Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

VEGETASI GULMA DAN ANALISIS SDR

OLEH:

LEDI YULIANA
1910212018
AGRO C

PRGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FALULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum .......................................................................................................... 1
C. Manfaat Praktikum ....................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 2
BAB III BAHAN DAN METODE .................................................................................................... 5
A. Waktu dan Tempat ....................................................................................................... 5
B. Bahan dan Alat .............................................................................................................. 5
C. Pelaksanaan .................................................................................................................. 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 6
A. Hasil ............................................................................................................................... 6
B. Pembahasan .................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar.4 Diagram lingkaran SDR .......................................................................... 10

iii
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Hasil Perhitungan Vegetasi Dan Analisis Gulma ........................................... 6
Tabel.2 Kegiatan pelaksanaan analisis vegetasi gulma................................................ 6

iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gulma sering menimbulkan berbagai masalah dalam lahan pertanian.
Kerusakan tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma, pada umumnya,
memiliki korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri. Dalam hal ini,
faktor yang paling tampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh, ruang gerak
dan nutrisi antara tanaman dan gulma. Posisi gulma sebagai tumbuhan yang tidak
diinginkan menyebabkan pengendalian gulma mendapat perhatian lebih. Salah satu
cara untuk mengetahui cara tepat dalam pengendalian gulma adalah dengan analisis
vegetasi.
Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu
tercapainya tingkat hasil jagung yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui
berbagai aturan dan karantina; secara biologi dengan menggunakan organisme hidup;
secara fisik dengan membakar dan menggenangi, melalui budi daya dengan pergiliran
tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan
mencabut, membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah
dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida.
Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu
dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian lainnya (Fadly dan Tabri,
2007).
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati suatu
ekosistem. Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring dengan berjalannya waktu,
perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Perubahan vegetasi ini mendorong perlu
dilakukannya analisi vegetasi. Analisis vegetasi merupakan suatu cara untuk
menemukan komposisi jenis vegetasi dari yang paling dominan hingga tidak
dominan. Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk vegetasi seperti rumput,
semak rendah, tumbuhan menjalar, herba, maupun tumbuhan dalam hamparan yang
luas. Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui
gulma- gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh
dan ruang hidup.. Populasi gulma yang bersifat dominan ini nantinya dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengendalian gulma.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini ialah agar dapat memahami cara
yang digunakan dalam analisis vegetasi gulma dengan pengamatan petak contoh dan
dapat menghitung nilai SDR dari identifikasi petak contoh.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari dilaksanakannya praktukum ini adalah penulis dapat memahami
cara yang digunakan dalam analisis vegetasi gulma dengan pengamatan petak contoh
dan dapat menghitung nilai SDR dari identifikasi petak contoh.

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Vegetasi Gulma


Analisis vegetasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakakuan agar
mengetahui komposisi vegetasi supaya dapat menentukan tindakan pengendalian.
Analisis vegetasi merupakan suatu cara untuk menemukan komposisi jenis vegetasi
dari yang paling dominan hingga tidak dominan. Keadaan vegetasi yang diamati
berupa bentuk vegetasi seperti rumput, semak rendah, tumbuhan menjalar, herba,
maupun tumbuhan dalam hamparan yang luas.
Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk
mengetahui gulma- gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan
sarana tumbuh dan ruang hidup. Penguasaan sarana tumbuh pada umumnya
menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Populasi gulma yang bersifat dominan
ini nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
pengendalian gulma.
B. Metode Analisis Vegetasi Gulma
1. Metode Kuadrat
Kuadrat adalah luas yang dihitung dalam satuan kuadrat (m2, cm2, dan
sebagainya). Bentuk kuadrat bermacam-macam seperti lingkaran, segi empat, segi
tiga dan bujur sangkar. Dalam pelaksanaan di lapangan, lebih sering digunakan bujur
sangkar. Besaran atau peubah yang dapat diukur menggunakan metode ini adalah
Kerapatan dan Dominansi (JND) atau SDR (summed dominance ratio), dengan
batasan sebagai berikut:

 Kerapatan Mutlak (KM): jumlah individu jenis gulma tertentu dalam


petak contoh
 Kerapatan Nisbih (KN): kerapatan mutlak jenis gulma tertentu dibagi total
kerapatan mutlak semua jenis gulma
 Dominansi Mutlak (DM): tingkat penutupan, luas basal, bobot kering, atau
volume jenis gulma tertentu dalam petak contoh
 Frekuensi Mutlak (FM): jumlah petak contoh yang memuat jenis gulma
tertentu
 Frekuensi Nisbih (FN): frekuensi mutlak jenis gulma tertentu dibagi total
frekuensi mutlak semua jenis gulma
 Nilai Penting (NP): jumlah nilai semua peubah nisbih yang digunakan
 SDR: nilai penting dibagi jumlah peubah nisbih
NP dan SDR dapat dihitung berdasarkan dua atau tiga peubah di atas,
misalnya dominansi dengan frekuensi, kerapatan dengan frekuensi, atau dominansi,
kerapatan, dan frekuensi. Makin banyak peubah yang digunakan makin mendekati
nilai kebenaran yang akan diduga. (Tjitrosoediro dkk. 1984),

2
2. Metode Estimasi visual
Estimasi visual dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara
melihat dan menduga parameter gulma yang diamati, misalnya tingkat penutupan,
kelimpahan, dan distribusi gulma. Peubah tersebut dikelompokkan dalam dominansi
dan frekuensi. Perhitungan dapat dilakukan seperti contoh pada metode kuadrat. Cara
ini berguna apabila vegetasi gulma yang diamati cukup merata dan seragam serta
waktu yang tersedia terbatas. Karena metode ini hanya mengandalkan penaksiran
secara visual, maka akan dijumpai beberapa kelemahan yaitu:
Pengamat cenderung menaksir lebih besar terhadap gulma yang menyolok
pandangan mata, misalnya karena warna daun atau bunga yang cerah atau tekstur
daun besar/lebar akan dinilai lebih dominan. Pengamat cenderung menilai jenis
gulma yang sulit dikenali atau kurang menarik penmpakannya dengan nilai taksiran
yang lebih rendah, misalnya karena tekstur daun yang halus atau sempit. Hasil yang
diperoleh kurang mewakili populasi yang diamati, baik jenis gulma maupun
penyebarannya, karena pengamatan atau penaksiran dilakukan dari jauh.

3. Metode Garis atau Rintisan


Metode ini sebetulnya mirip dengan metode kuadrat, hanya saja petak contoh
yang digunakan berukuran memanjang berupa mistar/meteran atau tali berskala
diletakkan di atas vegetasi gulma. Meteran atau tali tersebut disebut garis atau
rintisan. Metode ini sesuai untuk diterapkan pada vegetasi dengan corak populasi
rapat, rendah, dan berkelompok dengan batas yang jelas.
Apabila di bawah kelompok vegetasi jenis tertentu ditemui jenis gulma yang
lain, maka masing- masing kelompok dihitung sendiri-sendiri. Dan apabila dalam
suatu rintisan terdapat beberapa kelompok gulma sejenis, maka panjang rintisan
gulma tersebut adalah penjumlahan dari panjang rintisan masing-masing kelompok
gulma sejenis tersebut.
Besaran atau peubah yang dapat diukur dan dihitung pada analisis vegetasi
dengan metode garis adalah:

 Kerapatan Mutlak (KM): jumlah individu jenis gulma tertentu dalam


kelompok yang dilalui rintisan
 Dominansi Mutlak (DM): jumlah panjang rintisan yang melalui jenis gulma
tertentu
 Frekuensi Mutlak (FM): jumlah rintisan yang memuat jenis gulma tertentu

4. Metode Titik
Metode titik merupakan variasi dari metode kuadrat yang diperkecil hingga
tak terhingga. Metode ini efektif digunakan untuk analisis vegetasi gulma dengan
corak vegetasi rendah, rapat, membentuk anyaman/jalinan sehingga tidak jelas batas
gulma yang satu dengan yang lainnya. Ujung titik berperan sebagai penunjuk secara

3
tepat untuk tiap jenis gulma. Alat yang digunakan berupa kerangka dengan deretan
jarum-jarum berjarak sama antara 5-10 cm. Jika jarum ditekan ke bawah, maka hanya
jenis gulma yang bagian batangnya terkena jarum itu yang dihitung. Jumlah jarum
yang mengenai batang suatu jenis gulma menggambarkan tingkat dominansi gulma
tersebut. Untuk memudahkan aplikasi di lapangan, ukuran kerangka yang biasa
digunakan adalah panjang 1 m dan jarak antara jarum 10 cm. dengan demikian, dalam
suatu kerangka terdapat 10 jarum yang terbuat dari baja atau jeruji sepeda. Peubah
yang dicatat dengan metode ini adalah DM (jumlah jarum yang mengenai gulma
tertentu) dan FM (jumlah kerangka yang memuat jenis gulma tertentu). Kerapatan
gulma tidak dapat diukur dengan metode ini.

C. Nilai SDR
Analisis vegetasi gulma dengan menghitung nilai SDR pada setiap petak
percobaan. Nilai SDR didapatkan dengan menghitung setiap jumlah spesies gulma
yang terdapat pada petak contoh. Nilai SDR diperoleh dengan menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Kusmana (1997) sebagai berikut:
SDR = (Kerapatan Nisbi + Frekuensi Nisbi) : 2
Keterangan: Kerapatan Mutlak Suatu Jenis = Jumlah Individu Tiap Jenis,
Kerapatan Nisbi Suatu Jenis = (Kerapatan Mutlak Jenis itu : Jumlah Kerapatan
Semua Jenis) x 100 %, Frekuensi Mutlak Suatu Jenis = (Jumlah Petak Contoh Berisi
Jenis Itu : Jumlah Semua Petak Contoh yang di Ambil) x 100 % , Frekuensi Nisbi
Suatu jenis = (Frekuensi Mutlak Jenis itu: Jumlah Frekuensi Mutlak Semua Jenis) X
100%

D. Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan
manusia sehingga manusia berusaha untuk mengendalikanya. Gulma dapat
menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma itu berinteraksi dengan
tanaman. Kerugian tersebut terjadi melalui proses persaingan atau kompetisi antara
gulma dan tanaman dalam memperoleh sarana tumbuh seperti hara, air, cahaya, CO2,
dan ruang tumbuh. Selain persaingan, kerugian tanaman dapat juga terjadi melalui
proses alelopati, yaitu proses penekanan pertumbuhan akibat senyawa kimia
(alelokimia) yang dikeluarkan oleh gulma. Tingkat persaingan tergantung pada curah
hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman dan gulma
bersaing, umur tanaman saat gulma mulai bersaing. Oleh sebab itu, secara ekonomi
gulma sangat merugikan usaha pertanian karena di antara komponen produksi, biaya
untuk pengendalian gulma cukup besar, sering lebih mahal dari biaya pengendalian
hama dan penyakit (Faisal et al., 2011).

4
BAB III BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan pengambilan seed bank dilakukan pada tanggal 17 Oktober tahun
2021 di areal budidaya tanaman cabai merah Kota Padang Panjang Sumatra Barat..
B. Bahan dan Alat
Bahan dan Alat yang digunakan pada pelaksanaan praktikum Vegetasi gulma
dan analisis SDR ini adalah kuadran ukuran 50 cm x 50 cm, alat tulis dan alat
dokumentasi.

C. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan menggunakan metode kuadran ukran 50cm x 50cm.
dimana kuadran akan diletakkan di empat sisi berbeda secara acak. Gulma yang ada
didalam kuadran diamati jenis dan jumlah masing-masing jenisnya llau dicatar semua
data yang didapatkan. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai kerapatan jenis,
kerapatan relative, frekuansi suatu jenis dan frekuensi relative. Untuk data
perhitungan biomasa akan diduga dengan bobot 1 N gram, tergantung jumlah gulma
yang ditemukan untuk setiap spesies.

5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel.1 Hasil Perhitungan Vegetasi Dan Analisis Gulma

Jenis Gulma KM KR FM FR BM BR SDR


Paspalum 16 18,82% 1 23,52% 16 18,82% 20,39%
dilatatum
Poir
Ageratum 8 9,41% 0,5 11,76% 8 9,41% 10,19%
conyzoides
Galisoga 9 10,59% 0,5 11,76% 9 10,59% 10,97%
quadriradiata
Ruiz
Epirogen 1 1,18% 0,25 5,88% 1 1,18% 8,24%
floribundus
Trachelium 43 50,59% 1 23,52% 43 50,59% 41,57%
caerlieum L
Alternanthera 8 9,41% 1 23,52% 8 9,41% 14,11%
caracasana
Kunth

Tabel.2 Kegiatan pelaksanaan analisis vegetasi gulma

Gambar Keterangan
Kegiatan analisis vegetasi gulma di lahan
budidaya polikultur cabai merah, daun
bawang dan, daun seledri.

Gulma yang tumbuh di lahan budidaya

6
Gulma yang terdapat di kuadran 1

Gulma yang terdapat di kuadran 2

Gulma yang terdapat di kuadran 3

Gulma yang terdapat di kuadran 4

7
B. Pembahasan
Data dari table.1 diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

1. Kerapatan Suatu Jenis (KM)


Rumus : Jumlah individu suatu jenis / luas petak contoh

 Paspalum dilatatum Poir  Epirogen floribundus


Rata-rata = 16/4 = 4/petak Rata-rata = 1/4 = 2 /petak
KM = 4/0,25 = 16 KM = 0,25/0,25 = 1
 Ageratum conyzoides  Trachelium caerlieum L
Rata-rata = 8/4 = 2 /petak Rata-rata = 43/4 = 10,75 /petak
KM = 2/0,25 = 8 KM = 10,75/0,25 = 43
 Galisoga quadriradiata Ruiz  Alternanthera caracasana
Rata-rata = 9/4 = 2,25 /petak Kunth
KM = 2,25/0,25 = 9 Rata-rata = 8/4 = 2 /petak
KM = 2/0,25 = 8

2. Kerapatan Relatif (KR)


Rumus : (Kerapatan Suatu Jenis/Kerapatan Semua Jenis) x 100%
Total KM = 85

 Paspalum dilatatum Poir  Epirogen floribundus


KR = 16/85 x 100% =18,82 % KR = 1/85 x 100% = 1,18 %
 Ageratum conyzoides  Trachelium caerlieum L
KR = 8/85 x 100% =9,41% KR = 43/85 x 100% = 50,59 %
 Galisoga quadriradiata Ruiz  Alternanthera caracasana
KR = 9/85 x 100% = 10,59% Kunth
KR = 8/85 x 100% = 9,41%

3. Frekuensi Suatu Jenis (FM)


Rumus : Jumlah Petak Ditemukan Suatu Jenis/Jumlah Seluruh Petak Contoh

 Paspalum dilatatum Poir  Epirogen floribundus


FM = 4/4 =1 FM =1/4 = 0,25
 Ageratum conyzoides  Trachelium caerlieum L
FM = 2/4 = 0,5 FM = 4/4 = 1
 Galisoga quadriradiata Ruiz  Alternanthera caracasana
FM = 2/4 = 0,5 Kunth
FM = 4/4 = 1

8
4. Frekuensi Relatif (FR)
Rumus : (Frekuensi Suatu Jenis/Frekuensi Seluruh Jenis)X 100%
Total FM = 4,25

 Paspalum dilatatum Poir  Epirogen floribundus


1/4,25 x 100% = 23,52 % 0,25/4,25 x 100% = 5,88 %
 Ageratum conyzoides  Trachelium caerlieum L
0,5/4,25 x 100% = 11,76 % 1/4,25 x 100% = 23,52 %
 Galisoga quadriradiata Ruiz  Alternanthera caracasana
0,5/4,25 x 100% = 11,76 % Kunth
1/4,25 x 100% = 23,52 %

5. Biomasa Suatu Jenis (BM)


Rumus : Biomass/ Luas Petak Contoh

 Paspalum dilatatum Poir  Epirogen floribundus


Rata-rata = 16/4 = 4/petak Rata-rata = 1/4 = 2 /petak
BM = 4/0,25 = 16 BM = 0,25/0,25 = 1
 Ageratum conyzoides  Trachelium caerlieum L
Rata-rata = 8/4 = 2 /petak Rata-rata = 43/4 = 10,75 /petak
BM = 2/0,25 = 8 BM = 10,75/0,25 = 43
 Galisoga quadriradiata Ruiz  Alternanthera caracasana
Rata-rata = 9/4 = 2,25 /petak Kunth
BM = 2,25/0,25 = 9 Rata-rata = 8/4 = 2 /petak
BM = 2/0,25 = 8

6. Biomasa Relatif ( BR)


Rumus : (Biomassa Suatu Jenis / Biomassa Relative Semua Jenis) X 100%

 Epirogen floribundus
 Paspalum dilatatum Poir KR = 1/85 x 100% = 1,18 %
KR = 16/85 x 100% =18,82 %  Trachelium caerlieum L
 Ageratum conyzoides KR = 43/85 x 100% = 50,59 %
KR = 8/85 x 100% =9,41%  Alternanthera caracasana
 Galisoga quadriradiata Ruiz Kunth
KR = 9/85 x 100% = 10,59% KR = 8/85 x 100% = 9,41%

9
7. Nilai SDR
SDR = (KR=FR=BR)/3

 SDR Paspalum dilatatum Poir = (18,82%+23,52%+18,82%)/3 = 20,39%


 SDR Ageratum conyzoides =(9,41%+11,76%+9,41%)/3 = 10,19 %
 SDR Galisoga quadriradiata Ruiz = (10,59%+11,76%+10,56%)/3 =10,97%
 SDR Epirogen floribundus = (1,18%+5,88%+1,18%)/3 = 8,24 %
 SDR Trachelium caerlieum L = (50,59%+23,52%+50,59%) = 41,57%
 SDR Alternanthera caracasana Kunth = (9,41%+23,53%+9,42%) = 14,11%
Table.1 menunjukkan bahwa hasil vegetasi gulma di areal budidaya tanaman
cabai merah Kota Padang Panjang Sumatra Barat. Banyak faktor yang mempengaruhi
keragaman komunitas gulma pada pertanaman cabai merah ini di antaranya yaitu
deposit biji gulma dalam tanah. Biji gulma dapat tersimpan dan bertahan hidup
selama puluhan tahun dalam kondisi dorman, dan akan berkecambah ketika kondisi
lingkungan mematahkan dormansi itu. Terangkatnya biji gulma ke lapisan atas
permukaan tanah dan tersedianya kelembaban yang sesuai untuk perkecambahan
mendorong gulma untuk tumbuh dan berkembang. Biji spesies gulma setahun (annual
spesies) dapat bertahan dalam tanah selama bertahun-tahun sebagai cadangan benih
hidup atau viable seeds (Melinda, Owen and Bucher, 1998).

Nilai SDR Setiap Jenis Gulma


Paspalum dilatatum Poir

Ageratum conyzoides

Galisoga quadriradiata
Ruiz
Epirogen floribundus

Trachelium caerlieum L

Gambar.1 Diagram Lingkaran SDR

Dari hasil analisis vegetasi gulma dengan metode kuadrat diketahui bahwa
spesies gulma yang paling banyak tumbuh di lahan budidaya cabai merah adalah
gulma Trachelium caerlieum L yaitu dengan nilai SDR 41,57%. Pada Gambar 1,
dapat dilihat bahwa ditribusi gulma terbanyak pada areal budidaya tanaman cabai
merah Kota Padang Panjang Sumatera Barat berasal dari golongan gulma berdaun
sempit. Gulma berdaun sempit dengan ciri-ciri daun menyerupai pita, batang tanaman

10
beruas- ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar, hidup semusim, atau tahunan dan
memiliki pelepah serta helaian daun. Golongan gulma rurumputan kebanyakan
berasal dari famili gramineae (poaceae). Batangnya disebut culms.
Pada table.1 dapat dilihat ada enam jenis gulma yang tumbuh di setiap
petakannya. Jumlah jenis gulma yang terus hidup sangatlah bervariasi pada setiap
areal tanam. Variasi ini timbul bermula dari kemampuan gulma itu sendiri. Potensi
kehadiran gulma dalam satu daerah sangat tinggi yang disebabkan banyak faktor dan
salah satunya adalah sistem pengolahan tanah. Menurut Moenandir (1993) bahwa biji
gulma berpotensi untuk tumbuh menjadi satu populasi gulma bila keadaan
menguntungkan. Bijibiji gulma dapat tumbuh mencapai jutaan jumlahnya dalam
tanah dan terdiri dari banyak jenis.
Pada areal budidaya tanaman cabai merah Kota Padang Panjang Sumatra
Barat ini tidak hanya menanam tanaman cabai saja tetapi juga menerepkan sistem
pola tanam polikultur, dimana juga terdapat tanaman daun bawang, seledri dalam satu
bedengan. Pengendalian Gulma dan pertanaman yang diusaha-kan manusia adalah
sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan
normalnya (Qiang, 2005). Kedua tumbuhan ini samasama membutuhkan cahaya, air,
hara gas CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagai-nya. Apabila dua tumbuhan
tumbuh ber-dekatan, maka akan perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat
satu sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat
tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih dalam dan lebih
besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun tajuknya akan lebih mendominasi
tumbuhan lainnya. Puspitasari et al. (2013).
Pengertian dari pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan
pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan
sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat
dibudidayakan secara produktif dan efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada
keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan
dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi
yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma
sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan
kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat
populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang
ekonomi sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol
(Hendrival 2014).
Menurut Dekker (2011), spesies gulma berkompetisi antara ruang dan waktu
dengan jumlah kelebihan setiap spesiesnya dengan habitat yang mendukung. Gulma
menghasilkan lebih banyak benih untuk bertahan. Banyak biji berkecambah lebih dan
membentuk tumbuhan utuh dan akan terus menerus untuk memproduksi benih sendiri
(Santosa, 2008) .

11
Gulma pada lahan budidaya mengkompetisi seluruh ruang iklim mikro dari
tanaman. Gulma tidak hanya mengkompetisi seluruh nutrisi, air, dan ruang tumbuh
zona perakaran tetapi juga unsur abiotik seperti radiasi matahari. Secara sederhana
tumbuhan merupakan organisme yang mampu memasak tanaman sendiri (autotrof).
Proses pengelolaan tanaman dalam setiap organisme di-pengaruhi dari ketersedian air
dan cahaya matahari. Sehingga penting diketahui bagai-mana besarnya laju radiasi
matahari pada setiap tingkatan tajuk dari tanaman tebu penelitian. Fotosintesis adalah
proses pengubahan energi cahaya ke dalam bentuk energi yang lebih bermanfaat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dekker, Jack. 2011. Evoluntionary Ecology of Weeds. Ames Iwowa: Weed


Biology Lab., Agronomy Dpt., Iwowa State Univ
Fadhly, A. F, dan F. Tabri. 2007. Pengandalian Gulma pada Pertanaman
Jagung.http://balit.litbang.co.id.bukuja gung.pdf. 02 April 2016.
Faisal, R., B.M.S. Edy. dan A. Nelly. 2011. Inventarisasi Gulma pada
Tegakan Tanaman Muda Eucalyptus spp. J. Kehutanan Universitas Sumatera Utara. 1
(1) : 1-6.
Hendrival. 2014. Priode Kritis Tanaman Kedelai Terhadap Persaingan Gulma.
J. Floratek. 9 (1) : 46-57
Kastono D. 2004. Arti, Peran, Sifat dan Klasifikasi Gulma. Laboratorium
Manajemen dan Produksi Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian UGM. Yogyakarta.
http://www.elisa.ugm.ac.id.org.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Melinda, L.H., M.D.K. Owen, and D.D. Bucher. 1998. Effects Of Crop And
Weed Management On Density And Vertical Distribution Of Weed Seeds In Soil.
Agron. J. 90:793-799.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sitem Pertanian. PT. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Puspitasari, K., H.T. Sembayang. dan B. Guritno. 2013. Pengaruh Aplikasi
Herbisida Ametrin Dan 2,4-D Dalam Mengendalikan Gulma Tanaman Tebu
(Saccharum officinarum L.). J. Produksi Tananaman. 1 (2) : 72-80.
Qiang, S. 2005. Multivariate Analysis, Description, and cological
Interpretation of Weed Vegetation in the Summer Crop Fields of Anhui Province,
China. J. of Integrative Plants Biology. 47 (10) : 1193-1210.
Santosa, Edi. 2008. Simpanan Biji Gulma di Perkebunan Teh pada Berbagai
Tahun Pungkas. J. Agronomi Indonesia. 37 (1) : 46-54.
Tjitrosoedirjo S., H. Utimo, J. Wiroatmodjo.1984. Pengelolaan Gulma Di
Perkebunan. Pt Gramedia, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai