Anda di halaman 1dari 26

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengecilan Ukuran Hasil Petanian)

Oleh:

Nama : Aisyah Shiddiiqah


NPM : 240110150101
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 4 Oktober 2017
Waktu/Shift : 15.30-16.10/B2
Asisten : 1. Adryani Tresna W
2. Eki Dwiyan Saputra
3. Mizanul Hakam
4. Bintari Ayuningtyas

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan hasil pertanian sehabis panen biasanya tidak seragam ukurannya dan
berukuran relatif lebih besar. Dalam tahap pengolahannya biasanya bahan hasil
pertanian ini pasti disertai dengan proses pengecilan ukuran. Dalam pengecilan
proses untuk bahan cair dan padat memiliki cara yang berbeda. Pada bahan padat
biasanya berupa penghancuran dan pemotongan dan pada bahan cair berupa
atomisasi atau emulsifikasi.
Pengecilan ukuran merupakan salah satu tahapan dari beberapa proses lainnya
dalam rangkaian penanganan hasil pertanian. Pengecilan ukuran bahan adalah
usaha untuk mengurangi ukuran bahan dengan kerja mekanis, membaginya menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil agar proses sealnjutnya dapatnya berlangsung lebih
efektif. Untuk mendapatkan proses pengecilan ukuran yang efektif, perlu dilakukan
pengamatan mengenai pengukuran dan perhitungan dengan memperhatikan
kapasitas throughout, rendemen hasil proses pengecilan ukuran, kapasitas output,
kapasitas aktual, kapasitas teoritis dan efisiensi.
Pada praktikum ini praktikan akan mempelajari proses pengecilan ukuran
yang akan dilakukan dengan cara manual menggunakan pisau, mensin pengiris da
mesin penyerut. Setelah itu hasilnya dapat dibandingkan dan dapat dilihat tingkat
keefesienannya.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah Mengukur dan mengamati
pengecilan ukuran bahan hasil pertanian dengan mengkaji performansi mesin,
kapasitas throughout, kapasitas output dan rendemen hasil pengecilan ukuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi Pengecilan Ukuran


Pengecilan ukuran adalah proses penghancuran atau pemotongan suatu
bentuk padatan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil oleh gaya mekanik. Tujuan
pengecilan ukuran adalah mengupayakan suatu bahan memenuhi spesifikasi
tertentu, agar sesuai dengan bentuk. Untuk memenuhi spesifikasi tersebut, ukuran
partikel bahan harus dikontrol. Pertama dengan memilih macam mesin yang akan
digunakan dan kedua memilih cara operasinya. Penampilan kerja suatu mesin
untuk mengecilkan ukuran suatu bahan ditentukan oleh kapasitas, tenaga yang
diperlukan per satuan bahan, ukuran dan bentuk bahan sebelum dan sesudah
pengecilan dan kisaran ukuran dan bentuk hasil akhir. Ukuran dan bentuk butir
dalam massa bahan tergantung pada sifat fisik bahan, riwayat bahan dan metode
pengecilan.(Betty, 2013)
Pengecilan ukuran merupakan usaha untuk mengurangi ukuran bahan dengan
kerja mekanis, membaginya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Penggunaan
proses penghancuran yang paling luas di bidang industri pangan adalah
penggilingan butiran-butiran gandum menjadi tepung. Dalam proses pemecahan
biasa mengaplikasikan berbagai macam gaya pemecahan diantaranya, gaya pukul,
gaya sobek dan gaya tekan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan yaitu
faktor dari bahan diantaranya varietas, kekerasan, struktur mekanis dan kadar air.
Faktor dari alat pemecah yaitu kontruksi alat, operasi dan kinerja alat (Udai dalam
Prayuda, 2016).

2.2 Dasar-Dasar Pengecilan Ukuran


Pemecahan suatu partikel padatan dapat berwujud gaya gaya mekanis seperti
memukul (palu), menekan (pemecah buah kenari), menggesek (penggerus),
menumbuk (lemparan ke dinding), dan memotong (gunting). (Arman, 2013)
Masing-masing metode ini hanya dapat digunakan secara terbatas,yaitu hanya
untuk bahan dengan sifat-sifat tertentu. Cara yang dapat digunakan untuk bahan
sebagai berikut:
1. Keras, setengah keras dan rapuh ialah pemukulan
2. Keras, setengah keras,rapuh dan lunak ialah penekanan
3. Lunak ialah penggesekan
4. Setengah keras, lunak dan peka terhadap panas ialah penumbukan
5. Lunak, kenyaldan berserat ialah pemotongan.
A. Pengecilan Kasar (Pemecahan)
Pengecilan secara kasar pada umumnya digunakan alat pemecah. Alat pemecah
ini berupa mesin-mesin dengan konstruksi yang sangat masif. Potongan-potongan
bahan dikecilkan dengan di tekan. Tergantung dari ukuran butir yang ingin dicapai,
dapat digunakan alat pemecah kasar (100-10 mm) atau alat pemecah halus (10-1
mm)
1. Prinsip Kerja alat jaw crusher
Bahan yang akan dipecahkan di masukkan dari tanda panah biru(kecil),
kemudian di tekan oleh rahang gerak(yang ditunjukkan oleh tanda biru yang tebal)
dengan adanya tekanan dari rahang gerak maka bahan akan hancur.
2. Prinsip Kerja alat cam crusher:
Pada sebuah poros terpasang perkakas pemecah berbentu bilah-bilah yang
di susun berseberangan menyerupai baling-baling.Ketika poros berputar,bilah-bilah
tersebut masuk diantara kisi pemecah sehingga bahan yang akan di kecilkan
ukurannya akan tergencet dan terpotong.
3. Prinsip kerja alat double roll mill:
Dua rol penggilas yang permukaannya licin,kasar atau berduri berputar
berlawanan pada jarak yang dekat.Bahan yang akan dihaluskan di masukkan dari
atas(panah yang berwarna kuning), kemudian dua rol yang bergerak berlawanan
menghancurkan bahan, kemudian di dapatkan hasil yang halus (yang keluar dari
bawah rol).
B. Pengecilan Halus (Penggilingan)
Untuk tujuan pengecilan halus di gunakan alat penggiling. Dalam hal ini
metode mekanis dasar, seperti memukul,menggesek,menumbuk dan sebagainya
digunakan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri. Tergantung pada ukuran butir
yang ingin di capai, dikenal beberapa operasi penggilingan.
1. Penggilingan kasar(1-0.1 mm)
2. Penggilingan halus(0.1-0.01 mm)
3. Penggilingan sangat halus(0.01-0.001 mm)
4. Penggilingan koloidal(<0.001 mm)

2. 3 Tujuan Pengecilan Ukuran :


1. Mempermudah ekstraksi unsur tertentu dan struktur komposisi.
2. Penyesuaian dengan kebutuhan spesifikasi produk atau mendapatkan
bentuk tertentu.
3. Untuk menambah luas permukaan padatan
4. Mempermudah pencampuran bahan secara merata
5. Mempercepat pelarutan
6. Mempercepat reaksi kimia
7. Mempertinggi kemampuan penyerapan
8. Menambah kekuatan warna. (Bunga, 2013)

2. 4 Keuntungan Pengecilan Ukuran


1. Peningkatan ratio antara luas permukaan terhadap volume sehingga
meningkatkan laju pengeringan, pemanasan, dan pendinginan,
meningkatkan efisiensi dan laju ekstraksi.

2. Apabila proses pengecilan ukuran dikombinasi dengan pengayakan dapat


mempermudah proses pengklasifikasian ukuran.

3. Keseragaman bentuk & ukuran dapat mempermudah tahap penanganan


selanjutnya, ex: pengangkutan dan pengemasan lebih mudah,
pencampuran bahan baku tepung dgn bahan lainnya lebih sempurna
(Widyasanti, 2015)

2. 5 Prosedur Pengecilan Ukuran


Prosedur pengecilan pengukuran dibagi menjadi tiga, yaitu pemotongan
(cutting), pemecahan (crushing) dan penggeseran (shearing). Pemotongan (cutting)
adalah pemisahan atau pengecilan yang dilakukan dengan cara mendorong atau
memaksa pisau tipis dan tajam ke material yang ingin diperkecil, cocok untuk
produk buah, umbi dan sayuran. Pemecahan (crushing) adalah pengecilan dengan
memberikan gaya (force) yang cukup bagi material yang lebih besar dari tegangan
putus material, cocok untuk produk pakan ternak, pembuatan bubuk, juice,
pemisahan biji dari kulit yang keras hingga pemecahan batu. Penggeseran
(shearing) adalah kombinasi pemotongan dan pemecahan, jika mata pisau gesernya
tajam dan tipis, maka hasil yang diperoleh mirip dengan hasil pemotongan, jika
mata pisau gesernya tumpul dan tebal, maka hasil yang diperoleh mirip dengan
pemecahan (Hasmi, 2014).

2.6 Pengecilan Ukuran Pada Bahan Padat Hasil Pertanian


Terdapat tiga tipe gaya yang biasa diterapkan untuk mengecilkan ukuran
bahan hasil pertanian, yaitu :
a. Gaya tekan
b. Gaya tumbuk
c. Gaya geser
Ketika semua gaya bekerja pada sebuah bahan, maka akan menghasilkan
regangan internal yang menyebabkan perubahan bentuk jaringan di dalam bahan.
Pada beberapa kejadian, regangan tidak melebihi dari suatu batasan kritis tertentu
yang dinamai batas tegangan elastis (E). Apabila tegangan pada bahan tersebut
dilepas, jaringan tersebut akan kembali pada bentuk semula dan melepaskan energi
yang terkandung dalam bentuk energi panas. Apabila ditelaah lebih jauh lagi, hanya
1 % energi digunakan untuk pengecilan ukuran. Bagaimanapun, ketika bahan hasil
pertanian diregangkan diatas batas tegangan elastis, maka bahan hasil pertanian
tersebut akan mengalami perubahan bentuk secara permanen.
Apabila tegangan diteruskan, regangan akan mencapai suatu batas regang (Y),
jika tegangan dilanjutkan diatas batas regangan maka bahan tersebut akan melentur
(dikenal sebagai daerah duktilitas atau Y-B pada Gambar 1). Jika tegangan diberi
lebih lanjut di atas titiknya maka bahan hasil pertanian akan patah sepanjang garis
kelemahannya (a line of weakness). Sebagian dari energi yang terkandung di dalam
bahan kemudian dilepaskan sebagai bunyi dan energi panas.
Energi yang diserap oleh suatu bahan hasil pertanian sebelum patah
ditentukan oleh kekerasan bahan dan kecenderungan untuk retak (kerapuhan) yang
tergantung pada struktur bahan hasil pertanian tersebut. Bahan hasil pertanian yang
keras akan menyerap energi lebih besar untuk menghasilkan retakan. Gaya tekan
digunakan untuk mematahkan bahan hasil pertanian yang bersifat rapuh dan bahan
hasil pertanian yang bersifat kristal. Gabungan gaya tumbuk dan gaya geser
diterapkan pada bahan pangan berserat, dan gaya geser digunakan utnuk
pengilingan/penepungan. Diasumsikan bahan hasil pertanian mengalami retakan
pada tingkat tegangan yang lebih rendah jika gaya yang digunakan pada jangka
waktu yang lebih lama. Tingkat pengecilan ukuran, energi yang diperlukan dan
jumlah energi panas yang dihasilkan dalam bahan hasil pertanian tergantung pada
gaya dan waktu yang digunakan. Faktor lain yang mempengaruhi energi input
adalah kadar air dan sensitivitas bahan terhadap energi panas. Kandungan air dalam
bahan kering dapat mempengaruhi bahan tersebut untuk menggumpal, dan hal ini
dapat mengganggu proses penepungan.(Lewis, 1989)

2.7 Pengecilan Ukuran Bahan Hasil Pertanian Kering


1. Ball Mill, tipe ini terdiri dari silinder baja horizontal yang setengah
bagiannya terisi bola-bola baja berdiameter 2,5 - 1,5 cm. pada kecepatan rendah
atau ketika bola-bola kecil digunakan maka gaya geser mendominasi. Sedangkan
ketika bola-bola yang berukuran lebih besar digunakan atau pada kecepatan yang
lebih tinggi maka gaya tumbuk lebih mendominasi.
2. Disc Mill, terdapat dua desain, yaitu :
Penggiling bercakram tunggal, bahan hasil pertanian melewati antara
penutup statis dan sebuah piringan beralur yang berputar dengan
kecepatan tinggi.
Penggiling bercakram ganda, dimana dua cakram ini berputar pada arah
yang berlawanan. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan gaya geser yang
lebih besar.
3. Hammer Mill, suatu silinder horisontal dilapisi dengan suatu pelat baja. Di
dalamnya terpasang baling - baling yang dilengkapi dengan palu. Pada
pengoperasiannya, bahan hasil pertanian yang terdapat pada plat baja dihancurkan
oleh gaya tumbuk yang berasal dari tumbukan palu.
4. Roller Mill, dua atau lebih rol baja berputar berlawanan arah sehingga
produk terjepit dan akan tergiling saat melewati celah rol. Secara umum gaya yang
berperan adalah gaya kompresi atau gaya tekan akan tetapi bila salah satu rol
berputar pada kecepatan yang berbeda maka disamping gaya tekan juga terdapat
gaya geser. Ukuran partikel yang dikecilkan tergantung pada jarak antar rol.
(Toledo, 1979)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
1. Alat pemotong kentang
2. Blender/juicer
3. Grater
4. Penyerut
5. Pisau
6. Stopwatch
7. Timbangan
8. Wadah

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah singkong

3.2 Prosedur Praktikum


3.2.1 Prosedur Percobaan Pengecilan Ukuran dengan Pemarut
1. Menimbang bahan yang akan diproses dengan alat pengecil ukuran (a)
2. Mengupas dan menimbang bahan (b)
3. Menjalankan juicer dan memasukkan bahan ke dalam mesin pemarut
4. Menghitung waktu yang dibutuhkan selama proses penyerutan (x menit)
5. Menimbang bahan sesudah diparut (c)
6. Mengamati performansi mesin dan mekanisme kerja proses mesin
7. Menghitung rendemen dengan rumus:
b kg
Rendemen pengupasan = 100%
a kg
c kg
Rendemen penyerutan = 100%
b kg
8. Menghitung kapasitas throughout dengan rumus:
a kg
x menit
9. Menghitung kapasitas output dengan rumus:
c kg
x menit

3.2.2 Prosedur Percobaan Pengecilan Ukuran dengan Mesin Pengiris


1. Menimbang bahan yang akan diproses dengan alat pengecil ukuran (a)
2. Mengupas dan menimbang bahan (b)
3. Menjalankan proses pengecilan ukuran dengan mesin pengiris
4. Menghitung waktu yang dibutuhkan selama proses pengecilan ukuran (x
menit)
5. Menimbang bahan sesudah diiris (c)
6. Mengamati performansi mesin dan mekanisme kerja proses mesin
7. Menghitung rendemen dengan rumus:
b kg
Rendemen pengupasan = 100%
a kg
c kg
Rendemen penyerutan = 100%
b kg
8. Menghitung kapasitas throughout dengan rumus:
a kg
x menit
9. Menghitung kapasitas output dengan rumus:
c kg
x menit

3.2.3 Prosedur Percobaan Pengecilan Ukuran dengan Pisau


1. Menimbang bahan yang akan diproses dengan alat pengecil ukuran (a)
2. Mengupas dan menimbang bahan (b)
3. Menjalankan proses pengecilan ukuran dengan pisau
4. Menghitung waktu yang dibutuhkan selama proses pengecilan ukuran (x
menit)
5. Menimbang bahan sesudah dipotong (c)
6. Menghitung rendemen dengan rumus:
b kg
Rendemen pengupasan = 100%
a kg
c kg
Rendemen penyerutan = 100%
b kg
7. Menghitung kapasitas throughout dengan rumus:
a kg
x menit
8. Menghitung kapasitas output dengan rumus:
c kg
x menit
BAB IV
HASIL

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Spesifikasi Mesin Penyerut dan Pengiris
Mesin Mesin
No. Spesifikasi Satuan
Pemarut Pengiris
1. Daya Motor (P) 0,5 0,5 HP
2. RPM Motor (N) 1420 1420 RPM
3. Diameter Puli Motor (d1) 0,128 0,128 m
4. Diameter Silinder Puli (d2) 0,118 0,182 m
5. Diameter Puli (D) 0,11 0,3 m
6. Pancang Pisau (p) 0,2 0,085 m
7. Lebar Pisau (L) 0,093 0,05 m
8. Jumlah Pisau (n) 1 2 Buah
9. Diameter Mesin (l) 0,069 0,069 m

Tabel 2. Hasil Penyerutan dengan Mesin Kelompok 1


No. Keterangan Penyerutan Satuan
1. Massa awal bahan (a) 0,46 kg
2. Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,385 kg
3. Massa bahan setelah diserut (c) 0,375 kg
4. Waktu penyerutan (x) 2,1 Menit

Tabel 3. Hasil Penyerutan dengan Mesin Kelompok 2


No. Keterangan Penyerutan Satuan
1. Massa awal bahan (a) 0,38 kg
2. Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,325 kg
3. Massa bahan setelah diserut (c) 0,27 kg
4. Waktu penyerutan (x) 2,57 Menit
Tabel 4. Hasil Pengirisan dengan Mesin Kelompok 3
No. Keterangan Pengirisan Satuan
1. Massa awal bahan (a) 0,445 kg
2. Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,375 kg
3. Massa bahan setelah diiris (c) 0,26 kg
4. Waktu pengirisan (x) 0,6417 Menit
5. Jumlah Potongan 114 Potong

Tabel 5. Hasil Pengirisan dengan Mesin Kelompok 4


No. Keterangan Pengirisan Satuan
1. Massa awal bahan (a) 0,98 kg
2. Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,845 kg
3. Massa bahan setelah diiris (c) 0,475 kg
4. Waktu pengirisan (x) 2:02,62 Menit

Tabel 6. Hasil Pengirisan Manual Kelompok 5


No. Keterangan Pengirisan Satuan
1. Massa awal bahan (a) 0,32 kg
2. Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,27 kg
3. Massa bahan setelah diiris (c) 0,27 kg
4. Waktu pengirisan (x) 7,04 Menit
5. Jumlah potongan 189 potong

4.2. Perhitungan
4.2.1.Perhitungan Penyerutan dengan Mesin Kelompok 1

1. Kapasitas Troughout Mesin =
0,46
= 2,1

= 0,219 /

2. Kapasitas Output =
0,375
= 2,1
= 0,179 /

3. Rendemen Pengupasan = 100%
0,385
= 0,460 100%

= 83,696%

4. Rendemen Penyerutan = 100%
0,375
= 0,385 100%

= 97,403%
5. Kapasitas Aktual = 60
= (0,179 /) 60
= 10,74
1
6. Nmesin =
14200,128
= 0,069

= 2634,203

7. Nsilinder = 2
2634,2030,069
= 0,118

= 1540,339
2
8. Npenyerut =
1540,3390,118
= 0,11

= 1652,364
9. V =
2
= ( 60 ) 2
2 0,11
= ( 60 1652,364 ) 2

= 9,517 /
10. Kapasitas Teoritis = 60
= 9,517 60 (9,503 103 ) 1044
= 5665,165

11. Efisiensi Penyerut = 100%
10,74
= 5665,165 100%

= 0,1896%

4.2.2.Perhitungan Penyerutan dengan Mesin Kelompok 2



1. Kapasitas Troughout Mesin =
0,38
= 2,57

= 0,1478 /

2. Kapasitas Output =
0,27
= 2,57

= 0,10505 /

3. Rendemen Pengupasan = 100%
0,325
= 100%
0,38

= 86,31%

4. Rendemen Penyerutan = 100%
0,27
= 0,325 100%

= 71,05%
5. Kapasitas Aktual = 60
= (0,10505 /) 60
= 6,3
1
6. Nmesin =
14200,128
= 0,069

= 2634,202

7. Nsilinder = 2
2634,2020,069
= 0,118

= 15403,389
2
8. Npenyerut =

15403,3890,118
= 0,11
= 1652,363
9. V =
2
= ( 60 ) 2
2 0,11
= ( 60 1652,363 ) 2

= 9,5169 /
10. Kapasitas Teoritis = 60
1
= 9,5169 60 (4 0,112 ) 1044

= 5665,313

11. Efisiensi Penyerut = 100%
6,3
= 5665,313 100%

= 0,111%

4.2.3.Perhitungan Pengirisan dengan Mesin Kelompok 3



1. Kapasitas Troughout Mesin =
0,445
=
0,6417

= 0,693 /

2. Kapasitas Output =
0,25
= 0,417

= 0,3895 /

3. Rendemen Pengupasan = 100%
0,375
= 0,445 100%

= 84,269%

4. Rendemen Pengirisan = 100%
0,25
= 0,375 100%

= 66,67%
5. Kapasitas Aktual = 60
= (0,3895/) 60
= 23,37
1
6. Nmesin =
14200,128
= 0,05

= 3635,2

7. Nsilinder = 2
3635,20,05
= 0,182

= 998,681
2
8. Npengiris =
998,6810,182
= 0,3

= 605,8664
9. V =
2
= ( 60 ) 2
2
= ( 60 605,8664 ) 2

= 9,5169 /
10. Kapasitas Teoritis = 60
= 9,5169 60 1 0,0706 1044
= 42138,998

11. Efisiensi Pengiris = 100%
23,37
= 42138,998 100%

= 0,0554%

4.2.4.Perhitungan Pengirisan dengan Mesin Kelompok 4



1. Kapasitas Troughout Mesin =
0,98
= 122

= 8,032 103 /

2. Kapasitas Output =
0,475
= 122
= 3,893 103 /

3. Rendemen Pengupasan = 100%
0,845
= 100%
0,98

= 86,224%

4. Rendemen Pengirisan = 100%
0,475
= 0,845 100%

= 56,213%
5. Kapasitas Aktual = 60
= (3,893 103 / ) (3600 )
= 14,3388
1
6. Nmesin =
14200,128
= 0,069

= 2634,202

7. Nsilinder = 2
2634,2020,069
= 0,3

= 998,681
2
8. Npengiris =
998,6810,182
= 0,3

= 605,866
9. V =
2
= ( 60 ) 2
2 0,3
= ( 60 605,866) 2

= 9,516 /
10. Kapasitas Teoritis = 60
= 9,516 60 2 0,0706 1044
= 84277,295

11. Efisiensi Pengiris = 100 %
14,3388
= 84277,295 100 %

= 0,0170 %

4.2.5.Perhitungan Pengirisan Manual Kelompok 5


1. Keliling Pisau = a + t + L + 2p + sisi miring
= 0,045 + 0,015 + 0,015 + 2(0,061) + 0,047
= 0,256 m
2. Luas penampang pisau = L1 + L2
= L segitiga + L persegi
= ( a t) + (p l)
= ( 0,045 0,015) + (0,015 0.067)
= 1,3425 10-3 m2
3. Kapasitas teoritis = Kpisau (/x 60) A singkong
= 0,256 m (/7,04 60) 1,3425 10-3 m2 1044 kg/ m3
= 9,6068 kg/jam
4. Kapasitas output = c/x
= 0,27 kg/7,04 menit
= 0,0383 kg/menit
5. Kapasitas aktual = kapasitas output 60 menit
= 0,0383 kg/jam 60
= 2,298 kg/jam
6. Efesiensi
= 100 %
2,298 /
= 9,6068 / 100 %

= 23,92 %
7. Rendemen pngupasan
= 100%

0,27
= 100%
0,32

= 84,375 %

8. Rendemen pengirisan = 100%

0,27
= 100% = 100%
0,27
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini praktikan diminta melakukkan proses pengcilan ukuran


pada bhan hasil pertanian. Proses pengecilan ukuran dapat sangat mempengaruhi
hasil pertanian. Selain memudahkna dalam penyimpanan dengan pengecilan
ukuran proses pengolahan selanjutnya dapat berlangsung lebih maksimal dan
efektif. Bahan yang digunakan dalam proses pengecilan ukuran ini adalah singkong
yang akan diberi perlakuan pengecilan ukuran dengan cara yang berbeda-beda.
Cara yang dilakukan adalah pengecilan ukuran dengan menggunakan pisau,
menggunakan mesin pengiris dan menggunakan mesin penyerut.
Pada masing-masing bahan yang disebar pada setiap kelompok, bahan
tersebut ditimbang terlebih dahulu sehingga massa awal bahan (a) dapat diketahui
dan digunakan dalam perhitungan. Selanjutnya bahan dikupas lalu ditimbang
kembali dan massa bahan setelah dikupas (b) akan digunakan pada perhitungan.
Bahan yang telah dikupas akan diberi perlakuan proses pengecilan ukuran masing-
masing dan bahan yang telah melalui proses pengecilan ukuran tersebut akan
ditimbang kembali sehingga mendapatkan data massa bahan setelah dihancurkan
(c). Setiap proses pengecilan ukuran akan diukur waktu yang terpakai selama proses
berlangsung.
Dari hasil percobaan pada mesin penyerut dikelompok pertama didapatkan
hasil throughout mesin 0,219 kg/menit, kapasitas output 0,179 kg/menit, rendemen
pengupasan 83,69 %, rendemen serut 97,404 %, kapasitas aktual 10, 74 kg, waktu
yang terpakai selama proses penyerutan berlangsung adalah 2,1 menit, dan efesiensi
mesin penyerut adalah 0,1896 %. Dan hasil dari pengecilan ukuran menggunakan
mesin penyerut dari kelompok 2 adalah throughout mesin 0,1478 kg/menit,
kapasitas output 0,105 kg/menit, rendemen pengupasan 86,31 %, rendemen serut
71,05 %, kapasitas aktual 6,3 kg , waktu yang tepakai selama proses penyerutan
adalah 2,57 menit dan efesiensi mesin penyerut adalah 0,111 %. Dapat dilihat dari
hasil pengecilan ukuran menggunakan mesin penyerut ini memiliki efesiensi yang
kecil. Hal ini dapat terjadi karena mesin yang sudah lama. Saat praktikum
berlangsung pun hasil penyerutan banyak yang tersangkut di corong keluar dari
mesin sehingga praktikan harus menggunakan tangan untuk mengambil sisa dari
bahan yang masih tersangkut tersebut.
Dari hasil percobaan pada mesin pengiris dikelompok ketiga didapatkan
hasil throughout mesin 0,693 kg/menit, kapasitas output 0,3895 kg/menit,
rendemen pengupasan 84,296 %, rendemen pengirisan 63,67 %, kapasitas aktual
23,37 kg dan efesiensi mesin pengiris adalah 0,0554 %. Dan hasil dari pengecilan
ukuran menggunakan mesin pengiris dari kelompok 4 adalah throughout mesin
0,8603 kg/menit, kapasitas output 0,3893 kg/menit, rendemen pengupasan 86,22
%, rendemen pengirisan 56,213 %, kapasitas aktual 14,83 kg, efesiensi mesin
penyerut adalah 0,0170 % dan waktu yang terpakai selama pengirisan berlangsung
adalah 2,02 menit. Berdasarkan data yang ada dapat dilhat bahwa kapasitas output
pada mesin pengiris ini lebih besar dibanding dengan kapasitas output dari mesin
penyerut. Hal ini karena pada mesin pengiri tidak ada bahan yang tersangkut di
corong keluar dari alat pengiris. Waktu yang terpakai selama pengirisan belangsung
pun cenderunglebih cepat dibanding dengan waktu penyerutan. Namun waktu yang
terpakai juga tergantung dari ukuran singkong yang terpakai karena ukurannya
memang tidak seragam antar kelompok.
Sedangkan pengecilan ukuran dengan pengirisan menggunakan pisau
manual hasilnya adalah kapasitas toeritis 9,6 kg/jam, kapaistas output 0,0383
kg/menit, kapasitas katual 2,298 kg/jam, efesiensi nya 23,92 %, rendemen
pengupasan 84,375 %,, rendemen pengirisan 100 %, dan waktu yang terpakai
adalah 7,04 menit. Dapat dilihat dari data yang didapat bahwa pengirisan manual
ini memiliki efiensi yang cukup tinggi karena besar rendemen pengirisannya pun
100%. Hal ini karena tidak ada kehilangan bahan selama proses berlangsung
sehingga rendemen pengirirsannya pun sempurna. Namun karena waktu yang
digunakan jauh lebih lama sehingga tetap saja kurang efesien.
. Jumlah potongan pun lebih banyak dihasilkan oleh pengirisan dengan
pisau yaitu sebanyak 189 potong dibandingkan dengan hasil dari mesin pengiris
menghasilkan 114 potong. Mesin pengiris menghasilkan potongan singkong yang
rapih seragam dan tipis. Berbeda dengan hasil pengirisan dengan pisau manual hasil
singkong yang teriris bentuk dan ketebalannya cenderung tidak seragam . Nsmun
kapasitas throughout dan kapasitas output yang dihasilkan menggunakan mesin
pengiris singkong hasilnya lebih besar.
Hal-hal di atas menunjukkan tingkat efisiensi alat yang digunakan. Faktor-
faktor yang menyebabkan alat memiliki efisiensi rendah adalah kapasitas
throughout alat atau mesin, semakin besar kapasitas throughout maka semakin
banyak bahan yang dapat ditampung, juga dapat menghasilkan hasil yang lebih
banyak dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan pengecilan ukuran
proses manual, sehingga proses pengecilan ukuran lebih efisien dilakukan. Solusi
untuk meningkatkan tingkat efisiensi alat pengecilan ukuran agar lebih efisien yaitu
melakukan pemeliharaan, perawatan pada alat, dan menjaga agar kapasitas
throughout alat atau mesin tersebut tidak berkurang.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diambil dari praktikum ini adalah :
1. Pengirisan singkong dengan pisau menghasilkan potongan yang lebih
banyak dibandingkan dengan mesin peniris singkong, namun kapasitas
throughout dan kapasitas outputnya lebih rendah.
2. Kapasitas throughout dan kapasitas output yang paling besar dihasilkan
adalah mesin pengiris singkong.
3. Penggunaan mesin pengiris lebih efisien dibandingkan pengirisan
menggunakan pisau.
4. Faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi alat atau mesin adalah
kapasitas throughoutnya.
5. Pengirisan menggunakan pisau manual memiliki rendemen pengirisan
paling tinggi karena tidak ada bahan yang hilang selama proses

6.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah :
1. Ketelitian dalam melaksanakan praktikum sangat dibutuhkan karena
setiap data yang diperoleh memengaruhi hasil perhitungan
2. Sebaiknya praktikan memahami materi dan prosedur tentang praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Betty, Arfa. 2013. Pengecilan Ukuran Pada Bahan Pertanian. Universitas


Brawijaya : Malang

Bunga, Devinta. 2013. Pengecilan Ukuran. Universitas Brawijaya : Malang

Toledo, Romeo T. 1979. Fundamental of Food Process Engineering. AVI


Publishing Company. Westport, Connecticut

Widyasanti, Asri. 2015. Pengecilan Ukuran (Size Reduction). Universitas


Padjadjaran : Sumedang

Widyasanti, Asri. Nurjanah, Sarifah. 2017. Penuntun Praktikum Teknik Pasca


Panen. Universitas Padjadjaran : Sumedang

Prayuda, Munandar. 2016 . Pengecilan Bahan Hasil Pertanian. Terdapat pada


http://www.bangmuvet.com/2016/03/pengecilan-ukuran-hasil-
pertanian.html (Diakses pada 7 Oktober 2017 pukul 13.37 WIB)
LAMPIRAN

Gambar 2. Penimbangan Gambar 3. Penimbangan


massa singkong massa wadah

Gambar 4. Proses pengirisan Gambar 5. Penimbangan massa


singkong menggunakan pisau singkong hasil pengirisan

Anda mungkin juga menyukai