Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi didefinisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam
vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam landskap
yang belum dipengaruhi oleh manusia. Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir
tiga abad yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan
pada diskripsi dari tentang alam dan vegetasinya. Dalam
mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang
bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan
yang hidup bersama dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik
oleh spesies sebagai komponenya. Maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-
sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau
fungsional.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis dan juga sintesis sehingga akan membantu dan
mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-
bidang pengetahuan. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari
susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari
masyarakat tumbuh- tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Untuk mempelajari
komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling
kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan
Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode
titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich).

1|ANALISIS VEGETASI
B. Soal
1. Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi?
2. Sebutkan komponen penyusun analisis vegetasi?
3. Sebutkan dan jelaskan parameter kualititatif pada analisis vegetasi?
4. Sebutkan dan jelaskan parameter kuantatif pada analisis vegetasi?
5. Sebutkan dan jelaskan teknik analisis vegetasi?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ekologi Tumbuhan mengenai “Analisis Vegetasi Tumbuhan”.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengertian analisis vegetasi.
b. Untuk mengetahui komponen penyusun analisis vegetasi.
c. Untuk mengetahui parameter kualitatif pada analisis vegetasi.
d. Untuk mengetahui parameter kuantitatif pada analisis vegetasi.
e. Untuk mengetahui teknik analisis vegetasi.

D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah supaya agar pembaca dapat
memahami pengertian dan tujuan analisisvegetasi, teknik pada analisis
vegetasi, serta mengetahui parameter kuantitatif dan kualitatif pada analisis
vegetasi tumbuhan ini dan dapat menambah pengetahuan pembaca.

2|ANALISIS VEGETASI
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
(Marsono, 1977).
Vegetasi merupakan keseluruhan tumbuhan dari suatu area, vegetasi
berfungsi sebagai area penutup lahan. Penutupan oleh vegetasi memberi efek
positif bagi daerah tersebut, penutup lahan nantinya akan mengurangi
aliran permukaan, mencegah erosi tanah dan banjir, serta menjaga suhu tanah
dan daerah sekitar. Persebaran vegetasi dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik
lahan yang ada, diantaranya adalah kondisi topografi lahan.
Analisis Vegetasi adalah suatu analisis dalam Ekologi tumbuhan yang
berguna untuk mengetahui berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas atau
populasi tumbuhan yang berkembang dalam skala waktu dan ruang. Selain itu
dengan melakukan analisis vegetasi, dapat diketahui keadaan vegetasi
tumbuhan dimasa sekarang dan dapat menduga-duga kemungkinan
perkembangan dimasa depan (Supeksa dkk, 2005).
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari
ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi
faktor lingkungan dan sejarah dari faktor-faktor itu dalam suatu bentuk yang
mudah diukur dan nyata. Dengan demikian, analisis begetasi secara hati-hati
dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang
komponen- komponen lainnya dari suatu ekosistem (Syafei, 1990)

3|ANALISIS VEGETASI
Analisis vegetasi merupakan studi untuk mengetahui struktur dan komposisi
vegetasi suatu komunitas. Analisis vegetasi pada kawasan hutan ditujukan
untuk mengetahui struktur vegetasi suatu kawasan, komposisi jenis, dan pola
distribusi (Jayadi, 2015: 88).
Menurut Jayadi (2015: 88) banyak informasi yang dapat diperoleh dari
suatu kegiatan analisis vegetasi yang dilakukan secara detail, sebagaimana
dinyatakan oleh Mandal & Joshi (2014) berikut:
“A detailed vegetation analysis provides information about species
diversity, community organization, niche resources apportionment, and
turnover rate of species in a forest ecosystem”.
Metode Teknik Analisis Vegetasi merupakan cara mempelajari dan
mengukur vegetasi secara kuantitatif. Banyak metode yang dapat dipakai untuk
Analisis Vegetasi agar dapat mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang
mendominasi suatu areal. Dalam analisis vegetasi akan diketahui Indeks Nilai
Penting (INP) yang merupakan penggabungan dari Kerapatan Relatif,
Frekwensi Relatif dan Dominasi Relatif (Jayadi, 2015: 87).
Tumbuh-tumbuhan yang dianalisis terdiri dalam berbagai tingkatan, baik itu
berupa pohon maupun tumbuhan herba atau penutup tanah. Kategori pohon di
dalam hutan dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan misalnya: tingkat pohon,
tingkat tiang, tingkat sapihan dan tingkat semai (Jayadi, 2015: 87).

B. Komponen Penyusun Analisis Vegetasi


Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen
penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus
dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
vegetasi umumnya terdiri dari:
1. Belukar (Shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte): Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau
hemi-parasit.

4|ANALISIS VEGETASI
3. Paku-pakuan (Fern): Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya
memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut
keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm): Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang
dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber): Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak
berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti
kayu atau belukar.
6. Terna (Herb): Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut
yang kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree): Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki
satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,
yaitu:
a. Semai (Seedling): Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan
kurang dari 1.5 m.
b. Pancang (Sapling): Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles): Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20
cm.

C. Parameter Kualitatif Pada Analisis Vegetasi


Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter
kualitatif, hal ini sesuai dengan sifat komunitas tumbuhan itu sendiri bahwa dia
memiliki sifat kualitatif dan sifat kuantitatif (Hadi, 2016: 81).
Menurut Hadi (2016: 81-84) bahwa beberapa parameter kualitatif komunitas
tumbuhan antara lain :
1. Fisiognomi

5|ANALISIS VEGETASI
Fisiognomi adalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan
yang dapat dideskripsikan berdasarkan kepada penampakan species
tumbuhan dominan, penampakan tinggi tumbuhan, dan warna dari tumbuh –
tumbuhan yang tampak oleh mata.
2. Fenologi
Fenologi adalah perwujudan species pada setiap fase dalam siklus
hidupnya. Bentuk dari tetumbuhan berubah – ubah sesuai dengan umurnya,
sehingga species yang sama dengan tingkat umur yang berbeda akan
membentuk struktur komunitas yang berbeda. Demikian juga untuk species
yang berbeda pasti memiliki fenologi yang berbeda, sehingga
keanekaragaman species dalam komunitas tumbuhan tersebut. Perbedaan
keanekaragaman species dlam komunitas tumbuhan menimbulkan
perbedaan struktur antara komunitas yang satu dengan yang lainnya.
3. Periodisita
Periodisitas adalah kejadian musiman dari berbagai proses dalam
kehidupan tumbuhan. Kejadian musiman pada tumbuhan dapat ditunjukan
oleh perwujudan bentuk daun dan ukurannya, masa pembungaan, masa
bertunas, dan peluruhan buah dan biji.
4. Stratifikasi
Stratifikasi adalah distribusi tetumbuhan dalam ruangan vertical. Semua
species tetumbuhan dalam komunitas tidak sama ukurannya, serta secara
vertical tidak menempati ruang yang sama. Stratifikasi tetumbuhan di atas
tanah berhubungan dengan sifat species tumbuhan untuk memanfaatkan
radiasi matahari yang diterima, dan memanfaatkan ruangan menurut
keperluan yang berbeda – beda.
5. Kelimpahan
Kelimpahan adalah parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi
relatif species organisme dalam komunitas. Kelimpahan pada umumnya
berhubungan dengan densitas berdasarkan penaksiran kualitatif. Menurut
penaksiran kualitatif, kelimpahan dapat dikelompokan menjadi lima :
a. Sangat jarang
b. Kadang – kadang atau jarang

6|ANALISIS VEGETASI
c. Sering atau tidak banyak
d. Banyak atau berlimpah – limpah
e. Sangat banyak atau sangat berlimpah
6. Penyebaran
Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan
keberadaan species organisme pada ruang secara horizontal. Penyebaran
tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga antara lain random, seragam dan
berkelompok.
7. Daya hidup
Daya hidup atau vitalitas adalah tingkat keberhasilan tumbuhan untuk
hidup dan tumbuh normal, serta kemampuan untuk bereproduksi. Daya
hidup akan menentukan setiap species organisme untuk memelihara
kedudukannya dalam komunitas. Daya hidup juga sangat membantu
meningkatkan kemampuan setiap species tumbuhan dalam beradaptasi
terhadap kondisi tempat tumbuhnya. Beberapa penulis telah
memperkenalkan lima kategori dari daya hidup tetumbuhan, antara lain :
a. V1 : tetumbuhan yang berkecambah, tetapi segera mati.
b. V2 : tetumbuhan yang tetap hidup setelah berkecambah, tetapi tidak
dapat bereproduksi.
c. V3 : tetumbuhan sedang bereproduksi, tetapi hanya secara vegetative
saja.
d. V4 : tetumbuhan sedang bereproduksi secara seksual, tetapi sangat
kurang
e. V5 : tetumbuhan sedang bereproduksi sangat baik secara seksual.
8. Bentuk pertumbuhan
Bentuk pertumbuhan adalah penggolongan tetumbuhan menurut bentuk
pertumbuhannya, habitat, atau menurut karakteristik lainnya. Bentuk
pertumbuhan yang umum dan mudah disebut misalnya pohon, semak,
perdu, herba, dan liana. Bentuk pertumbuhan dikelompokan menjadi lima
antara lain sebagai berikut :
a. Phanerophytes, golongan tetumbuhan berkayu dan pohon yang tingginya
lebih dari 30 cm.

7|ANALISIS VEGETASI
b. Chamaephytes, tetumbuhan berkayu dan semak kecil yang tingginya
kurang dari 30 cm.
c. Hemicryptophytes, tetumbuhan golongan rerumputan dan herba.
d. Cryptophytes, tetumbuhan yang sebagian besar organ pertumbuhannya
berada di bawah permukaan tanah atau air. Tipe tumbuhan tersebut
meliputi hydrophytes (memiliki tunas yang berada di bawah permukaan
air), helophytes (tumbuhan rawa dan payau dengan rhizome berada di
bawah tanah), geophytes (tumbuhan daratan dengan rhizome, akar dan
umbi berada di bawah tanah).
e. Therophytes, tetumbuhan yang tidak mempunyai organ pertumbuhan
khusus, golongan tumbuhan tersebut pada umumnya herba setahun.

D. Parameter Kuantitatif Pada Analisis Vegetasi


Menurut Hadi (2016: 84-91) bahwa untuk kepentingan deskripsi suatu
komunitas tumbuhan diperlukan parameter kuantitatif antara lain :
1. Densitas (kepadatan)
Densitas adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume.
Dengan kata lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan
ruang. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, istilah yang
mempunyai arti sama dengan densitas dan sering digunakan adalah
kerapatan diberi notasi K.

Dengan demikian, densitas species ke – i dapat dihitung sebagai K – i,


dan densitas relatif setiap species ke-i terhadap kerapatan total dapat
dihitung sebagai KR – i.

2. Frekuensi

8|ANALISIS VEGETASI
Di dalam ekologi, frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi
antara jumlah sampel yang berisi suatu species tertentu terhadap jumlah
totyal sampel. Frekuensi species tumbuhan adalah jumlah petak contoh
tempat ditemukannya suatu species dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya suatu species
organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau
ekosistem.
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi species ( F ),
frekuensi species ke – i ( F – i ) dan frekuensi relatif species ke – i ( FR – i )
dapat dihitung dengan rumus :

Apabila pengamatan dilakukan pada petak - petak contoh, makin banyak


petak contoh yang di dalamnya ditemukan suatu species, berarti makin besar
frekuensi species tersebut. sebaliknya, jika makin sedikit petak contoh yang
di dalamnya ditemukan suatu species, makin kecil frekuensi species
tersebut. dengan demikian, sesungguhnya frekuensi tersebut dapat
menggambarkan tingkat penyebaran species dalam habitat yang dipelajari,
meskipun belum dapat menggambarkan tentang pola penyebarannya.
Species organisme yang penyebarannya luas akan memiliki nilai frekuensi
perjumpaan yang besar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi
a. Pengaruh besarnya kuadrat
Kuadrat A dan B akan memberikan hasil yang berbeda pada suatu
komunitas yang sama, jadi perlu diperhatikan besarnya kuadrat,
konsekuensinya, bila kita ingin membandingkan data dan sampel plot
yang berbedaa maka besar kuadrat yang dipakai harus sama.

9|ANALISIS VEGETASI
Gambar 1: Pengaruh besarnya kuadrat
Sumber: (Putrawan, 2014: 127)
b. Pengaruh besarnya tanaman
Kedua species memiliki densitas yang sama, tetapi dengan
menggunakan kuadrat, species B akan memiliki presentase frekuensi
tinggi dan species A rendah (bila menggunakan “shoot frequency”).
Tetapi bila yang dipakai “rooted frequency”, kedua species tersebut akan
memiliki nilai frekuensi yang hampir sama.

Gambar 2: Pengaruh besarnya tanaman


Sumber: (Putrawan, 2014: 127)
c. Pengaruh distribusi spatial dan spesies

Gambar 3: Pengaruh distribusi spatial dan spesies


Sumber: (Putrawan, 2014: 128)
Dari gambar diatas akan diperoleh frekuensi tinggi pada A, rendah
pada B dan sedang (intermediate) pada C. Jadi ternyata dengan jumlah
individu sama pada setiap komunitas (A, B, C), besarnya kuadrat yang
dipakai juga sama, akan dipengaruhi oleh pola peyebaran dari spesies
pada sampel.

10 | A N A L I S I S V E G E T A S I
Hubungan timbal balik (relationship) antara prekuensi kelas dan
jumlah spesies yang jatuh padasetiap kelas membentuk kurva huruf F
seperti gambar berikut.

Gambar 4: Kurva F
Sumber: (Putrawan,2014: 129)
3. Luas Penutupan
Luas penutupan (coverage) adalah proporsi antara luas tempat yang
ditutupi oleh species tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan
dapatdinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas
bidang dasar (luas basal area).
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, luas penutupan species
( C ), luas penutupan species ke – i ( C – i ) dan luas penutupan relatif
species ke – i ( CR – i ) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
a. Jika berdasarkan luas penutupan tajuk, maka :

b. Jika berdasarkan luas basal area atau luas bidang dasar, maka :

11 | A N A L I S I S V E G E T A S I
4. Indeks Nilai Penting
Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter
kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat
penguasaan) species – species dalam suatu komunitas tumbuhan. Species –
species yang dominan (yang berkuasa) dalam suatu komunitas tumbuhan
akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga species yang
paling dominan tentu saja memiliki indeks nilai penting yang paling besar.
Mengingat parameter – parameter terdahulu seperti kerapatan, frekuensi,
dan luas penutupan tidak dapat digunakan satu demi satu untuk menunjukan
kedudukan relatif species dalam suatu komunitas, maka Curtis dan Mc.
Intosh (1950 dalam Gopal dan Bhardwaj, 1979) telah mengusulkan sebuah
indeks yang disebut indeks nilai penting (INP) sebagai jumlah dari
kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan luas penutupan relatif. Dengan
demikian, indeks nilai penting ( INP ) dan indeks nilai penting untuk species
ke – i ( INP – i ) dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :
INP = KR + FR + CR

INP – i = KR – i + FR – i + CR – i

5. Summed Dominance Ratio


Summed Dominance Ratio atau perbandingan nilai penting (SDR) adalah
parameter yang identik dengan indeks nilai penting. Oleh karena itu, SDR
juga dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi species – species dalam
suatu komunitas tumbuhan. Species – species yang dominan dalam suatu
komunitas tumbuhan akan memiliki SDR yang tinggi, sehingga species
yang paling dominan tentu saja memiliki SDR yang paling besar. Summed

12 | A N A L I S I S V E G E T A S I
Dominance Ratio menjadi parameter yang lebih sederhana karena besaran
tersebut diperoleh dengan cara membagi indeks nilai penting dengan jumlah
parameter yang menyusunnya.
𝐼𝑁𝑃
SDR =
3
6. Indeks Dominansi
Indeks dominansi (index of dominance) adalah parameter yang
menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) species dalam
suatu komunitas. Penguasaan atau dominansi species dalam komunitas bisa
terpusat pada satu species, beberapa species, atau pada banyak species yang
dapat diperkirakan dari tinggi rendahnya indeks dominansi ( ID ).
ID = Σ ( n.i / N )2

Keterangan :
ID = indeks dominansi
n.i = nilai penting tiap species ke – i
N = total nilai penting
Apabila nilai ID tinggi, maka dominansi (penguasaan) terpusat (terdapat)
pada satu species. Tetapi apabila nilai ID rendah, maka dominansi tertpusat
(terdapat) pada beberapa species.
7. Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman species merupakan cirri tingkatan komunitas
berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman species dapat
digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman species
juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu
kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun
ada gangguan terhadap komponen – komponennya. Keanekaragaman yang
tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi
karena interaksi species yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.
Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman species yang
tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak species. Sebaliknya suatu
komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman species yang rendah jika

13 | A N A L I S I S V E G E T A S I
komunitas itu disusun oleh sedikit species dan jika hanya ada sedikit saja
species yang dominan.
Untuk memprakirakan keanekaragaman species ada beberapa indeks
keanekaragaman yang dapat dipilih untuk dipakai dalam analisis komunitas,
antara lain :
a. Indeks Shannon atau Shannon index of general diversity ( H )

H = - Σ {( n.i / N ) log ( n.i / N ) }

Keterangan :
H = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon
n.i = nilai penting dari setiap species
N = total nilai penting
b. Indeks Margalef (d)
( 𝑠−1)
d=
log 𝑁
Keterangan :
d = indeks Margalef
s = jumlah species
N = jumlah individu
c. Indeks Simpson atau Simpson of diversity (D)
D = I – ∑𝑠𝑖=1 P – i)2
Keterangan :
D = indeks Simpson
P-i = propoesi species ke – i dlam komunitas
s = jumlah species
8. Indeks Kesamaan
Indeks kesamaan atau index of similarity (IS) kadang – kadanmg
diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan,
antara beberapa unit sampling, atau antara beberapa komunitas yang
dipelajari dan dibandingkan komposisi dan struktur komunitasnya. Oleh
karena itu, besar kecilnya indeks kesamaan tersebut, menggambarkan
tingkat kesamaan komposisi species dan struktur dari dua komunitas, atau
tegakan, atau unit sampling yang dibandingkan.

14 | A N A L I S I S V E G E T A S I
Untuk mengetahui besarnya indeks kesamaan dapat dipergunakan rumus
sebagai berikut :
2𝐶
IS =
𝐴+𝐵
IS = indeks kesamaan
C = jumlah species yang sama dan terdapat pada kedua komunitas
A = jumlah species di dalam komunitas A
B = jumlah species di dalam komunitas B
Indeks kesamaan juga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2𝑊
IS =
𝑎+𝑏
Keterangan :
IS = indeks kesamaan
W = jumlah nilai penting yang lebih kecil atau sama dari dua species
berpasangan, yang ditemukan pada dua komunitas
a = total nilai penting dari komunitas A, atau tegakan A, atau unit
sampling A
b = total nilai penting dari komunitas B, atau tegakan B, atau unit
sampling B
9. Homogenitas Suatu Komunitas
Homogen tidaknya suatu komunitas tumbuhan dapat ditentukan dengan
menggunakan “ Hukum Frekuensi “ (Laws of frequency). Frekuensi dapat
menunjukan homogenitas dan penyebaran dari individu – individu species
dalam komunitas. Untuk mengetahui homogenitas suatu komunitas, nilai
frekuensi tiap species dikelompokan ke dalam lima kelas sebagai berikut :
a. Kelas A, yaitu species – species yang mempunyai frekuensi 1 – 20 %
b. Kelas B, yaitu species – species yang mempunyai frekuensi 21 – 40 %
c. Kelas C, yaitu species – species yang mempunyai frekuensi 41 – 60 %
d. Kelas D, yaitu species – species yang mempunyai frekuensi 61 – 80 %
e. Kelas E, yaitu species – species yang mempunyai frekuensi 81 – 100 %
Berdasarkan hukum frekuensi Raunkiaer dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :

15 | A N A L I S I S V E G E T A S I
d. Jika A > B > C > = < D < E, maka species – species yang menyusun
komunitas tumbuhan bertdistribusi normal.
e. Jika E > D, sedangkan A, B, dan C rendah, maka kondisi komunitas
tumbuhan homogeny.
f. Jika E < D, sedangkan A, B, dan C rendah, maka kondisi komunitas
tumbuhan terganggu.
g. Jika B, C, dan D tinggi, maka kondisi komunitas tumbuhan heterogen.

E. Teknik Analisis Vegetasi


Menurut Jayadi (2015: 94-102) bentuk unit sampling dalam survei vegetasi
dapat berupa kuadrat, garis dan titik sebagai berikut.
1. Metode Kuadrat
a. Metode dengan Petak
1) Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey
vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas
tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa
berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin
akan memberikan infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi yang
diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat
dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-
prinsip teknik sampling.
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk
morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya.
Untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk lingkaran lebih
menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara
mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu,
petak contoh berbentuk lingkaran akan memberikan kesalahan
sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena
perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Namun, dari
segi pola distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang
efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan efisiensi

16 | A N A L I S I S V E G E T A S I
sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak
bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih
akurat dibanding petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama,
terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar dengan arah
perubahan keadaan lingkungan/habitat.
Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran
parametemya, petak contoh biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-
kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut
disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi
vegetasi secara vertikal (stratiikasi). Dalam hal ini Oosting (1956)
menyarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk lapisan
pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah
(undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi
bawah/lapisan herba. Tetapi, umtmmya para peneliti di bidang ekologi
hutan membedakan potion ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan,
yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m),
pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang
berdiameter < 10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm),
dan pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan
pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat
pertunbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x
10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan l x l m atau 2 x 2 m (semai dan
tumbuhan bawah).
Dalam metode kuadrat ini, parameter-parameter vegetasi dapat
dihitung dengan rumus-rumus berikut ini:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
 Kerapatan (K) :
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑈𝑘𝑢𝑟
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
 Kerapatan Relatif (KR) : x 100%
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
 Frekuwensi (F) :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑤𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
 Frekuwensi Relatif (FR) : x 100%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑤𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

17 | A N A L I S I S V E G E T A S I
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
 Dominansi (D) :
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑈𝑘𝑢𝑟
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
 Dominansi Relatif (DR) : x 100%
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

a. Petak Tunggal
Di dalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran
tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan. Ukuran petak ini dapat
ditentukan dengan kurva spesies-area. Agar data vegetasi hasil
survei lebih bersifat informatif, sebaiknya bila waktu dan dana
survey memungkinkan, setiap lokasi pohon beserta tajuknya
(termasuk pancang, semai, dan tiang) begitu pula pohon yang
masih berdiri atau pohon yang roboh dalam petak contoh,
dipetakan. Hal ini akan sangat berguna untuk mengetahui pola
distribusi setiap jenis vegetasi, proporsi gap, menduga luasan tajuk
dari diameter, dan lain-lain.

Gambar 5: Desain petak tunggal


Sumber: (Jayadi, 2015: 94)
b. Petak Ganda
Di dalam metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan
dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar
merata. Peletakan petak contoh sebaiknya secara sistematis. Untuk
menentukan banyaknya petak contoh dapat digunakan kurva
species-area.

18 | A N A L I S I S V E G E T A S I
Gambar 6: Desain petak ganda di lapangan
Sumber: (Jayadi, 2015: 94)
c. Metode Jalur
Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan
vegetasi menurut kondisi tanah, topograi dan elevasi. Jalur - jalur
contoh ini harus dibuat memotong garis-garis topograi, misal tegak
lurus garis pantai, memotong sungai, dan menaik atau menurun lereng
gunung. Perhitungan besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi
sama dengan metode petak tunggal.

Gambar 7: Desain lapangan metode jalur


Sumber: (Jayadi, 2015: 95)
d. Metode Garis Berpetak
Metode ini dapat dianggap sebagai modiikasi metode petak ganda
atau metode jalur, yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak-
petak dalam jalur sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak
pada jarak tertentu yang sama.
Perhitungan besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama
dengan metode petak tunggal.

19 | A N A L I S I S V E G E T A S I
Gambar 8: Desain Metode Garis Berpetak
Sumber: (Jayadi, 2015: 95)
e. Metode Kombinasi antara Metode Jalur dengan Metode Garis
Berpetak
Dalam metode ini risalah pohon dilakukan dengan metode jalur
dan permudaan dengan metode garis berpetak.

Gambar 9: Desain Kombinasi Metode Jalur dengan Metode Garis


Berpetak
Sumber: (Jayadi, 2015: 95)
f. Metode Berpasangan Acak (Random Pair Method) Prosedur
pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:
1. Meletakan titik-titik contoh secara acak atau beraturan (pada jarak
tertentu sepanjang garis rintisan);
2. Pemilihan satu individu (tumbuhan) pohon yang terdekat dengan
titik contoh. Kemudian tarik suatu garis khayalan yang melalui titik
contoh dan individu pohon yang terpilih dan satu garis khayalan
lagi yang tegak lurus terhadap garis khayalan pertama tadi. Tahap
selanjutnya pilih satu individu tumbuhan yang terdekat dengan
individu tumbuhan pertama, tetapi letaknya berada di sektor lain (di

20 | A N A L I S I S V E G E T A S I
luar sektor 180° tempat pohon pertama berada yang dibatasi oleh
garis khayalan pertama). Untuk lebih jelasnya lihat Gambar.
g. Metode Bitterlich
Di dalam metode ini pengukuran dilakukan dengan Tongkat
Bitterlich (tongkat sepanjang 66 cm yang ujungnya dipasangi alat
seng berbentuk bujur sangkar berukuran 2 x 2 cm). Dengan
mengangkat tongkat setinggi mata, plat seng diarahkan ke pohon-
pohon yang ada di sekelilingnya. Pohon yang tampak berdiameter
lebih besar dan sama dengan plat seng didaftar namanya dan diukur.
Untuk pohon yang tampak berdiamater lebih kecil dan sisi plat seng
tidak masuk hitungan.
3. Metode Tanpa Petak Contoh
a. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method)
Untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput, herba dan semak,
metode yang dapat dipakai adalah Metode Titik Sentuh (Point Intercept
Method). Dalam pelaksanaannya di lapangan dapat digunakan alat bantu.
Tumbuhan yang menyentuh pin yang terbuat dari kawat, akan dicatat
jenisnya sehingga dominansi dari jenis tersebut dapat dihitung dengan
rumus: Rumus rumus lainnya sama dengan metode dengan petak .
Hal yang sama dapat dilakukan dengan alat b dengan cara
memindahkan alat tersebut pada plot contoh tiap 10 cm, sehingga
didapatkan dominansi dari jenis-jenis yang tersentuh.

Gambar 10: Alat kisi kawat (alat a) dan kayu berlobang (alat b) yang
digunakan dalam point intercept method
Sumber: (Jayadi, 2015: 97)

21 | A N A L I S I S V E G E T A S I
b. Metode Garis Sentuh (Line Intercept Method)
Metode Garis Sentuh digunakan untuk komunitas padang rumput dan
semak /belukar. Prosedur pelaksanaan metode ini di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Salah satu sisi areal dibuat garis dasar yang akan menjadi tempat titik
tolak garis intersep: dan
2. Garis-garis intersep diletakkan secara acak atau sistematik pada areal
yang akan diteliti. Garis tersebut sebaiknya berupa:
a. Pita ukur dengan panjang 50 - 100 kaki (1 kaki = 30,48 cm)
b. Tambang/tali
Alat bantuan berupa pita ukur atau tambang/tali tersebut dibagi
ke dalam interval-interval jarak tertentu. Hanya tumbuh-tumbuhan
yang tersentuh, di atas atau di bawah garis intersep yang
diinventarisir. Jenis data yang diinventarisasi adalah:
1. Panjang garis yang tersentuh oleh setiap individu tumbuhan
2. Panjang segmen garis yang berupa tanah kosong
3. Jumlah interval yang diisi oleh setiap species
4. Lebar maksimum tumbuhan yang disentuh garis intersep
Sebaiknya, kalau komunitas tumbuhan terdiri atas beberapa
strata, penarikan contoh dilaksanakan secara terpisalrpisah untuk
setiap strata. Besaran atau parameter vegetasi yang dihitung adalah:
a. Jumlah individu setiap jenis (N)
b. Total panjang intersep setiap jenis (I)
c. Jumlah interval transek/garis ditemukannya suatu jenis (G)
d. Total dari kebalikan dari lebar tumbuhan maksimum(Σ l/m)

22 | A N A L I S I S V E G E T A S I
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Analisis Vegetasi adalah suatu analisis dalam Ekologi tumbuhan yang
berguna untuk mengetahui berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas
atau populasi tumbuhan yang berkembang dalam skala waktu dan ruang.
Selain itu dengan melakukan analisis vegetasi, dapat diketahui keadaan
vegetasi tumbuhan dimasa sekarang dan dapat menduga-duga kemungkinan
perkembangan dimasa depan.
2. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi blukar, epifit, paku-
pakuan, palma, pemanjat, terna dan pohon.
3. Parameter kualitatif meliputi fisiognomi,fenologi, ferodiditas, stratifikasi,
kelimpahan, penyebaran, daya hidup, dan bentuk pertumbuhan.
4. Parameter kuantitaif meliputi densitas, frekuensi, luas penutupan, indeks
nilai penting, perbandingan nilai penting, indeks dominasi, indeks
keanekaragaman, indeks kesamaan, homogenitas.
5. Teknik analisis vegetasi tumbuhan meliputi metode kuadrat dan metode
tanpa petak.

23 | A N A L I S I S V E G E T A S I
DAFTAR PUSTAKA

Purnawan,I.M. 2014. Konsep-Konsep Dasar Ekologi Dalam Berbagai Aktivitas


Lingkungan. Bandung: Alfabeta

Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara

Jayadi, E.M. 2015. Ekologi Tumbuhan. Mataram: Institut Agama Islam Negeri
Mataram

24 | A N A L I S I S V E G E T A S I

Anda mungkin juga menyukai