Oleh
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman alpukat (Persea americana Mill.) berasal dari Amerika Tengah dan
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Pengembangan tanaman pohon ini di
Indonesia mulanya terkonsentrasi di pulau Jawa, namun sekarang menyebar hampir
di seluruh wilayah Indonesia (Rahmawati, 2010). Buah alpukat kaya akan nutrisi dan
juga zat antioksidan (Gómez-López, 1999; Kosinskaet al, 2012). Buah alpukat juga
menjadi satu-satunya buah yang mengandung lemak mono-unsaturated yang sangat
baik untuk kesehatan jantung selain bebas gula dan kolesterol. Karena multi fungsi,
buah alpukat sebagai salah satu functional fruit. Nilai ekonomis yang tinggi dari buah
alpukat menjadikannya komoditas perdagangan di pasar dalam dan luar negeri.
1
variasi disesuaikan dengan jenis tanaman, kondisi batang atas dan batang bawah,
serta lingkungan tempat perbanyakan itu akan diterapkan. Sambung pucuk juga tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman induk sebagaimana halnya cangkok. Teknik ini
memiliki sistem perakaran tunggang yang penting bagi pertumbuhan tanaman
tahunan. Dibandingkan dengan okulasi, menurut Rukmana (1999) teknik sambung
pucuk pada alpukat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini ialah agar penulis maupun
pembaca dapat mengetahui bagaimana cara melakukan perbanyakan tanaman buah
secara vegetative yaitu menggunakan teknik sambung tunas (okulasi) atau sambung
pucuk pada tanaman alpokat.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Taksonomi Tanaman Alpukat
Bunga alpukat berjenis kelamin dua, tumbuh tersusun dalam malai pada tunas
pucuk dan tunas terminal. Bunga alpukat memiliki sifat unik: meskipun berjenis
kelamin dua, penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi. Tanaman alpukat tergolong
tanaman yang berbunga banyak. Bunga alpukat memiliki sifat yang disebut dikogami
(dichogami), yaitu putik dan benang pada bunga masak secara tidak bersamaan. Bila
putik dan benang sari masak secara bersamaan disebut bunga homogami. Bunga
dikogami seperti bunga alpukat ini tidak mungkin melakukan penyerbukan sendiri.
Putik bunganya berfungsi bila mengalami penyerbukan silang dari bungan pohon lain
( Anonim, 2008 ).
B. Syarat Tumbuh
1. Iklim
3
patah. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Ras
Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah beriklim
tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang
dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal
kedalaman air tanah maksimal 2 m. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan
alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap
cuaca dingin dan iklim kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat.Suhu
optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat
tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman
alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu
kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko
memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, dan
Hindia Barat sampai 2 derajat C (Heryono,Prakoso 2008).
2. Jenis Tanah
3. Ketinggian Tempat
4
m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl ( Heryono,
Prakoso, 2008 )
Dalam memilih bibit juga perlu diperhatikan apakah bibit tersebut varietas
unggul atau bukan. Dalam memilih bibit sebaiknya memilih varietas unggul. Hal ini
disebabkan bibit tersebut memiliki sifat-sifat seperti berproduksi tinggi, cepat
berbuah, hasil buahnya terasa enak dengan bentuk ukuran menarik, serta tahan
terhadap serangan hama dan penyakit. Sifat-sifat unggulnya itu dapat dipertahankan
secara genetik kalau tanaman diperbanyak secara vegetatif.
5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
C. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada praktikum ini ialah dengan teknik okulasi yaitu
teknik perbanyakan tanaman dengan cara menempelkan mata tunas pada bagian
tanaman lain, sehingga menghasilkan tanaman baru. Untuk tanaman penompang
bagian bawah digunakan bibit alpokat biasa berumur 1 – 3 minggu untuk bagian
tanaman atas pucuk tanaman unggul dari segi rasa dan ukuran. Pada bagian batang
bawah bibit alpokat dikurangi jumlah daun pada bagian atas batang dipotong seperti
huruf V pada bagian pucuk semua daun dipotong, perkirakan potong bagian batang
bawah dengan batang atas diameternya sama. Batang atas dipotong sepanjang kurang
lebih 15 cm dan dibuat seperti panah dan disesuaikan dengan bentuk bagian batang
bawah agar dapat tersambung. Kedua bagian disambung dan dibaluti dengan plastik
pembalut hingga rapat dan kedap udara di bagian sambungan, lalu baluti sampai ke
bagian pucuk atas atau disungkup menggunakan plastic PE. Pastikan tidak masuk air
jika terkena air hujan dan beri ruang udara sedikit di bagian bawah plastik sungkup.
Penyambungan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan.
6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Table 1. gambar perbedaa kondisi tanaman sambung.
Sampel Minggu ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A S S S S S S S S S B
B S S S S S B B B B B
Keterangan:
S : Segar
B : Busuk
7
B. Pembahasan
Pada pelaksanaan kegiatan penyambungan, penulis melakukan 2 kali ulangan
menggunakan sampel A dan sampel B . pada minggu 1 hingga ke minggu 5 semua
sampel masih segar tidak ada tanda-tanda busuk pada bagian sambungan. Namun
pada minggu ke 6 sampel B mengalami pembusukan di area sambungan namun
bagian bawah tanaman tetap hidup ditandai dengan tumbuhnya daun baru. Pada
sampel A di minggu ke 7 dan 8 sudah muncul tunas baru di bagian atas pucuk yang
disambung, namun pada minggu ke 10 tanaman sampel A mengalami busuk total di
bagian sambungan pucuk. Hal ini terjadi mungkin karna teralu cepat melepaskan
balutan sambungan hingga air masuk pada bagian sambungan yang belum kering.
Karna pelaksanaannya dilakukan di ruangan terbuka dan berada di daerah yang sering
terjadi hujan makan menyebabkan sambungan pucuk pada tanaman ini menjadi cepat
busuk.
8
Penyebab kegagalan dari teknik sambung ini dapat disebabkan oleh
keterampiran tangan dalam melakukan pemotongan pada bagian tanaman yang masih
rendah. Faktor lingkungan ini maksudnya adalah mengenai penempatan dimana bibit
alpukat sambung pucuk diletakkan pasca penyambungan. Tempat yang baik untuk
meletakkannya adalah dibawah naungan yang tidak terkena hujan secara langsung,
dan sebaiknya diletakkan di dalam greenhouse. Karena jika terkena hujan secara
langsung secara terus menerus dapat mengakibatkan busuknya biji alpukat yang
biasanya masih menempel pada pangkal batang bibit. Nah jika biji tersebut busuk
maka tingkat kegagalannya tinggi, mengingat biji tersebut merupakan penyuplai
makanan utama ketika bibit masih kecil dan akar belum kuat untuk menyuplai
makanan.
Pemilihan entres untuk penyambungan alpukat ini juga harus tepat, terutama
bagian yang disambungkan, karena jika tidak tepat akan berakibat tumbuhnya tunas
pada entres akan lama. Bagian entres yang baik untuk disambungkan adalah bagian
entres yang masih memiliki daun yaitu pada bagian pucuknya, dimana bagian entres
ini memiliki calon tunas yang masih aktif dan dapat cepat tumbuh, biasanya 3 minggu
dari penyambungan entres ini sudah tumbuh. Berbeda dengan bagian entres yang
daunnya sudah gugur dimana mata tunasnya kurang aktif sehingga tumbuhnya lama
sekali.
Hal penting saat melakukan perwatan ketika baru selesai di okulasi adalah
memastikan tanaman di letakan di tempat yang aman, tidak panas, melainkan sejuk
dan mendapat air yang cukup karna saat mengokulasi tanaman batang bawah harus
memproduksi cukup cairan dan getah untuk terhubung dengan batang sambungan
baru yang kita okulasi. dan setelah tanaman ini tumbuh hal yang bisa kita lakukan
untuk merawatnya adalah bisa kita menjaga pencegahan tumbunya kuncup baru di
batang bawah yang tidak di okulasi karna itu akan menghambat pertumbuhan bagian
yang di sambung. Namun, pada praktikummini penulis tidak melakukan pencegahan
tumbuh kuncup baru di bagian batang bawah sehingga mengakibatkan bagian yang
disambung pertumbuhannya terhambat.
9
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada praktikum ini penulis sudah dapat melakukan perbanyakan vegetatif
dengan teknik sambung pucuk namun, masih perlu banyak mempelajari tentang
teknik perbanyakan dengan sambung puvuk ini karna seperti praktikum yang
dilakukan pada pengamatan minggu ke 10 tanaman sambung pucuk mengalami
pembusukan karena teralu cepat melepas ikatan balutan pada sambungan.
B. Saran
Sebaiknya pada pelaksanaan penyambungan tanaman sambungan diletakkan
pada tempat yang tidak terbuka atau terlindungi air hujan , hal ini untuk mencegah
pembusukan pada bagian sambungan tanaman tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Budidaya Alpukat dan Aspek Ekonominya.
www.perbiakanvegetatif.com. Diakses tanggal 13 Januari 2022 pukul 10:00-11:40
WIB.
Rahmawati, R. 2010. Khasiat Dan Cara Olah Alpukat. Pustaka Baru Press,
Jogjakarta.
11