Aliran Hubungan manusiawi (perilaku manusia atau neoklasik) muncul karena
ketidakpuasan bahwa yang dikemukakan, pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para manajer masih menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang rasional. Sehingga pembahasan “sisi perilaku manusia” dalam organisasi menjadi penting. Beberapa ahli mencoba melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi.
Hugo Munsterberg (1863-1916). Sebagai pencetus psikologi industry, Hugo Munsterberg
sering disebut “bapak psikologi industry”. Dalam bukunya Psikology and Industrial Efficiency, dia banyak menguraikan penerapan peralatan-peralatan psikologi untuk mencapai peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu:
1. Penemuan best possible person
2. Penciptaan best possible work 3. Penggunaan best possible effect
Elton Mayo (1880-1949) dan Percobaan-percobaan Hawthorne. “Hubungan manusiawi”
sering digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan cara di mana manajer berinteraksi dengan bawahannya. Bila “manajemen personalia” mendorong lebih banyak dan lebih baik dalam kerja, hubungan manusiawi dalam organisasi adalah baik. Bila moral dan efisiensi memburuk hubungan manusiawi dalam organisasi adalah buruk. Untuk menciptakan hubungan manusiawi yang baik, manajer harus mengerti mengapa karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan factor-faktor social dan psikologi apa yang memotivasi mereka.
Sumbangan dan Keterbatasan Pendekatan Hubungan Manusiawi
Penekanan kebutuhan-kebutuhan social dalam aliran hubungan manusiawi melengkapi pendekatan klasik, sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas. Aliran hubungan manusiawi mengutarakan bahwa perhatian terhadap para karyawan akan memberikan keuntungan. Sebagai tambahan, Mayo menekankan pentingnya gaya manajer dan oleh karenanya organisasi perlu mengubah latihan manajemennya. Di samping itu, manajer diingatkan pentingnya perhatian terhadap proses kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing-masing karyawan secara individual. Teori hubungan manusiawi ini mengilhami para ilmuwan perilaku manusia seperti Argyris, Maslow, dan McGregor untuk membahas lebih lanjut motivasi manusia. Konsep “makhluk social” tidak menggambarkan secara lengkap individu-individu dalam tempatnya bekerja. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan teori hubungan manusiawi. Di samping itu perbaikan-perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan tidak menghasilkan peningkatan produktivitas yang dramatic seperti yang diharapkan. Juga, lingkungan social di tempat kerja hanya salah satu dari beberapa factor yang saling berinteraksi yang mempengaruhi produktivitas. Tingkat upah, seberapa jauh pekerjaan itu menarik, struktur organisasi dan hubungan perburuhan juga memainkan peranan. Jadi, produktivitas dan kepuasan kerja menjadi semakin kompleks dari diperkirakan semula.