Anda di halaman 1dari 4

Manajer dan Perilaku Etis

Etika (Ethics) merupakan prinsip dan kepercayaan yang mendefinisikan


keputusan dan tindakan yang benar dan yang salah.

Faktor yang Menentukan Perilaku Etis dan Tidak


Etis

1. Stage of Moral Development

 Level 1 : Preconventional level : pilihan


seseorang antara benar dan salah berdasarkan risiko personal dari sumber luar
(outside resources) seperti
hukuman fisik, penghargaan atau pertukaran kebutuhan
 Level 2 : Conventional Level : Keputusan etis berdasarkan menjaga standar yang
diharapkan dan kehidupan sesuai harapan orang lain
 Level 3 : Principal Level : individu mendefinisikan nilai-nilai moral, terlepas dari
otoritas kelompok mana mereka berasal atau masyarakat pada umumnya.

2. Karakteristik Individual

Terdapat dua karakteristik individual, yaitu nilai dan kepribadian.


A. Nilai
Keyakinan dasar tentang apa yang benar dan apa yang salah. Meskipun nilai
dan stage of moral development tampak sama,kedua hal tersebut berbeda.
Nilai bersifat luas dan mencakup berbagai masalah; stage of moral
development merupakan ukuran kemandirian dari pengaruh luar.
B. Kepribadian
2 variabel kepribadian:
1) Ego Strength mengukur kuat-tidaknya keyakinan seseorang, biasanya
adalah orang yang lebih mungkin apa yang mereka pikir adalah benar,
konsisten pada penilaian/pertimbangan sendiri.
2) Locus of Control taraf atau tingkatan di mana seseorang yakin dapat
mengontrol nasib orang itu sendiri.
Terbagi dua:
(a) Internal Locus of Control  meyakini mereka dapat mengontrol
takdir sendiri, orang yang bertanggung jawab atas risiko dan
bergantung pada standar benar salah yang menuntun hidupnya .
(b) External Locus of Controlmeyakini bahwa yang terjadi adalah
sebuah keberuntungan atau kesempatan, kurang bertanggung jawab
personal.

3. Variabel Struktural

Variabel struktural yang memengaruhi perilaku etis karyawan yaitu tujuan, sistem
penilaian kerja, dan prosedur alokasi penghargaan.
a. Tujuan (Goals)
Risiko dari diterapkannya goals atau tujuan adalah dapat mengarahkan pada perilaku
tidak etis apabila tidak mencapai tujuan, misalnya perusahaan yang mengabaikan
produk yang belum jadi untuk mencapai tujuan atau “mengelola laba” agar mencapai
ekspektasi analis keuangan.
b. Sistem Penilaian Kerja (performance appraisal)
Sistem ini dapat berpengaruh pada perilaku etis, misalnya sebuah perusahaan hanya
fokus pada outcome yang dihasilkan, para karyawan akan merasa tertekan untuk
melakukan apa yang penting untuk menghasilkan outcome yang baik dan tidak peduli
dengan bagaimana cara menghasilkan outcome yang baik tersebut. Akan lebih tidak
baik jika manajernya sabar, toleran menghadapi karyawannya seperti yang disebutkan
contoh tersebut.
c. Rewards allocation procedures
Dapat diberlakukan penghargaan maupun hukuman. Semakin banyak imbalan atau
hukuman tergantung pada hasil tujuan tertentu, pekerja semakin ditekan untuk
melakukan apapun yang mereka harus lakukan untuk mencapai tujuan tersebut,
mungkin sampai pada titik mengkompromikan standar etika mereka.

3. Budaya Organisasi

Budaya organisasi terdiri dari nilai – nilai organisasional. Karena nilai – nilai yang
dibagi bersama bisa sangat berpengaruh, banyak organisasi yang menggunnakan
value-based management yaitu bentuk manajemen di mana nilai-nilai organisasi
memandu karyawan dalam cara mereka melaksanakan pekerjaan mereka.
4. Intensitas Masalah

Ada enam karakteristik yang menentukan intensitas masalah, yaitu: besarnya


kerusakan yang ditimbulkan, consensus kesalahan, probabilitas kerusakan, kesegeraan
konsekuensi, kedekatan terhadap korban, dan konsentrasi pengaruh. Faktor-faktor ini
menunjukkan bahwa:
 Semakin besar jumlah orang yang dirugikan
 Semakin besar consensus bahwa tindakan itu salah
 Semakin besar kemungkinan tindakan itu merugikan
 Semakin cepat konsekuensi tindakan akan dirasakan
 Semakin dekat perasaan seseorang pada korban
 Semakin terkonsentrasi pengaruh tindakan pada korban
Maka semakin besar intensitas atau arti penting masalah. Ketika ada masalah etika
yang penting, karyawan akan cenderung berperilaku etis.

Etika dalam Konteks Internasional


 Penting bagi manajer perorangan yang bekerja di Negara asing untuk
mengenali pengaruh sosial, budaya, dan politik/hukum tentang perilaku apa
yang dianggap benar dan dapat diterima.
 Panduan lain untuk berperilaku etis dalam bisnis internasional adalah Global
Compact Global Compact yang merupakan dokumen yang ditetapkan oleh
PBB, yaitu prinsip melakukan bisnis secara global dalam sektor hak asasi
manusia, standar tenaga kerja, lingkungan, dan anti korupsi.
 Sepuluh prinsip Global Compact PBB:

Anda mungkin juga menyukai