengan Software yang lain dan lebih mendasar

(seperti sistem operasi, dan bahasa pemrograman), dan lain-lain (Rahman, W., &

Alfaizi, F., 2014).

ER Mapper merupakan salah satu software komputer yang telah terbukti


banyak digunakan baik kalangan pemerintah maupun swasta, hal ini dapat
dimaklumi karena pada awal peluncurannya yaitu pada versi 5.0 Er Mapper telah
menyajikan kemampuan pengolahan citra yang lengkap. Paket perangkat lunak
tersebut pada dasarnya banyak digunakan dalam aplikasi rutin, dan beberapa
program yang dapat dikembangkan oleh pemakai sistem tersebut. Proses
perangkat lunak sering dilengkapi dengan alat bantu untuk pengembangan
aplikasinya sehingga bagi pemakai dapat mengembangkan untuk aplikasi khusus
yang diinginkannya. Paket jenis ini dapat diterapkan pada komputer multiguna
mulai dari skala mikro, mini, dan komputer super (Purwadhi, 2001).

Berikut merupakann beberapa kekhususan lain yang dimiliki ER Mapper


antara lain yaitu:

1. Didukung dengan 130 format pengimpor data

2. Didukung dengan 250 format pencetakan data keluaran

3. Visualisasi tiga dimensi

4. Adanya fasilitas Dynamic Links

5. Penghubung dinamik (Dynamic Links) adalah fasilitas khusus ER Mapper


yang membuat pengguna dapat langsung menampilkan data file eksternal
pada citra tanpa perlu mengimportnya terlebih dahulu. Data-data yang dapat
dihubungkan termasuk kedalam format file yang populer seperti
ARC/INFO, Oracle, serta standar file format seperti DXF, DON dll (Aryani
dkk, 2014).

Pengolahan citra dikelompokkan menjadi dua yaitu memperbaiki citra sesuai


dengan kebutuhan dan mengolah informasi yang terdapat di dalam citra.
6
Mengolah informasi dalam citra umumnya untuk mengolah objek citra dengan
cara mengekstraksi informasi penting yang ada di dalamnya. Dengan pengolahan
citra diharapkan citra yang diproses dapat diambil cirinya (Ahmad, 2005).

Citra yang menggunakan LUT RGB haruslah memiliki tiga channel atau
dalam bahasa umum dapat dikatakan disusun atas tiga lapisan warna, superimpos
dari tiga lapisan ini akan menyusun citra dengan kedalaman warna maksimal 2563
kode warna.Walaupun demikian umumnya citra penginderaan jarak jauh hanya
menggunakan ruang hingga 256 kode saja, kecuali beberapa citra, seperti: radar
hingga 16 bit channel dan citra-citra yang telah direntangkan ruang warnanya.
Perentangan warna dari citra dengan ruang warna 256 kode menjadi 2563 dapat
dilakukan tetapi tidak akan merubah kedalaman informasinya, kondisi ini dapat
disetarakan dengan pembesaran skala peta dari skala 1:4000 menjadi skal 1:1000
dengan cara difotokopi (Spasiatama, 2004)

Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang


banyak melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan
informasi keluaran yang berbentuk citra. Istilah pengolahan citra digital secara
umum didefinisikan sebagai pemrosesan citra dua dimensi dengan komputer
(Basuki dkk, 2005).

Karakteristik utama dari data spasial adalah keunikan mengumpulkan data


wilayah untuk berbagai kepentingan. Selain itu juga ditujukan sebagai salah satu
elemen yang kritis dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonomi secara
berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan. Berdaasarkan perkiraan hampir lebih
dari 80% informasi mengenai bumi berhubungan dengan informasi spasial
(Budiyanto, 2002).

Tiap piksel diwakili oleh luas persegiempat pada citra dimana ini tergantung
pada kemampuan sensor untuk memisahkan (mendeteksi) obyek yang berbeda
ukurannya. Sebagai contoh, sensor Enhanced Thematic Mapper (ETM+) pada
satelit Landsat 7 memiliki resolusi spasial 15 meter, oleh karena itu , tiap-tiap
piksel menunjukkan ukuran luas 15m x 15 m, atau 255 m². Resolusi spasial lebih
tinggi (luas piksel lebih kecil) artinya bahwa sensor dapat melihat/ mendeteksi
obyek yang lebih kecil (Nugroho, 2015).

7
Metode penginderaan jauh banyak menghasilkan layers yang informasinya
bersifat komprehensif dan cenderung relatif aktual terutama dalam bentuk digital.
Namun demikian, orde aktualisasinya masih akan bergantung pada waktu
perekaman data yang bersangkutan. Sejak perekaman, data digital tersebut
mengalami tahap-tahap preprosessing, pemeriksaan lapangan (sampel),
intepretasi, proses kartografis, produksi dan pemasaran. Produk asli atau hasil
perekaman teknik pengindraan jauh tentu saja masih mengandung beberapa
kesalahan. Dengan demikian, meskipun pengolahan citra digital tidak selalu
berhubungan dengan data spasial, tetapi pada aplikasi kebumian teknik
pengindraan jauh selalu berdampingan dengan membutuhkan PCD. Sehubungan
dengan hal ini, maka sistem perangkat lunak bidang pengindraan jauh juga
merupakan sistem pengolahan citra (Prahasta, 2009).

Pemanfaatan citra Landsat telah banyak digunakan untuk beberapa kegiatan


survey maupun penelitian, antara lain geologi, pertambangan, geomorfologi,
hidrologi, dan kehutanan. Dalam setiap perekaman, citra landsat mempunyai
cakupan area 185 km x 185 km, 12 sehingga aspek dari objek tertentu yang cukup
luas dapat diidentifikasikan tanpa menjelajah seluruh daerah yang disurvei atau
yang diteliti. Dengan demikian, metode ini dapat menghemat waktu maupun biaya
dalam pelaksanaannya dibanding cara konvensional atau survey secara teristris di
lapangan (Wahyunto, et.al.,1995).

8
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum acara 1 Dasar Penginderaan Jauh tentang “Pengenalan Software


Pengolah Citra (Er Mapper)” dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2020 – 6 Juli 2020
dan dilakukan di tempat tinggal praktikan Desa Sindangsuka, Kecamatan
Luragung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Indonesia.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan pada praktikum ini seperangkat komputer yang


dilengkapi dengan CD Room dan USB Mass Storage Device Manager, program ER
Mapper (versi 6.4, versi 7.0 atau versi 7.1), cakram (CD) atau Flashdisk untuk
penyimpanan data hasil praktikum. Alat yang di gunakan pada praktikum ini yaitu
seperangkat alat computer atau laptop dan software Er Mapper.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum Dasar Penginderaan Jauh acara satu yaitu :


1. Hidupkan komputer, catat spesifikasi hardware dan software yang telah
diinstall di komputer (terutama yang berkaitan dengan data grafis).
2. Install program ER Mapper yang disediakan ke CPU sesuai sesuai petunjuk
(demo).
3. Buka Program ER Mapper dengan klik dua kali icon ER Mapper pada desktop.
Catat menu utama (main menu) dan kegunaannya yang ada pada program
tersebut dalam bentuk tabel hasil pengamatan.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Spesifikasi komputer yang sedang dijalankan (tuliskan pada tabel di bawah ini)
No Jenis/ macam Tipe / merek Kapasitas Kegunaan
Laptop Acer
1. Aspire 3 14.0 inch -
A314-21-4391
Intel Celeron
2. Processor AMD Dual-Core 2.2 GHz; 6W; 2,5 Pengolah data
A4-9120E APU GHz burst frequency

Simpan data
3. Memory RAM - 4 GB DDR4
Sementara
4. Harddisk - 500 GB HDD Simpan data
-
5. Drive (DVD) - -
6. Operating System Windows 10 Home - Mengelola memori
komputer dan
proses-proses yang
berjalan di
komputer, serta
semua perangkat
lunak dan perangkat
keras.
7. Layar TFT LCD Acer 14" HD (1366 x 768) Menampilkan
CineCrystal dengan resolution semua data hasil
LED backlight proses baik itu teks,
gambar, atau video
yang berasal dari
hasil proses.
8. Graphic AMD RadeonTM - Menerjemahkan
R3 Graphic atau mengubah
sinyal digital dari
komputer menjadi
tampilan
grafis pada layar
monitor.

10
Gambar 1. Laptop Acer Aspire 3 A314-21-4391 dengan prosesor:
AMD Dual-Core A4-9120E APU, 2.2 GHz; 6W ;2,5
GHz burst frequency, 4 GB DDR4 Memory.

11
2. Spesifikasi Program Er Mapper yang dijalankan :
1. Jenis program : Tuliskan spesifikasi program yang saudara jalankan (Misal :
ERMapper7.1 produksi Earth Resource Mapping Pty. Ltd. San Diego,
California
2. Menu Utama : Tulis dalam tabel di bawah ini macam, bentuk, dan kegunaan
dari menu utama yang ada pada program saudara
a. Tabel 1. Menu bar ER MAPPER
Menu Bentuk Kegunaan
Utama
Menu bar Huruf : - Menjalankan setiap operasi program
1. File 1. Membuka file yang akan dikerjakan
2. Edit 2. Mengedit data
3. View 3. Menampilkan beberapa item
4. Toolbar 4. Menampilkan short-cut
5. Process 5. Berisi menu-menu pemprosesan didalam ER MAPPER
6. Utilities 6. Melakukan proses import data
7. Windows 7. Untuk membuat windows baru
8. Help 8. Berisi informasi-informasi bantuan yang dibutuhkan user

b. Tabel 2. Menu Toolbar ER MAPPER


No. Gambar Nama Kegunaan
1. New Membuat window box /membuka jendela citra
2. Open Membuka file citra algoritma ke jendela citra
3. Copy window Mengcopy window/menduplikat jendela citra
4. Save Menyimpan sebagai file algoritma
5. Save as Menyimpan file algoritma sebagai file lain
6. Print Mencetak hasil data
7. Hand (roam) Menggeser tampilan image window
tool
8. Zoom tool Memperbesar dan memperkecil tampilan image
window/citra
9. Zoom box Memperbesar/memperkecil citra dalam kotak sesuai yang
tool diinginkan
10. Pointer tool Menunjukkan posisi pada tampilan citra
11. Refresh Menetralkan/merefresh tampilan citra pada ER Mapper
12. 99% contrast Mengeksekusi tampilan citra dengan kontras warna 1%
enhancement
12
13. Stop Menghentikan posisi/proses yang sedang berlangsung
14. Image display Membuat mozaik citra
and mozaic
wizard
15. Image Menyeimbangkan image window dengan citra satelit/ foto
balancing udara
wizard for
airphotos
16. Image Menekan size pada citra/ image window
compression
wizard
17. Annotate Menambahkan gambar lain
vector layer
18. Contouring Membuat kontur pada image window
wizard
19. Ortho and Membuat coding pada image window
geocoding
wizard
20. Gridding Membuat gridding(kotak-kotak) pada citra/image window
wizard
21. Edit algorithm Edit algoritma pada image window
22. Load dataset Membuka file raster
23. Edit formula Memasukan rumus dan mengedit formula
24. Edit filter Menerapkan filtering
(kernel)
25. Edit real time Menerapkan efek penyinaran matahari pada citra
sun shade
26. Edit transform Mengatur perentangan kontras warna/stretching
limit
27. Browser the Mencari data yang belum diketahui melalui website ER
ER Mapper Mapper
website

13
c. Tabel 3. Menu Tool tips ER MAPPER

Menu Bentuk Kegunaan


Utama
Tool tips Tulisan di Menambah keterangan operasi pada toolbars yang
bawah tool-bar dijalankan :
button 1. Untuk mengaktifkan toolbar standadrs
1. Standadrs 2. Untuk mengaktifkan toolbar common function
2. Common 3. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan
funtion annotation
3.Annotation 4. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
4. Aster dengan aster
5. Batch 5. Untuk mengakifkan toolbar yang berkaitan dengan
processing batch procesing
6.Classificatio 6. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
n dengan Classification
7.Compression 7. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
8. Forestry dengan compression
8. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
dengan Foresty
9. DEM
9. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
10.Geophysic dengan Analisa DEM (Digital Elevation Model)
10. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
11. GIS dengan analisa geofisika
11. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
dengan analisa GIS
12. Mineral
12. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
dengan analisa mineral
13. Oil and
13. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
Gas
dengan analisa minyak bumi dan gas
14. Radar
14. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
Common
dengan analisa radar
15. Radar
15. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
Filter
dengan Filter radar
16. Remote
16. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
Sensing
dengan analisa penginderaan jauh
17. Web
17. Untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
Publishing
dengan publikasi web
18. Wizard
18. Untuk mengaktifkan toolbar berbagai macam
wizard

14
B. Pembahasan

ER Mapper adalah salah satu software (perangkat lunak) yang digunakan untuk
mengolah data citra atau satelit. Masih banyak perangkat lunak yang lain yang juga dapat
digunakan untuk mengolah data citra, diantaranya adalah Idrisi, Erdas Imagine, PCI dan
lain-lain. Masing-masing perangkat lunak mempunyai keunggulan dan kelebihannya
sendiri. ER Mapper dapat dijalankan pada workstation dengan sistem operasi UNIX dan
komputer PCs (Personal Computers) dengan sistem operasi Windows 95 ke atas dan
Windows NT (Aryani dkk, 2014).
Pengolahan citra bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra agar mudah
diinterpretasi oleh manusia atau mesin (dalam hal ini komputer). Teknik-teknik
pengolahan citra mentransformasikan citra menjadi citra yang lain. Jadi masukannya
adalah citra dan keluarannya juga citra. Namun citra keluaran mempunyai kualitas lebih
baik dari pada citra masukan (Munir, Rinaldi., 2004).
ER Mapper 7.0, digunakan untuk melakukan proses penggabungan band, koreksi
radiometrik dan geometrik, memasukkan rumus BILKO dan AGSO, konversi data raster
ke data vektor (.erv) dan konversi data vektor ke data shapefile (.shp) (Aprilianto et all,
2014). ER Mapper merupakan salah satu software (perangkat lunak) yang digunakan
untuk mengolah data citra. Beberapa perangkat lunak serupa yang juga memiliki fungsi
yang sama antara lain ERDAS Imagine, PCI, dan lain-lain (Nawangwulan, 2013).
Keunggulan ER Mapper, antara lain:
1. Mampu untuk mengolah sebagian citra penginderaan jauh,
2. Mampu mengimpor data citra yang tidak dikenal sekalipun,
3. Didukung lebih dari 100 kompatibilitas pencetakan citra,
4. Sangat mudah digunakan untuk tujuan analisis sekalipun oleh user pemula,
5. Dapat digunakan secara cepat untuk lebih dari 130 aplikasi khusus,
6. Tersedia lebih dari 160 Sangat mudah digunakan untuk tujuan analisis sekalipun oleh
user pemula,
7. Dapat digunakan secara cepat untuk lebih dari 130 aplikasi khusus,
8. Tersedia lebih dari 160 formula atau algorithma matematis pengolahan citra sehingga
pengguna tidak perlu berfikir dan menulis lagi algorithma yang rumit bagi pemula,
9. Realtime processing, pengolahan langsung dapat dilihat hasilnya tanpa
menyimpannya di media terlebih dahulu, Pembuatan mosaik citra yang sangat mudah
baik untuk citra satelit juga citra foto udara.

15
10. Data yang berbeda dapat ditampilkan bersamaan bahkan saat diproses,
11. Penyusunan model 3D dari citra sehingga lebih tampak seperti kondisi aslinya di
lapangan (Sutanto, 1986).
Selain kelebihan-kelebihan di atas, ER Mapper memiliki keterbatasan, yaitu:
a. Terbatasnya format pengeksport data
b. Data yang mampu ditanganinya adalah data 8 bit.
(Aryani dkk, 2014).
Dengan ER Mapper, kita dapat menyimpan pemrosesan citra dari awal hingga akhir
dalam sebuah algorithm dengan ukuran file yang kecil. Dengan memisahkan penyimpanan
file proses pengolahan dan hasilnya, kita akan dapat menghemat isi hardisk. Untuk
pengolahan citra resolusi tinggi seperti IKONOS, QUICKBIRD, ALOS, AVIRIS, dan lain-
lain, ER Mapper mampu menanganinya (Putra, 2011).
ER Mapper mengembangkan metode pengolahan citra terbaru dengan pendekatan yang
interaktif, dimana kita dapat langsung melihat hasil dari setiap perlakuan terhadap citra pada
monitor komputer. ER Mapper memberikan kemudahan dalam pengolahan data sehingga
kita dapat mengkombinasikan berbagai operasi pengolahan citra dan hasilnya dapat langsung
terlihat. Cara pengolahan ini dalam ER Mapper disebut Algoritma (Prahasta, 2008).
Dengan proses Algoritma, ER Mapper mempermudah pengguna melakukan berbagai
macam proses penajaman citra tanpa perlu membuat file-file baru yang hanya akan membuat
penuh disk komputer. Jenis-jenis operasi penajaman citra meliputi:
1. Penggabungan Data (Data fusion), menggabungkan citra dari sumber yang berbeda pada
area yang sama untuk membantu di dalam interpretasi. Contoh data Landsat-TM dengan
data SPOT.
2. Colodraping, menempelkan satu jenis data citra di atas data yang lainnya untuk
membuat suatu kombinasi tampilan sehingga memudahkan untuk menganalisa dua atau
lebih variabel. Contoh citra vegetasi dari satelit di colordraping di atas citra foto udara
pada area yang sama.
3. Penajaman kontras, memperbaiki tampilan citra dengan memaksimumkan kontras antara
pencahayaan dan penggelapan atau menaikan dan merendahkan harga data suatu citra.
4. Filtering, memperbaiki tampilan citra dengan mentransformasikan nilai-nilai digital
citra, seperti mempertajam batas area yang mempunyai nilai digital yang sama (enhance
edge), menghaluskan citra dari noise (smooth noise), dll.
5. Formula, membuat suatu operasi matematika dan memasukan nilai-nilai digital citra
pada operasi matematika tersebut., misalnya Principal Component Analysis (PCA).
16
6. Klasifikasi, menampilkan citra menjadi kelas-kelas tertentu secara statistik berdasarkan
nilai digitalnya. Contoh membuat peta penutupan lahan dari citra satelit Landsat-TM
(Geomedia, 2004).
Menurut Sutanto (1986), ada beberapa kemajuan atau kelebihan software pengolahan
citra ER Mapper jika dibandingkan dengan software terdahulu atau yang lainnya, antara lain:
1. Hemat penyimpanan
Sebuah data citra Landsat penuh memiliki besar file sekitar 300 Mb dan membuat rasio
band. Jika kita ingin menyimpan data asli tujuh band tersebut ditambah dengan rasio
bandnya maka kita akan membutuhkan sekitar 1,3 Gb (sangat besar). Dengan
menggunakan ERMapper kita hanya membutuhkan sekitar 300 Mb untuk data orisionil
ditambah kira-kira 30 Kb untuk aplikasi pengolahan.
2. Kecepatan penyimpanan
Sebagian besar harddisk SCSI mempunyai kecepatan maksimum penyimpanan 5 Mb per
detik, untuk menyimpan 1,3 Gb dibutuhkan waktu sekitar 4 menit bandingkan dengan
300 Mb berarti hanya butuh waktu 1 menit.
3. Template processing
ER Mapper menggunakan suatu konsep pengolahan data yang dinamakan algorithm,
dimana algorithm memisahkan data citra dari tahapan-tahapan pengolahan citra.
Tahapan pengolahan citra ini disimpan dan diedit disuatu file algorithm yang dapat
digunakan untuk tahapan pengolahan data citra selanjutnya.
4. Hasil yang dapat dinilai langsung
Algorithm mengandung semua persoalan data yang diperlukan sehingga kita tidak
dipersulit dengan pengolahan citra kita. Pengolahan data citra menjadi interaktif
langsung di layar monitor tanpa harus membuat suatu file keluaran setiap prosesnya.
5. Mosaik yang interaktif
Mosaik dapat dilakukan pada algorithm dahulu tanpa harus mengabungkan seluruh data
yang memiliki kapasitas yang sangat besar.
6. Kompresi dengan ECW
ECW (Enhanced Compression Wavelet) adalah formay kompresi pada citra dengan
kualitas minimal yang dapat digunakan untuk mengirimkan data tersebut ke dalam
bentuk CD atau DVD jika data tersebut sangat besar kapasitasnya.
7. Kompabilitas format
Dapat menyimpan dan menampilkan data dalam bentuk berbagai format.
8. Plugins
17
Tersedia berbagai plugins gratis untuk aplikasi GIS dan Office lainnya sehingga dapat
menampilkan citra dalam algoritm tanpa harus melakukan penyimpanan dalam format
yang lain terlebih dahulu.
Selain kelebihan-kelebihan di atas, ER Mapper memiliki keterbatasan, yaitu:
1. Terbatasnya format Pengeksport data.
2. Data yang mampu ditanganinya adalah data 8 bit (Putra, 2011).
Berdasarkan pada hasil praktikum, berikut merupakan spesifikasi komputer yang sedang
dijalankan jenis/macam laptop acer dengan tipe/merek A314-21-4391, memiliki kapasitas
14.0 inch. Pada processor dengan tipe/merek intel celeron AMD Dual-Core A4-9120E APU,
memiliki kapasitas 2.2 GHz; 6W; 2,5 GHz burst frequency, dan kegunaannya untuk
pengolah data. Memori RAM memiliki kapasitas 4 GB DDRD dan kegunaannya untuk
menyimpan data sementara. Harddisk memiliki kapasitas 500 GB HDD dan kegunaannya
untuk menyimpan data. Operating system dengan tipe/merek Windows 10 Home dan
kegunaannya untuk mengelola memori komputer dan proses-proses yang berjalan di
komputer, serta semua perangkat lunak maupun perangkat keras. Layar dengan tipe/merek
TFT LCD Acer CineCrystal dengan LED backlight, memiliki kapasitas 14" HD (1366 x 768)
resolution, dan kegunaannya untuk menampilkan semua data hasil proses baik itu teks,
gambar, atau video yang berasal dari hasil proses. Graphic dengan tipe/merek AMD
RadeonTM R3 Graphics dan kegunaannya untuk menerjemahkan atau mengubah sinyal digital
dari komputer menjadi tampilan grafis pada layar monitor.
Pada spesifikasi Program Er Mapper yang dijalankan yaitu ada menu utama pada ER
MAPPER seperti menu bar, Toolbar, dan Tool tips. Menu bar memiliki bentuk yaitu huruf
terdiri atas file yang kegunaannya untuk membuka file yang akan dikerjakan. Edit
kegunaannya untuk mengedit data. View kegunaannya untuk menampilkan beberapa item.
Toolbar kegunaannya untuk menampilkan short-cut. Process kegunaannya berisi menu-menu
pemprosesan didalam ER MAPPER. Utilities kegunaannya untuk melakukan proses import
data. Windows memiliki kegunaan untuk membuat windows baru, dan yang terakhir ada
Help memiliki kegunaan yang berisi informasi-informasi bantuan yang dibutuhkan user.
Selain itu, ada beberapa toolbar dan kegunaannya yang paling sering digunakan pada
praktikum kali ini, antara lain New, kegunaannya untuk membuat window box /membuka
jendela citra. Open, kegunaannya untuk membuka file citra algoritma ke jendela citra. Copy
window, kegunaannya mengcopy window/menduplikat jendela citra. Save, kegunaannya
menyimpan sebagai file algoritma. Save as, kegunaannya menyimpan file algoritma sebagai
file lain. Hand (roam) tool, kegunaannya menggeser tampilan image window. Zoom tool,
18
kegunaannya memperbesar dan memperkecil tampilan image window/citra. Zoom box tool,
kegunaannya memperbesar/memperkecil citra dalam kotak sesuai yang diinginkan. Pointer
tool, kegunaannya menunjukkan posisi pada tampilan citra. Refresh, kegunaannya
menetralkan/merefresh tampilan citra pada ER Mapper. 99% contrast enhancement,
kegunaannya mengeksekusi tampilan citra dengan kontras warna 1%. Edit algorithm,
kegunaanya untuk edit algoritma pada image window.
Adapun beberapa Tool tips dan kegunaannya pada praktikum kali ini diantaranya
Standadrs, kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar standadrs. Common funtion,
kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar common function. Annotation, kegunaannya untuk
mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan annotation. Aster, kegunaannya untuk
mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan aster. Batch processing kegunaannya untuk
mengakifkan toolbar yang berkaitan dengan batch procesing. Classification, kegunaannya
untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan Classification. Compression,
kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan compression. Forestry,
kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan Foresty. DEM,
kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan Analisa DEM (Digital
Elevation Model). Geophysic, kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
dengan analisa geofisika. GIS, kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
dengan analisa GIS. Mineral, kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan
dengan analisa mineral. Oil and Gas, kegunaaanya untuk mengaktifkan toolbar yang
berkaitan dengan analisa minyak bumi dan gas. Radar Common, kegunaannya untuk
mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan analisa radar. Radar Filter, kegunaannya untuk
mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan Filter radar. Remote Sensing, kegunaannya
untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan analisa penginderaan jauh. Web
Publishing, kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar yang berkaitan dengan publikasi web.
Dan yang terakhir ada Wizard, kegunaannya untuk mengaktifkan toolbar berbagai macam
wizard.

19
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini yaitu :


1. ER Mapper adalah salah satu software (perangkat lunak) yang digunakan untuk
mengolah data citra atau satelit. ER Mapper didesain khusus untuk penanganan data
data yang berkaitan dengan masalah kebumian dan meliputi industri industri yang
bergerak di bidang kebumian pula ER Mapper memasukkan semua fungsi dasar
pengolahan citra dalam antar muka pengguna grafis yang mudah.
2. Spesifikasi komputer yang sedang dijalankan jenis/macam laptop acer dengan
tipe/merk A314-21-4391, memiliki kapasitas 14.0 inch. Dengan prosesor: AMD
Dual-Core A4-9120E APU, 2.2 GHz; 6W ;2,5 GHz burst frequency, 4 GB DDR4
Memory.
3. Pada Menu bar (baris menu), berisi barisan perintah berupa menu seperti menu
File, Edit, View, Toolbars, Process, Utilities, Windows, dan Help. Menu ini
merupakan menu yang lengkap pada perangkat lunak ER Mapper. Toolbars (baris
toolbar), berisi tombol-tombol yang digunakan untuk menjalankan suatu perintah
dengan cepat dan mudah, terutama untuk perintah-perintah yang sering Anda
gunakan. Menu ini merupakan menu praktis dari Menu bar, ditampilkan dalam
bentuk button, namun tidak semua fungsi dari menu bar ada, hanya yang sering
dipakai saja, dapat diatur sesuai kebutuhan user. Dan yang terakhir ada menu tool
tips untuk mengetahui fungsi tombol tersebut, letakkan pointer diatas tombol yang
ingin diketahui, kemudian akan muncul kalimat (tool tips) yang memberitahukan
fungsi tombol tersebut.

B. Saran

Dalam melakukan praktikum pengenalan software pengolah citra (ER


Mapper) sebaiknya praktikan memperhatikan dengan seksama langkah – langkah
yang sudah diberikan panduan materi praktikum dan bagian – bagian pada ER
Mapper. Untuk memperdalam pemahaman mengenai fungsi-fungsi yang ada di Er
Mapper sebaiknya dilakukan praktikum yang lebih mendalam mengenai pengolahan
citra. Untuk melakukan praktikum yang lebih mendalam mengenai pengolahan citra
sebaiknya diawali dengan pengumpulan sumber-sumber atau informasi (tutorial)
sebanyak-banyak.
20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Usman. 2005. Pengolahan Citra Digital. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Aryani, Sasminto, Wijaya dan Nugraha. 2014. Pembuatan Peta Potensi Curah Hujan
Dengan Menggunakan Citra Satelit Mtsat Di Pulau Jawa. Program Studi Teknik
Geodesi Undip. Semarang.

Basuki, Achmad. 2005. Pengolahan Citra Digital Menggunakan Visual Basic. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Geografis. Penerbit Andi . Jakarta .

Geomedia, Spasiatama. 2004. Modul Pelatihan Er Mapper. GoeMedia Sp : Yogyakarta.

Munir, Rinaldi. 2004. Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik.


Informatika. Bandung.

Murni, Aniati. 1992. Pengantar Pengolahan Citra. Jakarta : PT. Elek Media Komputindo.

Nawangwulan, Sudarsono dan Sasminto. 2013. Analisis Pengarij Perubahan Lahan Pertanian
Terhadap Hasil Produksi Tanaman Pangan Dikabupaten Pati Tahun 2001 – 2011.
Jurnal Geodesi Undip. 2 (2): 127- 140.

Nugroho, D . 2015. Monitoring perubahan area persawahan dengan penginderaan jauh data
landsat multitemporal. Jurnal Geodesi UNDIP. 4:225-231.

Prahasta, E.. 2008. Remote Sensing: Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra
Digital dengan Perangkat Lunak ER Mapper. Informatika. Bandung.

_________. 2009. Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung.

Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT. Grasindo, Jakarta.

Putra, E. Hardika. 2011. Penginderaan Jauh dengan ERMapper. Graha Ilmu, Jakarta.

Rahman, W., & Alfaizi, F. 2014. Mengenal Berbagai Macam Software. Surya University,
Tangerang.

21
Sampurno dan Thoriq. 2016. Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8
Operasional Land Imager (OLI) di Kabupaten Sumedang. Bandung: Jurnal Teknotan
10 (2)

Spasiatama, Geomedia. 2004. Modul Pelatihan Er Mapper. GoeMedia Sp.


Yogyakarta

Sutanto, Prof, Dr, 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Dasar. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Wahyunto, H. H. Djohar dan Marsoedi, D. S. 1995. Analisis Data Penginderaan Jauh Untuk
Mendukung Identifikasi dan Inventarisasi Lahan Sawah di Daerah Jawa Barat. hlm.
37-49. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

22
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR PENGINDERAAN JAUH I


ACARA II
PENGENALAN DAN PENGOLAHAN CITRA INDERAJA

Oleh:
Ghia Sri Rahayu
NIM A0B019019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu atau teknik untuk menganalisis suatu
daerah ataupun objek dengan menggunakan alat berupa perekam yang tidak
berhubungan langsung dengan objek yang dikaji tersebut. Data hasil penginderaan jauh
berupa sebuah hasil interaksi antara objek, alat, tenaga serta wahana yang membentuk
suatu gambar dua dimensi pada bidang datar yang disebut dengan citra. Citra
merupakan gambaran dari permukaan bumi yang terbentuk dalam suatu bidang datar
(dua dimensi) yang dihasilkan dari perekaman objek menggunakan tenaga
elektromagnetik dari suatu satelit maupun pesawat udara.
Citra digital merupakan sebuah gambar dua dimensi yang ditampilkan pada
layar komputer dengan bentuk himpunan nilai digital atau sebuah pixel. Ada beberapa
jenis citra digital yaitu antara lain ikonos, alos, landsat dan spot. Pemotongan citra
merupakan kegiatan pengambilan area tertentu pada suatu citra yang akan digunakan
untuk pengamatan dan menganalisis, yang bertujuan untuk mempermudah pengamatan
dan memperkecil ukuran penyimpanan citra. Terdapat dua cara dalam menyimpan hasil
olahan citra yaitu dengan kompresi dan non kompresi. Kompresi dalam hal ini bersifat
lossy dan lossless tergantung format yang digunakan. Penyimpanan citra tanpa
kompresi yaitu menyimpan citra asli sesuai dengan informasi yang ada.
Pada dasarnya semua citra digital yang telah terekam oleh sensor dan disimpan
dalam format yang dapat dibaca oleh program pengolah citra akan dapat ditampilkan
pada layar monitor. Format penyimpanan file data citra hasil olahan menggunakan
ERMapper antara lain dalam bentuk GeoTiff/ tiff; Windows BMP (.bmp); JPEG (.jpg);
ESRI BILL and GeoSPOT (.hdr); ER Mapper Virtual Dataset (.ers); ER Mapper Raster
Dataset (.ers); dan ER Mapper Algorithm (.alg). Selain itu data hasil olahan seperti peta
vektor (.erv), tampilan citra 3 dimensi, tabel, dan hasil alahan khusus menggunakan
fungsi matematik juga dapat disajikan secara interaktif melalui program ER Mapper
ini.
Pada saat proses pengolahan citra dimana kita hanya membutuhkan bagian
tertentu saja dari sebuah citra sesuai kebutuhan yang disebut dengan Region of Interest
(ROI), guna mendapatkan itu maka dalam pemrosesan dilakukan sebuah proses
cropping. Cropping banyak dilakukan oleh para peneliti terutama yang meneliti pada
bidang image processing guna untuk melakukan pengolahan data pada sebuah citra,

23
hasil proses cropping pada sebuah citra biasanya dilakukan untuk memudahkan peneliti
fokus pada sesuatu obyek yang diperlukan saja. Agar citra hasil olahan nantinya dapat
dengan mudah ditampilkan/ ditayangkan kembali dan diolah lebih lanjut, maka semua
file data hasil olahan harus disimpan dalam folder terpisah dari folder sumber data yang
diolah. Semua jenis file data hasil olahan disimpan dengan nama file yang sederhana,
singkat dan mudah diingat. Satu file data dapat disimpan dalam berbagai format (.tiff,
.hdr, .ers, dan alg), misal : LandsatClp.hdr; LandsatClp.ers; LandsatClp.alg;
LandsatClp.tiff, dan LandsatClp.erv).
Tujuan dari praktikum acara 2 tentang Pengenalan dan Pengolahan Citra
Inderaja yaitu Mengetahui karakteristik visual tampilan obyek air, tanah/ bangunan, dan
vegetasi yang terekam pada citra penginderaan jauh. Mengimpor, menampilkan dan
menyimpan citra digital, mengenali data statistik citra, mengkroping dan menyusun
mozaik data citra, membedakan kualitas citra Landsat dengan SPOT untuk kajian
spasial. Menyimpan citra hasil olahan dalam format Virtual Dataset dan Raster Dataset
(.ers), Algorithma (.alg), dan GeoTiff (.tiff). Er mapper merupakan software yang
digunakan untuk membantu dalam mengolah data dari sebuah citra ataupun satelit.
Penggunaan ER Mapper untuk pengolahan citra dikarenakan mempunyai penyimpanan
yang kecil sehingga dapat menghemat tempat pada hardisk komputer maupun laptop
serta dapat mempersingkat waktu.

24
II. TINJAUAN PUSTAKA

Lillesand dan Kiefer (1979), Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis
data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek,
daerah, atau gejala yang dikaji dan hasil bentukan yang berupa cetak kertas atau data
digital. Proses analisa data meliputi pengujian data dengan menggunakan alat
interpretasi, alat pengamatan dan komputer untuk menganalisis data sensor numerik.
Setelah dilakukan analisa, data dapat disajikan dalam bentuk tabel, peta atau laporan
tertulis yang akan dimanfaatkan untuk proses pengambilan keputusan. Alat yang
dimaksud tidak berhubungan langsung dengan objek yaitu alat yang pada waktu
perekaman objek tidak ada di permukaan bumi, tetapi berada di angkasa maupun luar
angkasa. Oleh karena itu, dalam proses perekaman menggunakan wahana atau media
pembantu, seperti satelit, pesawat udara dan balon udara. Data hasil penginderaan jauh
sering dinamakan citra.

Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk memanipulasi


dan menganalisa citra dengan bantuan komputer. Pengolahan citra dan pengenalan
pola menjadi bagian dari proses pengenalan citra. Kedua aplikasi ini akan saling
melengkapi untuk mendapatkan ciri khas dari suatu citra yang akan dikenali (Farial,
2018). Pada citra Landsat, pemotongan (cropping) citra dilakukan untuk mendapatkan
daerah penelitian dengan maksud untuk dapat dilakukan pengolahan data yang lebih
terfokus dan lebih terinci pada daerah tersebut, sedangkan mozaik citra adalah proses
menggabungkan atau menempelkan dua atau lebih citra yang tumpang tindih
(overlapping) sehingga menghasilkan citra yang representative dan kontinu (Dwiyanti,
2009).

Pengolahan citra digital merupakan pengolahan dan analisis yang banyak


melibatkan persepsi visual. Citra digital dapat diperoleh secara otomatik dari sistem
penangkapan citra membentuk matrik yang elemen-elemennya menyatakan nilai
intensitas cahaya atau tingkat keabuan suatu piksel (Fadliansyah, 2007). Pengolahan
citra adalah salah satu aplikasi yang dapat mengubah gambar menjadi suatu informasi
(Marvin Wijaya, 2004).

25
Citra merupakan suatu bentuk dari representasi, kemiripan, atau imitasi dari
suatu objek. Citra terbagi ke dalam dua bagian yaitu citra yang bersifat analog dan
citra yang bersifat digital. Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu seperti
gambar pada monitor televisi atau komputer, foto sinar X dan sebagainya. Sedangkan
citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer (Sutoyo et al, 2009).

Format data citra digital berhubungan erat dengan warna. Pada kebanyakan
kasus, terutama untuk keperluan penampilan secara visual, nilai data digital
merepresentasikan warna dari citra yang diolah. Format citra digital yang banyak
dipakai adalah citra Biner (monokrom), citra Skala Keabuan (grayscale), citra Warna
(true color) (Munir, 2004).

Format file citra standar yang digunakan saat ini terdiri dari beberapa jenis.
Format-format ini digunakan dalam menyimpan citra dalam sebuah file. Setiap format
memiliki karakteristik masing-masing. Berikut adalah penjelasan beberapa format
umum yang sering digunakan (Murni, 1992).

1. Tagged Image Format File (.TIF, .TIFF)

Format TIF merupakan format gambar terbaik dengan pengertian bahwa


semua data dan informasi (data RGB, data CMYK, dan lainnya) yang berkaitan
dengan koreksi atau manipulasi terhadap gambar tersebut tidak hilang. Format
TIFF biasa digunakan untuk kebutuhan pencetakan dengan kualitas gambar yang
sangat tinggi. Ukuran berkas untuk format ini biasanya sangat besar. Format file
ini mampu menyimpan gambar dengan kualitas hingga 32 bit. Format file ini
juga dapat digunakan untuk keperluan pertukaran antar platform (PC,
Machintosh, dan Silicon Graphic). Hampir semua program yang mampu
membaca format file bitmap juga mampu membaca format file TIF.

2. Point Picture Expert Group (.JPEG)

Format JPEG adalah format yang sangat umum digunakan saat ini
khususnya untuk transmisi citra.. Format JPEG memiliki ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan gambar berformat BMP. Gambar dengan format JPEG
hanya mampu menghasilkan 16 bit kedalaman warna. Format ini digunakan
untuk menyimpan citra hasil kompresi dengan metode JPEG.

26
3. Graphics Interchange Format (.GIF)

Format gambar GIF merupakan gambar yang sudah mengalami kompresi


tipe lossy. Kompresi tipe lossy adalah kompresi dimana terdapat data yang
hilang selama proses kompresi. Akibatnya kualitas data yang dihasilkan jauh
lebih rendah daripada kualitas data asli. Kualitas yang rendah menyebabkan
format ini tidak terlalu populer dikalangan peneliti pengolahan citra digital.
Gambar dengan format GIF hanya mampu menghasilkan 8 bit kedalaman warna,
sehingga hanya digunakan untuk gambar-gambar kecil yang tidak memiliki
banyak warna.
Proses pengambilan area tertentu pada sebuah citra (area of interest) disebut
dengan pemotongan citra (cropping), dimana hasil dari proses pemotongan citra
tersebut dapat digunakan untuk mempermudah dalam menganalisis sebuah citra.
Umumnya pada proses pengolahan sebuah citra tidak semua atau tidak keseluruhan
scene citra digunakan, oleh sebab itu guna mendapatkan area yang dibutuhkan tersebut
maka dilakukan cropping. Hasil dari proses pemotongan citra tersebut dapat digunakan
dalam kebutuhan data spasial dan data spektral. Titik koordinat, jumlah piksel dan
hasil zooming daerah tertentu pada sebuah citra merupakan pedoman yang dapat
digunakan dalam pemotongan sebuah citra (Chen, et.al, 2016).
Pengambilan citra yang didasarkan pada sampling dan kuantitasi dimana besar
dan kecilnya piksel yang diperoleh berdasarkan dari besar dan kecilnya sampling serta
besarnya nilai derajat keabuan dari kuantisasi disebut dengan citra digital.
Pendefinisikan sebuah citra digitial dapat menggunakan fungsi (x,y), x nomor baris
dan y nilai kolom serta nilai derajat keabuan dengan f. Posisi piksel dinyatakan dengan
(x,y) dan nilai derajat keabuan dengan f pada titik (x,y) (Woods, et.al, 2008).
Pada saat sekarang sebuah citra atau gambar dapat dihasilkan dengan
menggunakan teknologi yang lebih dikenal dengan sebutan pengolahan citra.
Memanipulasi citra/gambar menjadi bentuk lain dengan menggunakan algoritma atau
teknik-teknik tertentu disebut dengan pengolahan citra. Banyak manfaat yang didapat
dengan pengolahan citra dimana awalnya hanya berfungsi untuk perbaiki kualitas
sebuah citra dan terus berkembang menjadi pengolahan data yang sangat komplek,

27
semua berkat perkembangan dari komputer yang semakin meningkat dalam
pemprosesannya serta munculnya bidang computer vision. Istilah lain menyatakan
bahwa pengolahan citra digital merupakan pemrosesan gambar berdimensi dua melalui
komputer digital (Anil, 1989).
Teknik untuk memanipulasi dan memodifikasi sebuah citra dengan berbagai cara
juga disebut dengan istilah pengolahan citra (Efford,2000). Banyak hal penting pada
sebuah pengolahan citra digital, seperti : proses filtering, threshold, histogram, sampling
dan kuantisasi, model citra digital, teknik pengambilan citra, segmentasi, clustering
dan ekstraksi ciri. Pada proses pengambilan citra dapat menggunakan alat seperti
kamera digital (Kadir dan Susanto, 2013).

28
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum acara 2 Dasar Penginderaan Jauh I tentang “Pengenalan dan


Pengolahan Citra Inderaja” dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2020 – 10 Juli 2020
dan dilakukan di tempat tinggal praktikan Desa Sindangsuka, Kecamatan
Luragung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Indonesia.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan Citra penginderaan jauh yang meliputi :

a. Citra Landsat ETM

b. Citra SPOT 5, dan

c. Peta RBI dan Peta Tentatif (Peta Geologi dan Peta Tanah)

d. Alat yang digunakan pada praktikum acara 2 ini yaitu seperangkat komputer
atau laptop yang dilengkapi piranti lunak ER Mapper.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada acara 2 tentang Pengenalan dan


Pengolahan Citra Inderaja ini adalah sebagai berikut :

Tampilan Citra greyscale (hitam putih) pada Saluran tunggal


(Monospektral) :

1. Cari dan catat spesifikasi atau keterangan dari berbagai sumber yang dapat
sudara akses untuk lebih mengenali ke dua citra satelit tersebut.

2. Buat folder baru dengan nama dan NIM saudara di drive C:/Nama_NIM

3. Buka Program ER Mapper.

4. Buka dataset yang ada dengan cara klik New Image Windows pada Toolbar,
dan klik View Algorithm for Image Window; kemudian klik Load Datasetnya.

29
5. Pada jendela Raster dataset, pilih file data citra yang akan dibuka dan kemudian
klik Apply dan klik OK.

6. Pada jendela Algorthm, klik Layer, dan kemudian periksa dan catat macam dan
jumlah saluran spektral (band) dari file data.yang sedang dibuka; kemudian klik
Run Algorithm (GO), maka citra akan ditampilkan pada jendela algorithm dengan
warna pseudo (greyscale color), amati dan catat tampilan citranya.

7. Pada jendela Algorithm klik Surface dan gantilah color table-nya dari
pseudocolor menjadi greyscale, ampphase, elevation, rainbow, spectrum, dan
unique yang terdapat pada Lookup Table, amati dan catat perubahan warna
tampilan citra yang muncul.

Tampilan Citra berwarna (RGB) pada beberapa Band (Multispektral) :

8. Pada jendela Algorthm, klik kanan pada [Ps]: Default Surface dan klik (ganti)
dengan Red Green Blue. Kemudian gantilah Pseudo Layer di bawah kolom
default surface dengan Red sehingga menjadi Red Layer.

9. Klik krusor di kolom Red Layer dan kemudian copy (duplicate) dua kali,
sehingga muncul 3 kolom Red Layer.

10. Dengan klik kanan pada mouse, gantilah kolom ke-2 dan kolom ke-3 (Red
Layer) masing-masing menjadi Green Layer dan Blue Layer.

11. Kemudian pada kolom Load Dataset, ganti atau isikan Band3 untuk Red
Layer, Band2 untuk Green Layer; dan Band1 untuk Blue Layer. Perhatikan dan
catat perubahan tampilan citranya. (Tampilan citra tersebut adalah tampilan citra
[RGB]: TRUE COLOR).

Transformasi spektral (memperjelas tampilan citra komposit warna (RGB) :

12. Guna memperjelas tampilan, klik Create default linier transform-nya, pilih dan
gantilah dengan Histogram equalized.

30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Citra Landsat ETM

Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM


Band 1 Band 2 Band 3 Band 1
(Greyscale) (Greyscale) (Greyscale) (Pseudocolor)

Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM


Band 2 Band 3 Band 1 Band 2
(Pseudocolor) (Pseudocolor) (ampphase) (ampphase)

Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM


Band 3 Band 1 Band 2 Band 3
(ampphase) (elevation) (elevation) (elevation)

Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM


Band 1 Band 2 Band 3 Band 1
(rainbow) (rainbow) (rainbow) (spectrum)

31
Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM Landsat ETM
Band 2 Band 3 Band 1 Band 2
(spectrum) (spectrum) (unique) (unique)

Landsat ETM
Landsat ETM
Landsat ETM RGB 3 2 1
RGB 3 2 1
Band 3 (Sebelum
(Sesudah
(unique) Restorasi)
Restorasi)

Gambar 1.1 Landsat ETM Red Gambar 1.2 Landsat ETM Blue Gambar 1.3 Landsat ETM Green

32
2. Citra SPOT 5

SPOT5 Band 1 SPOT5 Band 2 SPOT5 Band 3 SPOT5 Band 4


(Greyscale) (Greyscale) (Greyscale) (Greyscale)

SPOT5 Band 1 SPOT5 Band 2 SPOT5 Band 3 SPOT5 Band 4


(Pseudocolor) (Pseudocolor) (Pseudocolor) (Pseudocolor)

SPOT5 Band 1 SPOT5 Band 2 SPOT5 Band 3 SPOT5 Band 4


(Ampphase) (Ampphase) (Ampphase) (Ampphase)

SPOT5 Band 1 SPOT5 Band 2 SPOT5 Band 3 SPOT5 Band 4


(Elevation) (Elevation) (Elevation) (Elevation)

SPOT5 Band 1 SPOT5 Band 2 SPOT5 Band 3 SPOT5 Band 4


(Rainbow) (Rainbow) (Rainbow) (Rainbow)

33
SPOT5 Band 1 SPOT5 Band 2 SPOT5 Band 3 SPOT5 Band 4
(Spectrum) (Spectrum) (Spectrum) (Spectrum)

SPOT5 Band 1 SPOT5 Band 2 SPOT5 Band 3 SPOT5 Band 4


(Unique) (Unique) (Unique) (Unique)

SPOT5 RGB 321 SPOT5 RGB 432


SPOT5 RGB 321 SPOT5 RGB 432
(Restorasi) (Restorasi)

Gambar 2.1 SPOT5 Red Gambar 2.2 SPOT5 Blue Gambar 2.3 SPOT5 Green

34
3. Peta RBI dan Peta Tentatif (Peta Geologi dan Peta Tanah)

Gambar 3.1 RBI Greyscale Gambar 3.2 RBI Pseudocolor

Gambar 3.3 RBI Ampphase Gambar 3.4 RBI Elevation

Gambar 3.5 RBI Rainbow Gambar 3.6 RBI Spectrum

35
Gambar 3.7 RBI Unique Gambar 3.8 RBI True Color

B. Pembahasan

Citra digital adalah gambar dua dimensi yang bisa ditampilkan pada layar
komputer sebagai himpunan/ diskrit nilai digital yang disebut pixel/ picture elements.
Dalam tinjauan matematis, citra merupakan fungsi kontinu dari intensitas cahaya pada
bidang dua dimensi. Citra digital adalah citra f(x,y) dimana dilakukan diskritisasi
koordinat sampling/ spasial dan diskritisasi tingkat kwantisasi
(kabuan/kecemerlangannya). Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y),
dimana harga x dan harga y adalah koordinat spasial. Harga fungsi tersebut di setiap
titik (x,y) merupakan tingkat kecemerlangan citra pada titik tersebut, Citra digital
merupakan suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik
pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar/ pixel/
piksel/ pels/ picture element) menyatakan tingkat keabuan pada titik tersebut (Prahasta,
2005).
Citra Satelit merupakan pemotretan suatu daerah menggunakan wahana satelit
yang dioperasikan dari ruang angkasa. Saat, ini citra satelit resolusi tinggi memiliki
resolusi spasial 50 cm (hasil resampling), seperti citra GeoEye-1, WordView-2,
WorldView-1, dan Pleiades. Hasil foto satelit tidak sedetail jika dibandingkan dengan
foto udara. Keuntungan dari citra satelit, biaya secara umum jauh lebih murah
dibandingkan dengan foto udara, tingkat akurasi geometrik lebih baik, meskipun tanpa
menggunakan titik ikat dari lapangan (GCP). Untuk area yang luas, citra satelit tidak

36
memerlukan scene yang banyak, karena ukuran scene pada citra satelit sangat luas,
sehingga tidak perlu melakukan mosaicking yang ribet. Band yang dihasilkan dari foto
satelit sangat bervariasi (Soemantri, 2009).
Program Landsat adalah program paling lama untuk mendapatkan citra
bumidari luar angkasa. Satelit Landsat (land Satellite) milik Amerika Serikat, pertama
kali diluncurkan pada tahun 1972 dengan nama ERTS-1. Proyek tersebut sukses dan
dilanjutkan dengan peluncuran selanjutnya, seri kedua, tetapi dengan nama baru yaitu
Landsat. Seri tersebut hingga tahun 1991 telah sampai pada Landsat 5, dikelompokkan
menjadi dua generasi, yaitu generasi pertama (1-3) dan generasi kedua (4-5) (Achmad,
2008).
Pada citra landsat band yang digunakan untuk menampilkan citra asli
menggunakan band 4,3,2 dan ditampilkan warna merah pada bagian vegetasi tanaman
yang berupa perkebunan dan sawah, pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
Papilaya (2013) yang menyatakan bahawa pada kombinasi RGB 4,3,2 menampilkan
vegetasi berwarna merah, merah yang lebih terang menandakan vegetasi yang lebih
dewasa. Tanah dengan sedikit atau tanpa vegetasi antara putih (pasir atau garam)
sampai hijau atau coklat tergantung kelembapan dan kandungan organik. Air nampak
biru, perairan jernih akan terlihat biru gelap atau hitam sedangkan perairan dangkal atau
air dengan konsentrasi sedimen tinggi akan nampak biru muda. Area permukiman
berwarna biru kecoklatan, serta Citra khususnya landsat, seperti citra lainnya, tersusun
atas beberapa saluran (band), dengan basis warna dasar (merah, hijau, biru), kita bisa
mengkombinasikan saluran tersebut pada saluran warna dasar, yang nantinya akan
menonjolkan informasi tertentu yang kita inginkan, berikut kombinasi untuk Landsat.
Kombinasi band digunakan untuk mewakili gambar dalam warna alami dan oleh karena
itu pendekatan terbaik penampilan dari lanskap dalam kenyataan.
Kombinasi band 3,2,1 pada citra landsat ini akan menghasilkan “warna alami”
(natural color) karena kombinasi ini akan menampilkan citra yang sama dengan sistem
visual manusia. Pada band 4,3,2 Komposit baku untuk “false color” dimana vegetasi
akan tampak sebagai daerah berbayang merah. Semakin “baik” vegetasi (contoh
vegetasi hutan), maka akan semakin tampak berwarna merah gelap. Daerah perkotaan
yang padat akan nampak berwarna biru. Kombinasi ini paling sering digunakan dalam
studi vegetasi, monitoring drainase dan pola tanah, serta tahapan dalam pertumbuhan
tanaman. Kombinasi ini akan memperlihatkan “natural like” seperti halnya kombinasi
4-3-2 (Landsat 8) atau 3-2-1 (Landsat 5/7) dimana vegetasi akan tampak hijau

37
gelap,tanah kosong akan tampak berwarna merah muda (pink), dan air akan tampak
berwarna biru. Kombinasi ini sangat berguna dalam bidang geologi, pertanian dan
wetland. Jika terdapat kebakaran maka akan tampak berwarna merah. Bands 4,5,3
Kombinasi ini akan semakin memperjelas batas antara darat-air. Kombinasi kanal ini
juga memperlihatkan perbedaan kelembaban yang berguna bagi analisis kondisi tanah
dan vegetasi. Secara umum, semakin lembab tanah maka akan semakin terlihat
berwarna gelap oleh karena kemampuan penyerapan (absorpsi) spektrum infra-merah
oleh air. Bands 3-7-5 Kombinasi ini juga akan memberikan tampilan “natural-like”
dimana vegetasi akan tampak sebagai area berbayang hijau yang gelap dan terang
ketika musim pertumbuhan. Permukaan daratan yang panas seperti kebakaran hutan
atau kaldera gunung berapi akan memberikan efek kejenuhan pada kanal Mid-IR
sehingga akan tampak sebagai bayang berwarna merah atau kuning. Dengan demikian
salah satu aplikasi khusus dari kombinasi ini yaitu digunakan dalam monitoring
kebakaran hutan. Bands 5,4,3 Seperti kombinasi kanal 4-5-1, maka kombinasi ini akan
memberikan banyak informasi dan warna yang kontras. Vegetasi yang sehat akan
berwarna hijau cerah dan tanah berwarna lembayung muda (mauve). Kombinasi ini
sangat berguna dalam studi vegetasi dan pertanian serta digunakan secara luas dalam
pengelolaan areal kayu dan serangan hama. Bands 5,4,1 kombinasi ini terlihat serupa
dengan kombinasi 7-4-2 dimana vegetasi yang baik akan terlihat hijau cerah, kecuali
kombinasi ini lebih baik jika digunakan dalam studi yang berkaitan dengan pertanian.
Landsat 5, diluncurkan pada 1 Maret 1984, sekarang ini masih beroperasi
padaorbit polar, membawa sensor TM (Thematic Mapper), yang mempunyai resolusi
spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7. Sensor Thematic Mapper mengamati
obyek-obyek di permukaan bumi dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah
sinar tampak (visible), band 4, 5 dan 7 adalah inframerah dekat, infra merah menengah,
dan band 6 adalah infra merah termal yang mempunyai resolusi spasial 120 x 120 m.
Luas liputan satuan citra adalah 175 x 185 km pada permukaan bumi.Landsat 5
mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada
setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km (Sitanggang, 1999 dalam Ratnasari, 2000).
Berdasarkan hasil praktikum acara dua ini, menurut visual saya pada Band 1.
Band 2 dan Band 3 Citra Landsat ETM yang paling jelas tampilannya yaitu Band 2. Hal
tersebut karena pada band 2 terlihat perbedaan warna yang jelas, bahkan aliran sungai
pun tampak terlihat jelas. Hal tersebut dikarenakan perbedaan antara perairan dan
daratan terlihat sangat jelas pada saat color table-nya diubah menjadi greyscale. Citra

38
Landsat ETM hanya terdapat komposit [RGB] 321. Pada saat sebelum di restorasi,
Citra Landsat ETM komposit [RGB] 321 terlihat kurang jelas antara sawah dan
pemukiman, namun setelah direstorasi terlihat sangat jelas obyek permukaan bumi.
Adapun perubahan warna obyek yaitu warna sungai yang tadinya gelap setelah
direstorasi menjadi berwarna biru terang; Pemukiman yang sebelumnya berwarna pink
tua, setelah direstorasi menjadi pink muda.
Satelit Landsat adalah satelit bumi buatan Amerika Serikat yang dimanfaatkan
untuk pengamatan permukaan bumi secara lebih luas. Seri Landsat yang telah banyak
digunakan dalam penelitian adalah seri Landsat-7 ETM dan merupakan seri Landsat
yang berakhir beropersi. Sensor Landsat-7 ETM mempunyai 7 kanal/band spectral yang
berfungsi untuk mendeteksi permukaan bumi. Kanal/band yang dapat digunakan untuk
mendeteksi perairan dangkal adalah dengan menggunakan spektral visible (sinar
tampak) yaitu kanal/band B1 (sinar biru) yang bekerja pada panjang gelombang 0,45 -
0,52 µm dan B2 (sinar hijau) yang bekerja pada panjang gelombang 0,52-0,60 µm.
Kanal/band tersebut memiliki resolusi spasial 30 meter dan mampu melakukan
penetrasi badan kolom air hingga kedalaman kurang lebih 10 meter (band 2 kedalaman
kurang-lebih 5 meter dan band 1 sampai 10 meter), sehingga kenampakan perairan
dangkal seperti keberadaan terumbu karang akan terdeteksi oleh kanal-kanal tersebut
(Suwargana, 2014).
Satelit SPOT (Satellites Pour l’Observation de la Terre) merupakan satelit
konstelasi yang digunakan untuk observasi bumi. Bersama dengan SPOT 4, Satelit
SPOT 5 merupakan satelit milik Perancis yang beroperasional untuk menyediakan data
penginderaan jauh. Setiap seri SPOT menyediakan dua instrumen pencitraan optik
resolusi tinggi yang identik yaitu pankromatik (P) dan Multispektral (XS: Green, Red,
dan Near Infrared). Satelit ini beroperasi sejak 4 Mei 2002 dan hingga kini masih
beroperasional. Satelit SPOT 5 membawa instrumen HRG (High Resolution
Geometric) dan HRS (High-Resolution Stereoscopic). Spektral Band yang dimiliki
SPOT 5 sama dengan SPOT 4, begitu pula dengan band Pankromatiknya. SPOT 5
memiliki orbit sun-synchronous polar dengan resolusi temporal 26 hari.
Pada citra digital lain, citra asli dapat ditampilkan dengan kombinasi warna
3,2,1 yang berarti pada kombinasi tersebut dapat ditampilkan warna citra asli atau
natural, pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Papilaya (2013) yang menyatakan
bahwa Kombinasi ini merupakan warna natural sehingga merupakan pendekatan
terbaik untuk melihat realitas lanskap. Saluran 3 mendeteksi penyerapan klorofil,

39
saluran 2 mendeteksi reflektan hijau dari vegetasi dan saluran 1 cocok untuk penetrasi
air, pada perairan jernih bisa masuk sekitar 25 meter, dengan kata lain kita bisa juga
mendeteksi transportasi sedimen di perairan. Saluran 1 juga membedakan tanah dan
vegetasi serta tipe tipe hutan.
DSM merupakan model permukaan digital dengan referensi permukaan objek
terhadap Mean Sea Level (MSL) 18,61 tahun (Li et all, 2005). DEM merupakan model
permukaan digital yang mempunyai referensi terhadap ellipsoid. DTM merupakan
model permukaan digital yang mempunyai referensi terhadap koordinat toposentrik dan
telah dilakukan koreksi unsur-unsur geodetis terhadap model tersebut. DGM
merupakan model permukaan digital yang mempunyai referensi terhadap geoid/rata-
rata ekuipotensial yang berimpit dengan MSL.
Pemetaan rupabumi Indonesia dengan berbagai skala adalah sesuai pasal 18
Undang-Undang no 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UUIG). Peta rupabumi
skala besar adalah peta dengan skala 1:1.000,1:2.500, 1:5.000,1:10.000. Peta skala
menengah adalah 1:25.000, 1:50.000, 1:100.000. Dan peta skala kecil adalah
1:250.000, 1:500.000 dan 1:1.000.000. Data rupabumi yang disajikan alam peta
berdasar pada Stanadar Nasional Indonesia (SNI) mengenai penyajian peta rupabumi.
Spesifikasi dalam SNI tersebut meliputi seluruh unsur dalam peta rupabumi Indonesia
(RBI), salah satunya adalah unsur penutup lahan. Perbedaan skala pada pemetaan
rupabumi memunculkan pula perbedaan pada klasifikasi penutup lahan. Hal ini sering
menjadi permasalahan ketika kita akan menentukan objek-objek apa saja yang akan
muncul pada skala tertentu. Seperti halnya pada pemetaan skala kecil dan skala
menengah, yang tentu memiliki penampakan yang berbeda pada kelas penutup lahan.
Akan tetapi kita perlu membatasi perbedaan apa saja yang mendasari dalam perubahan
kelas klasifikasi penutup lahan tersebut. Hal-hal yang mendasari perubahan kelas
penutup lahan bisa karena perubahan ukuran objek, fungsi, serta kepentingan objek
pada peta tersebut. Perubahan kelas penutup lahan tidak lepas dari kegiatan klasifikasi
penutup lahan unsur rupabumi. Klasifikasi adalah proses
pengelompokkan/pengumpulan benda atau entitas yang sama, serta
memisahkan benda atas entitas yang tidak sama (Sulistyo Basuki, 1991).
Penutup lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan
yang ada di permukaan bumi (Lillesand dan Kiefer, 1990). Dalam hal ini klasifikasi
penutup lahan mengandung pengertian pengelompokan/pengumpulan kelas
kenampakan yang ada dipermukaan bumi yang memiliki kesamaan atau perbedaan

40
entitas. Penutup lahan bisa berupa objek yang dibangun oleh manusia ataupun objek
yang muncul secara alami di permukaan bumi. Kedetilan peta tergantung dari skala-
nya, semakin besar skala peta maka semakin detail pula informasi yang disajikan. Peta
adalah representasi geografis yang bergantung pada resolusi dari dunia nyata. Pada
proses generalisasi saat ini masih belum bisa dikatakan full otomatis, masih melibatkan
proses secara manual dan dibutuhkan kartografer yang terampil. Kartografer
menggambar peta dengan tangan, dan menghilangkan beberapa fitur yang tidak penting
untuk menyederhanakan garis, menggabungkan wilayah yang berdekatan, dan untuk
menyelesaikan konflik atas penilaian mereka (Esri, 1996).
Pada praktikum kali ini mengenai peta RBI Cilacap dapat kita lihat perubahan
penampakan yang terjadi pada kelas penutup lahan, pada skala yang berbeda kelas
penutup lahan akan mengalami perubahan bentuk atau geometri. Dari gambar tersebut
dapat kita lihat perubahan kelas penutup lahan perbandingan yang menunjukkan
banyak perubahan geometri yang terjadi pada setiap kelas penutup lahan. Perubahan
tersebut tidak terlepas dari adanya proses generalisasi yang dilakukan pada perbedaan
skala tersebut, seperti proses pemilihan, penghalusan, penggabungan, pembesaran,
penggeseran, atau pengkelasan ulang yang digunakan untuk menyederhanakan rincian
representasi peta. Perubahan tersebut jelas menunjukkan bahwa suatu objek akan
mengalami perubahan pada skala yang berbeda. Selain itu, terdapat perbedaan pada
setiap warna citra yang berbeda-beda yang menampilkan vegetasi berwarna merah,
merah yang lebih terang menandakan vegetasi yang lebih dewasa. Tanah dengan sedikit
atau tanpa vegetasi antara putih (pasir atau garam) sampai hijau atau coklat tergantung
kelembapan dan kandungan organik. Air nampak biru, perairan jernih akan terlihat biru
gelap atau hitam sedangkan perairan dangkal atau air dengan konsentrasi sedimen
tinggi akan nampak biru muda. Area permukiman berwarna biru kecoklatan, serta Citra
khususnya landsat, seperti citra lainnya, tersusun atas beberapa saluran (band), dengan
basis warna dasar (merah, hijau, biru), kita bisa mengkombinasikan saluran tersebut
pada saluran warna dasar, yang nantinya akan menonjolkan informasi tertentu yang kita
inginkan, berikut kombinasi untuk Landsat.

41
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini yaitu pengolahan citra
dilakukan untuk memudahkan kita melakukan interpretasi maupun klasifikasi.
Sebelum melakukan klasifikasi, dilakukan pengolahan citra menggunakan Algorithm
pada aplikasi Er-Mapper. Setiap tampilan citra yang diubah tiap komposit warnanya
akan berbeda-beda tampilannya. Semakin panjang gelombang yang bekerja akan
semakin jelas permukaan buminya. Kombinasi pada band 3,2,1 pada citra landsat ini
akan menghasilkan “warna alami” (natural color) karena kombinasi ini akan
menampilkan citra yang sama dengan sistem visual manusia. Pada band 4,3,2
Komposit baku untuk “false color” dimana vegetasi akan tampak sebagai daerah
berbayang merah. Semakin “baik” vegetasi (contoh vegetasi hutan), maka akan
semakin tampak berwarna merah gelap. Daerah perkotaan yang padat akan nampak
berwarna biru. Kombinasi ini paling sering digunakan dalam studi vegetasi,
monitoring drainase dan pola tanah, serta tahapan dalam pertumbuhan tanaman.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam praktikum ini sebaiknya lebih teliti
dalam mengamati citra, sehingga saat melakukan klasifikasi tidak salah informasi.
Agar lebih cermat dalam penggabungan band dan menganalisis perubahan warna yang
terjadi untuk setiap band.

42
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Kadir. Adh,. Susanto. 2013. Teori dan Aplikasi Pengolahan Citra,
Yogyakarta: Andi.

Achmad Siddik. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Karya Tulis Departemen


Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bandung :
Informatika.

Anil K.J, 1989. Fundamental of Digital Image Processing, Prentice-Hall


International.

Basuki, Sulistyo, L.1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan.Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.

BSN. 2010. SNI 6502.3:2010. Spesifikasi Penyajian Peta Rupabumi – Bagian 3 :


Skala 1.50.000. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta. Indonesia.

Colwell, R. N. 1976 . The Visible Portion of The Spectrum, In ; Remote Sensing of


Environment . J.Lintz Jr and D.S.Simonett, Addision-Wesly Publishing of
Company . Inc, London.

Dwiyanti E. 2009. Analisis Data Landsat ETM+ untuk Kajian Geomorfologi dan
Penutup/Penggunaan Lahan dan Pemanfaatannya untuk Pemetaan Lahan
Kritis di Kota Cilegon. Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Esri, 1996. Automation of Map Generalization: The Cutting Edge Technology,


ESRIWhitePaper.http://www.geo.ulg.ac.be/interne/Fichiers_Interet_General
/Cartographie/MapGenESRI.pdf (accessed 28 Apr. 2004)

Fadliansyah. 2007. Computer Vision dan Pengolahan Citra . ANDI . Yogyakarta.

Julzarika, A. 2008. Teknik Penurunan Digital Surface Model (DSM) dari citra
satelit ALOS menjadi Digital Elevation Model (DEM). MAPIN. Bandung.

43
Kiefer, dan Lillesand. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra
(Diterjemahkan oleh Dulbahri, Prapto Suharsono, Hartono, dan Suharyadi).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kusumanto, R.D dan A.N.Tompunu. 2011. Pengolahan Citra Digital Untuk


Mendeteksi Obyek Mengunakan Pengolahan Warna Model Normalisasi
RGB. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011,
1(1): 9-10.

Lillesand, T dan R. Kiefer. 1979. Remote Sensing and Image Interpretation. John
Wiley & Sons . New York .

Lillesand, T.M dan Kiefer, R.W. 1979. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra
(diterjemahkan oleh Sutanto). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Lindgren , D.T. 1985. Land Use Planning and Remote Sensing . Martinus
Nijhoff Publishers . Doldrecht .

Malingreau, J .P . 1981. Remote sensing for monitoring rice production in the


west tropics. Gadjah Mada University . Yogyakarta .

Munir, Rinaldi. 2004. Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik.

Murni, Aniati. 1992. Pengantar Pengolahan Citra. Jakarta : PT. Elek Media
Komputindo.

Prahasta, E. 2008. Sistem Informasi Geografis : Konsep-Konsep Dasar.


Informatika, Bandung.

Ratnasari E. 2000. Pemantauan Kebakaran Hutan dengan Menggunakan Data


Citra NOAA-AVHRR dan Citra LANDSAT-TM. Bogor: Fakultas Kehutanan
IPB.

Simonett. 1983. The Development and Principles of Remote Sensing . Falis


Church . Virginia .

Smith, M.J. and C.F. Pain, 2009, Applications o f Remote Sensing in


Geomorphology. Progress in Physical Geography. 33(4):568-582.

44
Soemantri, L. 2009. Teknologi Penginderaan Jauh. Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.

Sutanto. 1944. Penginderaan Jauh Jilid I. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Sutoyo, T, dkk. 2009, “Teori Pengolahan Citra Digital”, Penerbit Andi,


Yogyakarta hal 9 - 27.

Suwargana, N. 2013 . Resolusi Spasial, Temporal dan Spektral pada Citra Satelit
Landsat, SPOT dan IKONOS . Jurnal Ilmiah WIDYA. Vol. 1 No. 2 : 167 –
174.

Suwargana, N. 2014. Analisis Citra Alos AVNIR-2 Untuk Pemetaan terumbu


Karang (Studi Kasus: Banyuputih, Kabupaten Situbondo). Seminar
Nasional Penginderaan Jauh: 588-594.

Wijaya, Marvin. 2007. Pengolahan Citra Digital Menggunakan MATLAB.


Informatika. Bandung.

45
BIODATA PRAKTIKAN

Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 13 Juli 2000. Sebagai anak


ke-2 dari 2 bersaudara. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jalan Desa
Sindangsuka, Gang Melati 2, Nomor 007, RT.01/RW.01, Dusun Pahing, Desa
Sindangsuka, Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penulis
memulai pendidikan TK di TK Ar-Rasyid lulus pada tahun 2007, kemudian
berlanjut ke jenjang sekolah dasar di SDN Sindangsuka lulus pada tahun 2013,
kemudian bersekolah di SMPN 1 Luragung lulus pada tahun 2016 dan berlanjut
ke SMAN 1 Kuningan lulus pada tahun 2019. Saat ini penulis melanjutkan ke
jenjang perguruan tinggi di Universitas Jenderal Soedirman Program Studi D3-
Perencanaan Sumberdaya Lahan.

46

Anda mungkin juga menyukai