Hendian Budi
Muhammad Sidiq
Raden Ahmad
Rohmat Eko
Shinta Dewi
Tiara Harfabelia
Kata Pengantar
Alhamdulilah, akhirnya makalah dengan judul Kebakaran Hutan Ditinjau
dari Sudut Pandang Sila Kedua Pancasila ini dapat terselesaikan walaupun tentu
saja belum sempurna dalam hal isinya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Pendidikan Pancasila. Dalam makalah ini kami penyusun
mengangkat tema tentang kebakaran hutan di Indonesia. Kami memilih tema
tersebut dengan alasan karena kami ingin tahu lebih jauh penjabaran
permasalahan yang terjadi dan ingin mecoba mencari solusi terhadap
permasalahan tersebut.
Dalam menyusun makalah ini penyusun tentu tidak luput dari rintangan.
Baik rintangan yang datang dari diri sendiri maupun rintangan yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa kami juga berterima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah menyempatkan waktu beliau untuk
membimbing kami sehingga kami tidak kebingungan dalam menyusun makalah
ini. Serta kepada teman teman kami yang juga telah membantu secara langsung
maupun tidak langsung.
Makalah ini disusun agar pembaca diharapkan dapat tahu lebih tahu dan
bukan hanya sekedar tahu tentang nilai dari sila ke-2 dalam kehidupan dan
permasalahan yang terjadi di bangsa sendiri namun lebih dari itu agar pembaca
diharapkan dapat ikut berfikir untuk bersama sama mencari solusi tentang apa
yang menjadi topik permasalahan. Untuk isi dari makalah ini, kami penyusun
mengisinya dengan materi materi dari berbagai sumber sehingga isi tidak
terpaku dalam satu sumber saja.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kami
sadar bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, maka dari itu kami
sangat mengharapkan pendapat dan kritikan yang konstruktif dari pembaca guna
menjadikan perbaikan dan menyempurnakan makalah ini.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
di
indonesia
adalah
Pancasila.
Pembuatan
hukum
beserta
Dan hal ini secara langsung maupun tidak langsung dapat mengakibatkan
musibah bagi masyarakat yang ada disekitar titik pembakaran hutan tersebut
maupun masyarakat Indonesia yang lain. Pembakaran hutan ini sudah sangat
tidak sesuai dengan Pancasila khususnya sila kedua yang isinya adalah
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Manusia manusia yang melakukan
pembakaran hutan sudah sangat jelas tidak beradab. Pembakaran hutan
tersebut pada intinya ingin membuka lahan dengan waktu yang singkat dan
biaya yang minim sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan tanaman
industri yang umumnya adalah tanaman kelapa sawit. Boleh boleh saja
menanam kelapa sawit, mengembangkan industri kelapa sawit, namun
sayangnya cara yang dilakukan sangat tidak memerdulikan saudaranya yang
juga saudara sebangsa dan setanah air. Dari keterangan keterangan diatas,
dua hal masalah yang menjadi perhatian kami yaitu adalah masalah moral
saudara kami dan masalah kesehatan saudara kami. Maka dari itulah kami
membuat makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1) Apa permasalahan hutan di Indonesia yang urgent saat ini?
2) Apa yang melatarbelakangi permasalahan hutan di Indonesia dan
kaitannya dengan Pancasila?
3) Bagaimana solusi solusi yang dapat ditawarkan untuk menyelesaikan
permasalahan hutan di Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1) Menjadi sumber referensi bagi para pembaca khususnya mahasiswa agar
lebih tahu tentang permasalahan hutan dan pemahaman tentang
hubungannya dengan Pancasila.
2) Menjadi bahan diskusi bagi para pembaca untuk bersama sama
mengembangkan
ide
dan
mencari
solusi
untuk
menuntaskan
sehingga
menyebabkan
iklim
Indonesia
sedikit
terganggu
dan aktor aktor tersebut saling terorganisir. Mulai dari penduduk oknum
oknum pebisnis, orang desa lokal, pegawai pemda, ataupun investor invesor dari
yang kecil hingga perusahaan menengah. Seperti yang diungkapkan oleh Herry
Purnomo, strategi yang terjadi di lapangan memungkinkan bertambahnya luas
pembakaran hutan. Dalam penelitiannya, Herry menemukan bahwa harga lahan
yang sudah dibersihkan dengan tebas dan tebang ditawarkan dengan harga Rp8,6
juta per hektar. Namun, lahan dalam kondisi 'siap tanam' atau sudah dibakar malah
akan meningkat harganya, yaitu Rp11,2 juta per hektar. Lalu tiga tahun kemudian,
setelah lahan yang sudah ditanami siap panen, maka perkebunan yang sudah jadi
itu bisa dijual dengan harga Rp40 juta per hektar. Hal inilah yang membuat
sulitnya penanganan selama ini. Dengan iming iming jika lahan dijual dalam
keaadaan bersih ini menyebabkan terus berlanjutnya kebakaran hutan yang
berantai dan semakin luas.
Kebakaran lahan gambut yang dimana nyala api tidak hanya dipermukaan
tetapi juga berada dibawah permukaan tanah bahkan sangat dalam menyebabkan
sulitnya penanganan pemadaman api. Disamping itu dengan nyala api yang berada
pada kedalaman disamping faktor kebakaran pada lahan yang luas menimbulkan
asap yang sangat luar biasa masif. Hal ini dibuktikan dari Indek Standar Pencemar
Udara (ISPU) di daerah yang terjadi kebararan nilainya sudah sangat tidak layak
bagi kesehatan atau sudah sangat sangat melampaui batas.
Kementerian
berbagai pelosok daerah lain atas bencana dan kesulitan kesulitan yang terjadi
seperti jarak pandang terbatas, udara sesak, aktivitas terbatas, gangguan
kesehatan, perekonomian yang terhenti serta gejolak batin yang ada mengguncang
badan dari masyarakat yang terkena bencana yang disebabkan oleh oknum
oknum tidak bertanggung jawab yang sudah mati rasa dan jiwa sosialnya. Oknum
oknum tidak bertanggung jawab ini yang tidak lain adalah manusia Indonesia,
manusia pribumi yang yang tidak mencerminkan moral dan akhlak mulia.
BAB III
OBJEK FORMAL
kemampuan untuk membatasi diri agar tidak melampaui batas dalam hal-hal yang
suka atau enak, karena apabila tidak ada pembatasan diri akan berakibat buruk.
Kemampuan yang selalu ada tersebut akan menjadi watak yang disebut watak
kesederhanaan yang selalu menjelma sebagai tingkah laku dan perbuatan
kesederhanaan.
Keempat, manusia juga harus selalu mempunyai kemampuan untuk
membatasi diri agar tidak melampaui batas dalam hal menghindarkan diri dari hal
yang berupa duka atau tidak enak, karena jika tidak ada pembatasan diri juga akan
berakibat buruk. Kemampuan yang selalu ada tersebut akan menjadi watak yang
disebut watak keteguhan yang selalu menjelma sebagai tingkah laku dan
perbuatan keteguahan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Banyak masalah yang terjadi pada sektor kehutanan dan lahan gambut di
Indonesia. Negara Indonesia memiliki banyak kekayaan dari sektor kehutanan,
kekayaan tersebut yaitu hutan adalah sumber karbon, ladang sumber daya alam
dan sumber lapangan pekerjaaan di Indonesia. Sebenarnya kekayaan hutan yang
ada di Indonesia hanya perlu dijaga dan dilestarikan tetapi yang terjadi akhir-akhir
ini adalah kebakaran banyak terjadi di wilayah Indonesia khususnya Pulau
Kalimantan di lahan gambut. Meskipun penyebab kebakaran bukan hanya karena
ulah manusia tetapi melihat realita dan apa yang sudah terjadi saat ini tidak salah
apabila manusia dijadikan pokok permasalahan.
Manusia memiliki hakikat sebagai makhluk monopluralis yaitu manusia
memilki unsur-unsur majemuk tunggal. Hakikat manusia dilihat dari susunan
kodratnya manusia terdiri dari badan dan jiwa. Manusia meiliki badan yang
sempurna, selain itu manusia juga dilengkapi dengan akal dan pikiran. Hal
tersebut membuat manusia seharusnya memahami masalah yang terjadi pada
sektor kehutanan pada saat ini, tetapi pada kenyataannya manusia justru
memperburuk keadaan yang terjadi, salah satu contohnya adalah adanya
kebakaran hutan yang disebabkan karena kecerobohan orang yang berkemah yang
lupa mematikan api unggun, kemudian adanya penduduk yang mencari nafkah di
hutan (mencari madu) dengan menggunakan api. Kemudian, manusia juga
dilengkapi jiwa sehingga manusia dapat merasakan bagaimana kekacauan yang
sedang terjadi saat ini. Manusia memiliki jiwa sehingga manusia dapat merasakan
apa yang dirasakan oleh para korban akibat kebakaran hutan yang terjadi saat ini.
Manusia bukan hanya harus memikirkan kebahagiaan sesaat tetapi juga dampak
yang akan ditimbulkan dari apa yang akan dilakukan, seperti dampak yang
ditimbulkan setelah kebakaran hutan manusia akan merasakan, dampak tersebut
adalah manusia akan kehilangan sumber daya yang begitu besar, makhluk hidup
lain juga akan mati akibat dari kebakaran hutan. Sebagai manusia yang memiliki
hakikat monodualis yang memilki badan dan jiwa, maka manusia dapat
memanfaatkannya dengan menemukan cara bagaimana menyelesaikan masalah
kebakaran hutan yang terjadi saat ini. Manusia dapat memanfaatkan akal yang
dimiliki untuk memikirkan solusi yang terbaik dan merealisasikan pemikiran
tersebut dengan menggunakan badan, serta menggunakan jiwa untuk merasakan
apa yang dirasakan oleh masyarakat lainnya.
Kemudian hakikat manusia sebagai makhluk monodualis dilihat dari sifat
kodrat adalah, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia
sebagia makhluk sosial memiliki kodrat memiliki keinginan yang tinggi, manusia
sebagai makhluk individu pasti memiliki kebutuhan yang ingin dipenuhi. Manusia
akan melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dengan cara apapun
tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi. Tetapi manusia sebagai makhluk
sosial, manusia memiliki kodrat untuk hidup bersama karena manusia tidak dapat
hidut dan memenuhi kebutuhannya tanpa ada bantuan dari orang lain. Sehingga
selain manusia harus memenuhi kebutuhan yang ada pada dirinya manusia juga
harus memperhatikan keadaan manusia lain karena manusia adalah makhluk
sosial jadi manusia harus mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan
dirinya sendiri. Dalam merealisasikannya manusia dapat mencari cara bagaimana
mengelola hutan tersebut untuk kepentingan bersama bukan mengambil kekayaan
hutan untuk dirinya sendiri.
Hakikat manusia sebagai makhluk monodualis adalah manusia sebagai
makhluk bebas dan makhluk tuhan. Manusia memilki kodrat makhluk bebas tetapi
tidak seharusnya manusia menyalah artikan dari kedudukan kodrat tersebut
dengan melakukan tindakan secara bebas, contohnya melakukan pembalakan liar,
pengalihan fungsi lahan dan pengundulan hutan ataupun hal-hal yang dapat
menyebabakan kebakaran hutan sesuka kehendak manusia tersebut. Karena
manusia hidup didunia ini juga sebagai makhluk tuhan yang memilki tugas untuk
menjaga dan memanfaatkan sumber daya yang ada di dunia ini salah satunya
adalah dari sektor kehutanan bukan merusak hutran tersebut dengan melakukan
dirinya sendiri tetapi juga untuk keadilan terhadap orang lain. Dalam masalah
kebakaran hutan manusia memberikan keadilannya kepada dirinya sendiri yaitu
dengan tidak melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kebakaran hutan
seperti tidak menggunakan sumber api di hutan saat keadaan kering seperti saat
sekarang ini dan juga tidak melakukan merokok di dalam hutan serta hal-hal
lainnya. Kemudian keadilan kepada orang lain diwujudkan dengan adanya
tindakan menjaga hutan karena semua orang memilki hak untuk menikmati
keindahan dan merasakan kekayaan alam dari sektor kehutanan. Bukan membuat
hal-hal yang dapat merusak danm membakar hutan karena apabila hutan terbakar
maka orang lain tidak dapat merasakan keindahan alam hutan negeri ini.
Manusia
harus
berwatak
sederhana,
manusia
dalam
memenuhi
BAB V
PEENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk monopluralis yaitu manusia yang memiliki
unsur-unsur majemuk tunggal. Manusia meliki kodrat sebagai makhluk
yang memilki badan dan jiwa, sehingga manusia dapat menggunakannya
untuk
memikirkan
solusi
untuk
masalah
kebakaran
hutan
dan
menyelesaikan
masalah
kebakaran
hutan
tidak
perlu
menyalahkan siapa orang yang bersalah tetapi lebih baik introspeksi dirisendiri terhadap apa yang telah kita lakukan untuk menjaga hutan kiata.
Karena hutan kita, hutan Indonesuia adalah milik bersama dan menjadi
tanggung jawab kita sebagai makhluk tuhan yang berkewajiban menjaga
kekayaan hutan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Soeprapto, Sri. 2014. Konsep Inventif Etika Pancasila Berdasarkan Filsafat
Pancasila Notonagoro. Yogyakarta.UNY Press.
Nofitra, R. 2015. Mengapa Kabut Asap Tak Segera Ditetapkan Jadi Bencana
Nasional. http://nasional.tempo.co/ (diakses tanggal 23 Oktober 2015
pukul 22.45)
Artharini, I. 2015. Siapa Aktor Dibalik Pembakaran Hutan dan Lahan.
http://www.bbc.com/ (diakses tanggal 24 Oktober 2015 pukul 05.01)