Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI
“ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE
TRANSEK DAN KUADRAN”

Oleh Kelompok 4:
Nur Fulah Faradani 200210103004
Febiana 200210103026
Putri Hani Agustin 200210103051
Vanessa Sephia Amanda 200210103054
Intan Qarida Rahayu 200210103109

Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Pengamatan .......................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 6
3.1 Tempat, Hari dan Waktu Penelitian .................................................. 6
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 6
3.3 Desain Percobaan ............................................................................. 7
3.4 Skema Alur Percobaan ..................................................................... 7
BAB IV. HASIL PENGAMATAN ................................................................ 9
4.1 Hasil Pengamatan Kelompok 1 ......................................................... 9
4.2 Hasil Pengamatan Kelompok 2 ......................................................... 9
4.3 Hasil Pengamatan Kelompok 3 ....................................................... 10
4.4 Hasil Pengamatan Kelompok 4 ....................................................... 10
4.5 Data Pengamatan Faktor Abiotik .................................................... 11
BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................. 12
BAB VI. PENUTUP .................................................................................... 21
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 21
6.2 Saran .............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24
LAMPIRAN................................................................................................. 25

i
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Habitat merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan,
perkembangbiakan, dan penentu keberhasilan tumbuh suatu tumbuhan, faktor
habitat sangat berpengaruh terhadap komposisi penyusun ekosistem dan vegetasi
yang ada didalamnya. Untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput
dapat menggunakan metode transek. Metode transek sendiri dibedakan menjadi
Line Intersect dan belt transect. Metode Line transect umumnya digunakan untuk
mengetahui vegetasi padang rumput dengan membuat garis transek, melakukan
pengamatan sepanjang garis transek dan melakukan perhitungan luas penutupan
semua jenis tumbuhan. Perhitungan panjang penutupan dengan memproyeksikan
tegak lurus bagian basal yang terpotong garis transek ke tanah. Sedangkan metode
Belt transek digunakan untuk memperoleh data kelompok hutan yang luas dna
belum diketahui keadaan sebelumnya.
Selain metode transek dalam mengetahui vegetasi tumbuhan dapat pula
menggunakan metode kuadran.metode ini umumnya dilakukan bila hanya
vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Pada metode ini
dikenal juga metode pointquarter dengan syarat distribusi pohon harus acak dan
tidak boleh seragam. Struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan yang terdapat
pada suatu wilayah dipengaruhi oleh unsur biotik dan abiotik. Dengan adanya
komponen tersebut maka struktur vegetasi yang terdapat pada suatu wilayah dapat
menghasilkan cerminan interaksi berbagai faktor lingkungan. Sehingga vegetasi
dapat diartikan sebagai bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang
menempati suatu ekosistem. Keberadaan suatu ekosistem juga ditandai dengan
keberadaan keanekaragaman sumber daya alam hayati yang terdapat pada
ekosistem tersebut.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian metode transek dan fungsinya?
1.2.2 Apa perbedaan metode transek line intercept dan belt transect?
1.2.3 Apa pengertian metode kuadran dan fungsinya?
1.2.4 Bagaimana langkah kerja dan tujuan praktikum?
1.2.5 Bagaimana cara perhitungan luas penutupan pada metode transek?
1.2.6 Bagaimana hasil analisis data transek dan kuadran pada kelompok besar?
1.2.7 Apa yang menyebabkan suatu tumbuhan mendominasi daerah penelitian
dan faktor apa saja yang mempengaruhinya?

1.3 Tujuan Pengamatan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian metode transek dan fungsinya
1.3.2 Untuk mengetahui perbedaan metode transek line intercept dan belt
transect
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian metode kuadran dan fungsinya
1.3.4 Untuk mengetahui langkah kerja dan tujuan praktikum
1.3.5 Untuk mengetahui cara perhitungan luas penutupan pada metode transek
1.3.6 Untuk mengetahui hasil analisis data transek dan kuadran pada kelompok
besar
1.3.7 Untuk mengetahui penyebab suatu tumbuhan mendominasi daerah
penelitian dan
1.3.8 faktor saja yang mempengaruhinya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis vegetasi merupakan suatu cara mempelajari susunan dan


komposisi vegetasi secara bentuk vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur
vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan. Untuk kepentingan deskripsi vegetasi, ada
tiga macam parameter kuantitatif yang penting yaitu densitas, frekuensi dan
kelindungan (parameter dominansi). Salah satu metode dalam analisis vegetasi
tumbuhan yaitu dengan menggunakan jalur transek, untuk mempelajari suatu
kelompok hutan yang belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik dilakukan
dengan transek.
Tujuan transek adalah untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan
perubahan lingkungan, atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu
lahan secara cepat. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang
digunakan semakin pendek. Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang
akan dipelajari/ diselidiki. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan
sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang
digunakan cukup 5 m - 10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang
lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Arista et al., 2017).
Garis transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada
sebuah bentukan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat dipakai dalam studi
altituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada. Metode garis transek,
sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
yang selanjutnya menentukan INP (Indeks Nilai Penting) yang akan digunakan
untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah
individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasarkan
panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan
persentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu
tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Hidayat,2018).

3
4

Komposisi jenis tumbuhan dapat diartikan sebagai variasi jenis flora yang
menyusun suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang ada dapat diketahui dari
pengumpulan atau koleksi secara periodik dan identifikasi di lapangan. Adapun
yang menyebabkan lokasi penelitian mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan
yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan yang berbeda,
seperti ketinggian, faktor kelembaban udara, kelembaban tanah, pH, dan pengaruh
kecepatan serta arah angin dominan. Faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan dan regenerasi tumbuhan pada lokasi penelitian, juga
menyatakan bahwa keanekaragaman jenis penyusun vegetasi pada suatu tempat
merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, yaitu faktor waktu, heterogenitas
ruang, kompetisi, predasi, stabilitas lingkungan dan produktivitas dari komponen
tersebut. kelembaban tanah mempengaruhi penyebaran geografi pada sebagian
besar pohon dan mempengaruhi kandungan atau ketersediaan air tanah, dimana
hubungannya dengan temperatur dapat mempengaruhi keseimbangan air
tumbuhan, dan menyatakan angin mempengaruhi kelembaban udara dan
penyebaran biji tumbuhan (Nurjaman, 2017).
Metode point quarter, juga disebut metode point-centered quarter,
umumnya digunakan untuk mengukur kerapatan dan tutupan pohon di hutan.
Quarter adalah metode "tanpa plot" yang sebagian berguna di habitat tepi sungai
ketika beberapa spesies dengan minat khusus jarang ditemukan. Untuk setiap
spesies target, metode point quarter menggunakan jarak ke individu terdekat di
masing-masing empat kuadran. Setiap kuadran dapat dipisahkan dengan arah mata
angin atau dengan arah tegak lurus ke tepi sungai atau garis energi lereng bawah
dari dataran banjir. Metode ini mengukur kepadatan relatif dan absolut, persen
tutupan, dan frekuensi kemunculan spesies yang diinginkan. Estimasi tutupan
yang diperoleh dari metode point quarter mengasumsikan distribusi acak dari
spesies target. Metode point quarter dan metode adaptasinya, berguna untuk
mengkalibrasi data kamera penginderaan jauh, serta memvalidasi klasifikasi
setelah analisis data (Lamberti & Hauer, 2017).
Dalam metode titik kuadran untuk pengukurannya dipilih satu pohon di
setiap kuadran yang letaknya paling dekat dengan titik pengukuran. Kemudian
5

mengukur jarak masing-masing pohon tersebut ke dalam titik pengukuran.


Pengukuran dalam dimensi pohon banyak dilakukan terhadap keempat pohon
yang terpilih (Kusmana et al.,2015). Metode titik pusat kuadran merupakan
metode sampling tanpa petak contoh yang paling efisien, karena pelaksanaannya
di lapangan membutuhkan waktu yang lebih sedikit, mudah, dan tidak
memerlukan faktor korelasi dalam menduga kepadatan individu tumbuhan.
Namun, dalam pelaksanaannya metode titik kuadran memiliki dua macam
keterbatasan yaitu setiap kuadran harus terdapat paling sedikit satu individu
tumbuhan dan setiap individu (seperti pada random pair method) tidak boleh
terhitung lebih dari satu kali (Kusmana,2017). Dalam penerapan metode titik
kuadran jarak antara pohon, jarak dari titik sampel ke pohon, atau pohon dalam
sudut yang ditetapkan di sekitar titik sampel, digunakan untuk memperkirakan
kerapatan absolut tanpa menggunakan penghitungan semua pohon dalam plot
pengambilan sampel area tetap. Metode ini merupakan perkiraan kepadatan tanpa
plot (Cogbill et al.,2018).
Dalam melakukan analisis vegetasi menggunakan metode kuadran titik
pusat maka dimulai dengan perhitungan jarak total, jarak rata-rata antar pohon,
rata-rata luas yang ditempati per pohon, dan kerapatan mutlak semua pohon.
Kepadatan mutlak setiap spesies dihitung berdasarkan perkiraan jumlah pohon
dari spesies tersebut per hektar. Hal ini dilakukan karena metode point center
quarter memungkinkan untuk memperkirakan nilai tanpa harus menghitung pohon
dalam area yang begitu luas. Frekuensi mutlak suatu spesies adalah persentase
titik sampel di mana spesies tersebut berada . Setelah data terkumpul, dilakukan
perhitungan kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominasi,
dominasi relatif, nilai kepentingan dan nilai kepentingan relatif untuk setiap
spesies di daerah penelitian dihitung dan disajikan. Nilai penting suatu spesies
didefinisikan sebagai jumlah dari tiga ukuran relatif yaitu Nilai kepentingan (IVi)
= Kepadatan relatif(RDi) + Tutupan relatif (RFi) + Frekuensi relatif (RCi) (Tadros
dan Ananbeh,2018).
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat, Hari dan Waktu Penelitian


Penelitian analisis vegetasi dengan menggunakan metode transek dilakukan
di kebun Biologi gedung 3 FKIP, sedangkan analisis vegetasi dengan
menggunakan metode kuadran dilaksanakan di kebun LP2M, Universitas Jember.
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 5 April 2023 pada pukul 11.50 - 13.45
WIB.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Patok kayu atau bambu
b. Tali rafia
c. Palu
d. Counter
e. ATK
f. Plastik bening
g. Kertas label
h. Meteran
i. Penggaris
3.2.2 Bahan
a. Kamera untuk identifikasi tumbuhan
b. Lahan rumput
c. Lahan pohon

6
7

3.3 Desain Percobaan


3.3.1 Analisis Vegetasi dengan Metode Transek

3.3.2 Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadran

3.4 Skema Alur Percobaan


3.4.1 Analisis Vegetasi dengan Metode Transek
Membuat garis transek dengan menggunakan tali rafia sepanjang 3 meter
dan membuat segmen dengan panjang tiap segmen adalah 1 meter

Mengamati dan mengukur panjang penutupan tumbuhan yang berada 10
cm di kanan dan kiri garis transek pada tiap segmen

8

Mengidentifikasi tanaman yang diperoleh



Menuliskan data hasil sampling tumbuhan

3.4.2 Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadran

Menentukan salah satu pohon sebagai pusat analisis vegetasi dengan


metode kuadran

Menarik garis transek sepanjang 10 meter ke arah mata angin sehingga
didapatkan 4 kuadran

Menentukan pohon terdekat dengan pusat kuadran

Menghitung jarak dan sudut dari pohon pusat ke masing-masing pohon
yang terdekat dengan pusat kuadran menggunakan meteran dan kompas

Menghitung luas penutupan masing-masing pohon baik pohon pusat
maupun pohon kuadran
BAB IV. HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan Kelompok 1


a. Metode Transek

b. Metode Kuadran

4.2 Hasil Pengamatan Kelompok 2


a. Metode Transek

b. Metode Kuadran

9
10

4.3 Hasil Pengamatan Kelompok 3


a. Metode Transek

b. Metode Kuadran

4.4 Hasil Pengamatan Kelompok 4


a. Metode Transek
11

b. Metode Kuadran

4.5 Data Pengamatan Faktor Abiotik


BAB V. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini berjudul sampling dan analisis vegetasi dengan metode
transek (jalur) dan kuadran. Pertama kali praktikum menggunakan metode line
intercept atau line transek. Cara ini lebih praktis jika dibanding dengan
menggunakan metode plot karena hanya mengukur satu baris yang telah di garis
dengan menggunakan tali rafia dan mengukur panjang penutupannya. Praktikum
yang kedua menggunakan metode kuadran dengan teknik point-quarter. Metode
kuadran umumnya dilakukan bila hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi
bahan penelitian, metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Syaratnya distribusi pohon
yang akan diteliti harus acak. Metode transek adalah jalur sempit melintang lahan
yang akan dipelajari/diselidiki. Metode transek berfungsi untuk mengetahui
hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan serta untuk mengetahui
hubungan vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat. Metode transek juga
dapat melihat dengan jelas mengenai kondisi alam dan rumitnya sistem pertanian
dan pemeliharaan sumberdaya alam yang terbatas yang dijalankan masyarakat.
Metode transek dibedakan menjadi dua yaitu Line Intersect dan belt
transect. Metode Line Intersect umumnya digunakan untuk mengetahui vegetasi
padang rumput dengan membuat garis transek, melakukan pengamatan sepanjang
garis transek dan melakukan perhitungan luas penutupan semua jenis tumbuhan.
Perhitungan panjang penutupan dengan memproyeksikan tegak lurus bagian basal
yang terpotong garis transek ke tanah. Sedangkan metode Belt transek digunakan
untuk memperoleh data kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan
sebelumnya. Selain metode transek dalam mengetahui vegetasi tumbuhan dapat
pula menggunakan metode kuadran. Metode ini umumnya dilakukan bila hanya
vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian.
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contohnya plotless. Metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang
berbentuk pohon, contohnya vegetasi hutan. Metode kuadran mudah dan lebih
cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir

12
13

volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena
tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa di
titik. Metode ini juga cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar
sehingga melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Metode kuadran umumnya digunakan
untuk mengetahui vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian,
metode kuadran lebih mudah dan lebih cepat dilakukan untuk mengetahui
komposisi, dominasi pohon, dan menaksir volumenya. Dalam metode kuadran
dikenal istilah metode point quarter dengan syarat pohon yang diteliti harus acar
dan tidak seragam. Langkah kerja dalam analisis vegetasi dengan metode kuadran
yakni dengan menentukan daerah yang akan dianalisis vegetasinya, kemudian
menentukan 1 pohon dan digunakan sebagai titik pusat dan menentukan arah utara
dengan menggunakan kompas, kemudian menari sepanjang 1 meter ke arah utara,
selatan, barat, dan timur untuk membentuk empat daerah kuadran, menentukan 1
sampel pohon dari masing-masing kuadran yang jaraknya paling dekat dengan
pohon pusat, dan mengukur masing-masing pohon terkait jenis pohon, jarak dari
pohon pusat, sudut pohon terhadap sumbu yang ditentukan, dan luas penutupan
pohon. Sedangkan untuk langkah kerja dalam analisis vegetasi dengan metode
transek yakni dengan menentukan daerah yang akan diamati vegetasinya,
kemudian membuat garis dengan tali rafia sepanjang 3 meter dan membuat
segmen dengan panjang tiap segmen adalah 1 meter, selanjutnya mengukur garis
transek sepanjang 10 cm kekiri dan 10 cm ke kanan untuk melakukan inventaris
dan menghitung jenis, jumlah, dan panjang penutupan tanaman. Dalam
melakukan analisis vegetasi, faktor abiotik juga diukur karena adanya jenis
tumbuhan dapat dipengaruhi faktor abiotik. Faktor abiotik yang diukur
diantaranya pH dan kelembaban tanah, kecepatan angin, suhu, dan intensitas
cahaya.
Dalam mempelajari vegetasi suatu lingkungan dengan metode transek
maka diperlukan perhitungan besaran-besaran sehingga dapat ditentukan nilai
pentingnya. Perhitungan besaran yang digunakan pada metode transek diantaranya
kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, luas penutupan, luas
14

penutupan relatif dan nilai penting. Salah satu besaran yang penting untuk
dihitung adalah luas penutupan. Namun pada metode transek yang digunakan
adalah panjang penutupan bukan luas penutupan. Oleh karena itu cara
perhitungannya berbeda dimana jika pada luas penutupan maka diukur terlebih
dahulu jarak antara ujung daun paling kanan dengan ujung daun paling kiri. Hasil
perhitungan tersebut merupakan diameter setelah itu dibagi hasilnya dibagi dua
terlebih dahulu untuk memperoleh jari-jari. Jika sudah mendapatkan jari-jari maka
selanjutnya hitung menggunakan rumus luas lingkaran yaitu . Hasil perhitungan
luas lingkaran tersebut yang digunakan sebagai luas penutupan. Namun jika
perhitungan panjang penutupan maka cukup dihitung saja jarak ujung paling
kanan dengan ujung daun paling kiri menggunakan rafia yang sudah dibagi
menjadi segmen. Maka setelah didapatkan hasil jaraknya, itu yang digunakan
sebagai panjang penutupan.
Berikut merupakan hasil data perhitungan dari berbagai kelompok. Data
metode transek yang diperoleh kelompok 1 menunjukkan bahwa terdapat 2
spesies tumbuhan pada segmen yang diamati, yaitu Ottochloa nodosa dan Pinellia
ternata. Ottochloa nodosa yang ditemukan berjumlah 31 dengan kepadatan
spesies sebesar 10,3333, kepadatan relatif sebesar 0,9394, frekuensi sebesar 1,
frekuensi relatif sebesar 0,7500, luas penutupan sebesar 2,1267, luas penutupan
relatif sebesar 0,9424, dan nilai penting sebesar 2,6318. Tumbuhan kedua yaitu
Pinellia ternata ditemukan sejumlah 2 dengan kepadatan spesies sebesar 0,6667,
kepadatan relatif sebesar 0,0606, frekuensi sebesar 0,3333, frekuensi relatif
sebesar 0,2499, luas penutupan sebesar 0,13, luas penutupan relatif sebesar
0,0576, dan nilai penting sebesar 0,3681.
Data metode kuadran yang diperoleh kelompok 1 menunjukkan bahwa
jenis pohon yang menjadi pusat kuadran dan ditemukan di setiap kuadran dekat
dengan pusat adalah pohon Mahoni. Pada kuadran 1 jarak pohon mahoni dengan
pusat kuadran adalah 2,13 m dengan diameter pohon 3,98 cm, luas sebesar
12,4460 dan luas penutupan sebesar 11,9482. Pada kuadran 2 jarak pohon mahoni
dengan pusat kuadran adalah 4,3 m dengan diameter pohon 9,85 cm, luas sebesar
76,2320 dan luas penutupan sebesar 73,1827. Pada kuadran 3 jarak pohon mahoni
15

dengan pusat kuadran adalah 5,1 m dengan diameter pohon 4,4 cm, luas sebesar
15,2114 dan luas penutupan sebesar 14,6029. Pada kuadran 4 jarak pohon mahoni
dengan pusat kuadran adalah 3,83 m dengan diameter pohon 3 cm, luas sebesar
7,0714 dan luas penutupan sebesar 6,7885. Jenis pohon yang diperoleh sama
sehingga untuk nilai kepadatan, kepadatan semua spesies, kepadatan relatif, |Di|,
luas penutupan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dan nilai penting besarnya sama
pada tiap pohon, yakni 3,84 untuk kepadatan, 169,5421 untuk kepadatan semua
spesies, 1 untuk kepadatan relatif, 0,0058 untuk |Di|, 1 untuk luas penutupan
relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dan 3 untuk nilai penting.
Data metode transek yang diperoleh kelompok 2 menunjukkan bahwa
terdapat 6 spesies tumbuhan pada plot yang diamati yaitu Tumbuhan Paku,
Rumput, Ketapang, Commelina cyanea, Garcinia subelliptica, Cyathula
prostrata. Tumbuhan pertama yaitu Tumbuhan Paku berjumlah 1 dengan
kepadatan spesies sebesar 0,3333, kepadatan relatif sebesar 0,0909, frekuensi
sebesar 0,3333, frekuensi relatif sebesar 0,1111, luas penutupan sebesar 5, luas
penutupan relatif sebesar 0,0602, dan nilai penting sebesar 0,2622. Tumbuhan
Kedua yaitu Rumput berjumlah 2 dengan kepadatan spesies sebesar 0,6667,
kepadatan relatif sebesar 0,1818, frekuensi sebesar 0,3333, frekuensi relatif
sebesar 0,1111, luas penutupan sebesar 12, luas penutupan relatif sebesar 0,1446,
dan nilai penting sebesar 0,4375. Tumbuhan Ketiga yaitu Ketapang berjumlah 1
dengan kepadatan spesies sebesar 0,3333, kepadatan relatif sebesar 0,0909,
frekuensi sebesar 0,3333, frekuensi relatif sebesar 0,1111, luas penutupan sebesar
4,3333, luas penutupan relatif sebesar 0, 0522, dan nilai penting sebesar 0,2542.
Tumbuhan Keempat yaitu Commelina cyanea berjumlah 1 dengan kepadatan
spesies sebesar 0,3333, kepadatan relatif sebesar 0,0909, frekuensi sebesar 0,6667,
frekuensi relatif sebesar 0,1111, luas penutupan sebesar 4,3333, luas penutupan
relatif sebesar 0,0522, dan nilai penting sebesar 0,2542. Tumbuhan Kelima yaitu
Garcinia subelliptica berjumlah 3 dengan kepadatan spesies sebesar 1, kepadatan
relatif sebesar 0,2727, frekuensi sebesar 0,6667, frekuensi relatif sebesar 0,2222,
luas penutupan sebesar 19,3333, luas penutupan relatif sebesar 0,2329, dan nilai
penting sebesar 0,7278. Tumbuhan Keenam yaitu Cyathula prostrata berjumlah 3
16

dengan kepadatan spesies sebesar 1, kepadatan relatif sebesar 0,2727, frekuensi


sebesar 0,6667, frekuensi relatif sebesar 0,2222, luas penutupan sebesar 38, luas
penutupan relatif sebesar 0,4578, dan nilai penting sebesar 0,9527.
Data yang diperoleh dari metode kuadran kelompok 2 menunjukkan
bahwa pohon sebagai pusat merupakan pohon mahoni. Terdapat 4 jenis tumbuhan
yang diamati yaitu mahoni 1, mahoni 2, mahoni 3, dan mahoni 4. Setiap jenis
tumbuhan yang ditemukan memiliki jarak dan diameter yang berbeda-beda.
Mahoni 1 berjumlah 1 yang jaraknya 1,94 m, diameter 1,48 cm. Memiliki
kepadatan sebesar 6,8779, kepadatan untuk semua jenis sebesar 2,67, kepadatan
relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0029, luas penutupan sebesar 27,8092, luas
penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai
penting sebesar 3. Mahoni 2 berjumlah 1 yang jaraknya 3,14m, diameter 1,26 cm.
Memiliki kepadatan sebesar 4,9851, kepadatan untuk semua jenis sebesar 2,67,
kepadatan relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0029, luas penutupan sebesar 27,8092,
luas penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai
penting sebesar 3. Mahoni 3 berjumlah 1 yang jaraknya 2,4 m, diameter 2,4 cm.
Memiliki kepadatan sebesar 2,5 , kepadatan untuk semua jenis sebesar 19,625,
kepadatan relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0029, luas penutupan sebesar 27,8092,
luas penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai
penting sebesar 3. Mahoni 4 berjumlah 1 yang jaraknya 3,2 m, diameter 1,8 cm.
Memiliki kepadatan sebesar 10,1736, kepadatan untuk semua jenis sebesar 2,67,
kepadatan relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0029, luas penutupan sebesar 27,8092,
luas penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai
penting sebesar 3. Berdasarkan data hasil praktikum kelompok 2, dapat diketahui
bahwa jumlah penutupan di setiap mahoni itu sama.
Data yang diperoleh metode transek kelompok 3 menunjukkan bahwa
terdapat 4 spesies tumbuhan pada plot yang diamati yaitu krinyu (Charmoalaena
odarata L), Lysimachia sp. , rumput karpet (Axonopus compressus) dan Parietaria
judaica. Setiap spesies yang ditemukan memiliki jumlah dan sebaran vegetasi
yang berbeda-beda. Krinyu (Charmolaena odarata L) yang berjumlah 6 memiliki
kepadatan sebesar 2, kepadatan relatif sebesar 0,2038, frekuensi sebesar 0,6667,
17

frekuensi relatif sebesar 0,2857, luas penutupan sebesar 0,5833, luas penutupan
relatif sebesar 0, 4074, dan nilai pentingnya sebesar 0,8969. Tumbuhan
Lysimachia sp. yang berjumlah 2 memiliki kepadatan sebesar 0,6667, kepadatan
relatif sebesar 0,0769, frekuensi sebesar 0,6667, frekuensi relatif sebesar 0,2857,
luas penutupan sebesar 0,1667, luas penutupan relatif sebesar 0,1164, dan nilai
pentingnya sebesar 0,479. Rumput karpet yang berjumlah 5 memiliki kepadatan
sebesar 0,1667, kepadatan relatif sebesar 0,1923, frekuensi sebesar 0,6667
frekuensi relatif sebesar 0,2857, luas penutupan sebesar 0,6417, luas penutupan
relatif sebesar 0,4482, dan nilai pentingnya sebesar 0,9269. Parietaria judacia
yang berjumlah 1 memiliki kepadatan sebesar 0,3333, kepadatan relatif sebesar
0,0384, frekuensi sebesar 0,3333 frekuensi relatif sebesar 0,1428, luas penutupan
sebesar 0,04, luas penutupan relatif sebesar 0,0279, dan nilai pentingnya sebesar
0,2091. Berdasarkan data hasil praktikum kelompok 3, dapat diketahui bahwa
jumlah spesies yang paling banyak dan besaran-besaran yang paling tinggi kecuali
pada luas penutupan, luas penutupan relatif, dan nilai pentingnya adalah Garcinia
subelliptica. Luas penutupan dan luas penutupan relatif paling tinggi adalah pada
Rumput karpet, sedangkan nilai penting tertinggi adalah Garcinia subelliptica.
Data yang diperoleh metode kuadran kelompok 3 menunjukkan bahwa
pohon sebagai pusat merupakan pohon mahoni. Terdapat 4 jenis tumbuhan yang
diamati yaitu mahoni 1, mahoni 2, mahoni 3, dan mahoni 4. Setiap jenis
tumbuhan yang ditemukan memiliki jarak dan diameter yang berbeda-beda.
Mahoni 1 berjumlah 1 yang jaraknya 6,6m, diameter 5 cm. Memiliki kepadatan
sebesar 3,925, kepadatan untuk semua jenis sebesar 162,2768, kepadatan relatif
sebesar 1, [DI] sebesar 0,0062, luas penutupan sebesar 35,0036, luas penutupan
relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai penting sebesar
3. Mahoni 2 berjumlah 1 yang jaraknya 3,3m, diameter 1,7 cm. Memiliki
kepadatan sebesar 3,925, kepadatan untuk semua jenis sebesar 162,2768,
kepadatan relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0062, luas penutupan sebesar 35,0036,
luas penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai
penting sebesar 3. Mahoni 3 berjumlah 1 yang jaraknya 2,2m, diameter 2,7 cm.
Memiliki kepadatan sebesar 3,925, kepadatan untuk semua jenis sebesar
18

162,2768, kepadatan relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0062, luas penutupan sebesar
35,0036, luas penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1
dan nilai penting sebesar 3. Mahoni 4 berjumlah 1 yang jaraknya 3,6m, diameter
3,2 cm. Memiliki kepadatan sebesar 3,925, kepadatan untuk semua jenis sebesar
162,2768, kepadatan relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0062, luas penutupan sebesar
35,0036, luas penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1
dan nilai penting sebesar 3. Berdasarkan data hasil praktikum kelompok 3, dapat
diketahui bahwa jumlah penutupan di setiap mahoni itu sama.
Data yang diperoleh metode transek kelompok 4 menunjukkan
bahwa terdapat 4 spesies tumbuhan pada plot yang diamati yaitu rumput teki,
tumbuhan paku, nilam, dan rumput kerbau. Setiap spesies yang ditemukan
memiliki jumlah dan besaran vegetasi yang berbeda-beda. Rumput teki yang
berjumlah 10 memiliki kepadatan sebesar 3,3333, kepadatan relatif sebesar
0,4762, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 0,4286, luas penutupan
sebesar 0,9017, luas penutupan relatif sebesar 0,6402, dan nilai pentingnya
sebesar 1,5450. Tumbuhan paku yang berjumlah 6 memiliki kepadatan sebesar 2,
kepadatan relatif sebesar 0,2857, frekuensi sebesar 0,3333, frekuensi relatif
sebesar 0,1429, luas penutupan sebesar 0,21, luas penutupan relatif sebesar
0,1491, dan nilai pentingnya sebesar 0,5777. Nilam yang berjumlah 4 memiliki
kepadatan sebesar 1,3333, kepadatan relatif sebesar 0,1905, frekuensi sebesar
0,6667 frekuensi relatif sebesar 0,2857, luas penutupan sebesar 0,23, luas
penutupan relatif sebesar 0,1633, dan nilai pentingnya sebesar 0,6395. Rumput
kerbau yang berjumlah 1 memiliki kepadatan sebesar 0,3333, kepadatan relatif
sebesar 0,0476, frekuensi sebesar 0,3333 frekuensi relatif sebesar 0,1429, luas
penutupan sebesar 0,0667, luas penutupan relatif sebesar 0,0473, dan nilai
pentingnya sebesar 0,2378. Berdasarkan data hasil praktikum kelompok 4, dapat
diketahui bahwa jumlah spesies yang paling banyak dan besaran-besaran yang
paling tinggi kecuali pada luas penutupan, luas penutupan relatif, dan nilai
pentingnya adalah rumput kerbau. Luas penutupan dan luas penutupan relatif
paling tinggi adalah pada Rumput teki, sedangkan nilai penting tertinggi adalah
Rumput teki.
19

Data yang diperoleh metode kuadran kelompok 4 menunjukkan bahwa


pohon sebagai pusat merupakan pohon mahoni. Terdapat 4 jenis tumbuhan yang
diamati yaitu mahoni 1, mahoni 2, mahoni 3, dan mahoni 4. Setiap jenis
tumbuhan yang ditemukan memiliki jarak dan diameter yang berbeda-beda.
Mahoni 1 berjumlah 1 yang jaraknya 3m, diameter 2,5 cm dengan luas 7,0650.
Memiliki kepadatan sebesar 3,35, kepadatan untuk semua jenis sebesar 222,7668,
kepadatan relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0045, luas penutupan sebesar 20,7091,
luas penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai
penting sebesar 3. Mahoni 2 berjumlah 1 yang jaraknya 2,5m, diameter 3 cm
dengan luas 4,9063 Memiliki kepadatan sebesar 3,35, kepadatan untuk semua
jenis sebesar 222,7668, kepadatan relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0045, luas
penutupan sebesar 20,7091, luas penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1,
frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai penting sebesar 3. Mahoni 3 berjumlah 1 yang
jaraknya 3,4m, diameter 2 cm dengan luas 3,14. Memiliki kepadatan sebesar
3,35, kepadatan untuk semua jenis sebesar 222,7668, kepadatan relatif sebesar 1,
[DI] sebesar 0,0045, luas penutupan sebesar 20,7091, luas penutupan relatif 1,
frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai penting sebesar 3. Mahoni
4 berjumlah 1 yang jaraknya 4,5m, diameter 3,5 cm dengan luas 9,6162. Memiliki
kepadatan sebesar 3,35, kepadatan untuk semua jenis sebesar 222,7668, kepadatan
relatif sebesar 1, [DI] sebesar 0,0045, luas penutupan sebesar 20,7091 , luas
penutupan relatif 1, frekuensi sebesar 1, frekuensi relatif sebesar 1 dan nilai
penting sebesar 3. Berdasarkan data hasil praktikum kelompok 4, dapat diketahui
bahwa jumlah penutupan yang paling besar adalah pada jenis mahoni 4.
Tumbuhan yang mendominasi dalam praktikum analisis vegetasi dengan
metode transek pada kelompok 4 adalah rumput teki (Cyperus rotundus). Jumlah
rumput teki yang kami temukan berjumlah 10 dengan kepadatan sebesar 3,3333.
Rumput teki dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah, ketinggian, kelembaban,
kelembaban tanah dan pH, namun tidak di tanah dengan kadar garam tinggi.
Faktor tersebut dapat menjadi alasan mengapa rumput teki banyak ditemukan di
daerah pengamatan. Pada praktikum analisis vegetasi dengan metode kuadran,
pohon yang mendominasi saat dilaksanakan pengamatan adalah mahoni. Pohon
20

mahoni dapat tumbuh di pinggir jalan atau di halaman rumah dan berfungsi
sebagai peneduh. Secara alami, tanaman ini mampu beradaptasi dengan berbagai
kondisi lingkungan dan akan tumbuh dengan optimal di tanah yang memiliki
kadar pH 6,5-7,5 (cenderung netral).
BAB VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Melalui praktikum “Analisis Vegetasi menggunakan Metode Transek dan
Kuadran” didapatkan kesimpulan sesuai dengan tujuan praktikum, yakni:
6.1.1 Metode transek adalah jalur sempit melintang pada lahan yang akan
diperajari atau diselidiki dengan tujuan mengetahui hubungan perubahan vegetasi
dan perubahan lingkungan atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu
lahan secara tepat.
6.1.2 Pengukuran dilakukan dengan 2 cara: Metode line intersect menghitung
panjang penutupan dengan memproyeksikan tegak lurus bagian basal yang
terpotong garis transek ke tanah. Sedangkan metode Belt intersect digunakan
untuk memperoleh data kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan
sebelumnya.
6.1.3 Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contohnya plotless. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup
tersebar sehingga melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu
akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Metode kuadran umumnya
digunakan untuk mengetahui vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan
penelitian. Syarat penggunaan metode ini adalah lokasi sampel acak dan diambil
secara random.
6.1.4 Pengaplikasian metode transek pada pengamatan dilakukan dengan
menentukan lokasi sampling sepanjang 3 meter. Wilayah kemudian dibagi
kedalam 3 segmen. Masing-masing segmen diukur sepanjang 10 cm ke kanan dan
ke kiri. Pengukuran bertujuan untuk menandai wilayah sampling. Tumbuhan yang
masuk dalam wilayah sampling akan diidentifikasi dan dihitung luas
penutupannya. Perhitungan dilakukan dengan membentangkan tumbuhan,
menarik ujung tumbuhan mendekati garis wilayah (rafia), lalu mengukur panjang
ujung hingga pangkal tumbuhan. Pengamatan kuadran dilakukan dengan memilih
lokasi sampling secara acak. 1 pohon digunakan sebagai sentral, kemudian
memilih 4 pohon yang mengelilingi tumbuhan sentral secara acak. Perhitungan

21
22

menggunakan meteran dengan cara mengukur jarak pohon 1234 dengan pohon
sentral. Praktikan juga menghitung sudut pada masing-masing kuadran dengan
cara meletakkan kompas berada didekat pohon sentral. Adapun data hasil
pengamatan dapat ditinjau pada tabel 4.1-4.5.
6.1.5 Melalui pengamatan didapatkan data abiotik dikedua wilayah diantaranya :
kelembaban tanah sebesar 10% pada area transek dan kuadran, pH tanah sebesar
6,8 pada area transek dan 6,6 pada area kuadran, kelembaban udara sebesar 44%
pada area transek dan 60% pada area kuadran, suhu sebesar 37,5 celcius pada area
transek dan 32,8 celcius pada area kuadran, kecepatan laju angin sebesar 0,003
m/s pada area transek dan kuadran, serta intensitas cahaya sebesar 238 lux pada
area transek dan 174 lux pada area kuadran. Faktor abiotik merupakan bagian
penting bagi siklus hidup tumbuhan. Pada pengamatan ditemukan bahwa
tumbuhan yang mendominasi wilayah plotting adalah pohon mahoni dan rumput
teki. Diketahui bahwa kedua jenis tumbuhan termasuk adaptif pada perubahan
faktor abiotik. Mahoni diketahui dapat tumbuh optimal pada pH tanah 6,5 -7,3 .
Melalui pengamatan juga ditemukan bahwa faktor biotik (tumbuhan) juga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman lainnya. Semakin padat suatu wilayah maka
persaingan akan meningkat. Tingginya tingkat persaingan tumbuhan dalam
mendapatkan faktor abiotik menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri
sehingga tanaman cenderung memiliki morfologi yang lebih pendek jika
dibandingkan tanaman yang tumbuh pada daerah dengan tingkat persaingan yang
rendah.

6.2 Saran
6.2.1 Saran untuk Asisten Laboratorium
Untuk asisten, penjelasan mengenai teori sudah tersampaikan dengan
sangat baik. Namun saran kami supaya tim asisten bisa lebih meningkatkan
koordinasi antar anggota supaya tidak terjadi miss saat praktik lapang.
6.2.2 Saran untuk Praktikan
Untuk praktikan, sebab beberapa acara megharuskan terjun langsung ke
lapangan, diharapkan dapat mempersiapkan segala kebutuhan dengan lebih baik.
23

Persiapkan alat bahan pendukung praktikum serta pakaian yang lebih proper
digunakan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Arista, C. D., I. S. Widimulya, K. Rahma, dan Mulyadi. (2017). Analisis Vegetasi


Tumbuhan menggunakan Metode Transek Garis (Line Transect) Di
Kawasan Hutan Lindung Lueng Angen Desa Iboih Kecamatan Sukakarya
Kota Sabang. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017. 6(2): 148-152.

Cogbill, C. V., Thurman, A. L., Williams, J. W., Zhu, J., Mladenoff, D. J., &
Goring, S. J. (2018). A retrospective on the accuracy and precision of
plotless forest density estimators in ecological studies. Ecosphere. 9(4):1-
34.

Hidayat, M., Laiyanah, L., Silvia, N., Putri, Y. A., & Marhamah, N. (2018).
Analisis vegetasi tumbuhan menggunakan metode transek garis (line
transek) di hutan Seulawah Agam Desa Pulo Kemukiman Lamteuba
Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Biotik. 5(1):85-91.

Kusmana, C. (2017). Metode Survey dan Interpretasi Daya Vegetasi. Bogor:PT


Penerbit IPB Press.

Lamberti, G.A., and F. R. Hauer. (2017). Methods in Stream Ecology, Third


Edition.London: Academic Press.

Nurjaman, D., J. Kusmoro, dan Prihadi Santoso. (2017). Perbandingan Struktur


dan Komposisi Vegetasi Kawasan Rajamantri dan Batumeja Cagar Alam
Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. Jurnal Biodjati. 2 (2): 167-179.

Tadros, M., & Ananbeh, Y. (2018). Vegetation Composition and Structure of


Woody Plant Communities in Ajloun Forest Reserve. Jordan Journal of
Agricultural Sciences. 14(2):223-230.

24
25

LAMPIRAN

● LAMPIRAN GAMBAR

● LAMPIRAN ABSTRAK JURNAL & BUKU


26
28
29
30
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai