Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA LANJUTAN


(AGT61205)
“Perbanyakan Tanaman Alpokat Secara Vegetatif Teknik Sambung Pucuk
(Okulasi)”

Oleh

Nama : Ledi Yuliana


No Bp : 1910212018
Kelas : Agro B

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 6
A. Waktu dan Tempat ......................................................................................... 6
B. Alat dan Bahan ............................................................................................... 6
C. Metode Pelaksanaan ....................................................................................... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 7
A. Hasil................................................................................................................ 7
B. Pembahasan .................................................................................................... 8
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................ 10
A. Kesimpulan ................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman alpukat (Persea americana Mill.) berasal dari Amerika Tengah dan
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Pengembangan tanaman pohon ini di
Indonesia mulanya terkonsentrasi di pulau Jawa, namun sekarang menyebar hampir
di seluruh wilayah Indonesia (Rahmawati, 2010). Buah alpukat kaya akan nutrisi dan
juga zat antioksidan (Gómez-López, 1999; Kosinskaet al, 2012). Buah alpukat juga
menjadi satu-satunya buah yang mengandung lemak mono-unsaturated yang sangat
baik untuk kesehatan jantung selain bebas gula dan kolesterol. Karena multi fungsi,
buah alpukat sebagai salah satu functional fruit. Nilai ekonomis yang tinggi dari buah
alpukat menjadikannya komoditas perdagangan di pasar dalam dan luar negeri.

Tanaman alpukat cocok ditanam di daerah dataran rendah maupun dataran


tinggi, namun ketinggian ideal adalah 200 – 1000 m dpl. Umumnya tanaman alpukat
memiliki bunga yang fase kematangan antara organ jantan dan organ betinanya tidak
sama. Inilah yang mendorong terjadinya persilangan terbuka. Keragaman genetik
yang besar akibat persilangan dan beragamnya kondisi lingkungan di Indonesia
(Kuswandi et al. 2017) menghasilkan berbagai kultivar alpukat yang masingmasing
memiliki kelebihan/keunggulan tertentu.

Perbanyakan tanaman menggunakan biji menghasilkan karakter tanaman dan


buah yang beragam yang bahkan tidak muncul pada induknya. Prosedur perbanyakan
menggunakan biji ini diinginkan untuk tujuan mendapatkan keragaman genetik,
namun jika menginginkan tanaman memiliki rasa yang enak dan buah yang besar
sebagaimana induknya, maka perbanyakan vegetatif menjadi alternatif satu-satunya.
Perbanyakan vegetatif yang bisa diterapkan untuk tanaman alpukat adalah setek,
cangkok, sambung pucuk (top grafting) dan sambung mata tunas(okulasi). Namun
dari sekian banyak teknik perbanyakan, teknik sambung pucuk paling baik bagi
alpukat. Teknologi ini selain mudah dipraktekkan, bahan-bahan yang digunakan
mudah didapat dan harganya murah, selain dapat dilakukan dalam berbagai bentuk

1
variasi disesuaikan dengan jenis tanaman, kondisi batang atas dan batang bawah,
serta lingkungan tempat perbanyakan itu akan diterapkan. Sambung pucuk juga tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman induk sebagaimana halnya cangkok. Teknik ini
memiliki sistem perakaran tunggang yang penting bagi pertumbuhan tanaman
tahunan. Dibandingkan dengan okulasi, menurut Rukmana (1999) teknik sambung
pucuk pada alpukat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.

Sambung atau grafting merupakan teknik penyatuan pucuk sebagai batang


atas dengan tanaman batang bawah yang dapat berasal dari biji, root-stock atau setek
(Dewi-Hayati et al. 2018) sehingga terbentuk tanaman baru. Dengan pertimbangan
sistem perakaran yang kuat dibutuhkan dan didukung dengan perkecambahan biji
yang mudah pada alpukat, maka batang bawah dikembangkan dari biji.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini ialah agar penulis maupun
pembaca dapat mengetahui bagaimana cara melakukan perbanyakan tanaman buah
secara vegetative yaitu menggunakan teknik sambung tunas (okulasi) atau sambung
pucuk pada tanaman alpokat.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Taksonomi Tanaman Alpukat

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut : divisi :


spermatophyta, anak divisi : angiospermae, kelas : dicotyledoneae, bangsa : ranales,
keluarga : lauraceae, marga : persea, dan varietas : persea americana mill.

Tanaman alpukat (Persea americana Mill atau Persea gratisima Gaertin)


wujud atau bentuk pohonnya bermacam-macam, mulai dari pohon lurus dengan
batang yang kokoh kuat sampai pohon-pohon yang lebih kecil merimbun seperti
semak. Tanaman alpukat asal biji dapat mencapai ketinggian 15 m - 20 m, sedangkan
tanaman alpukat hasil mengenten dan mengokulasi lebih rendah. Batangnya alpukat
bercabang rendah dengan tajuk pohon berdaun rapat. Daunnya alpukat berwarna hijau
tua, berbentuk runcing sampai agak melebar, sepanjang 10 cm - 20 cm, daun-daun
muda berwarna agak kemerah-merahan atau merah anggur.

Bunga alpukat berjenis kelamin dua, tumbuh tersusun dalam malai pada tunas
pucuk dan tunas terminal. Bunga alpukat memiliki sifat unik: meskipun berjenis
kelamin dua, penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi. Tanaman alpukat tergolong
tanaman yang berbunga banyak. Bunga alpukat memiliki sifat yang disebut dikogami
(dichogami), yaitu putik dan benang pada bunga masak secara tidak bersamaan. Bila
putik dan benang sari masak secara bersamaan disebut bunga homogami. Bunga
dikogami seperti bunga alpukat ini tidak mungkin melakukan penyerbukan sendiri.
Putik bunganya berfungsi bila mengalami penyerbukan silang dari bungan pohon lain
( Anonim, 2008 ).

B. Syarat Tumbuh

1. Iklim

Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan.


Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat dapat mematahkan
ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah

3
patah. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Ras
Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah beriklim
tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang
dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal
kedalaman air tanah maksimal 2 m. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan
alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap
cuaca dingin dan iklim kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat.Suhu
optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat
tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman
alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu
kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko
memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, dan
Hindia Barat sampai 2 derajat C (Heryono,Prakoso 2008).

2. Jenis Tanah

Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak


mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak
mengandung bahan organic. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah
jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung
endapan (aluvial loam). Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat
berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5
tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah
yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti
Fe, Mg, dan Zn akan berkurang ( Benidiktus Sihotang. STP. 2008 )

3. Ketinggian Tempat

Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai


dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan
hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras
Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000

4
m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl ( Heryono,
Prakoso, 2008 )

C. Macam-macam Perbanyakan Vegetatif Tanaman Alpukat

Penyambungan atau enten (grafting) adalah penggabungan dua bagian


tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas
luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah yang mempunyai perakaran yang
menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering
disebut stock. Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion)
dan merupakan sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres),
baik itu berupa tunas pucuk atau tunas samping. Penyambungan batang bawah dan
batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman yang masih dalam
spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada tanaman durian.
Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang
berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili.

Cara perbanyakan tanaman secara vegetatif lebih sering digunakan karena


bibit yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan sifat induknya dan tanaman
dapat berbuah lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari biji.
Membedakan bibit hasil vegetatif dengan generatif sangat mudah. Meskipun
demikian, tetap memerlukan keahlian, ketelitian, dan pengalaman, sehingga kita
dapat melakukannya dengan baik.

Dalam memilih bibit juga perlu diperhatikan apakah bibit tersebut varietas
unggul atau bukan. Dalam memilih bibit sebaiknya memilih varietas unggul. Hal ini
disebabkan bibit tersebut memiliki sifat-sifat seperti berproduksi tinggi, cepat
berbuah, hasil buahnya terasa enak dengan bentuk ukuran menarik, serta tahan
terhadap serangan hama dan penyakit. Sifat-sifat unggulnya itu dapat dipertahankan
secara genetik kalau tanaman diperbanyak secara vegetatif.

5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum Perbanyakan Tanaman Buah Alpokat Secara
Vegetative Dengan Teknik Okulasi ini dilaksanakan pada tanggal 29 September 2021
sampai dengan tanggal 28 November 2021 bertempat di kota Padang Panjang
Sumatra Barat.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada Praktikum ini ialah pisau catter dan plastic wrip
untuk pembalut sekaligus pengikat, dan plastic PE 09. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah bibit tanaman alpokat untuk batang penompang bagian bawah dan
pucuk tanaman pokat yang unggul.

C. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada praktikum ini ialah dengan teknik okulasi yaitu
teknik perbanyakan tanaman dengan cara menempelkan mata tunas pada bagian
tanaman lain, sehingga menghasilkan tanaman baru. Untuk tanaman penompang
bagian bawah digunakan bibit alpokat biasa berumur 1 – 3 minggu untuk bagian
tanaman atas pucuk tanaman unggul dari segi rasa dan ukuran. Pada bagian batang
bawah bibit alpokat dikurangi jumlah daun pada bagian atas batang dipotong seperti
huruf V pada bagian pucuk semua daun dipotong, perkirakan potong bagian batang
bawah dengan batang atas diameternya sama. Batang atas dipotong sepanjang kurang
lebih 15 cm dan dibuat seperti panah dan disesuaikan dengan bentuk bagian batang
bawah agar dapat tersambung. Kedua bagian disambung dan dibaluti dengan plastik
pembalut hingga rapat dan kedap udara di bagian sambungan, lalu baluti sampai ke
bagian pucuk atas atau disungkup menggunakan plastic PE. Pastikan tidak masuk air
jika terkena air hujan dan beri ruang udara sedikit di bagian bawah plastik sungkup.
Penyambungan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan.

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Table 1. gambar perbedaa kondisi tanaman sambung.

12 oktober 2021 28 November 2021

3 minggu setelah penyambungan 9 minggu setelah penyambungan

Tabel 2. Kondisi tanaman sambung dari minggu 1 hingga minggu 10.

Sampel Minggu ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A S S S S S S S S S B

B S S S S S B B B B B

Keterangan:

S : Segar
B : Busuk

7
B. Pembahasan
Pada pelaksanaan kegiatan penyambungan, penulis melakukan 2 kali ulangan
menggunakan sampel A dan sampel B . pada minggu 1 hingga ke minggu 5 semua
sampel masih segar tidak ada tanda-tanda busuk pada bagian sambungan. Namun
pada minggu ke 6 sampel B mengalami pembusukan di area sambungan namun
bagian bawah tanaman tetap hidup ditandai dengan tumbuhnya daun baru. Pada
sampel A di minggu ke 7 dan 8 sudah muncul tunas baru di bagian atas pucuk yang
disambung, namun pada minggu ke 10 tanaman sampel A mengalami busuk total di
bagian sambungan pucuk. Hal ini terjadi mungkin karna teralu cepat melepaskan
balutan sambungan hingga air masuk pada bagian sambungan yang belum kering.
Karna pelaksanaannya dilakukan di ruangan terbuka dan berada di daerah yang sering
terjadi hujan makan menyebabkan sambungan pucuk pada tanaman ini menjadi cepat
busuk.

Kegagalan melakukan okulasi sangat mungkin di akibatkan oleh kekurangnya


pengetahuan ketika melakukan okulasi, karna pada dasarnya okulasi adalah kegiatan
oprasi sambung bagian tanaman hias yang cukup mudah di lakukan aabila di lakukan
dengan benar dan pengetahuan yang cukup. salahsatu poin penting yang harus anda
pahami dalam okulasi atau menyambung tanaman hias ini adalah tanaman yang anda
sambung harus memiliki kemiripan karakteristik karna anda tidak mungkin bisa
menyambung 2 tanaman yang berbeda samasekali, misalnya saja rambutan dengan
pohon mangga yang di okulasi. hal ini tentu saja akan menyebabkan 99,9%
kegagalan. jikalaupun hal itu berhasil maka itu adalah keberuntungan dan anugrah
tuhan yang maha esa . oke mari kita lanjutkan pembahasannya. ha lain yang sering
lalai ketika melakukan okulasi tanaman baik itu tanaman hias atau tanaman buah
adalah kita lupa untuk membuat pisau menjadi steril atau minimal bersih dari zat lain
yang mungkin mengganggu proses penyambungan tanaman, tidak mengikat dengan
kencang dan menyebabkan sambungan goyang . hingga perawatan tanaman pasca
oulasi yang tidak di rawat dengan benar dan baik dapat mempengaruhi kegagalan saat
melakukan okulasi

8
Penyebab kegagalan dari teknik sambung ini dapat disebabkan oleh
keterampiran tangan dalam melakukan pemotongan pada bagian tanaman yang masih
rendah. Faktor lingkungan ini maksudnya adalah mengenai penempatan dimana bibit
alpukat sambung pucuk diletakkan pasca penyambungan. Tempat yang baik untuk
meletakkannya adalah dibawah naungan yang tidak terkena hujan secara langsung,
dan sebaiknya diletakkan di dalam greenhouse. Karena jika terkena hujan secara
langsung secara terus menerus dapat mengakibatkan busuknya biji alpukat yang
biasanya masih menempel pada pangkal batang bibit. Nah jika biji tersebut busuk
maka tingkat kegagalannya tinggi, mengingat biji tersebut merupakan penyuplai
makanan utama ketika bibit masih kecil dan akar belum kuat untuk menyuplai
makanan.

Pemilihan entres untuk penyambungan alpukat ini juga harus tepat, terutama
bagian yang disambungkan, karena jika tidak tepat akan berakibat tumbuhnya tunas
pada entres akan lama. Bagian entres yang baik untuk disambungkan adalah bagian
entres yang masih memiliki daun yaitu pada bagian pucuknya, dimana bagian entres
ini memiliki calon tunas yang masih aktif dan dapat cepat tumbuh, biasanya 3 minggu
dari penyambungan entres ini sudah tumbuh. Berbeda dengan bagian entres yang
daunnya sudah gugur dimana mata tunasnya kurang aktif sehingga tumbuhnya lama
sekali.

Hal penting saat melakukan perwatan ketika baru selesai di okulasi adalah
memastikan tanaman di letakan di tempat yang aman, tidak panas, melainkan sejuk
dan mendapat air yang cukup karna saat mengokulasi tanaman batang bawah harus
memproduksi cukup cairan dan getah untuk terhubung dengan batang sambungan
baru yang kita okulasi. dan setelah tanaman ini tumbuh hal yang bisa kita lakukan
untuk merawatnya adalah bisa kita menjaga pencegahan tumbunya kuncup baru di
batang bawah yang tidak di okulasi karna itu akan menghambat pertumbuhan bagian
yang di sambung. Namun, pada praktikummini penulis tidak melakukan pencegahan
tumbuh kuncup baru di bagian batang bawah sehingga mengakibatkan bagian yang
disambung pertumbuhannya terhambat.

9
BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pada praktikum ini penulis sudah dapat melakukan perbanyakan vegetatif
dengan teknik sambung pucuk namun, masih perlu banyak mempelajari tentang
teknik perbanyakan dengan sambung puvuk ini karna seperti praktikum yang
dilakukan pada pengamatan minggu ke 10 tanaman sambung pucuk mengalami
pembusukan karena teralu cepat melepas ikatan balutan pada sambungan.

B. Saran
Sebaiknya pada pelaksanaan penyambungan tanaman sambungan diletakkan
pada tempat yang tidak terbuka atau terlindungi air hujan , hal ini untuk mencegah
pembusukan pada bagian sambungan tanaman tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Budidaya Alpukat dan Aspek Ekonominya.
www.perbiakanvegetatif.com. Diakses tanggal 13 Januari 2022 pukul 10:00-11:40
WIB.

Benidiktus Sihotang. STP. 2008. Alpukat. agro-


bisnis.indonetwork.co.id/491040/ tanaman-buah-buahan. Diakses tanggal 13 Januari
2022 pukul 10:00-11:40 WIB.

Dewi-Hayati, P.K., Sutoyo, I. Suliansyah, N. Marta dan Kuswandi. 2018.


Transfer Teknologi Sambung Pucuk Menggunakan Anakan (Root-Sucker) Sebagai
Batang Bawah Untuk Propagasi Tanaman Kesemek di Batu Bagiriek Alahan
Panjang. J. Hilirisasi Ipteks 1(3):11-17

Gómez-López ,V.M. 1999. Characterization Of Avocado (Persea americana


Mill.) Varieties Of Low Oil Content.J Agric Food Chem. 47(7):2707-2710.

Heryono, Prakoso. 2008. Menginginkan Alpukat Jadi Unggulan.


www.inblogs.net/adhikusumaputra/search/label/Alpukat%20.Diakses tanggal 13
Januari 2022 pukul 10.00-11.00 WIB.

Kuswandi, L. Octriana, B. Kuswara dan Nofiarli. 2017. Eksplorasi,


Karakterisasi Dan Evaluasi Idiotipe Alpukat Di Kabupaten Solok. J. Jagur 1(1):36-30

Rahmawati, R. 2010. Khasiat Dan Cara Olah Alpukat. Pustaka Baru Press,
Jogjakarta.

Rukmana, R. 1999. Teknik Memproduksi Bibit Unggul Buah-buahan.


Kanisius, Jogjakarta

11

Anda mungkin juga menyukai