Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

METODE DAN ANALISIS VEGETASI

OLEH KELOMPOK 5
FAJRIATI NUR
FLORENSIA PURNAWATI SETIA
CLAUDIA DESNIA RITI
IRMINA TUTU
ASRANTI SILA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “Metode dan Analisis Vegetasi”

                   Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah ekologi tumbuhan. Semoga
atas tersusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru tentang metode dan analisis
vegetasi.

Penulis menyadari bahwa pembahasan makalah ini hanya sebatas kajian teori mengenai
metode dan analisis vegetasi.Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan
oleh penulis.

Kupang , Maret 2020

Tim Penyusun

ii
s
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
2.1 Pengertian analisis vegetasi.................................................................................................2
2.2 Metode Analisis Vegetasi.....................................................................................................4
2.3 Langkah Kerja Analisis Vegetasi.......................................................................................6
2.4 Parameter Dalam Analisis Vegetasi...................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh- tumbuhan , biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama pada suatu komunitas. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat ineraksi yang erat baik diantara individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun
dengan organisme lainnya yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat.
Analisa vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara
struktur. Untuk keperluan analisis vegetasi, diperlukaan data-data jenis, diameter dan tinggi
untuk mementukan indeks nilai penting dari penyususn komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat dipeoleh infomasi kuantitatif tentang struktur dan kompoosisi suatu
komunitas tumbuhan.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif, komunitas vegetasi dikelompokan dalam 3
kategori yaitu:1)Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu area dengan batas-batas jenis
dan membandingkan dengan area lain atau area yang sama namun waktu pengamatan
berbeda.2) Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu area dan 3) melakukan korelasi
antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya.Oleh karena itu sangat penting untuk memahami dan memepelajari tentang metode
dan analisis vegetasi.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa itu analisis vegetasi?
2) Bagaimana metode analisis vegetasi?
3) Bagaimana langkah kerja analisis vegetasi?
4) Apa parameter dalam vegetasi.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian analisis vegetasi
2) Untuk mengetahui metode analisis vegetasi
3) Untuk mengetahui langkah kerja analisis vegetasi
4) Untuk mengetahui parameter dalam vegetasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian analisis vegetasi


Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun
dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta
dinamis (Marsono, 1977).Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi
di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu
sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penvusun hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3


kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2)
menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara
perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-
Smith, 1983).Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa,
yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun
yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya
yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah
pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri.

2
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun
vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi.
Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :

1. Belukar (Shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai
yang terbagi menjadi banyak sub tangkai.

2. Epifit (Epiphyte): Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan
palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit. Tumbuhan epifit adalah
tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya. Namanya
dibentuk dari bahasa Yunani: epi-, permukaan atau tutup, dan phyton, tumbuhan atau pohon.
Berbed dengan parasit, epifit dapat sepenuhnya mandiri, lepas dari tanah sebagai penyangga
dan penyedia hara bagi kehidupannya, maupun dari hara yang disediakan tumbuhan lain.
Air diperoleh dari hujan, embun, atau uap air. Hara mineral diperoleh dari debu atau hasil
dekomposisi batang serta sisa-sisa bagian tumbuhan lain yang terurai. Meskipun tidak
“mencuri” hara dari tumbuhan yang ditumpanginya, epifit dapat menjadi pesaing terhadap
ketersediaan cahaya. Akar epifit kadang-kadang juga menutupi dan menembus batang
pohon yang ditumpangi sehingga merusak keseimbangan fisiologi tumbuhan inangnya.
Contoh epifit yang populer adalah berbagai macam anggrek, dan nanas-nanasan
(bromeliad).

3. Paku-pakuan (Fern): Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma
seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.

4. Palma (Palm): Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi,
tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi
dalam banyak anak daun.

5. Pemanjat (Climber): Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun
merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. Tumbuhan
pemanjat ini disebut juga dengan Liana. Suatu tumbuhan dikatakan liana apabila dalam
pertumbuhannya memerlukan kaitan atau objek lain agar ia dapat bersaing mendapatkan
cahaya matahari. Liana dapat pula dikatakan tumbuhan yang merambat, memanjat, atau
menggantung. Berbeda dengan epifit yang mampu sepenuhnya tumbuh lepas dari tanah,
3
akar liana berada di tanah atau paling tidak memerlukan tanah sebagai sumber
haranya.Tumbuhan memanjat ini paling banyak ditemukan di hutan-hutan tropika.
Contohnya adalah jenis-jenis rotan, anggur, serta beberapa Cucurbitaceae (suku labu-
labuan).

6. Terna (Herb): Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.
Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak
lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.Terna adalah
tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu. Tumbuhan semacam ini
dapat merupakan tumbuhan semusim, tumbuhan dwimusim, ataupun tumbuhan tahunan.
Yang dapat disebut terna umumnya adalah semua tumbuhan berpembuluh (tracheophyta).
Biasanya sebutan ini hanya dikenakan bagi tumbuhan yang berukuran kecil (kurang dari dua
meter) dan tidak dikenakan pada tumbuhan non-kayu yang merambat (digolongkan
tumbuhan merambat).

Di daerah tropika banyak dijumpai terna yang tahunan, sementara di daerah beriklim
sedang terna biasanya sangat bersifat musiman: bagian aerial (yang tumbuh di atas
permukaan tanah) luruh dan mati pada musim yang kurang sesuai (biasanya musim dingin)
dan tumbuh kembali pada musim yang sesuai.Salvia lyrata, suatu jenis terna.

7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau
tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

2.2 Metode Analisis Vegetasi

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya.
Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kaemajuan
dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala
yang ada. Ada beberapa metode analisis vegetasi yaitu:

1. Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak)

4
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang dapat
dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa diproduktivitas
primer, maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan
penuain atau berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya
dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara
satu meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat
segar materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan
kualitas suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus
menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah
secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

2. Metode non Destruktif (Pengukuran yang bersifat tidak merusak)

Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan
organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan pada taksonominya), dan pendekatan lainnya
adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan
floristika.

a. Metode non-destruktif, non-floristika

Metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du


Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951), yang kemudian diekspresikan
oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973) dan serta membagi dunia tumbuhan berdasarkan
berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur
daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang
kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan
gambar.

Bentuk Hidup Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan


dalam pembuatan peta vegetasi dengan skala kecil sampai sedang, dengan tujuan
untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga
masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya. Untuk memahami metode non-floristika ini
sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya
mereka berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi
5
pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka membuat
klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.

b. Metode non destruktif floristika

Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari


berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies
pembantuk masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap
jenis tumbuhan secara taksonomi adalah mutlak diperlukan. Dalam pelaksanaanya
ditunjang dengan variabel-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik
struktur maupun komposisi vegetasi.

2.3 Langkah Kerja Analisis Vegetasi

Secara umum langkah kerja Analisis Vegetasi untuk menguraikan komunitas tumbuhan
dibagi atas 2 tahap, yaitu:

1. Analisis Karakter (Analytical Characters)

Analisis karakter terdiri atas:

a. Analisis kuantitatif, memberikan data komunitas yang berkenaan dengan jumlah dan ukuran
komunitas. Pada analisis kuantitatif ada 3 parameter penting yang diukir dari satu
komunitas:

1) Kekerapan (frekuensi), berkenaan dengan keseragaman/keteraturan sebaran dari suatu


tumpukan dalam suatu komunitas. Kekerapan digambarkan dengan persentase kehadiran
jenis tersebut dalam petak-petak contoh (plot).

Frekuensi = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis

Jumlah semua petak yang dibuat

FR = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis X 100% Total frekuensi seluruh jenis

2) Kerapatan (densitas), merupakan jumlah individu suatu jenis yang terdapat dalam suatu
area contoh.

Densitas = Jumlah individu suatu jenis

Luas area sampel

Densitas Relatif = Jumlah individu suatu jenis X 100% Total densitas seluruh jenis
6
3) Dominansi, merupakan luas tutupan atau penguasaan suatu jenis tumbuhan terhadap bidang
dasar pada suatu komunitas. Dominansi dapat diukur dengan:

a. Cover (kelindungan atau tutupan tajuk)

Dominansi = luas cover suatu jenis

Luas area sampel

b. Basal area, luas area dekat permukaan tanah yang dikuasai suatu jenis tumbuhan.

Dominansi = luas basal area suatu jenis X 100% Total dominansi seluruh jenis

2. Sintesis Karakter

Sintesis karakter dipakai untuk membedakan antara bebagai komunitas. Namun diantara
parameter itu bila dikombinasikan menampilkan corak yang lebih berguna untuk perumpunan.

2.4 Parameter Dalam Analisis Vegetasi

a. Parameter Kuantitatif dalam Analisis Vegetasi

1. Kerapatan (Density)

Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak contoh.
Jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan (Odum 1975)
yang umumya dinyatakan sebagai jumlah individu atau biosmasa populasi persatuan areal
atau volume, misal 200 pohon per Ha

2. Dominasi (Tutupan)

Tutupan menyangkut luas tanah yang ditempati oleh bagian tumbuhan di atas tanah seperti
yang tampak dari atas. Tutupan ditasir dari sejumlah contoh dan diberi batasan sebagai
perbandingan bagian (biasanya dinyatkan sebagai persentase) tanah yang ditempati spesies
yang ada. Mengingat sifat tumpang tindih dari bagian tumbuhan, persentase seluruh
tutupan sering lebih dari 100% untuk menghindari kesalahan ini ada kalanya dipakai
tutupan nisbi yaitu besarnya tutupan suatu spesies sebagai persentase darikeseluruhan luas
semua spesies dan tanah gundul dalam suatu habitat tertentu. Dengan cara ini maka angka
keseluruhannya tidak akan melebihi 100%.
7
Dominansi dinyatakan dengan istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau biomassa
atau volume.

a. Kelindungan adalah : proyeksi vertical dari tajuk (canopy) suatu jenis pada area yang
diambil samplingnya,dinyatakan dalam persen luas secara penaksiran. Dapat dinyatakan
berdasar penaksiran dengan kelas.

b. Luas basal

Satuan ini iasa di gunakan untuk jenis jenis yang berkelompok atau membentuk rumpun
dengan batas yang jelas.

c. Biomassa

Tumbuhan dipotong diatas tanah dan dikeringkan dalam pengering kemudian di timbang
berat keringnya. Dengan mengukur tinggi masing masing jenis kita dapat mengetahui
pula hubungan tinggi dan beratnya. Cara ini baik unuk memperbandingkan stadia
pertumbuhan gulma.

d. Volume

Dihitung dengan rata rata luas basal x rata rata tinggi x jumlah suatu jenis

3. Frekuensi (kekerapan)

Kekerapan menyangkut tingkat keseragaman terdapatnya individu suatu spesies di dalam


suatu daerah. Kekerapan diukur dengan mencatat ada atau tidaknya suatu spesies dalam
daerah contoh atau luas yang secara idealnya tersebar secara acak di seluruh daerah yang
dikaji..Karenanya kekkerapan dikatakan sebagai persentase dari seluruh daerah contoh atau
luas yang dipakai yang di dalmnya terdapat spesies tertentu. Misalnya suatu spesies
ditemukan dlam 15 dari 30 contoh. Maka kekerapannya adalah 50 %. (Ewusie, 1990: 73)

Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi fekuensi dalm lima kelas
berdasarkan besarnya persentase,yaitu:

• Kelas A dalam Frekuensi 01 –20 %


8
• Kelas B dalam frekuensi 21-40 %

• Kelas C dalm frekuensi 41-60%

• Kelas D dalam frekuensi 61-80 %

• Kelas E dalam frekuensi 81-100%

4. Indek Nilai Penting (importance value Indeks)

Merupakan jumlah nilai nisbi kedua atau ketiga parameter diatas.

b. Parameter Kualitatif dalam Analisis Komunitas Tumbuhan

1. Fisiognomi

Fisiognomi dalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan yang dapat di
deskripsikan berdasarkan penampakan spesies tumbuhan dominan, penampakan tinggi
tumbuhan, dan warna dari tumbuhan yang tampak dari mata.

2. Fenologi

Fenologi adalah perwujudan pross pada setiap fase dalam siklus hidupnya.

3. Periodisitas

Periodisitas adalah kejadian musiman dan berbagai proses dalam kehidupan tumbuhan.

4. Stratifikasi

Distribusi tumbuhan dalam ruangan vertical. Semua spesies tetumbuhan dalam komunitas
tidak sama ukuran nya,serta secara vertical tidak menempati ruangan yang sama.

5. Kelimpahan

Parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relative spesies organisme dalam


komunitas. Kelimpahan pada umumnya berhubungan dengan densitas berdasarkan
penaksiran kualitatif. Menurut penaksiran kualitatif kelimpahan dikelompokkan menjadi
5,yaitu :

a. Sangat jarang

b. Kadang-kadang/jarang

c. Sering /tidak banyak

9
d. Banyak /berlimpah-limpah

e. Sangat banyak/sangat berlimpah

6. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan spesies organism


pada ruang secara horizontal. Penyebaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 anatara
lain: Random, seragam dan berkelompok.

7. Daya hidup atau vitalitas, tingkat keberhasilan tumbuhan untuk hidup dan tumbuh normal,
serta kemampuan untuk bereproduksi

8. Bentuk pertumbuhan, penggolongan tumbuhan menurut bentuk pertumbuhannya, habitat


atau menurut karakteristik lainya. (Indriyanto.2006:139-142)

DAFTAR PUSTAKA

Abiezasite. 2011. http://abiezasite.blogspot.com/2014/01/bismillah-laporan.html

Ewusie, Yanney. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: ITB


10
Gapala. 2009. http://www.gapala-smadah.co.cc/2009/01/analisa-vegetasi.html

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara

Iqbalali. 2008. http://iqbalali.com/2008/02/25/70/

Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press

Syamsurizal. 1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: FMIPA UNP

Zaif. 2009. http://zaifbio.wordpress.com/2014/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-


dan-non-floristika/

11

Anda mungkin juga menyukai