Disusun Oleh :
KELOMPOK
1. Inas Tahirah
2. Nurfahmi Aprilia
3. Fadila Muallim Paisal
4. Rio Fernando
5. La Ode Irfan Kanawa
Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan laporan ini dalam bentuk maupun isinya.
Adapun tujuan dan maksud saya membuat laporan ini adalah sebagai salah
satu pemenuhan tugas mata kuliah Pengetahuan Lingkungan . Sekaligus pula saya
sampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya kepada segenap pihak yang
sudah memberikan bantuan dalam menulis laporan ini.
Saya menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang terdapat pada
laporan ini. Dengan demikian, saya mengharapkan kritik dan saran bagi segenap
pihak buat saya jadikan sebagai bahan evaluasi demi meningkatkan kinerja untuk
selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
A. Bili-bili .............................................................................................................. 4
B. Kunyika atau Tambang sirtu ............................................................................. 4
C. Benteng tinggi ................................................................................................... 4
D. Hutan pinus ...................................................................................................... 5
Bab IV
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemahaman tentang lingkungan dimaksudkan agar mahasiswa dapat
memperluas wawasan pengetahuan tentang keadaan lingkungan masyarakat,
sehingga cakrawalanya tidak terbatas pada bidang keahliannya masing-masing.
daripada itu, mahasiswa dapat berpikir secara “lintas bidang” dan generalis
tentang masalah lingkungan yang merupakan salah satu mata kuliah umum
dengan visi berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis,
peka dan arif dalam memahami keragaman kesetaraan dan kemartabatan
manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika dan etika dan moral dalam
berkehidupan bermasyarakat. Maka dari itu kami melakukan praktek lapangan
berhubungan dengan mata kuliah pengetahuan lingkungan dasar di Malino,
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Ialah salah satu
daerah tempat warga bermukim, serta malino merupakan tempat yang terkenal
dengan tempat-tempat wisatanya. Pada daerah ini terdapat banyak vila dan
perumahan yang disewakan menanadakan bahwa tempat ini merupakan lokasi
wisata yang diminati oleh banyak orang.
B. Tujuan
Tujuan dari praktek lapang pengetahuan lingkungan adalah untuk
mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat serta untuk mengetahui
kondisi fisik wilayah di kawasan bendungan bili-bili, penambangan sirtu, dan
wisata pohon pinus malino.
C. Manfaat
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Problematika lingkungan
2
C. Ekologi Sebagi Dasar Ilmu Lingkungan
Ekologi berasal dari bahas ayunani “oikos” yang berarti rumah atau rumah
tangga atau tempat tinggal, dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi mempelajari
rumah tangga lingkungan, tempat hidup semua organism, seluruh proses-proses
fungsional yang menyebabkan tempat hidup itu cocok untuk didiami. Secara
harfiah, ekologi adalah ilmu yang mempelajari organism di tempat hidupnya
dengan menggunakan pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Secara tradisional ekologi biasanya diberibatasan sebagai ilmu
yang mempelajari interaksi antara organisme dalam lingkungannya (Tim
Dosen, 2011:43).
3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Dam bili-bili
4
Di lokasi ketiga ini melakukan pengamatan terhadap tumbuhan apakah
alami atau budidaya dan sungai je;ne bulang yang merupakan hulu dari aliran
sungai je’ne berang yang terdapat di area benteng tinggi.
D. Hutan Pinus malino
1. Dam Bili-bili
a. Gambaran umum lokasi
Bendungan Bili-Bili ini merupakan salah satubendungan terbesar
di Sulawesi Selatan, yang terletak di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan,
5
sekitar 30 kilometer ke arah timur Kota Makassar. Bendungan ini
diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 1999.
Bendungan dengan waduk 40.428 hektar ini dibangun dengan dana
pinjaman luar negeri sebesar Rp 780 miliar kerja sama dengan Japan
International Cooperation Agency (JICA). Bendungan Bilibili menjadi
sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gowa dan
Makassar.
Ini adalah wilayah tangkapan air untuk menekan erosi permukaan
atau banjir yang di kirim ke makassar yang tiap tahun terjadi banjir 1980-
an. Setelah itu pemerintah memikirkan bagaimana ancaman banjir itu
dimanfaatkan dengan maksimal dengan cara di bendung, namun setelah
di bendung muncul berbagai problematika seperti erosi permukaan tidak
pernah berhenti, untuk mempertahankan usia bendungan ini di tiap-tiap
percabangan sungai keatas sampai ke hulu dibuatlah bendungan-
bendungan kecil/ cekdam-cekdam memiliki manfaat memmperpanjang
usia air.
b. Gambaran umum masyarakat
Pada lokasi bendungan bili-bili, masyarakat pada daerah tersebut
sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang, hal ini di
akibatkan karena lokasi tersebut di lalui oleh jalan poros Malino –
Makassar sehingga para wisatawan yang berkunjung ke malino,
sepertinya tidak lengkap rasanya kalau tidak menyempatkan waktunya
untuk singgah menikmati pemandangan danau di DAM bili, selain
bermata pencaharian sebagai pedagang, terdapat juga warga yang
bermata pencaharian sebagai tukang kebun, khususnya tukang kebun
jagung, tak lain adalah untuk di perjual belikan di pinggir jalan sepanjang
jalan poros Malino- Makassar di sekitaran bendungan Bili-bili. Selain
mata pencaharian sebagai gambaran kondisi perekonomian warga
setempat, juga terdapat gambaranhubunngan kekerebatan antara warga,
hubungan kekerabatan antara warga pada daerah tersebut merupakan
hubungan kekerabatan yang masih bersifat kekeluargaan di mana hasil
6
wawancara dengan salah satu penduduk setempat mengatakan bahwa,
sifat gatong royong, adat nenek moyang, masih kental di derah tersebut.
c. Dampak positif dan negatif adanya bendungan bili-bili
Dampak positif
1) Air sangat dibutuhkan aeperti untuk pengairan
2) Sebagai sumber mata pencaharian sebagai nelayan
Dampak negative
1) Dapat menenggelamkan nelayan jika tidak berhati-hati
2) Jika musim hujan, air dapat menguap dan dapat mengakibatkan
makassar banjir
2. Kunyika atau penambangan sirtu
a. Gambaran umum lokasi
Penambagan sirtu ini berada di bawa kaki pengunungan yang
dialiri oleh sungai jeneberang, batuan tersebut merupakan batuan
sidimentasi yang mengendap dikaki gunung dan dimanffatkan oleh
warga sekitar untuk menjadi bahan tambangan. Dalam penambangan
sirtu terdapat beton penghalang yang berfungsi untuk mengendapkan
pasir agar tidak hanyut terbawah arus. Dengan adanya penambangan sirtu
masyarakat sangat diuntungkan karena tidak perlu lagi membeli batu dan
pasir untu membuat rumah, karena bahan material tersebut sudah
tersediah dilingkungannya. Dan jiga dengan adanya sirtu tersebut yang
terendap di dasar sungai maka tingkat erosi di atau pengikisan di pinggir
sungai akan berkurang sehingga ancaman longsor pemukuman warga
tidak terlalu berpotensi.
b. Gambaran umum masyarakat
Penduduk yang ada pada sekitaran tambang pasir tersebut
kebanyakan bermata pencaharian sebagai penambang yang akan di
perjual belikan kepada konsumen dari berbagai derah khususnya yang
berasal dari kota Makassar, selain bertambang pasir terdapat juga
sebagian penduduk yang memiliki pekerjaan sampingan yakni
berdagang, dan tukang warung sebagai tempat istirahat penambang dan
pengguna jalan poros, Malino- Makassar, Apabila musim kemarau
7
terdapat penduduk yang memanfaatkan lahan di sekitaran pinggir sungai
untuk, bertani padi, hal ini di sebabkan karena lahan yang cocok untuk
menanam padi apa bila musim hujan maka tergenang oleh air sungai
yang mengalami pasang karena banyaknya debit air yang terkumpul di
DAM bili hingga ke penambangan pasir tersebut. Tetapi hal ini dapat
terjadi apa bila musim hujan yang panjang. Terdapat juga hubungan
kekerabatan antara masyarakat yang tidak jauh beda dengan hubungan
kekerabatan Masyarakat di sekitaran bendungan Bili-bili
3. Banteng tinggia
Dalam istilah makassar benteng berarti tiang dan tinggia berarti
tinggi. Disebelah kiri daerah ini terdapat sungai je’ne bulang yang
merupakan hulu dari sungai je’ne berang, lereng barat bawakaraeng. Di
kaki daerah ini terdapat banyak sawah yang merupakan hasil dari lahan
terbuka. Di daerah ini banyak terdapat jenis pepohonan seperti pinus,
cengkeh, bambu, kamboja dan masih banyak jenis lainnya.
Pohon pinus yang ada didaerah ini bukan hasil budidaya
masyarakat tetapi dibawa oleh Belanda pada masa penjajahan karena
pada masa itu di daerah banteng tinggia gersang dan juga karena
tempatnya yang srategis.
8
penah dilakukan perundingan tingkat nasional yaitu Perundingan Malino
yang salah satunya membahas tentang konflik di Poso. Wisata pohon
pinus juga telah terancam mengalami kepunahan, di karenakan
kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pepohonan yang
rindang sehingga banyak pohon pinus yang di tebang secara Cuma –
Cuma.
b. Gambaran umum penduduk
Pada lokasi ini yang merupakan salah satu temapat wisata di
malino, penduduk setempat kebanyakan bermata pencaharian sebagai
pedagang dikarenakan banyak pengunjung yang datang ke hutan pinus
malino,sebagian penduduk yakni berwira usaha dengan membuka
warung-warung dengan tujuan sebagai tempat istrahat para wisatawan
sambil menikmati kopi malino dan cendol pinus, sebagian warga
setempat yang memiliki modal telah membangun villa yang akan di
sewakan kepada para wisatawan yang menginap di sekitaran kota
malino.Banyak orang menjadikan tempat ini sebagai tempat favorit untuk
berpiknik keluarga. Tidak hanya itu tersedia juga jasa penyewaan kuda
bagi para wisatawan. Hal ini juga membantu masyarakat sekitar dalam
mengais rejeki.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi sosial masyarakat, khususnya di Kabupaten Gowa sangat bagus,karena
ketidakadanya perselisihan-perselisihan yang terjadi antar warga masyarakat.
2. Kondisi ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Gowa, umumnya di atas
rata-rata, namun pada saat musim penghujan, karena dominan bekerja sebagai
petani maka hasil pertaniannya kurang baik.
3. Kondisi fisik wilayah di Kabupaten Gowa, khususnya di daerah
Tinggimoncong,wilayahnya memiliki topografi yang bervariasi, secara umum
mulai dari datar, berbukit dll.
B. Saran
Berdasarkan praktikum lapangan yang telah dilakukan, maka kami
dapat memberikan saran, bahwa:
1. Sebaiknya para masyarakat lebih menjaga dan memanfaatkan lahan yang ada
yang dapat menghasilkan suatu lahan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
2. Sebaiknya pemerintah setempat lebih memperhatikan lagi masyarakat serta
lingkungan di daerah Malino tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Gunggung Seno Aji, 2003. Lingkungan dan Ekosistem, Tesis S 2 Ilmu Alam,
UGM, Yogyakarta
iii