Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH DEFORESTASI HUTAN HUJAN TROPIS DI

KALIMANTAN TERHADAP KEHIDUPAN YANG


BERKELANJUTAN

MAKALAH TENGAH SEMESTER


DIAJUKAN SEBAGAI PELENGKAP TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP
MATA KULIAH MPKT-B

DISUSUN OLEH:
1. Achmad Fauzon R. - 1806226222
2. Adam Abdalla - 1806212886
3. Dhimas Fariza P. - 1806134171
4. Nadyezda Rifa Prihadiani - 1806183892
5. Nathanael Zefanya - 1806217552
6. Ruth Agustini Sirait - 1806213043

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS INDONESIA
2019
ABSTRAK

Penulisan Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh deforestasi
hutan hujan tropis di Kalimantan yang berperan sebagai paru – paru dunia terhadap
kehidupan yang berkelanjutan. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini
karena Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki hutan hujan tropis yang
sangat lebat, terutama di pedalaman Papua dan Kalimantan. Selain sebagai sumber
kehidupan masyarakat di sekitarnya, hutan hujan tropis di Indonesia ternyata juga
berfungsi sebagai penghasil oksigen dan bahkan dijuluki paru – paru dunia. Namun,
keberadaan hutan hujan tropis di Indonesia semakin hari semakin memprihatikan
kondisinya. Hal ini akibat adanya deforestasi, atau alih fungsi lahan hutan yang
mengakibatkan luas hutan di Indonesia terutama di Kalimantan terus menyusut secara
drastis.

Kata – kata kunci : Hutan hujan tropis, deforestasi, habitat, perekonomian,


Pemerintah.

1
DAFTAR ISI
Abstrak………………………………………………………………………….....1
Daftar Isi…………………………………………………………………………..2
Kata Pengantar…………………………………………………………………….3
Bab 1 : Pendahuluan……………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….....4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………....5
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………..5
1.4 Metode Penelitian………………………………………………………6
1.5 Sistematika Penulisan…………………………………………………..7
Bab 2 : Kerangka Teoritis………………………………………………………....8
Bab 3 : Analisis Masalah………………………………………………………….9
3.1 Bagaimana pengaruh deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan
terhadap kehidupan yang berkelanjutan?......................................................9
3.2 Apa yang menyebabkan deforestasi hutan hujan tropis?.......................10
3.3 ​Siapa yang bertanggung jawab atas deforestasi hutan hujan tropis?.....11
3.4 ​Bagaimana Hubungan Deforestasi dengan Habitat Flora dan Fauna?..12
3.5 Siapa yang diuntungkan dan dirugikan dari adanya deforestasi
tersebut?.......................................................................................................12
3.6 Bagaimana dampak jangka panjang deforestasi terhadap perekonomian
di Indonesia?................................................................................................14
Bab 4 : Penutup…………………………………………………………………..16
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………16
4.2 Saran…………………………………………………………………..16

Daftar Pustaka…………………………………………………………………...17
Lampiran………………………………………………………………………...18

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada Ibu Maria Victoria selaku dosen
MPKT-B kelas Q yang telah sabar membimbing dan mengajar kami dalam segala
situasi. Makalah ini merupakan hasil kontribusi bersama teman- teman ​Home
Group 1 yang bersama-sam memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan


meningkatkan perhatian para pembaca akan kerusakan lingkungan yang terjadi di
Indonesia. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Depok, Maret 2019

HG 1

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara beriklim tropis dan dilalui oleh ​Ring of Fire
yang membuat tanah di Indonesia sangat subur dan memiliki banyak vegetasi.
Indonesia juga merupakan negara dengan luas hutan hujan tropis terbesar di dunia.
Persebaran hutan hujan tropis di Indonesia ini sebagian besar berada di Pulau
Papua dan Kalimantan. Ternyata fungsi hutan hujan tropis bukan hanya sebagai
habitat dari banyak flora dan fauna, Hutan hujan tropis juga menjadi sumber
kehidupan masyarakat yang hidup di sekitarnya. Lebih dari itu, fungsi yang tak
kalah pentingnya adalah sebagai penghasil oksigen dan penjaga ekosistem dunia.
Maka dari itu hutan hujan tropis di Indonesia sering disebut sebagai paru- paru
dunia.
Namun kita semua harus segera berbenah, karena berdasarkan Sebuah
penelitian terbaru yang dipublikasikan di dalam Scientific Reports, Sheil dan para
ilmuwan telah menelisik lebih dari 400 citra satelit Landsat pulau Kalimantan
antara tahun 1973 hingga tahun 2015 dan hasilnya adalah pengurangan lahan
hutan hujan tropis scara masif. Menurut penelitian ini, pada tahun 1973, sebanyak
76 persen, atau 55,8 juta hektare lahan di Kalimantan adalah hutan hujan tua.
Ilmuwan menyatakan bahwa 18,7 juta hektare hutan digunduli antara tahun 1973
hingga tahun 2015. Dan terjadi perluasan perkebunan hutan industri sebesar 9,1
juta hektare. Hal ini menandakan bahwa terdapat sebagian kelompok yang
mengalihfungsikan lahan hutan hujan tropis menjadi perkebunan industri
(terutama sawit) tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi dalam jangka
panjang.
Bukan hanya kualitas udara dan iklim di dunia yang terancam, tetapi juga
sumber kehidupan masyarakat adat dan beberapa flora fauna endemik yang
tinggal di dalam hutan hujan tropis Kalimantan pun ikut terancam. Lantas peran
pemerintah sebagai regulator sangat diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan
di Kalimantan. Bukan hanya pemerintah, kita juga harus andil membantu
menyelamatkan ekosistem hutan hujan tropis di Kalimantan melalui berbagai
kampanye dan aksi sosial demi kesejahteraan anak cucu kita nanti.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan
bahwa rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan terhadap
kehidupan yang berkelanjutan ?
2. Apa yang menyebabkan deforestasi hutan hujan tropis ?
3. Siapa yang bertanggung jawab atas deforestasi hutan hujan tropis ?
4. Bagaimana hubungan deforestasi dengan habitat flora dan fauna ?
5. Siapa yang diuntungkan dan dirugikan dari adanya deforestasi tersebut ?
6. Bagaimana dampak jangka panjang deforestasi terhadap perekonomian di
Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam sebelumnya, berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. untuk mengetahui pengaruh deforestasi hutan hujan topis di Kalimantan
terhadap kehidupan yang berkelanjutan.
2. untuk mengetahui penyebab deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan.
3. Untuk mengetahui pihak - pihak yang bertanggung jawab atas kerusakan
lingkungan dan deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan.
4. Untuk mengetahui hubungan deforestasi dengan habitat flora dan fauna.
5. Untuk mengetahui pihak yang diuntungkan dan dirugikan akibat adanya
deforestasi.
6. Untuk mengetahui dampak jangka panjang deforestasi terhadap
perekonomian di Indonesia.
1.4 Metodologi Penelitian
1.4.1 Metode Penelitian
Penulisan makalah ini dilakukan melalui metode penelitian deskriptif,
dimana metode ini memiliki sebuah tujuan untuk bisa mengumpulkan data secara
detail, mendalam dan juga aktual. penelitian ini menjadikan perbandingan tentang
apa yang bisa di lakukan untuk menentukan sebuah solusi dalam menghadapi
sebuah permasalahan.

5
1.4.1. Dasar Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan atas dasar untuk mengetahui pengaruh
deforestasi hutan hujan tropis di kalimantan terhadap kehidupan yang
berkelanjutan.
1.4.2 Fokus Penulisan
Penulisan difokuskan kepada penyebab deforestasi di kalimantan, pengaruh
deforestasi hutan hujan tropis di kalimantan habitat flora dan fauna, perekonomian
Indonesia, dan kehidupan sosial masyarakat.
1.4.3 Sumber Data
Data yang digunakan dalam metode penelitian makalah ini merupakan data
sekunder dimana sumber data yang digunkan berasal dari literatur yang relevan
serta beberapa sumber, meliputi data dari CIFOR, jurnal dan buku yang sesuai
dengan masalah yang diangkat, yaitu pengaruh deforestasi hutan hujan tropis di
kalimantan terhadap kehidupan yang berkelanjutan.
1.4.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data studi
dokumen primer dan dokumen sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui
berbagai website online dan jurnal pendukung yang dikeluarkan oleh
masing-masing instansi terkait.
1.4.5 Penyusunan Makalah
Proposal makalah disusun dengan mengacu pada sistematika yang telah
ditetapkan dan dilakukan beberapa perbaikan (revisi) dalam sistematika penulisan
dan disertai dengan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber terkait
sehingga makalah dapat tersaji secara runtut dan mudah dipahami.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas makalah ini, maka materi-materi yang tertera
pada makalah ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.

6
BAB 2 KERANGKA TEORITIS
Bab ini memberikan dasar konseptual bagi penelitian, mengidentifikasikan
jaringan hubungan antarvariabel yang dianggap penting bagi studi
terhadap situasi yang akan diteliti.
BAB 3 ANALISIS MASALAH
Bab ini berisi perkembangan hutan hujan tropis di kalimantan, hal yang
menyebabkan deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan, hubungan
deforestasi hutan hujan tropis dengan habitat flora dan fauna di
Kalimantan, dan dampak jangka panjang deforestasi terhadap
perekonomian Indonesia.
BAB 4 PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan
penelitian berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

7
BAB 2
KERANGKA TEORITIS

Makalah ini akan membahas tentang bagaimana variabel independen yakni


hutan hujan tropis di kalimantan sebagai paru-paru dunia, dan deforestasi di
kalimantan mempengaruhi variabel dependen yakni habitat flora dan fauna,
perekonomian Indonesia, kehidupan sosial masyarakat, dan kehidupan berkelanjutan
di masa yang akan datang dimana hubungan antara variabel independen dan variable
dependen diperkuat atau dilemahkan oleh variabel moderator yakni pertumbuhan
populasi Indonesia, pertumbuhan sektor-sektor komoditas di dunia, perkebunan sawit,
dan Hukum dan aturan perhutanan di Indonesia.

8
BAB 3
ANALISIS MASALAH

3.1 Bagaimana pengaruh deforestasi hutan hujan tropis di Kalimantan terhadap


kehidupan yang berkelanjutan?
Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan untuk
diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non-hutan. Bisa juga
disebabkan oleh kebakaran hutan baik yang disengaja atau terjadi secara alami.
Perdebatan mengenai hilangnya hutan di Kalimantan pada umumnya terfokus pada
seberapa besar kesalahan perkebunan tanaman industri dalam hal ini. Kubu konservasi
menyalahkan sawit dan kertas atas kerusakan hutan hujan tropis. Sementara kubu
perkebunan berkilah, perluasan tanaman dilakukan di atas lahan terdeforestasi.
Penelitian yang dipublikasikan di dalam Scientific Reports, Sheil dan para
ilmuwan menelisik lebih dari 400 citra satelit Landsat pulau Kalimantan antara tahun
1973 hingga tahun 2015 untuk menyusuri jejak deforestasi dan degradasi hutan seiring
terjadinya perluasan perkebunan. Menurut penelitian ini, pada tahun 1973, sebanyak
76 persen, atau 55,8 juta hektare lahan di Kalimantan adalah hutan hujan tua. Ilmuwan
menyatakan bahwa 18,7 juta hektare hutan digunduli antara tahun 1973 hingga tahun
2015. Dan terjadi perluasan perkebunan hutan industri sebesar 9,1 juta hektare.
Banyak perkebunan sawit di Kalimantan dibangun di atas hutan terbakar,
memang menjadi pemicu perdebatan apakah sawit merupakan penyebab utama
deforestasi di wilayah ini. Sejak tahun 2005, Kalimantan mengalami ledakan
pembangunan perkebunan. Lebih dari separuh perkebunan yang ada saat ini berdiri
mulai di tahun tersebut, dan ada peningkatan tajam konversi cepat hutan menjadi
perkebunan. Meskipun penanaman dilakukan di lahan terdegradasi, deforestasi tetap
sangat tinggi di Indonesia dan tanda-tanda perlambatan belum terlihat.
Deforestasi terhadap kehidupan yang berkelanjutan dapat menyebabkan
hilangnya mata pencaharian. Jutaan orang menggantungkan mata pencahariannya pada
hutan, terutama bagi penduduk sekitar hutan. Kegiatan pertanian skala kecil, berburu,
meramu, mengumpulkan hasil hutan ikutan sangat diandalkan masyarakat sekitar
hutan. Dengan rusaknya hutan mata pencaharian mereka akan terganggu.

9
Lebih lanjut, hilangnya keanekaragaman hayati. Lebih dari 80% keanekaragaman
hayati dunia dapat ditemukan di hutan hujan tropis. Kehilangan hutan berarti
kehilangan spesies atau dengan kata lain kehilangan kehidupan itu sendiri. Sampai
dengan, terganggunya siklus air. Dengan hilangnya hutan tidak ada lagi penguapan air
tanah oleh pohon. Hal ini bisa membuat iklim lokal menjadi lebih kering.
3.2 Apa yang menyebabkan deforestasi hutan hujan tropis?
Deforestasi terjadi karena desakan konversi lahan untuk permukiman, infrastruktur,
dan pemanenan hasil kayu untuk industri. Selain itu juga terjadi konversi lahan untuk
perkebunan, pertanian, peternakan dan pertambangan. Berdasarkan catatan organisasi
lingkungan WWF, faktor terbesar yang menyebabkan deforestasi antara lain:

1.Konversi pertanian. Populasi manusia yang terus membengkak membutuhkan


pasokan bahan pangan yang semakin besar dan desakan permintaan kelapa sawit
sebagai komoditas utama ekspor Indonesia.
2.Illegal logging. Hampir 50% pemanenan kayu di hutan-hutan alam merupakan
illegal logging​. Pemerintah di berbagai negara telah mencoba mengawasi mulai dari
pemanenan kayu di hutan hingga penjualannya. Namun hal ini belum bisa
memberantas ​illegal logging​ dengan efektif.
3.Kebakaran hutan. Jutaan hektar hutan telah lenyap akibat kebakaran hutan setiap
tahunnya. Deforestasi dari kebakaran hutan lebih banyak dibanding deforestasi akibat
konversi pertanian dan ​illegal logging disatukan. Kerugian yang ditimbulkan akibat
kebakaran hutan juga lebih besar, karena berpotensi menghilangkan plasma nutfah dan
ancaman langsung bagi manusia, seperti gangguan kesehatan, kehilangan materi, dan
jiwa.

Desakan kebutuhan konversi lahan hutan diperparah dengan lemahnya pengawasan


dan metode yang digunakan dalam mengelola hutan. Sebut saja misalnya pembersihan
lahan untuk pertanian dan perkebunan. Masih banyak yang menggunakan cara-cara
dengan membakar hutan. Metode ini banyak digunakan selain karena biayanya yang
murah, abu hasil pembakaran akan memperkaya tanah dengan sejumlah mineral yang
dibutuhkan tanaman. Pembakaran juga efektif untuk menghilangkan gangguan gulma
seperti benih-benih rumput. Namun pada prakteknya metode pembersihan lahan

10
dengan pembakaran sering menyebabkan kebakaran hutan yang tidak terkendali.
Akibatnya, ratusan ribu bahkan jutaan hektar hutan yang bukan menjadi sasaran ikut
terbakar habis.
3.3 Siapa yang Bertanggung Jawab Atas Deforestasi Hutan Hujan Tropis?

Kami semua tahu perusahaan-perusahaan yang melakukan penebangan ​illegal


yang bertanggung jawab atas kerusakan hutan terutama yang terjadi di Kalimantan.
Namun telah ditelusuri dan diteliti, ternyata inggris merupakan negara yang mengimpor
kayu-kayu liar terbesar dari Indonesia. Pada tahun 2019 1,6 meter juta kayu illegal
diimpor oleh inggris dari Indonesia. Kayu seluas itu ternilai sebesar 200 juta dolar US,
inggris pun menjadi salah satu negara yang bertanggung jawab atas deforestasi hutan di
Indonesia.

Selain itu tiap tahunnya terjadi penebangan liar sebanyak 30 triliun rupiah yang
menghabisi 70 juta meter kubik. Memang dari keuntungan yang didapat inilah mengapa
perusahaan-perusahaan jadi ketagihan untuk terus menebang hutan secara besar-besaran.
Pada tahun 2005 terjadi 276 kasus penebangan liar dan hanya 15 yang divonis oleh
hukum.

Penebangan liar di Indonesia masih sangat sulit dikendalikan. Orang-orang yang


dijerat oleh hukuman juga masih di kalangan level kerja operator teknis, sedangkan otak
perusahaan masih berkeliaran bebas dan tidak tertangkap oleh hukum. Ini terjadi karena
belum adanya Undang-undang atau surat keputusan yang dapat menjerat orang-orang
yang main dibelakang layar. Atau hal yang terburuk terjadi adalah undang-undang dan
surat keputusan yang sudah ada "dibeli" oleh orang-orang dibelakang layar untuk
keuntungan yang mereka rasakan sendiri.

Dari kasus-kasus yang terjadi ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa
perusahaan asing dan perusahaan dalam negri merupakan orang-orang yang bertanggung
jawab atas adanya penebangan liar ini. Tak hanya mereka pemerintah pun sangat
bertanggung jawab dan memiliki tugas untuk memperketat hukum dan instrumen
keamanan mereka mulai dari TNI dan kepolisian, dan dari bidang hukum dari jaksa dan
perundang-undangan.

11
3.4 Bagaimana Hubungan Deforestasi dengan Habitat Flora dan Fauna?

Deforestasi atau kerusakan hutan memiliki hubungan yang sangat erat dengan
habitat flora fauna. Pada dasarnya, flora dan fauna hidup di hutan dan tempat tinggal
mereka adalah hutan itu sendiri. Dengan adanya kerusakan hutan, otomatis tempat
tinggal mereka pun rusak dan tidak layak lagi untuk ditinggali. Untuk fauna mereka
kehilangan tempat tinggal dan harus mencari tempat tinggal baru, sedangkan untuk
flora, mereka bahkna sampai kehilangan nyawa mereka karena merekalah bagian dari
hutan itu sendiri.

Karena kehilangan tempat tinggal dan nyawa ini, dengan logika berfikir, spesies
dari tempat yang dirusak habitatnya akan berkurang. Semakin hancur habitat itu, spesies
semakin berkurang dan perlahan-lahan akan mengalami kepunahan. Untuk flora itu
sendiri mereka 70% tinggal dihutan. Dengan menghilangnya spesies yang ada, dunia
pendidikan dalam bidang flora dan fauna sangat dirugikan karena mereka kehilangan
object penelitian yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian data 10 tahun produksi buah di Tuanan (Kapuas,


Kalimantan Tengah), 2015 merupakan tahun terburuk kebakaran hutan, penuh asap dan
mempengaruhi produksi buah jangka panjang. Hasil observasi dan analisa awal data
fenologi 2015 – 2016 memperlihatkan penurunan produksi buah yang tajam sepanjang
tahun.

Penelitian dilakukan terhadap orang utan yang kehilangan habitatnya karena


kebakaran hutan di Kalimantan tahun 2015 terkait pepohonan yang dipergunakan
orangutan sebagai sarang atau tempat bergelantungan. Kebarakan hutan tentu
menghilangkan pepohonan yang menjadi tempat tinggal mereka.

3.5 Siapa yang diuntungkan dan dirugikan dari adanya deforestasi tersebut?
​Pihak yang diuntungkan tetapi jarang disadari adalah masyarakat Indonesia dan
sisanya adalah swasta dan pemerintah, Pada tahun 2016 luas areal luas areal
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau diperkirakan sebesar 2,40 juta hektar. Pada
tahun 2016 Provinsi Riau diperkirakan tetap menjadi produsen CPO(produksi minyak
sawit) terbesar Indonesia dengan produksi sekitar 23,96 persen dari total produksi
Indonesia. Pada tahun 2016 diperkiraan sebesar 18,26 juta ton CPO (58,88 %) berasal

12
dari perkebunan swasta, 10,86 juta ton (35,02 %) dari perkebunan rakyat dan 1,8 juta
ton (6,08 %) berasal dari perkebunan besar negara. Pada tahun 2011 (sumber :
https://www.bps.go.id) Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2016 9 total volume ekspor
mencapai 17,87 juta ton dengan total nilai sebesar US$ 19.37 milyar, meningkat
menjadi 24,33 juta ton pada tahun 2016 dengan total nilai sebesar US$ 16,27 milyar

Melihat dari data diatas yang menunjukkan kuantitas yang di ekspor dan nilai dari
kuantitas, swasta mengambil keuntungan terbesar sampai kurang lebih 60%, yang
kedua masyarakat sebesar 35%, dan akhirnya 6% dari negara. Jadi dari deforestasi
dalam merubah lahan menjadi kelapa sawit saja menghasilkan US$ 16,27 milyar
,dengan pendapatan sebesar ini jelas deforestasi akan mendatangkan untung yang
besar.
​Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit

Melalui data produksi yang dihasilkan perkebunan kelapa sawit oleh rakyat di Riau,
di Tahun 2016 ada 3 juta ton dan perkiraan pendapatannya adalah US$ 3-4 juta.
Tetapi yang dirugikan yang pertama pasti adalah orang-orang yang ingin
menikmati habitat fauna dan flora yang berada di hutan tersebut, karena deforestasi
adalah merubah hutan menjadi non hutan dan mengakibatkan flora yang ada
didalamnya menghilang mengakibatkan fauna yang ada tidak memiliki tempat tinggal
dan akhirnya punah.

13
3.6 Bagaimana dampak jangka panjang deforestasi terhadap perekonomian di
Indonesia?
​Dibutuhkan sekitar 4 - 10 tahun bagi pohon kelapa sawit untuk menghasilkan buah
yang sesuai untuk panen. Setiap pohon kemudian akan terus menghasilkan buah hingga
30 tahun, jadi bila pada tahun 2024 kelapa sawit sudah berumur 30 tahun maka
Indonesia akan mengalami penurunan PDB sebesar US$ 16 juta.
Kemudian hutan yang telah hilang karena terjadi deforestasi mengakibatkan
terjadinya kelangkaan sumber daya alam yang berasal dari hutan, dengan melihat data
yang ada di analisa masalah 3.5 bisa diketahui bahwa ada 2,40 juta hektar yang
mungkin akan hilang dan sebesar lahan itu juga sumber daya yang didalamnya hilang.
Karena kebutuhan akan perkebunan dan lainnya juga akan meningkat maka menurut
proyeksi dalam laporan business-as-usual (BAU), jika tingkat deforestasi 2005-2015
terus berlanjut, dalam skenario BAU, 6 juta hektar hutan lainnya kemungkinan akan
mengalami deforestasi selama periode lima tahun berikutnya dari tahun 2015 dan 2020 .
Perkiraan pada 2020 Kalimantan sudah kehilangan 75% hutan, dan selama 5 - 10
tahun tanpa kebijakan yang mencegah hal ini Kalimantan akan menjadi gundul dan
tidak akan disebut ​Heart Of Borneo l​ agi. Akhirnya pasokan oksigen yang berasal dari
Kalimantan berkurang diakibatkan deforestasi terlebih lagi deforestasi yang disebabkan
kebakaran hutan yang menambah karbon dioksida dan melubangi ozon. Jika dengan
peningkatan suhu hingga dua derajat, keanekaragaman hayati Borneo khusus spesies

14
laut, reptil dan amfibi akan sangat terganggu. Bahkan, berpotensi hancur pada tahun
2050 bila suhu meningkat lebih panas lagi.

15
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan
untuk diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non-hutan. Bisa
juga disebabkan oleh kebakaran hutan baik yang disengaja atau terjadi secara alami.
Deforestasi memberikan dampak positif pada pemerintah dan masyarakat dalam jangka
pendek dengan peningkatan pendapatan negara. Sementara itu deforestasi akan
memberikan dampak negatif dalam jangka panjang berupa kelangkaan dan kerusakan
lingkungan hidup yang fatal.
Hal tersebutlah yang menyebabkan tingkat deforestasi harus diturunkan. Pada
hakikatnya deforestasi tidak dapat benar-benar dihentikan. Sebagai manusia yang
memiliki akal budi dan etika, hal yang dapat dilakukan adalah menurunkan tingkat
deforestasi dan mengoptimalkan lahan yang telah ada.
4.2 Saran
Pemerintah sekiranya dapat memperjelas peraturan yang dikeluarkan dan
memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya melestarikan hutan.
Pemerintah juga dapat mengembangkan sumber-sumber daya terbarukan yang dapat
menjadi alternatif. Namun, hal yang perlu dipahami adalah bahwa mengatasi
permasalahan kerusakan lingkungan akibat deforestasi tidak menjadi tanggung jawab
pemerintah semata melainkan seluruh lapisan masyarakat.
Sebagai mahasiswa yang telah menerima subsidi biaya pendidikan dari perintah
yang dimana perkebunan kelapa sawit memiliki sumbangsi yang cukup besar dalam
pendapatan pemerintah, mahasiswa haruslah mengoptimalkan pendidikannya. Dengan
demikian, di masa yang akan datang mahasiswa dapat memberikan andil untuk
melestarikan alam Indonesia dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim MPKT B. (2019). ​Pemicu PBL 1.​ (Diakses dari :
2. Ramsay, Deanna. (2016). ​Mempelajari Penyebab Deforestasi di Kalimantan.
(Diakses dari :
https://forestsnews.cifor.org/44242/mempelajari-penyebab-deforestasi-di-kalimant
an?fnl=id%20)​)
3. Risnandar, Cecep. (2018). ​Deforestasi.​
(Diakses dari : ​https://jurnalbumi.com/knol/deforestasi/​)
4. SMART Agliculture and Food.(2017). ​Bagaimana Pohon Kelapa Sawit Tumbuh?​
(Diakses dari :
https://www.smart-tbk.com/idbagaimana-pohon-kelapa-sawit-tumbuhenhow-oil-pa
lm-is-grown/​)
5. Langit, Donatus. (2017). ​Forest Landscape.
(Diakses dari :
:​https://www.wwf.or.id/program/wilayah_kerja_kami/kalimantan/heart_of_borneo/
hobresources/?uNewsID=57682​)
6. Saturi, Sapariah. (2012). ​Perubahan Iklim dan Deforestasi di Borneo Berdampak
Fatal.​ (Diakses dari :
https://www.mongabay.co.id/2012/06/15/perubahan-iklim-dan-deforestasi-di-borne
o-berdampak-fatal/​)
7. A’yunn, Qurrata. (2014). ​Makalah Hutan Hujan Tropis​. (Diakses dari :
https://www.academia.edu/8327154/Makalah_Hutan_Hujan_Tropis​)

17
LAMPIRAN

(​Pada tahun 1973, sebanyak 76 persen, atau 55,8 juta hektare lahan di Kalimantan adalah
hutan hujan tua.)

(Ilmuwan menyatakan bahwa 18,7 juta hektare hutan digunduli antara tahun 1973 hingga
tahun 2015. Dan terjadi perluasan perkebunan hutan industri sebesar 9,1 juta hektare.)

18

Anda mungkin juga menyukai