Oleh:
SITI NASUHA
NIM.1706110243
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan karunia-Nya
dan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengubah dunia ini dari kegelapan
ke terang benderang penuh ilmu pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mekanisasi pertanian ekosistem sub optimal yang berjudul “Alat panen
dan pasca panen sagu”.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan…....... .................................................................................. 2
II. PEMBAHASAN
2.1 Syarat Tumbuh Sagu ....................................................................... 3
2.2 Morfologi Sagu ............................................................................... 4
2.3 Alat Panen dan asca Panen Sagu .................................................5
III. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 11
4.2 Saran ............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12
I. PENDAHULUAN
(a) (b)
(c) (d)
Gambar. (a) gelondongan sagu siap dibawa ke pabik pengolahan,
(b)penghancuran empulur sagu secara tradisional (nogok/tohok), (c) alat
penghancur empulur mekanis (Drs. Made, Papua), dan (d) alat pengolahan sagu
terpadu (Balitka-Manado).
Ciri pohon sagu siap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan
yang terjadi pada daun, duri, pucuk dan batang. Cara panen adalah sebagai
berikut:
1. Dilakukan pembersihan untuk membuat jalan masuk ke rumpun dan
pembersihan batang yang akan dipotong untuk memudahkan penebangan dan
pengangkutan hasil tebangan.
2. Sagu dipotong sedekat mungkin dengan akarnya. Pemotongan
menggunakan kampak/mesin pemotong (gergaji mesin).
3. Batang dibersihkan dari pelepah dan sebagian ujung batangnya karena
acinya rendah, sehingga tinggal gelondongan batang sagu sepanjang 6-15 meter.
Gelondongan dipotong-potong menjadi 1-2 meter untuk memudahkan
pengangkutan. Berat 1 gelondongan adalah ±120 kg dengan diameter 45 cm dan
tebal kulit 3,1 cm.
Perkiraan hasil yang paling mendekati kenyataan pada kondisi liar dengan
produksi 40-60 batang/ha/tahun dengan jumlah empulur 1 ton/batang, dengan
kandungan aci sagu 18,5%, dapat diperkirakan hasil per hektar per tahun adalah 7-
11 ton aci sagu kering. Secara teoritis, dari satu batang pohon sagu dapat
dihasilkan 100-600 kg aci sagu kering. Rendemen total untuk pengolahan yang
ideal adalah 15%. Umumnya sagu dipanen dengan manual menggunakan tenaga
manusia, alat yang digunakan antara lain pakuil sagu, alat fermentasi dan Para-pra
pengering.
Pakuil sagu berfungsi u ntuk mengeruk sagu dari batangnya. Spesifikasi : -
Bahan : Plate 5mm - Dimensi ( PxLxT) : 18 x 10 x 5cm. Alat fermentasi Fungsi :
Untuk mengendapkan sagu agar terpisah dari airnya. Spesifikasi : - Bahan : Fiber
- Diameter : 910 mm - Kapasitas : 650 liter - Tinggi : 1040 mm. Para-para
pengering Cara Kerja : Sagu yang sudah diparut diletakkan di atas permukaan
para-para pengering dan di keringkan di bawah sinar matahari. Fungsi : Untuk
mengurangi kadar air dari sagu. Contoh gambar pakuil sagu:
b. Pasca Panen
Adapun tahap pengolahan sagu pasca panen yakni sebagai berikut:
a. Pengumpulan
1. Gelondongan yang telah dipotong dapat langsung dibawa
keparit/sumber air terdekat, kemudian langsung ditokok/diekstraksi.
2. Atau gelondongan dialirkan lewat kanal lalu dihalau/dihanyutkan
menuju tempat pengolahan.
3. Sagu-sagu yang dihanyutkan ditangkap dengan jala-jala yang
diletakkan pada sebuah ban pengangkut barang.
4. Ban tersebut akan membawa gelondongan ke pabrik.
5. Kalau ada jalan darat yang memadai, pengangkutan menggunakan
truk atau gerobak.
b. Pembuatan Pati Sagu
1. Pengupasan. Batang sagu dikupas untuk membuang kulit luar yang
keras.
2. Pemarutan. Batang sagu yang telah dikupas kulitnya diparut halus
menjadi bubur sagu. Jika batang yang ditangani cukup banyak, batang
diparut dengan mesin pemarut.
3. Pembuatan larutan sulfit. Natrium bisulfit dilarutkan ke dalam air.
Setiap 1 liter air ditambah dengan 3 gram natrium bisulfit. Larutan
yang telah diperoleh disebut larutan sulfit. Larutan sulfit dapat dibuat
dengan biaya murah dengan cara mengalirkan gas SO2 ke dalam air.
Gas SO2 tersebut dibuat dengan membakar belerang (S atau sulfur).
4. Penambahan larutan sulfit dan pengadukan. Bubur hasil pemarutan
ditambah larutan sulfit (1 bagian bubur ditambah degan 1 bagian air)
sehingga menjadi bubur encer. Bubur encer ini diaduk-aduk agar pati
lebih banyak yang terlepas dari sel batang. Jika bubur cukup banyak,
pengadukan dilakukan denga alat pengaduk mekanis.
5. Penyaringan suspensi pati. Bubur sagu disaring dengan kain saring
sehingga pati lolos dari saringan sebagai suspensi pati, dan serat
tertinggal pada kain saring. Suspensi pati ditampung pada wadah
pengendapan. Penyaringan juga dapat dilakukan dengan mesin
penyaring mekanis.
6.Pengendapan pati. Suspensi pati dibiarkan mengendap di dalam
wadah pengendapan selama 12 jam. Pati akan mengendap sebagai
pasta. Cairan diatas endapan dibuang.
7. Pengeringan. Pasta pati dijemur diatas tampah, atau dikeringkan
dengan alat pengering sampai kadar air dibawah 14%. Produk yang
telah kering akan gemerisik bila diremas-remas. Hasil pengeringan ini
disebut dengan tepung kasar.
8. Penggilingan. Tepung kasar selanjutnya ditumbuk atau digiling
sampai halus (sekurang-kurangnya 80 mesh) menjadi tepung sagu.
9. Pengemasan.Tepung sagu dapat dikemas didalam karung plastik atau
kotak kaleng dalam keadaan tertutup rapat.
Berikut alat-alat yang digunakan utnuk mengolah sagu:
1. Mesin Pemarut Batang Sagu
Fungsi mesin pemarut sagu ini adalah untuk memarut sagu untuk diproses
lebih lanjut. Spesifikasi: Total dimensi : 59x38x95 cm, Diameter rol parut : 6
inchi, Penggerak : elektromotor 1.100 watt, 220V, atau motor bensin 5,5 HP atau
diesel 7 HP dan Body : kerangka besi kanal U (unp) 4, in-output produk Stainless
Steel.
2. Mesin Pengendap Sagu
Fungsi mesin ini adalah untuk mengendapkan sagu yang telah diekstraksi
Spesifikasi: Tipe : SF-EDP, Kapasitas 50 liter, Bahan : stainless Steel.
3. Mesin Pengayak Tepung
Fungsi mesin ini adalah mengayak tepung sagu agar butiran kasar dan
halus terpisah. Spesifikasi: Dimensi : 200 x 80 x85 cm, Lapisan : 3 grid. Kasar -
sedang - halus (Kasa), Kapasitas : 100 kg / jam, Dimensi : 150x80x60 cm, Listrik
: 0.75 HP (± 550 watt), Bahan : Stainless steel, kerangka unp 5.
4. Mesin Pengolahan Sagu Mekanis Sistem Terpadu
Konstruksi alat Pengolahan Sagu Mekanis Sistem Terpadu terdiri dari tiga
komponen yang bergabung dalam satu sistem operasi, yakni unit penggilingan,
unit ekstraksi, dan unit pengendapan. Alat ini dapat menggiling empulur sagu,
mengekstrasi, dan mengendapkan sagu basah secara simultan dan kontinyu.
Kapasitas olah mesin ini adalah 190 kg empulur/jam dengan menggunakan 3
orang operator. Rendemen yang dihasilkan sekitar 24 -25%, kehilangan hasil
sekitar 2.4-3.2 % dan hemat pemakaian air (hanya 4-5 lt air/kg empulur).
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan antara
lain sebagai berikut: Sagu dapat tumbuh pada suhu optimum 24.5 – 29oC dengan
kelembaban 40-60% serta tertinggi 90%, dapat tumbuh dan berkembang hingga
ketinggian 700 m, tapi ketinggian optimal yaitu <400 m dpl. Jenis tanah yang
dibutuhkan sagu spektrumnya luas mulai dari tanah dengan komposisi liat >70%,
dengan bahan organik 30% dan pH tanah 5.5 – 6.5, tetapi sagu masih bisa
beradaptasi dengan kemasaman lebih tinggi.
Sagu memiliki morfologi yakni mulai dari batang, batang merupakan
bagian terpenting dari tanaman karena merupakan gudang penyimpanan pati atau
karbohidrat. Kedua daun, daun sagu berbentuk memanjang (lanceolatus), agak
lebar dan berinduk tulang daun di tengah, bertangkai daun, Dan bunga dan buah,
Tanaman sagu berbunga dan berbuah pada umur 10-15 tahun, bergantung pada
jenis dan kondisi pertumbuhannya, bila sagu tidak segera ditebang pada saat
berbunga maka bunga akan membentuk buah.
Alat panen sagu pada umumnya menggunakan manual tapi pada saat
pemotongan beberapa wilayah menggunakan alat mekanis hingga semi mekanis,
anatara lain seperti menggunakan senso, gergaji, ingga alat yang disebut pakuil.
Sedangakan alat yang digunakan setelah panen yakni antara lain mesin pemarut
batang sagu, mesin pengendap sagu, mesin pengayak tepung, dan mesin
pengolahan sagu mekanis sistem terpadu.
3.2. Saran
Sebagai mahasiswa yang berfungsi untuk mengembang daerah serta
golongan intelktual yang mengabdi kepada masyarakat harus memhami tentang
alt-alat mekanisasi dalam dunia pertanian, sehingga dapat disosialisasikan kepada
masyarakat sehingga peralihan dari petani konvesional ke modern dapat berjalan
yang akan berdampak kepada hasil produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Flach, M. 1983. Yield Potential of the Sago Palm and its Realization. In K.Tan
(ed.) Sago-76. Papers of The First International Sago Symposium.
Kucing, July 5-7. Kemajuan Kanji Sdn. Bhd. Petaling, Kuala Lumpur
Malaysia: 157-177.
Harsanto, PB. 1986. Budidaya dan Pengolahan Sagu. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Haryanto, 1992. Potensi dan Pemanfaatan sagu. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Purwani, E.Y, dkk. 2006. Teknologi Pengolahan Mie Sagu. Bogor: BB Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Richana Nur, dkk. (2000). Karakterisasi Bahan Berpati (Tapioka, Garut dan Sagu)
dan Pemanfaatannya Menjadi Glukosa Cair. (396 - 406). Dalam:
Prosiding Seminar Nasional Industri Pangan. Vol. I. Surabaya: PATPI