Anda di halaman 1dari 11

Argumen Pro-Kontra terhadap Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial merupakan pelaksanaan tuntutan etika oleh organisasi,


dalam kaitannya dengan tuntutan lingkungan atau pihak-pihak yang berkaitan dengan
organisasi. Meskipun nampaknya argumen tanggung jawab sosial perusahaan cukup
kuat, tetapi masih ada kontroversi pro dan kontra terhadap tanggung jawab sosial
perusahaan.

Tabel berikut ini menyajikan ringkasan argument pro dan kontra terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan:

Argumen Pro Tanggung Jawab Sosial

1. Bisnis merupakan anggota masyarakat karena itu berkepentingan terhadap


kemajuan dan kebaikan masyarakat dimana bisnis itu berada.
2. Tindakan sosial dapat meningkatkan keuntungan.
3. Merupakan hal yang etis
4. Meningkatkan kesan baik image bisnis di mata publik
5. Bisnis ada karena memberi sumbangan kepada masyarakat. Masyarakat dapat
menarik kembali penugasan tersebut jika bisnis tidak dapat memberi
sumbangan yang terbaik.
6. Perlu dilakukan untuk menghindari peraturan pemerintah.
7. Norma sosial mengharuskan bisnis melakukan tanggung jawab sosial.
8. Hukum tidak dapat dibuat untuk setiap situasi, karena itu bisnis harus
memelihara ketentraman hukum dengan mengisi gap tersebut.
9. Konsisten dengan kepentingan pemegang saham. Tanggung jawab sosial akan
meningkatkan harga saham karena bisnis menjadi semakin kecil resikonya,
yaitu kecil kemungkinannya untuk diserang oleh masyarakat publik.
10. Masyarakat harus memberi kesempatan kepada bisnis memecahkan masalah
yang tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah.
11. Bisnis mempunyai sumberdaya manusia dan keuangan untuk menyelesaikan
masalah sosial.
12. Mencegah masalah lebih baik disbanding mengobatinya, biarkan bisnis
menyelesaikan masalahnya sebelum masalah tersebut membesar.
13. Bisnis menciptakan masalah, karena itu mereka harus memecahkannya.
14. Bisnis merupakan partner di masyarakat, bersama dengan pemerintah dan
masyarakat.

Argumen Kontra Tanggung Jawab Sosial

1. Tindakan sosial tidak dapat diukur


2. Tujuan suatu bisnis adalah memaksimumkan keuntungan
3. Keterlibatan dalam pekerjaan sosial membuat bisnis mempunyai kekuasaan
yang semakin besar
4. Bisnis tidak mempunyai keahlian dalam menjalankan dalam menjalankan
program-program sosial
5. Ada potensi konflik kepentingan
6. Biaya tanggung jawab sosial terlalu tinggi sehingga akan mendorong harga
menjadi terlalu tinggi
7. Akan menekan neraca pembayaran karena produk menjadi tidak kompetitif di
pasar internasional

Argumen pro pada dasarnya menganggap bahwa perusahaan merupakan bagian


dari masyarakat. Kemudian, perusahaan dan bisnis mempunyai kekuasaan yang cukup
besar. Mereka dapat menentukan jumlah tenaga kerja yang ditarik, dapat menghasilkan
peningkatan pendapatan masyarakat. Karena kekuasaan tersebut, perusahaan
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan atau meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Kekuasaan harus disertai dengan kewajiban. Program sosial yang
dilakukan perusahaan akan meningkatkan profitabilitas perusahaan paling tidak dalam
jangka panjang. Dengan demikian dengan melakukan tanggung jawab sosial
perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya.

Argument kontra berpendapat bahwa jika perusahaan diharuskan menjalankan


tanggung jawab sosial maka akan ada konflik antara tujuan ekonomi dan tujuan sosial.
Perusahaan tidak akan bertahan karena dipaksa untuk mengerjakan tugas yang
kontradiktif tersebut. Satu diantara tokoh pendukung argument kontra adalah Milton
Friedman ekonom Amerika Serikat. Friedman berpendapat bahwa tanggung jawab
sosial bahkan menjadi sesuatu yang tidak etis karena manajer dipaksa untuk
mengeluarkan uang yang seharusnya menjadi milik pemegang saham (Hanafi, 2011).

Ide mengenai CSR sebagai sebuah tanggung jawab sosial perusahaan kini semakin
diterima secara luas. Namun demikian, sebagai sebuah konsep yang masih relatif baru,
CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan masih tetap kontroversial, baik bagi
kalangan pebisnis maupun akademisi. Kelompok yang menolak mengajukan argument
bahwa perusahaan adalah organisasi pencari laba dan bukan kumpulan orang seperti
halnya organisasi sosial. Perusahaan telah membayar pajak kepada negara dan
karenanya tanggung jawabnya untuk meningkatkan kesejahteraan publik telah diambil
alih oleh pemerintah. Perusahaan, sekalipun telah membayar pajak kepada negara,
namun tidak berarti pula perusahaan tidak lagi bertanggungjawab kepada kesejahteraan
publik. Pada negara yang kurang memperhatikan kebijakan sosial atau kebijakan
kesejahteraan yang menjamin warganya dengan berbagai pelayanan dan skema
jaminan sosial yang merata, manfaat pajak seringkali tidak sampai kepada masyarakat
terutama kelompok miskin dan rentan yang tidak memiliki potensi tawar yang kuat
(Crawford dalam Milamarta, 2012).

Kelompok yang mendukung berpendapat bahwa perusahaan tidak dapat dipisahkan


dari para individu yang terlibat didalamnya yakni para karyawan dan pemilik. Oleh
karena itu mereka tidak boleh hanya memikirkan keuntungan finansial bagi
perusahaannya saja. Melainkan pula harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
publik, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan. Alasannya
masyarakat adalah sumber dari segala sumber daya yang dimiliki dan diproduksi
perusahaan. Bukankah tanpa masyarakat perusahaan bukan saja tidak akan berarti
melainkan tidak akan berfungsi? Tanpa dukungan masyarakat perusahaan mustahil
dapat memiliki pelanggan, pegawai dan sumber-sumber produksi lainnya yang
bermanfaat bagi perusahaan (Tanudjaja, 2006).
Argumentasi yang mendukung menyatakan bahwa CSR diperlukan untuk hal-hal
sebagai berikut (Anne, 2005):

 Menyeimbangkan antara kekuatan korporasi dengan aspek tanggungjawab;


 Mengurangi adanya regulasi pemerintah (yang berlebihan);
 Meningkatkan keuntungan jangka panjang;
 Meningkatkan nilai dan reputasi korporasi;
 Memperbaiki permasalahan sosial yang disebabkan oleh perusahaan.

Kemudian (Kotler & Nance, 2005) menambahkan dengan menekankan pada aspek
bisnis yaitu CSR dapat:

 Meningkatkan penjualan dan pangsa pasar;


 Memperkuat posisi merek dagang;
 Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi dan memelihara
karyawan
 Menurunkan biaya operasi;
 Menarik minat investor dan para analis keuangan.

Sedangkan argumentasi yang menentang bahwa pada dasarnya CSR hanya (Anne,
2005):

 Menurunkan efisiensi ekonomi dan keuntungan usaha;


 Membuat biaya perusahaan lebih tinggi dibandingkan kompetitornya;
 Menimbulkan biaya tersembunyi yang secara tidak langsung akan dibebankan
kepada stakeholder;
 Mensyaratkan tambahan kemampuan sosial yang sebenarnya tidak dimiliki
oleh perusahaan; dan
 Membebankan tanggungjawab kepada perusahaan yang seharusnya
dibebankan kepada individu.
Perusahaan perlu memiliki tanggung jawab sosial meyakini bahwa sebagai
bagian dari anggota masyarakat sudah semestinyalah perusahaan perlu memiliki
tanggung jawab sosial meyakini bahwa sebagai bagian dari anggota masyarakat sudah
semestinyalah perusahaan memiliki tanggung jawab sosial. Namun bagi yang kontra
berpandangan bahwa sampai sebatas mana tanggung jawab sosial tersebut. Mereka
yang berpandangan bahwa perusahaan perlu memiliki tanggung jawab sosial
menganggap bahwa banyak persoalan di masyarakat muncul sebagai akibat dari
kegiatan perusahaan yang dijalankan. Oleh karena masalah tersebut merupakan akibat
dari kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan, maka perusahaan perlu untuk memiliki
tanggung jawab untuk penyelesaian masalah tersebut. Sebagai contoh limbah industri
merupakan akibat dari kegiatan industri, maka sudah semestinyalah industri tersebut
menyelesaikan masalah limbah tersrbut agar tidak merugikan masyarakat. Di sisi lain,
mereka yang pro terhadap tanggung jawab sosial yang harus dipikul perusahaan
menganggap bahwa perusahaan juga merupakan bagian dari masyarakat sehingga perlu
juga untuk bersama-sama dengan masyarakat mewujudkan keadaan yang lebih baik.

Di sisi lain, mereka yang kontra terhadap tanggung jawab sosial yang harus
dipikirkan perusahaan beranggapan bahwa perusahaan tidak perlu terlibat dalam
tanggung jawab sosial karena pada dasarnya perusahaan tidak memiliki ahli-ahli
khusus untuk menangani tanggung jawab sosial ini dalam perusahaan. Selain itu,
mereka beranggapan bahwa keterlibatan perusahaan yang terlalu jauh dalam tanggung
jawab sosial justru akan memberikan kekuatan yang lebih besar bagi perusahaan untuk
dapat mengontrol masyarakat adalah pemerintah. Mereka juga beranggapan bahwa
pada dasarnya tujuan dari perusahaan adalah untuk meraih profit dan bukan untuk
membantu masyarakat sebagaimana halnya yang dilakukan oleh lembaga sosial seperti
yayasan, lembaga swadaya masyarakat dan lain sebagainya (Tisnawati, 2010).

Tabel berikut ini melaporkan hasil survei terhadap 560 eksekutif puncak
perusahaan dari beberapa sektor usah. Mereka diminta menjawab potensi efek positif
dan negative dari tanggung jawab sosial sosial perusahaan.
Efek Positif Proporsi Yang Efek Negatif Proporsi
Mengharapkan Mengharakan
1. Meningkatkan 97,4 % 1. Menurunkan 59,7 %
reputasi profitabilitas
organisasi jangka pendek
2. Memperkuat 89,0 % 2.konflikantara 53,9 %
sistem sosial tujuan
dimana ekonomi
organisasi berada dengan tujuan
3. Memperkuat sosial
sistem ekonomi 3.Menaikkan
dimana harga yang
organisasi berada dibebankan
untuk
konsumen
4. Kepuasan kerja 72,3 % 4.Konflik pada 27,2 %
kayawan yang kriteria untuk
lebih tinggi mengevaluasi
prestasi
manajemen
5. Menghindari 63,7 % 5.ketidakpuasan 24,1 %
peraturan dari investor
pemerintah
6. Kepuasan kerja 62,8 % 6.Menurunkan 18,8 %
eksekutif yang produktivitas
lebih tinggi
7. Probabilitas 60,7 % 7.Meningkatkan 11,0 %
bertahan hidup campur tangan
pemerintah
yang tinggi bagi
organisasi
8. Bisa menarik 55,5 % 8.Memperlemah 7,9 %
bakat manajerial sistem ekonomi
yang lebih baik di mana
organisasi
berada
9. Meningkatkan 52,9 % 9.Memperlemah 3,7 %
profitabilitas sistemsosial
jangka panjang dimana
organisasi
berada
10. Memperkuat 40,3 % 10.Menurunkan 13, 1 %
karakteristik profititabilitas
plurarisme jangka panjang
masyarakat
11. Mempertahankan 38,2 %
atau memperoleh
pelanggan

12. Investor lebih 36,6 %


menyukai
perusahaan yang
bertanggung
jawab
13. Meningkatkan 15,2 %
profitabilitas
jangka pendek.

Ilustrasi Argumen Pro terhadap Tanggung Jawab Sosial


Sebuah perusahaan elektronik bernama perusahaan ABC-Line yang
memproduksi televisi mendirikan pabrik di daerah K. Daerah K merupakan wilayah
yang strategis dengan kondisi alam yang stabil. Masyarakat yang bertempat tinggal di
daerah tersebut juga memiliki pendidikan hingga menengah atas. Akan tetapi,
kebanyakan pemuda yang merupakan anggota masyarakat di daerah tersebut
merupakan penganggur. Sehingga tingkat pengangguran di daerah K cukup tinggi.
Selama ini pemerintah telah membuka lapangan pekerjaan melalui proyek padat karya
di daerah C yang letaknya 100 km dari daerah tersebut. Tetapi sebagian besar
penganggur menolak untuk mendaftar karena alasan personal.

Semenjak perusahaan ABC-Line mendirikan pabrik televisi yang berjarak


cukup dekat dari pemukiman, sebagian besar penganggur berminat untuk menjadi
buruh pabrik. Namun, karena kapabilitas dan kompetensi yang kurang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan, mereka tidak langsung dapat bekerja di pabrik tersebut. Sebagai
solusinya, perusahaan ABC-Line mengadakan pelatihan kerja agar peminat dapat lebih
siap dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

Setelah beraudiensi dengan masyarakat dan melakukan pendekatan sosial


kepada buruh, dapat diketahui bahwa masyarakat daerah K mengalami berbagai
permasalahan yang belum disentuh pemerintah, karena letak daerah K yang jauh dari
kota. Permasalahan yang beragam tersebut misalnya tidak adanya sarana jenjang
pendidikan yang lengkap. Di daerah K hanya terdapat Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Atas. Padahal jumlah balita atau anak usia sekolah cukup banyak. Hal
tersebut menunjukkan urgensi dari adanya Taman Kanak-Kanak (TK) dan PAUD.

Mempertimbangkan hal tersebut, di tahun ke-5 pendirian pabrik, perusahaan


ABC-Line mendirikan sebuah taman kanak-kanak, dimana peserta didik diutamakan
merupakan anak dari buruh pabrik perusahaan. Namun, masyarakat selain buruh juga
dapat mengakses pendidikan tersebut. Sejak berdirinya pabrik perusahaan ABC-Line,
terdapat kemajuan pendidikan dan perkembangan yang pesat di daerah K.
Ilustrasi Argumen Kontra terhadap Tanggung Jawab Sosial

Argumentasi yang tidak mendukung adanya tanggung jawab sosial yang harus
dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat sebagai berikut. Alwi La Masinu M.T Ketua
Program Studi Pendidikan Geografi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Kie Raha Ternate sebagai kandidat Doktor yang berasal dari Desa Soligi
Kecamatan Obi selatan menjelaskan, bahwa Pulau Obi memiliki kekayaan alam yang
sangat spektakuler dan bahkan di kenal pada tingkat internasional seperti kekayaan
flora dan fauna, kerang mutiara laut, deposit epitermal, deposit batu gamping
(limestone) yang belum di eksploitasi, beberapa cadangan lainnya belum di lakukan
penyelidikan tahap awal (riset) dan cadangan nikel laterit yang saat ini di kelola dan di
kuasai oleh perusahaan Asia atau PT. Harita Group dan PT Wanatiara.

Pentingnya CSR dalam Industri Pertambangan sesuai dengan amanat Undang-


Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU
Minerba). Dalam Undang-Undang Minerba para pemegang IUP dan IUPK wajib
menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Penyusunan
program tersebut untuk kemudian akan dikonsultasikan kepada Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Jika amanat ini telah di laksanakan sesuai dengan
Undang-Undang Minerba, maka apa yang di perdayakan oleh pihak perusahaan PT.
Harita Group dan Wanatiara kepada Masyarakat di lingkar tambang selama ini.

Berdasarkan berita yang di rilis oleh Alexander Limenan melalui media (Malut)
pada hari Rabu (12/9/18) lalu, menjelaskan bahwa Dana Corporate Responsibility
Social (CSR) di klaim tidak bermasalah dan cenderung dimanfaatkan pada bidang
Infrastruktur, Pendidikan dan Pengembangan Ekonomi.

Alwi La Masinu menanggapi hal ini jika dana CSR pendidikan benar telah di
salurkan kepada warga Pulau Obi, hal ini akan dipertanyakan bahwa berapa jumlah
Sumber Daya Manusia yang di biayai oleh PT. Harita Group selama beberapa tahun
terakhir untuk di bidang Pendidikan terutama di tingkat SMP, SMA, Perguruan Tinggi
atau Universitas dari 24 desa yang ada di pulau Obi?”

Menurut Alwi La Masinu, pernyataan yang disampaikan oleh Alexander


Limenan (PT. Harita Group) merupakan kebohongan terbesar dalam sejarah tambang
bagi seluruh masyarakat Pulau Obi saat ini. Justru fakta di lapangan menunjukan bahwa
siswa/siswi yang telah tamat pendidikan SMA dan masuk Keperguruan Tinggi atau
Universitas menggunakan biaya keluarga dan bukan bersumber dari pihak PT. Harita
Group,” ungkapnya.

Contoh nyata di lapangan Desa Soligi Kecamatan Obi Selatan yang letak
geografisnya berdekatan dengan Desa Kawasi, dalam setiap satu tahun berkisar 12
orang masuk keperguruan tinggi atau Universitas menggunakan biaya keluarga, lalu
apa alasan yang mendasar perusahaan PT. Harita Group mengkalim bahwa dana CSR
Pendidikan tidak bermasalah.

Seharusnya Pihak PT. Harita Group dan Wanatiara membuat satu standar
operasional prosedur (SOP) untuk membangun sumber daya manusia di Pulau Obi
terutama dari segi pendidikan yang bisa terukur dari 24 desa tersebut.

Contoh dalam satu desa pihak perusahaan memberikan bantuan 5 orang


siswa/siswi yang masuk ke Perguruan Tinggi/Universitas, ini berarti dari 24 desa yang
di programkan dalam satu tahun terakhir berjumlah 120 orang. Kalau selama dua
terakhir maka sumber daya manusia di bidang pendidikan berada 2.4%,” paparnya.
Bibliography
Anonim. (2018, Januari). https://jurnalmanajemen.com/tingkatan-manajemen/. Retrieved
from jurnalmanajemen.com.

Gibson, D. I. (1997). Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Handoko, T. H. (2009). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Judge, T. R. (2014). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Milamarta, M. (2012). Penerapan Prinsip Tanggung Gugat dalam Pelaksanaan Tanggung


Jawab Sosial Perusahaan dalam Rangka Implementasi Triple Bottom Line di
Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 12 No. 1, 150-151.

R. Terry, G. (2003). Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Ridhotullah, S. J. (2015). Pengantar Manajemen. Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta.

Siswanto, H. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Stoner, J. (1996). Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Tanudjaja. (2006). Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia . Nirmana,


Vol 8 No.2, 94.

Tisnawati, S. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai