Anda di halaman 1dari 34

i

LAPORAN PRATIKUM PEMULIAAN TANAMAN


Persilangan Dan Mutasi Tanaman
Di Susun Oleh:
Ahmad Jaidi
174110172

Laporan Pratikum ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi

Tugas Akhir Pratikum Pemuliaan Tanaman

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
ii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRATIKUM


Persilangan Dan Mutasi Tanaman

Di Susun Oleh:
Nama : Ahmad Jaidi
NPM : 174110172
Kelas :6E
Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui
Dosen Pengampuh

Dr. Fathurrahman, SP., Msc


iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga

saya pada akhirnya bisa menyelesaikan laporan Praktikum tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang selalu

memberikan dukungan serta masukan sehingga Laporan Praktikum ini dapat

disusun dengan baik.

Semoga Laporan Praktikum yang telah saya susun ini turut memperkaya khazanah

ilmu serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.

Kami juga menyadari bahwa Laporan Praktikum ini juga masih memiliki banyak

kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para

pembaca sekalian demi penyusunan Laporan Praktikum dengan tema serupa yang

lebih baik lagi.

Bengkalis, 21 Juni 2020

Ahmad Jaidi
iv

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Tujuan Pratikum................................................................... 3
C. Manfaat Pratikum................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 4
III. PEMBAHASAN........................................................................ 13
a. Sambung............................................................................... 13
b. Okulasi................................................................................. 18

c. Cara Membuat Benih Dari Buah (Tanpa Persilangan/ Self


Breeding).............................................................................. 24
d. Teknik Seleksi Benih Yang Bernas..................................... 25

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 24
1

I. PENDHULUAN

A. Latar Belakang

Durian dengan nama latin durio zibethinus merupakan tanaman buah

berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata

duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama

dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam.

Tanaman buah durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan

Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat

adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal

di Asia Tenggara sejak abad 7 M.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki varian

durian terbanyak di dunia. Varian durian di Indonesia dapat mencapai

ratusan, dari durian yang memiliki rasa enak hingga durian yang memiliki

rasa tidak enak. Indonesia seharusnya dapat menciptakan jenis durian

unggulan sendiri, tidak hanya mengembangkan bibit durian dari luar

negeri. Sehingga Indonesia dapat dibuat komoditas durian unggulan yang

dapat bersaing di dunia.

Salah satu cara untuk menghasilkan komoditas unggulan dilakukan

melalui metode sambun dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil

tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan

dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu

berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta menghasilkan

tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya.


2

Mengenten atau Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau

Penempelan Mata Tunas (Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman

yang dilakukan secara vegetatif. Selain kedua teknik ini masih ada teknik-

teknik yang lain seperti Mencangkok (Air Layering) dan Perundukan

Tanaman (Ground Layering). Pada teknik perbanyakan

secara Budding perlu disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas

dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman sejenis).

Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya

diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki

ketahanan terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain

sebagainya. Untuk penyambungan, calon batang bawah dipotong

berbentuk huruf v sedangkan batang atasnya dipotong menyerong kiri-

kanan agar dapat diselipkan secara tepat pada batang bawah. Setelah

diselipkan secara tepat, sambungan ini lalu di ikat membentuk satu

tanaman utuh. Tanaman sambungan dibiarkan hingga tumbuh menyatu

dan siap untuk ditanam di lapangan. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata

tempel) harus diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan yang

baik, sehat serta cukup umur untuk diambil sebagai mata entres, mata

tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas (tunas air), yang merupakan

cabang-cabang muda dari bagian yang telah dewasa, sedangkan untuk

batang bawah, umur batang bawah harus sama dengan umur cabang mata

entres. Batang bawah berasal dari tanaman yang ditanam dari biji dan

sebaiknya telah berumur 3-4 bulan, sedangkan batang atas diambil dari

pohon yang berumur 1 bulan menjelang berbunga, atau dari cabang yang

telah berumur 10 bulan. Mata tunas yang diambil adalah yang belum
3

keluar mata tunasnya. Mata tunas sebagai calon bagian atas tanaman

diambil dengan cara dipotong membentuk kubus (jangan sampai mata

tunasnya rusak). Calon batang bawah juga dipotong (dikelupas/disayat

kulitnya seukuran calon mata tunas) agar nantinya dapat ditempel secara

tepat. Mata tunas kemudian ditempelkan secara tepat pada calon batang

bawah lalu di ikat bagian atas dan bagian bawahnya sehingga air ataupun

udara tidak dapat masuk. Setelah mata tunas tumbuh maka tanaman dapat

dipindahkan ke lapangan. Jika terdapat percabangan pada bagian atas

tanaman (diatas daerah penempelan) maka cabang tersebut dipotong

sehingga yang berkembang adalah cabang atas hasil penempelan

B. Tujuan

1. Salahsatu syarat dalam mengambil mata kuliah Pemuliaan Tanaman.

2. Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari Persilangan Dan Mutasi

Tanaman

C. Manfaat

Dalam melakukan sesuatu kegiatan apapun pasti memiliki

mmanfaat. Dalam pelaksanaan kegiatan pratikum ini adapun manfaatnya

yaitu:

1. untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang

pemuliaan tanaman.

2. Memberikan pengetahuan tentang manfaat Persilangan dan Mutasi

Tanaman.
4
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Klasifikasi dan Karakteristik Tanaman Durian

Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Durian yang dapat dikonsumsi

ada Sembilan species, yaitu D. zibethinus, D. kutejensis (lai), D. excelsus (apun),

D. graveolens (tuwala), D. dulcis (lahong), D. grandiflorus (sukang), D.

testudinarum (sakura), D. lowianus (teruntung), dan D. oxleyanus (kerantungan).

Sembilan jenis durian tersebut yang paling banyak dibudidayakan adalah D.

zibethinus (Uji, 2005). Menurut Ashari (1995) klasifikasi tanaman durian (Durio

zibethinus, Murr.) adalah kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, subdivision

Angiospermae, classis Dicotyledoneae, ordo Malvales, familia Malvaceae

(Bombacaceae), genus Durio, species Durio zibethinus Murr.

Tanaman durian memiliki ketinggian antara 25-50 meter,

tergantung spesiesnya. Kulit batangnya berwarna cokelat kemerahan yang

mengelupas tidak beraturan. Selain itu, tajuknya rindang dan renggang,

bunganya muncul dari batang dan berkelompok. Sistem percabangan

durian tumbuh mendatar atau tegak membentuk sudut 300-400 tergantung

pada varietasnya. Cabang yang letaknya di bagian bawah atau pun sebelah

atas merupakan tempat melekatnya bunga (Rukmana, 1996). Daun durian

tersusun secara spiral pada cabang, berbentuk jorong (ellipticus) hingga

lanset (lanceolatus) dengan warna hijau di bagian atas daun, dasar daun

runcing (acutus) atau tumpul (optusus) dengan ujung daun runcing.

Permukaan bagian atas daun mengkilap, sedangkan permukaan daun


6

bagian bawah berambut dan berwarna kecokelat-cokelatan

(Tjitrosoepomo, 2005).

Buah durian (Durio zibethinus) merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara.

Tanaman yang termasuk jenis pohon hutan basah ini memiliki harga jual tinggi.

Kerena di negara barat jarang ditemukan tanaman durian, maka dari itu tanaman

ini menjadi sangat berharga di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Durian hanya

berbuah sekali dalam setahun dan mulai berbunga setelah berumur 5-10 tahun

(Suharyono, 1990 cit. Latifah, 2004). Buah berada di cabang (ramiflorus). Biji

buah durian berbentuk bulat telur (oval), dengan panjang 3,5-5,0 cm dan diameter

2,5-3,5 cm. Buah durian tergolong buah sejati tunggal berbentuk bulat (globose),

bulat telur (oval) atau ellipsoidal (ellipsoid) dengan panjang 25 cm dan diameter

20 cm. warna buah hijau hingga cokelat, dengan panjang duri mencapai 1 cm

(Tjitrosoepomo, 2005).

Buah durian yang berasal dari pohon durian (Durio zibethinus, Murr.) banyak

tumbuh di hutan manapun di kebun milik penduduk, ciri buahnya, bentuknya

besar bulat/ oval dengan aroma, rasa, baunya khas dan menjadi buah primadona

yang banyak disukai masyarakat Indonesia (Prabowo, 2009).

Sebenarnya konsumen di dalam negeri pada umumnya lebih tertarik dan

menyukai durian Indonesia dibandingkan dengan durian impor, karena durian

Indonesia memiliki kelebihan dari rasa, aroma, warna, dan ketebalan daging

buahnya, yang sesuai dengan selera konsumen di Indonesia (Ruwaida et al.,

2009).

II.2. Morfologi Tanaman Durian


7

Tanaman durian berbentuk pohon, tinggi 27-40 meter.Berakar

tunggang, batang berkayu, silindris, tegak, kulit pecah-pecah, permukaan

kasar, percabangan simpodial, bercabang banyak, arah mendatar. Daun

tunggal, bertangkai pendek, tersusun berseling, permukaan atas berwarna

hijau tua, permukaan bawah cokelat kekuningan, bentuk jorong hingga

lanset, panjang 6,5-25 cm, lebar 3-5 cm, ujung runcing, pangkal

membulat, permukaan atas mengkilat, permukaan bawah buram, tidak

pernah meluruh, bagian bawah berlapis bulu halus berwarna cokelat

kemerahan.

Bunga muncul di batang atau cabang yang sudah besar, bertangkai,

kelopak berbentuk lonceng berwarna putih hingga cokelat keemasan. Buah

bulat atau lonjong, kulit dipenuhi duri-duri tajam, warna cokelat keemasan

atau kuning, bentuk biji lonjong, berwarna cokelat, berbuah setelah

berumur 5-12 tahun (Tjitrosoepomo, 2005).

Umumnya warna lamina daun bewarna hijau muda dan hijau gelap,

warna daun suatu jenis tumbuhan dapat berubah menurut keadaan tempat

tumbuhnya dan erat sekali hubungannya dengan persediaan air dan

makanan serta penyinaran. Permukaan daun bagian atas umumnya

berlekuk mengikuti pola tulang daun, tetapi ada juga yang rata ataupun

halus. Permukaan bawah daun tanaman durian memiliki warna yang

berbeda dengan permukaan atasnya yang didominasi warna hijau.

Sementara permukaan bawah daun bewarna putih kehijauan, krem, cokelat

muda dan cokelat. Struktur daun agak tebal, bagian terlebar daunnya ada

yang terdapat di pangkal, di tengah dan di ujung. Bentuk pangkal daun ada
8

yang menumpul, membundar, tepi daun rata dan bergelombang. Panjang

ujung daun pada umumnya 2 cm. Permukaan daunnya rata dan berbingkul.

Tonjolan urat daun pada permukaan atasnya ada yang jelas dan

tidak jelas. Lipatan daunnya sangat beragam ada daun yang tidak melipat

(rata), lipatan daunnya incurve (terlengkung masuk) membentuk huruf U,

lipatan daunnya incurve membentuk huruf V dan lipatan daunnya recurve

(terlengkung balik).

Bunga memiliki panjang kelopak tambahan umumnya 2 cm,

jumlah benang sari pada umumnya 40, sedangkan bentuk buahnya ada

yang membulat, ruang buahnya berlekuk dalam, ada ruang buahnya rata

(tidak berlekuk).

Bunga durian berkelamin sempurna dalam satu bunga terdapat

kelamin betina dan jantan. Setiap kuntum bermahkota lima helai yang

terlepas satu sama lain dan memiliki benang sari 3-12 helai yang berwarna

putih atau kuning. Kuncup bunga berbentuk bulat panjang dengan ukuran

sekitar 2 cm (Tjitrosoepomo, 2005).

Buah durian berbentuk bulat, dari bulat panjang sampai tidak

beraturan.Tangkai buah berbentuk bulat panjang dan terletak di pangkal

buah. Panjangnya bisa sampai 15 cm, buah terdiri atas kulit, daging dan

biji. Warnanya hijau sampai cokelat kekuningan, tergantung pada tingkat

kematangan buah.

Daging buah terletak di juring-juring atau petak-petak dalam buah.

Ketebalan, rasa, warna dan tekstur daging buah juga tergantung pada jenis
9

dan variasi durian. Daging buah menyelimuti biji yang berwarna putih

kekuningan sampai cokelat. Akar tanaman durian merupakan akar tunggal

(Benard & Wiryanta, 2008).

II.3. Syarat Tumbuh Tanaman Durian

Setiap tanaman memiliki kriteria masing-masing agar bisa tumbuh dengan baik,

begitu pula dengan durian. Tanaman durian dapat tumbuh dimana saja, namun

apabila kondisi lingkungannya kurang sesuai dengan tanaman tersebut, maka

durian tidak akan dapat tumbuh dengan baik. Adapun syarat tumbuh durian

sebagai berikut:

a. Iklim

Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/

tahun dan minimal1500-3000 mm/ tahun. Curah hujan merata sepanjang

tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada

hujan terus menerus. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian

adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di kebun), tanaman

durian tidak tahan terik sinar matahari di musim kemarau, sehingga bibit

harus dilindungi/ dinaungi. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-

30 derajat C. Pada suhu 15oC durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan

tidak optimal. Bila suhu mencapai 35 derajat C daun akan terbakar

(Benard & Wiryanta, 2008).

b. Ketinggian tempat

Tanaman durian dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian

1.000 meter di atas permukaan laut. Namun, produksi terbaiknya dicapai


10

jika penanaman dilakukan pada ketinggian 400-600 m di atas permukaan

laut (Benard & Wiryanta, 2008).

c. Intensitas matahari

Sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman durian dalam

pertumbuhannya. Air dan karbondioksida dengan bantuan sinar matahari

akan diubah menjadi energi dan oksigen di dalam daun. Untuk mampu

melakukan tugasnya dengan baik, daun membutuhkan penyinaran yang

tepat (Benard & Wiryanta, 2008).

d. Jenis dan topografi tanah

Tanaman durian menghendaki tanah yang subur (tanah yang kaya

bahanorganik). Partikel penyusunan tanah seimbang antara pasir liat dan

debu sehingga mudah membentuk remah. Tanah yang cocok untuk durian

adalah jenis tanah grumosol dan ondosol. Tanah yang memiliki ciri-ciri

warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas bebutir-butir,

sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat airtinggi,

derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian adalah pH 5-7,

dengan pH optimum 6-6,5. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan

dengan perakaran dalam, makamembutuhkan kandungan air tanah dengan

kedalam cukup, yaitu 50-150 cmdan150-200 cm. Jika kedalaman air tanah

terlalu dangkal/ dalam, rasa buah tidakmanis/tanaman akan kekeringan/

akarnya busuk akibat selalu tergenang (Benard & Wiryanta, 2008).

II.4. Variasi Morfologi Daun Tanaman


11

Daun merupakan salah satu bagian dari tumbuhan yang tumbuh

pada bagian paling atas dari tumbuhan. Daun dikelompokkan menjadi dua,

yaitu daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal yaitu pada tangkai

daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja atau daun yang hanya

terdiri atas satu helai daun dalam satu tangkai, sedangkan daun majemuk

adalah daun yang terdiri atas beberapa helai daun dalam satu tangkai atau

daunnya terdapat pada cabang tangkai daun. Masing-masing dedaunan

yang tumbuh diberbagai tumbuhan memiliki ciri khas yang berbeda-beda.

Perbedaan tersebut ditunjukkan dari berbagai hal yaitu bentuk daun

keseluruhan, bentuk ujung daun, pangkal daun, jenis-jenis daun serta

bentuk tepi daun.

II.5. Tinjauan Umum Tanaman Mangga

Mangga merupakan tanaman buah tahunan (parennial plants)

berupa pohon berbatang keras yang tergolong kedalam famili

Anarcadiaceae. Mangga diperkirakan berasal dari negara India. Tanaman

ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan

Indonesia.Kata mangga sendiri berasal dari bahasa Tamil, yaitu mangas

atau man-kay. Dalam bahasa botani, mangga disebut Mangifera indica L.

yang berarti tanaman mangga berasal dari India (Rohmaningtyas, 2010).

Menurut Safitri (2012), dalam taksonomi tanaman mangga

diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Diviso:

Spermatophyta; Kelas: Dicotyledoneae; Ordo: Sapindales; Famili:

Anacardiaceae; Genus: Mangifera; Spesies: Mangifera indica L.


12

Tanaman mangga terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah.

Batang tanaman mangga yang masih muda terbentuk dari kulit yang amat

tipis disebut kulit ari atua epidermis, kemudian kulit ini dirubah menjadi

lapisan gabus. Bila pohon bertambah tua, lapisan ini tidak tumbuh lagi,

melainkan pecah-pecah. Karena dibagian sebelah dalam kulit timbul

lapisan gabus baru. Di dalam lapisan kayu ini terdapat pembuluh kayu

yang berfungsi membawa zat makanan dari akar keatas. Di dalam lapisan

kulit terdapat pembuluh lapisan yang membawa zat makanan dari daun ke

tempat lain. Bunga mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri karena

tepung sari yang jatuh pada tampuk berasal dari pohon itu sendiri.

Hal ini menyebabkan mangga disebut tanaman berumah satu.

Bunga mangga terdiri dari beberapa bagian dasar bunga, kelopak, daun

bunga, benang sari dan kepala putik. Bunga mangga dalam keadaan

normal, adalah bunga majemuk yang tumbuh dari tunas ujung. Tunas yang

asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi

menghasilkan ranting daun biasa. Daun mangga terdiri atas dua bagian

yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan daun bertulang tulang dan

berurat-urat antara tulang daun dan urat tertutup daging daun. Daun

mangga diselimuti oleh kulit tipis yang tidak mudah terlihat oleh mata

telanjang yang dinamakan kulit ari, di kulit ari ini terletak mulut daun atau

stomata (Rohmaningtyas, 2010). Panjang daun keseluruhan antara 8,47 –

23,82 cm, lebar daun antara 3,22 – 6,04 cm luas daun antara 30,20 –

101,10 cm2 (Nilasari et al., 2013).

Buah mangga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu kulit, daging

dan biji. Komposisi buah mangga terdiri dari kulit buah dengan bobot
13

berkisar antara 11 18%, biji 14-22% serta daging buah yang berkisar

antara 60-75% dari berat buah. Komponen utama buah mangga terdiri dari

air, karbohidrat (dalam bentuk gula) dan vitamin. Komponen lain terdiri

dari berbagai macam asam, protein, mineral, zat warna, tannin dan zat-zat

volatile (ester) yang memberikan bau harum (khas). Vitamin C pada buah

mangga berkisar antara 13 mg sampai 80 mg/100 g tergantung varietas

(Safitri, 2012).

Menurut Penulis BPP Teknologi (2010), organisme pengganggu

tanaman (OPT) yang penting pada tanaman mangga diantaranya adalah,

kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis), bisul daun(Procontarinia

matteiana), wereng (Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni),

tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus), lalat buah dan

ulat bulu. Menurut Baliadiet al. (2012) pengendalian ulat bulu dibedakan

menjadi pengendalian jangka pendek dan jangka panjang. Pengendalian

jangka pendek, khususnya untuk daerah endemis, dapat dilakukan dengan

cara mekanis/fisik, yaitu mengumpulkan dan memusnahkan ulat.

Pengendalian juga dapat dilakukan dengan memasang

pembatas (barrier) plastik yang diolesi lem perekat pada batang tanaman mangga.

Selanjutnya Sunarno (2011) menyatakan lalat buah merupakan

hama yang sangat merusak tanaman dari jenis tanaman hortikultura,

khususnya tanaman buah buahan dan sayuran dapat dikendalikan dengan

membuat perangkap papan yang berwarna kuning.

II.6. Syarat Tumbuh Bibit Mangga

Tanaman mangga mempunyai daya adaptasi yang tinggi, baik

didataran rendah maupun dataran tinggi, dengan keadaan volume


14

curahhujan sedikit atau banyak. Tetapi untuk memperoleh produksi

manggayang tinggi membutuhkan temperatur, curah hujan, keadaan awan

danangin yang sesuai untuk syarat pertumbuhan tanaman mangga

(Rohmaningtyas, 2010).

Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur

mengandung pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang. Derajat

keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5,5-7,5. Jika pH di bawah

5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit (BPP Teknologi, 2010).

Tanaman mangga dapat tumbuh sampai pada ketinggian

tempatlebih kurang 1.300 m dari permukaan laut. Jika kita ingin

mengusahakantanaman mangga dengan produksi optimal, sebaiknya

mangga ditanampada suatu areal yang memiliki ketinggian maksimal 500

m di ataspermukaan laut (Rohmaningtyas, 2010).

Temperatur untuk pertumbuhan optimum tanaman mangga 24 –

27. Pada suhu tersebut memungkinkan pertumbuhan vegetatif dengan

hasil yang baik. Temperatur yang rendah akan menyebabkan kerusakan

bagi tanaman tanaman mangga muda (BPP Teknologi, 2010).


15

III. PEMBAHASAN

A. SAMBUNG

1.       Pengertian Sambung

Menyambung atau mengenten merupakan penggabungan batang

bawah dengan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa

sehingga terjadi penyatuan, dan kombinasi ini akan terus tumbuh

membentuk tanaman baru. Terjadinya penyatuan ini disebabkan oleh

menyatunya kambium batang bawah dan kambium batang atas.

Pada dasarnya sangat banyak teknik sambung yang dapat kita

gunakan tergantung dari berbagai macam tanaman yang akan kita jadikan

media untuk perkembangbiakannya. Sambung pucuk adalah penyatuan

pucuk (sebagai calon batang atas) dengan batang bawah sehingga

terbentuk tanaman baru yang mampu saling menyesuaikan diri secara

kompleks.

2.        Jenis-Jenis Sambung

a. Sambung baji (wedge grafting)

Sambung baji/sambung celah merupakan cara penyambungan yang

paling mudah dilakukan. Cara ini yang paling banyak dilakukan oleh

penangkar-penangkar bibit. Sambung baji ini dapat dilakukan dengan

memotong batang bawah 2-3 cm di atas perbatasan warna hijau dan coklat.

Kemudian dibelah sama besar sepanjang 2-5 cm, calon batang atas

dipotong sepanjang 2-3 ruas (7,5-10 cm) kemudian pangkalnya diiris

menyerong pada kedua sisinya. Pengirisan harus sampai sebagian


16

kayunya. Bentuk irisan ini menyerupai bentuk lancip atau mata kampak.

Calon batang atas yang telah diiris lalu dimasukan ke celah batang bawah

kemudian diikat.

b. Sambung baji terbalik (interved wedge grafting)

Cara penyambungan ini merupakan kebalikan dari sambung celah.

Caranya yaitu batang bawah diiris pada kedua sisi yang berlawanan

sehingga berbentuk mata baji/kampak. Calon batang atasnya dibelah,

kemudian batang bawah dimasukan pada celah batang atas kemudian

diikat dengan menggunakan tali plastik. Cara pengikatan dimulai dari

bawah ke atas dengan menggunakan sistim genteng. Batang atas dan

bagian yang disambung ditutup dengan rantang plastik bening kemudian

diikat. Tujuan pemberian rantang plastik ini adalah untuk menjaga

kelembaban udara di sekitar sambungan.

c. Sambung cumeti

Sambung cumeti ini cocok dilakukan untuk bibit tanaman yang agak

besar, dan telah memiliki diameter batang antara 0,7-1,2 cm. Cara

pembuatan sambungan ini sangat mudah. Irisan yang dibuat sambungan

berbentuk diagonal. Kedua batang yang telah diiris dengan bentuk yang

sama ini digabungkan satu sama lain kemudian di ikat dengan tali plastik.

Agar sambungan ini tidak mudah goyah dan kedap udara, sebaiknya

sambungan ditutup dengan lilin atau malam. Lilin atau malam sebelum

dioleskan ke sambungan terlebih dahulu dipanaskan sampai mencair.

Banyak orang yang mengkhawatirkan kekuatan sambungan, bila

sambungan ini telah menjadi pohon yang besar. Hal tersebut

dikhawatirkan akan patah, karena sambungan tidak mampu menahan


17

batang atas. Sebenarnya kekhawatiran ini tidak perlu terjadi, sebab dengan

menyatunya kedua kambium antara batang bawah dan batang atas, maka

kedua batang (batang atas dan batang bawah) telah menjadi satu batang

yang kuat.

d. Sambung celah lidah (whip and tongue grafting)

Metode sambung ini belum digunakan secara luas, karena

pelaksanaan sambungan cukup rumit dan sulit. Cara

penyambungannya  adalah batang bawah diiris diagonal sepanjang ± 1/3

dari irisan diagonal bagian atas dibuat irisan ke bawah lalu ke atas lagi,

sehingga di tengah irisan diagonal terdapat celah. Pangkal batang atas juga

dibuat irisan diagonal, lalu dibuat celah selebar 1/3 dari panjang irisan

diagonal. Bentuk irisan batang atas harus sama dengan bentuk irisan

batang bawah, agar kedua permukaan potongan ini dapat bertemu dengan

tepat. Bila kedua irisan tersebut tidak dapat bertemu dengan tepat maka

kedua kambium antara batang atas dan batang bawah tidak dapat menyatu

sehingga sambungan akan mengalami kegagalan

3.       Tujuan Penggunaan Teknik Sambung (Enten)

Beranalogi dari tujuan perkembangbiakan secara vegetatif buatan

kita dapat mengetahui bahwa tujuan utamnya adalah untuk menghasilkan

tumbuhan baru dengan varietas yang berbeda dalam waktu yang relatif

singkat. Namun sebenarnya adabeberapa tujuan lain dari penggunaan

teknik sambung ini dia antaranya :

1.      Untuk mendapatkan bibit tanaman baru.

2.      Untuk membantu pertumbuhan.

3.      Untuk menyambung atau menghubungkan jaringan yang terpisah.


18

Tujuan teknik sambung ini bergantung kepada setiap individu yang

akan melakukan penyambungan pada tumbuhan. Keberhasilan teknik

sambung ini sangat erat kaitannya dengan langkah langkah yang

digunakan dalam melakukan penyambungaan taman. Dan perlu diingat

bahwa sebelum melakukan penyambungan tanaman kita harus terlebih

dahulu menentukan tujuan dari penyambungan tanaman tersebut agar

langkah dan media yang digunakan tepat dan mendapat hasil yang

memuaskan.

4.       Langkah-Langkah/ Cara  Menyambung

1) Batang atas yang disambungkan ditutup dengan kantong plastik bening

kemudian diikat. Tujuan pemberian kantong plastik ini adalah untuk menjaga

kelembaban udara di sekitar sambungan.

2) Bibit tanaman yang sudah disambung sebaiknya di tempatkan pada tempat

yang teduh dengan sinar matahari 20 – 25 %, dan jangan ditempatkan pada

tempat yang terkena sinar matahari langsung. Maka dari itu tempat pembibitan

perlu diberi naungan.

3) Setelah 3-5 minggu sambungan biasanya telah keluar tunas baru, ini sebagai

tanda sambungan berhasil. Bila sambungan tidak berhasil biasanya ditandai

dengan adanya kering batang.

4) Setelah sambungan benar-benar jadi maka kerudung plastik dapat dibuka.

Pelepasan ikatan sambungan dilakukan bila tepi bagian bawah tali pengikat

batang bawah membengkak. Hal ini menandakan bahwa sambungan telah

betul-betul kuat.

5) Untuk menjamin keberhasilan sambungan sebaiknya pelaksanaan

penyambungan dilakukan pada waktu hari cerah dan tidak hujan, angin
19

bertiup tidak kencang dan tidak di bawah terik sinar matahari. Hal ini untuk

menjaga agar kambium tidak kering selama pelaksanaan penyambungan

berlangsung, bila kambium sampai kering selama pelaksanaan sambungan

dapat berhasil.

5.       Syarat Tanaman yang dapat di Sambung.

 Batang atas dan batang bawah harus kompatibel.

 Jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan.

 Dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang

tepat.

 Pekerjaan segera dilakukan sesudah entris diambil dari pohon induk

 Tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang

setelah penyambungan selesai agar tidak menyaingi pertumbuhan

tunas batang atas.

 Berproduksi tinggi/berbuah banyak.

 Bentuk buah baik/sempurna dan rasanya enak.

 Tahan terhadap hama dan penyakit.

 Digemari oleh banyak orang karena mempunyai sifat-sifat unggul.

 Ranting/cabang yang baik berbentuk bulat dan silendris.

6.    Keuntungan Sambung

 Memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran

kuat, toleran terhadap lingkungan tertentu,

 Mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi, yang disebut

top working.

 Mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal,

 mempercepat pertumbuhan tanaman dan mengurangi waktu produksi,


20

 Mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus dan.

 Memperbaiki kerusakan pada tanaman

7.       Kelemahan Sambung

 Kelemahannya sulit mendapatkan sambungan batanga atas dalam

jumlah banyak.     

 Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar

gampang patah jika ditiup angin kencang.

 Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara batang atas dan

batang bawah.

B. OKULASI

1.       Pengertian Okulasi

Grafitng atau ent, istilah asing yang sering kita dengar itu, adalah

menghubungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang

berbeda, sehingga membentuk persenyawaan/ satu-kesatuan yang utuh dan

tumbuh sebagai tanaman baru. Dalam okulasi batang bawah

disebut rootstoc) dan batang atas disebut entres.

Teknik okulasi merupakan teknik penempelan mata tunas dari

tanaman batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat unggul.

Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua

tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan

pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah

agar produksi bisa lebih tinggi.

Pada proses pengokulasian ini terdapat dua bagian yang penting

yaitu batang atas dan batang bawah. Kriteria batang bawah untuk dijadikan
21

sebagai bahan okulasi adalah merupakan induk yang diperoleh dari

pembiakan generatif yang masih muda.

Sedangkan untuk batang atas bagian tanaman yang diambil adalah

yang sudah tua. Tanaman batang atas harus diketahui asalnya untuk

mempermudah menentukan hasil akhir okulasi serta bagian atas yang

diambil memiliki empat payung,pucuk tanaman dalam keadaan tua.

2.  Jenis-Jenis okulasi

 Okulasi bentuk batang, kotak atau bentuk persegi.

 Okulasi bentuk T.

 Okulasi bentuk miring

Mengetahui jenis-jenis mata okulasi adalah sangat penting agar

okulasi yang dilaksanakan tidak sia-sia dan tingkat keberhasilannya tinggi.

Jenis-jenis mata okulasi, yaitu :

 Mata sisik : terdapat pada ujung internodia, pertumbuhannya paling

lambat. Kurang baik untuk okulasi.

 Mata prima : mata tunas yang terletak diketiak daun. Mata inilah yang

terbaik untuk okulasi. Letaknya dibagian tengah internodia. Jumlahnya

tiap meter kayu entres terdapat 15-20 mata okulasi.

 Mata palsu : mata tunas yang tidak pada ketiak daun, berada dibagian

paling bawah internodia, jumlahnya antara 3-5 mata. Bila mata ini

digunakan untuk okulasi tidak akan tumbuh

3.  Tujuan Okulasi

Prinsip dari okulasi adalah melekatnya kambium suatu jenis

tanaman dengan jenis tanaman lain agar berpadu satu dan hidup. Okulasi

sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Karena pada saat ini
22

kambium dapat mempertahankan diri tidak segera menjadi kering.,

demikian pula dengan mata tunas yang ditempelkan. Sedangkan pada

musim kemarau, mata tunas yang dikerat harus segera ditempelkan ke

batang yang sebelumnya sudah dibuat pada pola keratannya. Untuk

okulasi yang dilakukan pada batang bawah, biasanya dipilih dari jenis

tanaman varietas lokal yang sudah berumur sekitar 1 tahun, dan yang

memiliki pertumbuhan baik, sehat serta memiliki kulit batang yang mudah

dikelupas.

4.  Langkah-langkah Okulasi

a.       Alat Dan Bahan:

 Pisau okulasi yang tajam

 Pembalut plastik untuk membalut jendela pada batang bawah

 Batang pisang untuk meletakkan kayu entres

 Lap bersih yang dibalutkan dipergelangan tangan untuk membersihkan

pisau okulasi.

 Lap untuk membersihkan getah pada jendela batang bawah dan kayu

entres

 Batu asah untuk mengasah pisau okulasi

 Batang bawah Yang akan di Okulasi

b.      Cara Okulasi

Ø  Pertama :

 Memilih dan menentukan tanaman yang akan di sambung, dengan memenuhi

beberapa kriteria berikut : tanaman harus sevarietas, tidak terlalu tua dan

tidak terlalu mudah, tanaman yang sehat, dalam melakukan mekanisme

kerjanya memotong bagian tanaman yang akan di Okulasi.


23

 Membuat jendela okulasi pada batang bawah dengan cara mengiris dengan

membungkukkan badan. Tinggi sisi kanan dan kiri jendela teratas adalah 10

cm dari tanah sedang tinggi sisi kanan dan kiri jendela terbawah adalah 4 cm

dari tanah.

 Tinggi sisi kanan dan kiri jendela okulasi pada batang bawah dilakukan

berturut-turut untuk 20 pohon, kemudian kembali ke tempat kayu entres yang

sudah disediakan terlebih dahulu untuk mengambil mata okulasi.

o Tinggi sisi kanan dan kiri jendela teratas ± 10 cm dari tanah

o Tinggi sisi kanan dan kiri jendela terbawah ± 4 cm dari tanah.

Pembuatan jendela pada batang bawah dapat dilakukan dengan

bukaan ke atas dan bukaan ke bawah.

Ø  Kedua :

 Mengambil mata okulasi dari kayu entres dilakukan dengan cara membuat

jendela pada batang bawah. Mata okulasi yang idambil adalah mata okulasi

yang dapat digunakan (mata okulasi hidup).

 Ø Kesiapan batang bawah yang dapat dilakukan okulasi adalah saat daun

karet pada paying teratas sudah tua, jika daun pada paying teratas masih

muda, tanaman karet akan tumbuh kurang baik.

 Ø Rata-rata tanaman yang diokulasi baik batang bawah atau batang atas

(entres) minimal mempunyai 2 payung.

 Kayu entres harus diletakkan pada batang pisang supaya mata okulasi tidak

rusak. Sebelum membuat jendela untuk mengambil mata okulasi, getah yang

melekat pada pisau okulasi harus dibersihkan dahulu dengan lap bersih

diikatkan pada pergelangan tangan kiri.


24

 Untuk membuat jendela okulasi pada batang bawah dan membuat jendela

pada kayu entres untuk mengambil mata okulasi , diperlukan pisau okulasi

yang tajam. Pisau okulasi yang tidak tajam (majal) akan mengakibatkan mata

okulasi yang diambil menjadi sobek/ pecah dan akan mati jika disambungkan

dengan batang bawah, irisan menjadi berat dan keseluruhan pekerjaan okulasi

menjadi lambat.

Ø  Ketiga :

 Membuka jendela pada batang bawah, menempelkan mata okulasi dan

membalut jendela pada batang bawah. Sebelum membuka jendela pada

batang bawah getah yang keluar dari irisan pembuatan jendela harus

dibersihkan dahulu dengan kain. Teknik pengambilan mata okulasi dan

menempelkannya pada batang bawah yaitu:

 Setelah membuat jendela pada kayu entres dan mengirisnya, pangkal irisan

dipotong dengan pisau okulasi.

 Langkah selanjutnya adalah memotong ujung irisan dan langsung

mengambil mata okulasi untuk ditempelkan pada batang bawah.

 Batang atas dan bawah yang sudah di potong tersebut ditempelkan dengan

pas kemudian pada sambungan tersebut di ikat dengan plastik transparan

dengan kencang dan rapat, kemudian setelah di ikat pada tanaman bagian

atas di buang daun yang tidak perlu, tinggalkan daun hanya dua helai dan

pada perlakuan tanaman yang satu memotong semua daun yang tumbuh,

sehabis semua daunnya dibuang tanaman tersebut di bungkusi dengan

plastik yang transparan , tujuannya adalah untuk mengurangi daya

transpirasi dan menaungi dari cahaya matahari secara langsung, plastik


25

pembungkus ( sungkup plastik ) ini boleh dilepas setelah tanaman hasil

sambungan mencapai umur 14 hari atau dua minggu.

 Waktu yang tepat untuk melakukan okulasi adalah jam 06.00 – 10.00 pagi

dan jam 15.00 – 17.00 sore

5.  Syarat Tanaman yang dapat di Okulasi

Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu : tanaman tidak sedang Flush

(sedang tumbuh daun baru) antara batang atas dan batang bawah harus

memiliki umur yang sama. Tanaman harus masih dalam satu family atau

satu genus. Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.

Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang

kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar,

mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan

batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang

biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun,

memiliki pertumbuhan yang cepat Pada klon yang akan dijadika batang

atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan

memiliki pertumbuha yang cepat, dan tahan terhadap penyakit. 

6.  Keuntungan Okulasi

Keuntungan dari mengenten ataupun okulasi diantaranya tanaman

dapat berproduksi lebih cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan

keinginan tergantung batang atas yang digunakan. Sebagai contoh anda

memiliki dua jenis rambutan, ada yang rasanya manis tetapi tidak tahan

terhadap genangan air (akar membusuk) dan disisi lain ada rambutan yang

masam namun tahan terhadap genangan air. Jenis ini dapat dipadukan,

bagian atas tanaman dipilih yang rasanya manis dan bagian bawah dipilih
26

yang tahan genangan air sehingga dapat dihasilkan rambutan yang manis

dan tahan pada daerah yang tergenang.

7.  Kelemahan okulasi

Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara

okulasi yaitu:

Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi

karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas

(entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini. Bila

salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi

kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.

8.  Okulasi Pada Tanaman Mangga

Melakukan Okulasi pada tanaman karet pada tanggal 20 Juni 2020.

Setelah 2 minggu kemudian pelepasan plastik pada mata tunas untuk

mengetahui hasil okulasi, apakah berhasil atau tidak.

C. CARA MEMBUAT BENIH DARI BUAH (TANPA PERSILANGAN/

SELF BREEDING)

Benih merupakan salah satu komponen yang harus ada ketika anda

akan melakukan budidaya tanaman. Ketika anda ingin menanam cabe,

tentunya harus memiliki benih cabe. Dan ketika akan menanam tanaman

tomat, maka harus memiliki benih tomat. Benih tanaman ini bisa kamu

dapat di toko pertanian dengan mudah. Namun anda juga bisa membuat

benih sendiri.
27

Maka dari itu benih yang di jual di toko pertanian biasanya benih-

benih yang sudah di sortasi dan dipilih yang kualitasnya bagus. Kemudian

benih yang berkualitas biasanya sudah ada sertifikatnya. Namun tidak

menjamin, benih bersertifikat bisa tumbuh 100 persen. Pasti yang

namanya tanaman, pasti ada kemungkinan gagalnya. Setidaknya benih

bersertifikat kualitasnya sudah melalui proses pengujian. Dibanding

dengan benih yang tidak bersertifikat.

Cara Membuat Benih dari Biji

Terlepas dari hal di atas, mari kita belajar cara membuat benih dari biji

agar hasilnya maksimal. Berikut ini adalah syarat syarat memilih biji

untuk dijadikan benih.

1. Benih harus murni, tidak tercampur kotoran dan biji tanaman lain.

2. Biji harus kering, berkadar air 10%, yaitu ditandai dengan warnanya yang

mengkilat.

3. Benih berasal dari buah yang sudah tua serta tidak terserang hama dan

penyakit. Benih yang diambil dari tanaman muda ditandai dengan

sosoknya yang keriput dan tidak bisa tumbuh bila ditanam.

4. Benih berasal dari tanaman yang unggul. Tanaman unggul akan

berproduksi tinggi, rasa buahnya enak, dan tahan terhadap serangan hama

penyakit.

5. Sosok benih utuh, tidak cacat karena terserang hama atau penyakit.

6. Bentuk biji normal dan berukuran besar (seragam).

Sebenarnya perbanyakan tanaman dengan cara apapun kita tidak

akan lepas dari teknik yang baik dan perlakuan terhadap tanaman yang

benar. Maka dari itu biasakan melakukan perawatan dengan intens, agar
28

benih yang kita tanam terkontrol sehingga menjadi tanaman yang sehat.

Dari tanaman yang sehat, maka akan menghasilkan hasil yang maksimal

atau terhindar dari gagal panen.

D. TEKNIK SELEKSI BENIH YANG BERNAS

Salah satu cara sederhana yang dapat dilakukan petani untuk

mendapatkan benih yang baik adalah dengan melakukan seleksi benih

menggunakan larutan garam.  Dengan menggunakan larutan garam kita

dapat menyeleksi benih yang bernas dengan benih yang hampa.   Benih

yang bernas akan tenggelam di dalam larutan garam, tetapi untuk yang

hampa akan mengapung.  Disamping untuk memisahkan benih yang

hampa dengan benih yang bernas, perlakuan seleksi benih dengan larutan

garam juga bermanfaat sebagai perlakuan awal untuk meminimalisir

tanaman padi terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur yang terbawa

oleh benih padi tersebut.

Alat dan Bahan yang  dibutuhkan untuk melakukan seleksi benih adalah:

1. Air bersih jumlahnya disesuaikan dengan jumlah benih yang akan

diseleksi

2. Telur ayam atau telur bebek yang segar

3. Garam dapur

4. Benih cabe yang akan disemai

5. Ember

Tahap seleksi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tuangkan air bersih ke dalam ember

2. Masukkan garam dapur ke dalam ember, lalu aduk sampai garam larut.
29

3. Gunakan telur sebagai indikator, bila telur yang dimasukkan dalam larutan

masih tenggelam, tambahkan garam sampai telur mengapung

4. Bila telur telur telah mengapung hentikan penambahan garam,

5. Masukkan benih yang akan diseleksi, aduk-aduk dan biarkan 2-3 menit

jangan terlalu lama. Perendaman yang lama dengan air garam akan

menyebabkan terganggunya daya kecambah benih padi.

6. Benih yang yang tenggelam adalah benih yang bernas, sedangkan yang

mengapung adalah benih yang hampa.

7. Cuci benih yang tenggelam dengan air bersih sampai bersih dari larutan

garam, kemudian bisa diperam seperti biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Fitter, A. H., dan R. K. M. Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman.

Penerjemah Sri Andani dan Purbayanti. UGM Press.Yogyakarta.

Kartasapoetra, A.G., 1990, ”Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan”, Bumi

Aksara, Jakarta.

Rubatzky, V.E., dan Ma Yamaguchi, 1998, Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan

Gizi Jilid II, ITB, Bandung. 200 hal

Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius. 84 hlm.

Suharto, 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Penerbit

Andi, Yogyakarta.

Suyamto. 2010. Strategi dan Implementasi Pemupukan Rasional Spesifik Lokasi.

Pengembangan Inovasi Pertanian 3 (4): 306-318.


30

Sabiham, S., G. Supardi, dan S. Djokodudardjo. 1989. Pupuk dan Pemupukan.

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak

dipublikasikan.

Subekti, Nuning Argo, dkk. 2012. Morfologi Tanaman dan Fase

PertumbuhanJagung. Maros : Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Suprapto, H.S. dan Rasyid, M.S. (2002). Bertanam Jagung. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan dan

Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sutedjo, M. 2010. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai