Anda di halaman 1dari 20

BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir.

)
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi

BENVICA REGITA CAHYANI


2110517320007
KELOMPOK 1

JURUSAN HAMA PENYAKIT DAN TUMBUHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................... ii

PENDAHULUAN ............................................................................... 1

Latar Belakang ......................................................................... 1


Tujuan...................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3

BAHAN DAN METODE .................................................................... 6

Alat dan Bahan......................................................................... 6


Waktu dan Tempat ................................................................... 6
Prosedur Kerja.......................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 8

Hasil......................................................................................... 8
Pembahasan ............................................................................. 12

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 16

Kesimpulan .............................................................................. 16
Saran ........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hasil Pengamatan Tanaman Kangkung .................................... 8


2. Hasil Dokumentasi Tanaman Perminggu ................................. 12
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kangkung termasuk sayuran yang sangat popular. Sayuran ini biasa dibuat
tumis, cah, atau lalapan. Kangkung juga berkhasiat sebagai anti racun dan bisa
mengobati berbagai gangguan Kesehatan. Tanaman kangkung berasal dari India, yang
kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia, dan
Afrika. Di Negara Eropa kangkung biasa disebut swanp cabbage, waterconvovilous,
atau water spinach (Santoso, 2021).
Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) merupakan tanaman semusim atau
tahunan yang hidup di daerah tropis maupun subtropic. Tanaman ini termasuk dalam
famili Convolvulaceae atau kangkung-kangkungan dengan batang bergetah dan
berlubang didalamnya spesies dari tanaman sejenis ini adalah Ipomoea batatas atau
ubi jalar. Kangkung dikenal baik oleh masyarakat kita sebagai sayuran hijau yang
memiliki kandungan vitamin mineral yang cukup tinggi dengan harga murah dan
mudah di dapat serta pembudidayaannya juga tergolong mudah (Saad, M. et al., 2021).
Tanaman kangkung merupakan tanaman hortikultura yang sangat digemari
masyarakat dan banyak dibudidayakan petani Indonesia. Tanaman kangkung mulai di
gemari oleh masyarakat karena sadarnya masyarakat dengan gizi yang terkandung
disayuran kangkung. Kandungan gizi kangkung cukup tinggi terutama vitamin A,
vitamin C, zat besi, kasium, potassium, dan fosfor (Sofiari, 2009).
Kangkung beradaptasi terhadap kondisi iklim dan tanah yang cukup beragam,
akan tetapi memerlukan kelembaban tanah yang relatif tinggi untuk pertumbuhan yang
optimum. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi lebih disukai. Kangkung
dapat memberikan hasil yang optimum pada kondisi dataran rendah tropika dengan
temperatur tinggi dan penyinaran yang pendek. Temperatur yang ideal berkisar 25-
30℃, sedangkan dibawah 10℃ tanaman akan rusak (Djuariah, 2007).
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi (pegunungan) tanamn kangkung cocok ditanam pada tanah bertekstur
liat berpasir dengan struktur tanah yang agak remah. Selain itu, tanaman kangkung
membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki
kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (Azizah,
2012).
Tanaman kangkung pada umumnya membutuhkan banyak air dalam
pertumbuhannya, oleh karena itu diakhir musim penghujan ketersediaan air seringkali
menjadi masalah. Salah satu upaya dalam mengatasi lahan pertanian yang mengalami
kekeringan adalah dengan mengembangkan varietas lokal tanaman kangkung darat,
untuk mendapatkan tanman yang mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik
terhadap cekaman kekeringan melalui pendekatan pemuliaan tanaman. Salah satu
program pemuliaan tanamn yang dapat menunjang penyeleksian tanaman kangkung
darat adalah karakterisasi. Karakterisasi dilakukan untuk mendapatkan deskripsi sifat
tanaman dan sebagai bahan working collection yang akan digunakan sebagai bahan
dalam program pemuliaan (Kusandriyani, 2006).
Kangkung dapat dengan mudah ditanam di semua tipe tanah, asalkan tanahnya
subur (cukup mengandung lumpur) dan cukup air. Kangkung biasanya ditanam di
kolam, rawa, sawah, atau di atas timbunan sampah. Kangkung darat biasanya ditanam
di tempat-tempat yang agak kering, sedangkan kangkung air dipinggir-pinggir kolam
dan rawa. Waktu tanam kangkung yang adalah pada musim hujan untuk kangkung
darat dan musim kemarau untuk kangkung air. Semengtara itu, waktu tanam kangkung
yang dibudidayakan untuk diambil bijinya (pembibitan) adalah pada musim kemarau
(Hendro, 2018).

Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana saja cara mengolah tanah yang ideal bagi
pertumbuhan dan perkembangan bagi tanaman.
2. Untuk mengetahui bagaimana saja cara menanam bahan tanam baik yang
berupa benih maupun bibit.
3. Untuk melakukan pemupukan dengan mengacu empat azas yang tepat (Tepat
Jenis, Tepat Dosis, Tepat Cara, dan Tepat Waktu).
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Iskandar (2016) klasifikasi tanaman kangkung darat (Ipomoea


reptans Poir) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliposida
Ordo : Solanales
Famili : Convovulceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomoea reptans Poir.
Kangkung merupakan salah satu sayuran di Indonesia yang tergolong
merakyat, karena mudah dibudidayakan dan harganya murah. Dari pasar tradisional
hingga pasar swalayan, kangkung mudah sekali ditemukan, semua kalangan
menyukainya. Kangkung darat adalah jenis kangkung yang paling banyak
dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Dari mulai menanam hingga proses
memanennya yang mudah. Walaupun awalnya tergolong tanaman liar, namun setelah
dibudidayakan berbagai kandungan gizinya diketahui. Dalam kangkung terkandung
zat besi, fosfor, sitosterol, zat anti peradangan, anti racun, diuretic dan penenang
(Hubeis. et al., 2019).
Kangkung merupakan jenis kangkung yang tergolong familiar di masyarakat
karena mudah ditemukan mulai di pasar tradisional hingga restoran mewah. Adapun
masa tanam tanaman kangkung sekitar 30-40 hari dari tanam hingga panen dengan ciri
siap panen adalah daun berwarna hijau tua, terbuka melebar, dan berbentuk segitiga.
Sementara itu, manfaat kangkung bagi kesehatan juga tidak kalah penting. Kangkung
berperan sebagai peluruh kencing, antiracun, antiradang,bersifat sedative, dan mampu
menghentikan pendarahan (Bayu, 2020).
Secara morfologi tumbuhan kangkung termasuk tanaman yang bersifat
menjalar. Batangnya kecil, bulat panjang, berkuku-kuku, banyak mengandung air
(herbaceous), berlubang di dalamnya dan bergetah. Batang tanaman kangkung
tumbuh tumbuh merambat atau menjalar dan pervabangannya banyak. Tanaman
kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dengan banyak akar samping dan
cabang-cabang akarnya menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai
kedalaman 60-100 cm, dan melebar mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih,
terutama pada jenis kangkung air. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan
di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Daun kangkung darat panjang, berujung runcing, dan berwarna hijau keputih-putihan.
Sementara itu, kangkung air berdaun panjang, tetapi ujungnya agak tumpul dan
berwarna hijau kelam. Buahnya bulat kecil dengan biji di dalamnya. Dalam empat
ruang buah masing-masing terdapat dua biji. Biji berbentuk lonjong. Bila tua berwarna
abu-abu atau cokelat kehitaman. Bunga kangkung darat berbentuk terompet. Warna
bunga umumnya putih keunguan atau putih. Sementara itu, bunga kangkung air
berwarna putih dan ungu di bagian tengah (Sunarjo. et al., 2018).
Budidaya kangkung dapat berlangsung dengan baik apabila media tanam yang
digunakan mengandung bahan organic yang cukup guna menunjang pertumbuhan
tanaman. Selain itu, tanah yang digunakan sebaiknya tanah yang subur dengan pH
yang tidak masam. Dalam proses budidayanya tanaman kangkung membutuhkan
tanah dengan topografi datar (Juniyati. et al., 2016). Lahan yang digunakan juga
sebaiknya tidak tergenang karena akar dari kangkung darat dapat dengan mudah
membusuk apabila tergenang oleh air.
Proses budidaya kangkung darat berbeda dengan kangkung air, karena seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, kangkung darat tidak memerlukan banyak air.
Walaupun begitu kangkung darat merupakan tanaman yang cukup adaptif. Kangkung
darat memiliki beberapa varietas yang dikembangkan seperti varietas bika, bisi,
shanghai, Bangkok, salina, dan hapsari. Setiap varietas kangkung darat tersebut
memiliki karakteristiknya masing-masing. Kangkung bisi memiliki karakteristik daun
dan batangnya berwarna hijau dan bunganya berwarna putih. Pertumbuhan kangkung
bisi seragam dan tegak serta ini mudah dan umur dari kangkung bisi ini sekitar 25-30
hari setelah tanam (Gofar. et al., 2016).
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman
yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor dari dalam yang
dapat berupa benih, bibit atau hal lain yang berasal dari tanaman itu sendiri. Sedangkan
factor eksternal adalah factor luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Factor eksternal dapat berupa lingkungan di sekitar tanaman seperti suhu, cahaya
ataupun media tanam yang digunakan (Mariana, 2017).
Media tanam merupakan salah satu factor penting dalam budidaya tanaman
yang dapat mempengaruhi kualitas bibit tanaman. Ada beberapa media tanam yang
sering digunakan dalam kegiatan budidaya tanaman seperti tanah atau media tanam
anorganik seperti rockwool dan lain-lain. Pasir, arang sekam padi dan cocopeat
merupakan beberapa contoh dari media organic yang telah banyak digunakan
masyarakat untuk budidaya tanaman (Pasir, 2014).
Media tanam yang baik akan membantu menjaga kelembaban di sekitar akar
dan mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanam
dapat dikatakan sebagai tempat tinggal bagi tanaman yang tumbuh, oleh karena itu
media tanam harus dapat menjadi tempat berpijak tanaman, mempunyai drainase dan
aerase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman, mampu mengikat
unsur hara dan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman, mudah didapat dan harganya
relative murah (Pasir, 2014).
Pemeliharaan yang perlu dilakukan terutama adalah menjaga ketersediaan air
pada kangkung darat. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pengendalian gulma pada
waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari HPT. Apabila diperlukan
penggunaan pestisida., sebaiknya digunakan pestisida yang benar-benar aman dan
cepat terurai seperti pestisida biologi dan pestisida nabati. Hama yang menyerang
tanaman kangkung anatara lain ulat grayak (Spodoptera litura F.), kutu daun (Myzus
persicae Sulz). Sedangkan penyakit yang dapat menyerang batang tanaman kangkung
antara lain penyakit karat putih yang disebbakan oleh Albugo ipomoea reptans. Gelaja
penyakit ini berupa pustul-pustul (bintik berwarna putih) di sisi daun sebelah bawah
batang (Setiawati, 2007).
Kangkung merupakan tanaman yang tahan pada kondisi kesuburan tanah
sedang. Sebenarnya dalam pemeliharaan tanaman kangkung pemupukan awal yang
diberikan sudah cukup untuk memberikan nutrisi pada tanaman hingga siap panen.
Namun hal ini sangat tergantung pada kondisi kesuburan tanah masing-masing. Tanah
yang sebelumnya bekas ditanami tumbuhan kacang-kacangan relatif tidak
memerlukan pupuk tambahan cukup dengan pupuk organic yang telah diberikan
diawal. Tahap pemeliharaan tanaman kangkung cukup mudah yaitu dengan
pemupukan, penyiraman, dan penyiangan (Ervayenri, 2016). Namun, sekadar
melakukan pemupukan tidaklah cukup. Tidak sedikit tanamanya tetap kurus meski
sudah dijejali berbagai macam pupuk.
BAHAN DAN METODE

Alat dan bahan

Alat

Polibag. Polibag digunakan sebagai wadah atau tempat penanaman.


Alat tulis. Alat tulis digunakan sebagai alat untuk menulis hasil.
Handphone/Camera. Handphone/Camera digunakan sebagai alat untuk
memotret.
Cangkul. Cangkul untuk mengambil tanah.
Penggaris. Penggaris untuk mengukur tinggi, panjang, dan lebar daun.

Bahan

Benih Kangkung. Benih Kangkung digunakan sebagai bahan utama dalam


Praktikum.
Tanah. Tanah digunakan sebagai media penanaman.
Sekam. Sekam bahan campuran tanah.
Pupuk NPK. Pupuk NPK digunakan sebagai penunjang agar tanaman
Subur.
Air. Air digunakan sebagai bahan penunnjang perkembangan tanaman.

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 8 maret 2022 – 12 mei 2022 jam
10.00 WITA – 11.20 WITA. Di rumah secara daring dengan menggunakan aplikasi
zoom meeting.
Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Melakukan pengolahan tanah.
3. Melakukan penanaman bibit kangkung dengan cara penyemaian bibit dengan
jarak antar polibag tanaman 20 x 20 cm per polibag berisi 5 benih kangkung.
4. Melakukan pemupukan dengan tanaman kangkung pada umur 2 minggu
pertama dengan dosis yang dianjurkan sebanyaknya 2 gr per polibag.
5. Melakukan perawatan tanaman kangkung dengan menyiram tanaman
menggunakan air setiap hari atau dua hari sekali. Gulma yang tumbuh di atas
polibag semuanya dibersihkan dengan dicabut.
6. Melakukan pengamatan pada minggu perminggu.
7. Mendokumentasi tanaman dari pengolahan tanah hingga panen.
8. Mencatat hasil dari pengamatan tanaman.
9. Membuat laporan hasil akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Tanaman Kangkung Minggu ke-1 (Kamis, 14 april 2022)
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 1)
Lebar Daun 1,1 cm
Panjang Daun 3,3 cm
Jumlah daun 7 helai
Tinggi Tanaman 10,7 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 2)
Lebar Daun 1 cm
Panjang Daun 3,1 cm
Jumlah daun 5 helai
Tinggi Tanaman 10 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 3)
Lebar Daun 1,3 cm
Panjang Daun 4 cm
Jumlah daun 9 helai
Tinggi Tanaman 12,6 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 4)
Lebar Daun 1 cm
Panjang Daun 3 cm
Jumlah daun 7 helai
Tinggi Tanaman 10,2 cm
Tabel 2. Hasil Pengamatan Tanaman Kangkung Minggu ke-2 (Kamis, 21 april 2022)
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 1)
Lebar Daun 2,8 cm
Panjang Daun 4,9 cm
Jumlah daun 8 helai
Tinggi Tanaman 13,2 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 2)
Lebar Daun 2,3 cm
Panjang Daun 3,7 cm
Jumlah daun 5 helai
Tinggi Tanaman 12,2 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 3)
Lebar Daun 4 cm
Panjang Daun 4,3 cm
Jumlah daun 10 helai
Tinggi Tanaman 12,6 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 4)
Lebar Daun 2 cm
Panjang Daun 4,1 cm
Jumlah daun 8 helai
Tinggi Tanaman 11 cm
Tabel 3. Hasil Pengamatan Tanaman Kangkung Minggu ke-3 (Kamis, 28 april 2022)
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 1)
Lebar Daun 2 cm
Panjang Daun 6,4 cm
Jumlah daun 10 helai
Tinggi Tanaman 23,2 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 2)
Lebar Daun 2,1 cm
Panjang Daun 7,9 cm
Jumlah daun 9 helai
Tinggi Tanaman 21,1 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 3)
Lebar Daun 2 cm
Panjang Daun 5,5 cm
Jumlah daun 10 helai
Tinggi Tanaman 18 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 4)
Lebar Daun 2 cm
Panjang Daun 6,8 cm
Jumlah daun 8 helai
Tinggi Tanaman 13 cm
Tabel 4. Hasil Pengamatan Tanaman Kangkung Minggu ke-4 (Kamis, 5 mei 2022)
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 1)
Lebar Daun 2,5 cm
Panjang Daun 9,3 cm
Jumlah daun 21 helai
Tinggi Tanaman 35 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 2)
Lebar Daun 2,4 cm
Panjang Daun 10,3 cm
Jumlah daun 18 helai
Tinggi Tanaman 26,4 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 3)
Lebar Daun 2 cm
Panjang Daun 9,3 cm
Jumlah daun 18 helai
Tinggi Tanaman 22,3 cm
Variabel yang diamati Tanaman Kangkung (Tanaman 4)
Lebar Daun 2,3 cm
Panjang Daun 9,1 cm
Jumlah daun 23 helai
Tinggi Tanaman 13,3 cm
Tabel 5. Hasil Dokumentasi Tanaman Perminggu
No Foto Tanaman Keterangan
1. Minggu pertama dilakukan pengolahan
media tanam.

2. Minggu kedua dilakukan penyemaian


bibit kangkung.

3. Minggu ketiga dilakukan pemupukan.

4. Minggu keempat dilakukan kegiatan


pemeliharaan tanaman hingga panen

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan tanaman kangkung yang dilakukan dari awal


tanam hingga panen menunjukkan bahwa tanaman kangkung mengalami pertumbuhan
tinggi tanaman, lebar daun, panjang daun, dan jumlah daun berbeda-beda setiap
minggunya. Adapun beberapa factor yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
tanaman kangkung ini yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah
factor dari dalam yang dapat berupa benih, bibit atau hal lain yang berasal dari
tanaman itu sendiri. Sedangkan factor eksternal adalah factor luar yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Factor eksternal dapat berupa lingkungan di
sekitar tanaman seperti suhu, cahaya ataupun media tanam yang digunakan.
Pada praktikum budidaya tanaman kangkung pertama-tama yang dilakukan
adalah dengan melakukan pengolahan tanah. Menyiapkan kondisi lahan bercocok
tanam yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akan di tanam.
Pengolahan tanah dikerjakan 1-2 minggu sebelum tanam dengan interval pengerjaan
pengolahan tanah 2-3 kali. Adapun media tanam yang digunakan yaitu tanah, sekam,
dan pupuk kandang.
Kedua melakukan penanaman bibit kangkung dengan cara penyemaian bibit
kangkung. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan untuk lahan yang
pengairannya hanya mengandalkan dari air hujan, sehingga keperluan air selama
periode tumbuh dan berkembangnya tanaman yang ditanam dpat terpenuhi.
Pengaturan jarak tanam tanaman kangkung antar polibag adalah 20 x 20 cm dengan
per polibag berisi 5 benih kangkung.
Ketiga melakukan pemupukan dengan mengacu azas empat tepat (Tepat Jenis,
Tepat Dosis, Tepat Cara, dan Tepat Waktu) pada tanah yang memiliki kandungan
unsur hara terbatas (miskin unsur hara), maka untuk melakukan kegiatan budidaya
tanaman harus menambahkan input produksi berupa pupuk untuk meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang ditanam. Pada praktikum budidaya kangkung
ini melakukan pemupukan dengan pupuk NPK pada umur 2 minggu pertama dengan
dosis yang dianjurkan sebanyaknya 2 gr per polibag.
Keempat melakukan kegiatan pemeliharaan tanaman yang meliputi
pembersihan gulma, pembubunan, serta pengendalian organisme pengganggu
tanaman (Hama dan Penyakit Tanaman). Pemeliharaan tanaman dilakukan secara
berkesinambungan dari awal tanam hingga panen. Perawatan tanaman kangkung dapat
juga berupa dengan menyiram tanaman menggunakan air setiap hari atau dua hari
sekali. Gulma yang tumbuh di atas polibag semuanya dibersihkan dengan dicabut.
Selama berlangsungnya budidaya tanaman kangkung terjadi sebanyaknya dua
kali penyulaman bibit kangkung. Penyulaman tanaman pertama terjadi akibat
kekurangannya air pada tanaman kangkung. Penyulaman tanaman kedua terjadi
setelah pemupukan. Memberikan pupuk NPK terlalu banyak dan tepat didekat batang
tanaman yang mengakibatkan tanaman mati karena panasnya suhu dari pupuk NPK
tersebut. Tidak terdapat gulma dan hama pada tanaman kangkung tersebut.
Adapun hasil pengamatan pada tanaman kangkung. Bisa dilihat pada tabel 1
pengamatan pada minggu pertama yang dilakukan adalah mengukur tinggi tanaman,
jumlah daun, lebar daun dan panjang daun. Adapun untuk tinggi tanaman 1 adalah
dengan tinggi 10,7 cm. Jumlah daun ada 7 helai daun yang terdiri dari daun produktif
terdapat 4 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 3 helai daun. Lebar daun
tanaman adalah dengan rata-rata 1,1 cm. Panjang daun tanaman adalah 3,3 cm.
Tanaman 2 memiliki tinggi 10 cm. Jumlah daun ada 5 helai daun yang terdiri dari daun
produktif terdapat 3 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 3 helai daun. Lebar
daun tanaman adalah dengan rata-rata 1 cm. Panjang daun tanaman adalah 3,1 cm.
Tanaman 3 memiliki tinggi 12,6 cm. Jumlah daun ada 9 helai daun yang terdiri dari
daun produktif terdapat 6 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 3 helai daun.
Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 1,3 cm. Panjang daun tanaman adalah 4
cm. Tanaman 4 memiliki tinggi 10,2 cm. Jumlah daun ada 7 helai daun yang terdiri
dari daun produktif terdapat 4 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 3 helai
daun. Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 1 cm. Panjang daun tanaman adalah
3 cm.
Pengamatan minggu kedua pada tabel 2 adapun untuk tinggi tanaman 1 adalah
dengan tinggi 13,2 cm. Jumlah daun ada 8 helai daun yang terdiri dari daun produktif
terdapat 4 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 4 helai daun. Lebar daun
tanaman adalah dengan rata-rata 2,8 cm. Panjang daun tanaman adalah 4,9 cm.
Tanaman 2 memiliki tinggi 12,2 cm. Jumlah daun ada 5 helai daun yang terdiri dari
daun produktif terdapat 3 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 3 helai daun.
Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 2,3 cm. Panjang daun tanaman adalah 3,7
cm. Tanaman 3 memiliki tinggi 12,6 cm. Jumlah daun ada 10 helai daun yang terdiri
dari daun produktif terdapat 7 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 3 helai
daun. Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 4 cm. Panjang daun tanaman adalah
4,3 cm. Tanaman 4 memiliki tinggi 11 cm. Jumlah daun ada 8 helai daun yang terdiri
dari daun produktif terdapat 5 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 3 helai
daun. Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 2 cm. Panjang daun tanaman adalah
4,1 cm.
Pengamatan pada minggu ketiga pada tabel 3 adapun untuk tinggi tanaman 1
adalah dengan tinggi 23,2 cm. Jumlah daun ada 10 helai daun yang terdiri dari daun
produktif terdapat 6 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 4 helai daun. Lebar
daun tanaman adalah dengan rata-rata 2 cm. Panjang daun tanaman adalah 6,4 cm.
Tanaman 2 memiliki tinggi 21,1 cm. Jumlah daun ada 9 helai daun yang terdiri dari
daun produktif terdapat 6 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 3 helai daun.
Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 2,1 cm. Panjang daun tanaman adalah 7,9
cm. Tanaman 3 memiliki tinggi 18 cm. Jumlah daun ada 10 helai daun yang terdiri
dari daun produktif terdapat 7 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 3 helai
daun. Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 2 cm. Panjang daun tanaman adalah
5,5 cm. Tanaman 4 memiliki tinggi 13 cm. Jumlah daun ada 8 helai daun yang terdiri
dari daun produktif terdapat 6 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 2 helai
daun. Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 2 cm. Panjang daun tanaman adalah
6,8 cm.
Pengamatan pada minggu keempat pada tabel 4 adapun untuk tinggi tanaman
1 adalah dengan tinggi 35 cm. Jumlah daun ada 21 helai daun yang terdiri dari daun
produktif terdapat 17 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 6 helai daun. Lebar
daun tanaman adalah dengan rata-rata 2,5 cm. Panjang daun tanaman adalah 9,3 cm.
Tanaman 2 memiliki tinggi 26,4 cm. Jumlah daun ada 18 helai daun yang terdiri dari
daun produktif terdapat 11 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 7 helai daun.
Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 2,4 cm. Panjang daun tanaman adalah
10,3 cm. Tanaman 3 memiliki tinggi 22,3 cm. Jumlah daun ada18 helai daun yang
terdiri dari daun produktif terdapat 13 helai daun dan daun tidak produktif terdapat 5
helai daun. Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 2 cm. Panjang daun tanaman
adalah 9,3 cm. Tanaman 4 memiliki tinggi 13,3 cm. Jumlah daun ada 23 helai daun
yang terdiri dari daun produktif terdapat 14 helai daun dan daun tidak produktif
terdapat 9 helai daun. Lebar daun tanaman adalah dengan rata-rata 2,3 cm. Panjang
daun tanaman adalah 9,1 cm.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) merupakan tanaman semusim atau


tahunan yang hidup di daerah tropis maupun subtropic dan merupakan
tanaman hortikultura yang sangat digemari masyarakat dan banyak
dibudidayakan petani Indonesia.
2. Kandungan gizi kangkung cukup tinggi terutama vitamin A, vitamin C, zat
besi, kasium, potassium, dan fosfor.
3. Masa tanam tanaman kangkung sekitar 30-40 hari dari tanam hingga panen
4. Secara morfologi tumbuhan kangkung termasuk tanaman yang bersifat
menjalar.
5. Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman
yaitu factor internal dan factor eksternal.

Saran

Saran untuk praktikum akhir ini adalah sebagai berikut:


1. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan diharuskan memahami materi
agar tidak terjadi kesalahan.
2. Praktikan diharapkan mengikuti praktikum sesuai dengan penuntun.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, A. (2012). Produksi tanaman kangkung (Ipomoea ssp.).


http://anisaulazizah.blogspot.com/2012/12/produksi-tanaman-kangkung.

Bayu Sumantri, S.E., (2020). Bertanam Praktis Dan Bersih Dengan Hidroponik.
Media Sains Indonesia.

Djuariah, D. (2007). Evaluasi plasma nutfah kangkung di dataran medium


Rancaekek. Jurnal Hortikultura, 7(3), 756-762.

Ervayenri, E., & Siswati, L. (2016). Model Tanaman Hortikultura Organik Pada
Unit Pelaksana Teknis Pertanian Terpadu Universitas Lancang
Kuning. Jurnal Ilmiah Pertanian, 12(2), 10-22.

Gofar, N., Nur, T. P., Permatasari, S. D. I., & Sriwahyuni, N. (2022). Teknik
Budidaya Microgreens. Bening Media Publishing.

Hendro, S., & Febriani, A.N. (2018). Bertanam Sayuran Daun dan Umbi. Penebar
Swadaya. Jakarta Timur.

Hubeis, M. and Dewi, W.K., (2019). Kuliner: Suatu Identitas Ketahanan Pangan
Unik. PT Penerbit IPB Press.

Kusandriyani, Y. (2016). Karakterisasi Plasma Nutfah Kangkung. Buletin plasma


nutfah, 12(1), 30-33.

Pasir, S., (2014). Penyuluhan Penanaman Sayur dengan Media Polibag. Asian
Journal of Innovation and Entrepreneurship, 3(03), pp.159-163.

Saad, M., Pi, S., & Purnamasari, I. (2021). Pemberdayaan Usaha Budidaya Ikan
Lele dengan Teknologi Fitoremediasi Sistem CRS (Close Resirculation
System). Cipta Media Nusantara.

Santoso, H. B. (2021). FARM BIGBOOK Budi Daya Sayuran Indigenous di Kebun


dan Pot. Penerbit Andi.

Setiawati, W., Murtiningsih, R., Sopha, G. A., & Handayani, T. (2007). Petunjuk
teknis budidaya tanaman sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Sofiari, E. (2009). Karakterisasi Kangkung (Ipomoea reptans) Varietas Sutera


Berdasarkan Panduan Pengujian Individual. Repositori Publikasi
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Sunarjono, H., & Nurrohmah, F. A. (2018). Bertanam Sayuran Daun & Umbi.
Penebar Swadaya Grup.

Anda mungkin juga menyukai