Disusun Oleh :
Kelompok 2
Fina Pebriani
Daratoni
Lilistia Warisma
Dosen Pembimbing :
Nosi Qadariah, M.Pd.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul deskripsi dan anlisis vegetasi (teknik pengambilan sampel) ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah ekologi tumbuhan . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang deskripsi dan analisis vegetasi (teknik
pengambilan sampel) bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .......................................................................................... II
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis
yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis
yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang dgunakan.
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas
daerah contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat
berbagai jenis vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh
haruslah representative bagi seluruh vegetasi yang dianalisis.
C. Macam-Macam Analisis Vegetasi
Menurut Syafei (1990) secara garis besar, metode analisis vegetasi dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Metode destruktif
Metode ini dilakukan untuk mengetahui jumlah materi organic yang
dapat dihasilkan oleh sutu komunitas tumbuhan. Variabel yang
digunakan dapat berupa produktivitas primer maupun biomassa.
Dengan demikian, dalam pendekatannya selalu dilakukan
pengrusakan terhadap vegetasi tersebut. Pada umumnya, metode ini
dilakukan untuk vegetasi sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan
antara 1 m2 - 5 m2. Penimbangan dapat didasarkan pada berat segar
materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam
menentukan kualitas suatu padang rumput terbuka terkait dengan
pencarian lahan pengembalaan dan menentukan kapasitas
tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara
floristika yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2. Metode non-destruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan cara pendekatan berdasarkan
penelaahan organisme hidup/tumbuhan. Sehingga dikenal dengan
pendekatan non-floristika. Sedangkan pendekatan yang didasarkan
pada penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi dinamakan
pendekatan floristika.
a. Metode non-destruktif non-floristika
3
Metode ini banyak dikembangkan oleh beberapa pakar vegetasi,
seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951).
Yang kemudian diekspresikan juga dengan cara lain oleh Eiten
(1968) dan UNESCO (1973). Para pakar ini memiliki dasar
pemikiran masing-masing. Pada prinsipnya mereka berusaha
mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi
pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi diabaikan. Mereka
membuat klasifikasi sendiri dengan dasar-dasar tertentu.
b. Metode non-destruktif floristika
Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau
keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan
dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk
masyarakat tumbuhan tersebut. Jadi dalam hal ini diperlukan
pemahaman tumbuhan secara taksonomi.
4
analisis vegetasinya, sehingga INP diperoleh dari penjumlahan
kerapatan relatif dan penutupan relatif.
Misalnya mencoba membuat petak contoh persegi dengan
berbagai ukuran, sehingga diperoleh data seperti yang disajikan pada
tabel 6.1 sebagai berikut :
5
2. Petak ganda
Pengambilan contoh vegetasi pada metode petak ganda
dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya
tersebar merata pada areal yang dipelajari, dan peletakan petak contoh
sebaiknya secara sistematik. Ukuran tiap petak contoh disesuaikan
dengan tingkat pertumbuhan dan bentuk tumbuhannya.
Ukuran petak contoh untuk pohon dewasa adalah 20 m x 20 m,
fase tiang adalah 10 m x 10 m, fase pancang adalah 5 m x 5 m, dan
untuk fase semai serta tumbuhan bawah menggunakan petak contoh
berukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 2 m.
3. Metode Jalur
Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah,
topografi, dan elevasi. Jalur – jalur contoh dibuat memotong garis
6
kontur ( garis tinggi/garis topografi ) dan sejajar satu dengan lainnya.
Bentuk dan ukuran petak – petak pengamatan serta peletakannya pada
setiap garis rintis dapat dilihat pada gambar berikut :
B 10 m
A 20 m Arah
rintis
Keterangan :
7
Syarat penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon yang akan
diteliti harus acak. Dengan kata lain, bahwa metode ini kurang tepat
dipergunakan jika populasi pohon berdistribusi mengelompok atau seragam.
Pilih satu pohon disetiap kuadran yang letaknya paling dekat dengan
titik pengukuran dan ukur jarak dari masing – masing pohon ke titik
pengukuran. Perlu diperhatikan bahwa pengukuran dimensi pohon hanya
dilakukan terhadap keempat pohon yang terpilih pada tiap – tiap kuadran.
Gambar 3. Desain titik pengukuran dan letak pohon yang diukur dengan
metode kuadran.
8
menggunakan rumus seperti yang telah diuraikan di atas. Bentuk dan ukuran
petak – petak pengamatan serta peletakannya pada setiap garis rintis dapat
dilihat pada gambar berikut.
20 m
D
2m Arah
rintis
5mC
10 m B
Keterangan :
9
2.4 Analisis Vegetasi dengan Metode Tanpa Garis
a. Metode kwarter
Bentuk cuplikan pada metode ini berupa titik, sehingga metode ini
sering disebut dengan metode tanpa area cuplikan atau “ plotless methods”.
Biasanya sering dilakukan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi
kompleks lainnya. Sistem analisis metode ini, titik-titik dibuat dan disebar
secara acak atau sistematik.
Titik-titik tersebut merupakan pusat dari suatu daerah pengamatan
yang secara abstrak dibagi menjadi 4 sektor pengamatan (metode empat
penjuru)sesuai dengan arah mata angin. Daerah I adalah daerah barat-utara,
daerah II adalah daerah utara-timur, daerah III adalah daerah timur-selatan,
dan daerah IV adalah daerah selatan-barat.
Tumbuhan yang dianalisis (dicuplik datanya) pada setiap sektor
daerah pengamatan adalah hanya satu pohon yang paling dekat dengan
pusat pengamatan (titik pusat). Data yang dikumpulkan adalah jarak pohon
ke titik pusat , diameter pohon, dan juga tinggi pohon.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Namun kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, manusia tak
luput dari salah dan lupa dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh
karena itu, kami siap untuk diberikan kritik yang tentunya kritikan yang
membangun dan positif, juga diikuti dengan saran yang positif pula.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Nasir. 2018. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta : Pustaka Setia.
Haminudin, marini susanti dkk. 2019. "Analisis Vegetasi Hutan Produksi Terbatas
Boliyohuto Provinsi Gorontalo". Jurnal biologi universitas gorontalo.
Soimah, Fadilatus Dkk. 2014. " Makalah Komunitas Tumbuhan dan Vegetasi".
Universitas Negeri Malang.
Utami, Ramli Ddk. 2015. Ekologi Dan Lingkungan Hidup. Universitas Negeri
Gorontalo Press.
12