Anda di halaman 1dari 5

Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan.

Kegiatan
analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode
dengan petak yang banyak digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan
metode garis petak (untuk risalah permudaan) (Latifah, 2005).
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian, dalam
deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif
atau secara kuantitatif dengan parameter kuantitatif. Namun persoalan yang sangat penting dalam analisis
komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua spesies
tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter kuantitatif dan kualitatif apa saja yang diperlukan,
penyajian data, dan interpretasi data, agar dapat mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat
komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh.Dalam kegiatan-kegiatan penelitian di bidang ekologi
hutan seperti halnya pada bidang-bidang ilmu lainnya yang beersangkut paut dengan sumber daya alam
dikenal dua jenis/tipe pengukuran untuk mendapatkan informasi/data yang diinginkan. Kedua jenis
pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destruktive measure) dan pengukuran
yang tidak merusak (non destructive measure). Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat
dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus
menggunakan satuan contoh (sampling unit), apabila bagi seorang peneliti yang mengambil objek hutan
dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh
informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila
dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi (Latifah, 2005).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan sebagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat
membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dengan hal ini suatu
metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan
lainnya tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Sedangkan metode ntersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan
cuplikan berupa titik. Pada metode ini, tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-
benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam
menggunakan metode ini variable-variable yang digunakan adalah kerapatan dominasi dan frekuensi
(Rahardjanto, 2001).
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan
bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa
komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati
suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk
mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Tjitrosoepomo,
2002).
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) metode ini
sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan.
Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter
tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm
disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling
( anakan/semai ) (Lumowa, 2011).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan
menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi,
dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method
karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini
cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan
perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan
untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada
individu tumbuhan dalam membent Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen
dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungn dari sejarah
dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-hati
dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya
dari suatu ekosistem (Indriyanto, 2006).
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing
menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting
adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian
dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi
vegetasi secara alami itu sendiri (Rahardjanto, 2001).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup
bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang
erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono dalam Irwanto, 2007).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan
menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi,
dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method
karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini
cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan
perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan
untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada
individu tumbuhan dalam membent Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen
dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungn dari sejarah
dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-hati
dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya
dari suatu ekosistem (Indriyanto, 2006).
Vegetasi dalam (komunitas) tanaman diberi nama atau digolongkan berdasarkan spesies atau makhluk
hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan yang fungsional. Dalam mempelajari vegetasi, pengamat
melakukan penelitian. Unit penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi. Oleh karena itu semua
individu yang berada di tempat pengamatan dilakukan dengan cara mengamati unit penyusun vegetasi
yang luas secara tepat sangat sulit dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area, waktu dan
biaya. Sehingga pelaksanaanya peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan (sampling) dalam
menganalisa vegetasi dapat berupa bidang (plot/kuadran) garis atau titik (Supriatno, 2001).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis
suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh
luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap prepresentatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari (Sugianto, 1994).
Keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan
kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi
vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang
sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3)
melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor
lingkungan (Greig-Smith, 1983 dalam Irwanto, 2007).
Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapatpada areal
tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak
contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujursangkar, empat persegi panjang dan
dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum,
akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Sugianto, 1994).
Metode kuadrat pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yangmenjadi bahan
penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon
dan menaksir volumenya. Keragaman spesies dapat diambiluntuk menandai jumlah spesies dalam suatu
daerah tertentu atau sebagai jumlah spesiesdiantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada.
Hubungan ini dapat dinyatakansecara numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting
(Rahardjanto, 2001).
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil
dan didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah
representative bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum
suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beragam jenis populasi.
Dengan kata lain peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan
oleh keadaan-keadaan individu dalam populasi (Syafei, 1990).
Metode Kuadrat adalah salah satu metode dengan bentuk sampel dapat berupa segiempat atau lingkaran
dengan luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas
minimum akan dapat di tentukan luas kuadrat yang diperlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk
setiap plot yang di sebarkan di lakukanperhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan
frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang
ditemukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001).
Salah satu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah yaitu dengan Species Area Curve (SAC).
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan
representive bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas
atau vegetasi tersebut (Odum, 1997).
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini
pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi
sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5
m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan
cukup 1 m. Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi
nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat
merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan
terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput.
Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek
dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian
dibuat segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan
pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan
semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah
memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ketanah
(Damin, 2008).
Keanekaragaman jenis memiliki pengertian berapa jumlah jenis tumbuhan yang terdapat di dalam satu
komunitas. Di alam, kita akan menemukan jenis populasi tumbuhan tertentu sangat dominan, sedangkan
jenis yang lain jarang. Untuk memudahkan pengukuran tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dibuat
hipotesa berdasarkan kerapatan populasi di dalam komunitas. Misal, dua komunitas tumbuhan sama-sama
memiliki 5 jenis tumbuhan dengan jumlah individu yang sama pula. Komunitas pertama, satu jenis
populasi sangat dominan, empat jenis yang lain sangat jarang. Ini berarti tingkat keanekaragaman
jenisnya rendah. Komunitas kedua, lima jenis populasi memiliki kerapatan yang sama besar. Ini berarti
tingkat keanekaragaman jenisnya tinggi (Indriyanto, 2006).
Keanekaragaman cenderung akan rendah dalam ekosistem-ekosistem yang secara fisik terkendali biologi.
Sedikit jenis dengan jumlah yang besar, banyak jenis yang langkah dalam jumlah yang sedikit.
Keanekaragaman jenis mempunyai sejumlah komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-beda
terhadap faktor geografi, perkembangan atau fisik. Keanekaragaman yang tinggi berarti mempunyai
rantai-rantai makanan yang panjang dan lebih banyak kasus dari simbiosis (interaksi), kendali yang lebih
besar untuk kendali umpan balik negatif yang dapat mengurangi gangguan-gangguan, dan karenanya akan
meningkatkan kemantapan (Ferial, 2013).
Indeks Keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati biota yang diteliti. Pada
prinsipnya, nilai indeks makin tinggi, berarti komunitas diperairan itu makin beragam dan tidak
didominasi oleh satu atau lebih dari takson yang ada. Umumnya, jenis perhitungan Indeks
Keanekaragaman untuk plankton digunakan rumus Simpson, dan untuk benthos adalah rumus Shannon &
Wiener.Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman biota air, dapat diketahui secara umum
mengenai status mutu air secara biologis. Kriteria untuk plankton, apabila indeks keanekaragaman
Simpson lebih kecil dari 0,6, menunjukkan bahwa telah terjadi perturbasi (gangguan) dari kualitas air
terhadap kehidupan plankton (Odum, 1993)

Ferial, E. W., 2013. Pengetahuan Lingkungan. Universitas Hasanuddin, Makassar.


Odum, E.P. 1997. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan. Samingan, T. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM Press. Yogyakarta.
Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatra Utara. Sumatra Utara.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB.
Rahardjanto, A.K. 2001. Buku Petunjuk Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang.
Indriyanto.2006.Ekologi Hutan,Bumi Aksara. Jakarta
Lumowa, Sonja. 2011. Diktat Ekologi Tumbuhan. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Irwanto.2007. Analisis Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung. Pulau Marsegu, Kabupaten
Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Tesis. UGM.
Sugianto.A, 1994. Ekolgi Kuantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Usaha : Persada Malang.
Supriatno, B. 2001. Pengantar Praktikum Ekologi Tumbuhan. FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia:
Bandung.
Rohman, Fatchur. 2001. Ekologi Tumbuhan. JICA. Malang.
Damin, S.2008.Metode Analisis Vegetasi.Malang : UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai