Anda di halaman 1dari 115

BAB I

Konsep dasar perilaku organisasi

PENDAHULUAN

Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang memilki


tujuan bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku
organisasi merupakan pembelajaran tentang suatu
sifat/karakteristik individu yang tercipta di lingkungan suatu
organisasi. Karena manusia berbeda – beda karakteristik, maka
perilaku organisasi berguna untuk mengetahui sifat – sifat individu
dalam berkinerja suatu organisasi. Pembelajaran perilaku
organisasi akan mengetahui tentang cara – cara mengatasi
masalah – masalah yang ada di lingkungan organisasi.

A. DIMENSI-DIMENSI POKOK PEMBAHASAN TEORI


ORGANISASI

• Dimensi teknis, dimensi teknis yaitu dimensi yang


menekankan pada kecakapan atau kemampuan seseorang
yang dibutuhkan untuk menggerakkan organisasi, otomatis
yang diperlukan disini adalah sumber daya yang memiliki
keterampilan-kepterampilan dalam mengelola sebuah
organisasi. Dimensi ini berisi keahlian-keahlian birokrat atau
manajer dibidang teknis atau orang yang ahli dan
mempunyai kemampuan yang diperlukan untuk
menggerakkan organisasi, misalnya keahlian dalam
mengoperasikan komputer, memahami konsep pemasaran
serta mampu dalam penyalurannya, dan lain-lain.

• Dimensi konsep, yaitu sebuah rancangan khusus yang


dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan sebuah

Perilaku Organisasi 1
oragnisasi, artinya setiap gerak atau kegiatan yang akan
dilaksanakan tetap mengacu pada pedoman yang telah
dibuat oleh seluruh atau sebagian anggota organisasi yang
mempunyai wewenang. Selain itu juga, dimensi konsep ini
merupakan motor penggerak dari dimensi pertama dan
amat erat hubungannya dengan dimensi ketiga yakni
dimensi manusia.

• Dimensi manusia, adalah dimensi yang paling utama dalam


sebuah organisasi karena tanpa adanya dimensi manusia
otomatis suatu organisasi tidak akan pernah ada karena
tidak ada yang membuat organisasi dalam arti membentuk
sebuah organisasi dan tidak ada penggerak yang melakukan
suatu kegiatan oragnisasi tersebut. Sehingga dapat
dikatakan kalau dimensi manusia merupakan dimensi yang
komplek dalam sebuah organisasi. Namun, tetap saja
dimensi manusia tidak akan berpungsi secara utuh jika
dimensi teknis dan konsep tidak ada.

B. KERANGKA DASAR KONSEP PERILAKU ORGANISASI

Kerangka dasar pada perilaku organisasi adalah terletak pada dua


komponen yaitu individu-individu yang berperilaku, baik itu
perilaku secara individu, perilaku kelompok, dan perilaku
organisasi. Komponen yang kedua adalah organisasi formal
sebagai wadah dari perilaku itu. Yaitu sebagai sarana bagi ndividu
dalam bermasyarakat ditandai dengan keterlibatannya pada suatu
organisasi. Dan, menjalankan perannya dalam organisasi tersebut.
Pengertian perilaku organisasi menurut beberapa ahli :

Perilaku Organisasi 2
• Prof.Joe.Kelly , perilaku organisasi adalah suatu bidang
studi yang mempelajari sifat-sifat organisasi, termasuk
bagaimana organisasi di bentuk, tumbuh dan berkembang.

• Drs. Adam Indrawijaya, perilaku organisasi adalah suatu


bidang studi yang mempelajari semua aspek yang berkaitan
dengan tindakan manusia, baik aspek pengaruh anggota
terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi terhadap
anggota.

• Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu


bidang studi yang mempelajari dinamika organisasi sebagai
hasil interaksi dari sifat khusus (karakteristik) anggota dan
sifat khusus (karakteristik) para anggotannya dan pengaruh
lingkungan

• Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki


dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku
dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan
semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
(Stephen P. Robbins, Perilaku organisasi Jilid 1:7).

C. PERBEDAAN PERILAKU ORGANISASI DENGAN ILMU


PERILAKU LAINNYA

Perilaku organisasi (PO) adalah ilmu terapan, sehingga ilmu


perilaku organisasi tidak terlepas dari pengaruh ilmu perilaku
sehingga berkontribusi dengan beberapa ilmu perilaku lain,
diantaranya:

• Perbedaan antara PO dengan Psikologi Industri atau


organisasi, yaitu PO mempelajari perilaku manusia dengan

Perilaku Organisasi 3
tidak diawali pada psikologi manusia yaitu dengan
menggunakan multidisiplin, sedangkan psikologi industri
mempelajari perilaku manusia dengan diawali dari psikologi
manusia itu sendiri. Namun, keduanya sama-sama
mempelajari perilaku manusia.

• Perbedaan antara PO dengan psikologi dengan dengan teori


organisasi terletak pada dua perbedaan diantaranya, yaitu
analisis PO terpusat pada variabel tak terbatas. PO
mempelajari tingkah laku individu dan kelompok didalam
suatu organisasidan penerapan dari lmu pengetahuan
tertentu. Teori organisasi adalah studi tentang susunan,
proses, dan hasil organisasi itu sendiri.

• Perbedaan antara perilaku organisasi dengan personnel dan


human resources adalah bahwa perilaku organisasi lebih
menekankan pada orientasi konsep, berdasarkan teori,
sedangkan personnel dan human resources menekankan
pada teknik dan teknologi. Variabel-variabel tak bebas,
seperti misalnya tingkah laku dan reaksi-reaksi yang efektif
dalam organisasi, yaitu pada pengelolaan sumber daya
manusia itu sendiri agar berkualitas. Keduanya tetap
mengacu pada pengembangan dan kemajuan motivasi serta
kualitas dari, individu, kelompok dan organisasi agar terjadi
perubahan yang signiikan.

D. RUANG LINGKUP KAJIAN PERILAKU ORGANISASI

Karena ruang lingkup organisasi metode akan menyangkut


eisiensi prosedur tata cara kerja yang dipakai dalam
melaksanakan fungsi fungsi menejemen. Sedangkan pengertian
organisasi dan metode, antara manajemen , organisasi, dan tata

Perilaku Organisasi 4
cara kerja merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,
artinya kalau tata cara kerjanya sudah eisien maka diharpkan
kegiatan pelaksanaan fungsi fungsi manajemen dalam organisasi
akan berjalan lancar. Jadi dalam hal ini sifat dan maksud
organisasi metode adalah pelayanan terhadap manajer dan
administrasi yang berusaha memajukan tata cara kerja yang
dipegunakan untuk pencapaian
eisiensi yang maksimal pada organisasi tersebut.

Dengan melihat maksud dan sifat organisasi dan metode


merupakan
pelayanan bagi manajer dan addministrasi dalam melaksanakan
fungsi manajemen maka organisasi dan metode merupakan
bantuan teknis dan praktis dalampelaksanaan teori teori organisasi
dan manajemen dengan setepat tepatnya. Maka dari sifat dan
maksud organisasi dan metode dapat dipahami ruang lingkupnya
adalah hal hal yang menyangkut bidang bidang khusus dari
organisasi dan manajemen yang detail dan luas scope nya.

PENUTUP

Perilaku organisasi sangat penting digunakan dalam ruang lingkup


keorganisasian karena perilaku organisasi dapat mengetahui
karakter para pelakunya. Perilaku organisasi merupakan suatu ilmu
yang mempelajari tentang perilaku individu dalam kelompok
organisasi yang berhubungan langsung dengan ilmu – ilmu yang
lainnya. Organisasi merupakan suatu tempat berkumpulnya
sekelompok orang yang memilki tujuan bersama, memilki
eksistensi dalam pencapainnya. Maka dari itu, perilaku organisasi
sangat berguna bagi para pelakuorganisasi untuk mengetahui sifat

Perilaku Organisasi 5
– sifat/ karakter apa saja yang dibutuhkan dalam berperilaku di
organisasi.

SUMBER REFERENSI :

http://indraprasetya17.wordpress.com/
http://eziekim.wordpress.com/
http://setiya21.wordpress.com/2009/12/17/perilaku-organisasi/

BAB II
Sejarah perkembangan dan pendekatan dalam perilaku
organisasi

PENDAHULUAN

Manusia sudah mempelajari perilaku organisasi sudah berlangsung


dari zaman dulu. Pada awal abad 20, manusia sudah
mengembangkan ilmu – ilmunya tentang berperilaku organisasi.
Sejarah perilaku organisasi menjelaskan tentang bagaimana
perkembangan perilaku organisasi dari masa ke masa. Maka dari

Perilaku Organisasi 6
itu, perilaku organisasi sudah melalui banyak tahap dan
perkembangan sesuai dengan kejadian nyata yang di ambil dari
para individu yang berperilaku dalam organisasi. Para ahli
mengungkapkan bahwa perkembangan pengetahuan tentang
berperilaku organisasi akan meningkatkan keefektiitasan kinerja
seseorang dalam suatu organisasi yang ia geluti.

A. PERILAKU ORGANISASI INDUSTRI

1.Konsep tentang organisasi perlu diketahui dan dihayati agar kita


memaklumi latar belakang adanya organisasi dan ikut
mengembangkannya.

2.Konsep organisasi dibedakan ke dalam konsep klasik, neoklasik


dan modern.

3.Konsep klasik terdiri atas konsep birokrasi, administrasi dan


manajemen ilmiah.

B. PERILAKU ORGANISASI NEOKLASIK

1. Perilaku organisasi neoklasik mendekati organisasi sebagai


kelompok orang dengan tujuan bersama.

2. Perilaku organisasi neoklasik hasil “pembenahan” perilaku


organisasi klasik dengan unsur manusiawi lebih ditonjolkan.

3.Pembenahan meliputi aspek pembagian kerja, proses skalar dan


fungsional, struktur organisasi, rentang kendali, di samping itu
dimunculkan konsep tentang organisasi informal.

C. PERILAKU ORGANISASI MODERN

Perilaku Organisasi 7
1. Perilaku organisasi modern merupakan perilaku yang mendekati
masalah sebagai suatu sistem keseluruhan, memperhatikan
berbagai variabel dan memahami proses dinamis.

2. Perilaku modern membicarakan keterkaitan bagian dalam sistem


dan hubungan sistem dengan lingkungannya.

3.Menurut perilaku modern, organisasi terdiri dari bagian yang


tersusun dalam sistem di mana orang di dalamnya berinteraksi
mencapai tujuan.

D. LANDASAN PERILAKU BAGI MANAJEMEN YANG STATIS

Laboratorium metode yang digunakan dalam analisis


eksperimental perilaku didasarkan pada ilosoi BF Skinner
behaviorisme radikal, yang didasarkan pada:

1. Everything that organisms do is behavior (including


thinking), and Segala sesuatu yang organisme lakukan
adalah perilaku (termasuk berpikir), dan

2. All behavior is lawful, which allows itself to be


experimentally studied. Semua perilaku halal, yang
memungkinkan dirinya eksperimen dipelajari.

Pusat dari analisis perilaku adalah penggunaan Empat-Term


Kontinjensi (Memotivasi Operasi, diskriminatif Stimulus, Response,
Memperkuat rangsangan) untuk menggambarkan hubungan
fungsional dalam kontrol perilaku.

• Memotivasi operasi (MO) yang menentukan apakah atau


tidak organisme perilaku yang akan terpengaruh oleh

Perilaku Organisasi 8
akibatnya. Negara yg tersebut termasuk membangun
operasi, yang meningkatkan efektivitas konsekuensi
berhubungan dengan mereka, dan menghapuskan operasi,
yang mengurangi efektivitas mereka. Selain modulasi
efektivitas konsekuensi, operasi ini memotivasi juga dapat
memperoleh kendali diskriminatif atas organisme perilaku
[3]
sebuah. Sebagai contoh, suatu organisme yang dalam
keadaan kelaparan (menetapkan makanan sebagai penguat
efektif) lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang
sebelumnya telah mengakibatkan diberi makan, sedangkan
organisme dalam keadaan kenyang (menghapuskan
efektivitas makanan sebagai penguat a) kurang cenderung
terlibat dalam perilaku seperti itu.

d)
• Diskriminatif stimulus (S yang merupakan pengaturan atau
isyarat, atau dapat dikatakan menjadi kesempatan untuk
ditanggapi.

• . Perilaku adalah respon (R), biasanya dikendalikan oleh


konsekuensi masa lalu, yang juga dikontrol oleh kehadiran
stimulus diskriminatif. Beroperasi pada lingkungan, seperti
dalam berpengaruh.

mengekang)
• Konsekuensi bisa terdiri dari memperkuat stimuli (S
ave)
atau menghukum stimuli (S yang mengikuti dan
memodiikasi respon operan. Memperkuat rangsangan
(r +)
sering diklasiikasikan sebagai positif S atau negatif
r-).
penguat (S jadwal penguatan lebih kompleks juga dapat
digunakan.

E. PENDEKATAN SOCIAL LEARNING

Perilaku Organisasi 9
Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia
dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara
faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses
determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan bagi
manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas
kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction).
Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak
menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang
dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai
pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya.
Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling
menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977):

F. PENDEKATAN BEHAVIORISTIC (I.P. PAVLOV DAN J.B.


WATSON)
Pendekatan ini adalah pendekatan yang berdasarkan pada respon
seseorang yang muncul apabila diberi stimulus atau rangsangan
tertentu.

G. PENDEKATAN MODIFIKASI PERILAKU

Pendekatan Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang
saling berkaitan. Organisasi sebagai suatu sistem akan di pandang
secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (sub-
sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi dengan
lingkungan. Pandangan yang menyeluruh semacam itu akan lebih
bermanfaat dibanding dengan pandangan terisolasi.
Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi muncul sebagai tanggapan atas
ketidakpuasan terhadap anggapan universalitas, dan kebutuhan

Perilaku Organisasi 10
untuk memasukkan berbagai variable lingkungan ke dalam
lingkungan dan praktek manajemen.

PENUTUP

Pada tingkat individu, jika pegawai merasa bahwa organisasi


memenuhi kebutuhan dan karakteristik individualnya, ia akan
cenderung berperilaku positif. Tetapi sebaliknya, jika pegawai tidak
merasa diperlakukan dengan adil, maka mereka cenderung untuk
tidak tertarik melakukan hal yang terbaik. Disini dibutuhkan
pendekatan - pendekatan yang dapat memodiikasi perilaku yang
tidak baik menjadi baik. Apabila pendekatan tersebut berhasil, bisa
dilihat dari kinerja seseorang, kualitas pekerjaan, tingkat
kehladiran dan tingkat keluar masuknya seseorang dalam
organisasi. Diharapkan sesama orang dalam organisasi bisa
memotivasi yang lainnya agar tujuan yang ingin dicapai bisa
terlaksana dengan baik sesuai dengan kemampuan yang ada.
Apabila ada kekurangan atau masalah segeralah berunding
dengan sesama dan evaluasi apa saja yang telah dlakukan agar ke
depannya bisa menjadi lebih baik.

SUMBER REFERENSI :

http://solehamini.blogspot.com/

http://pou-pout.blogspot.com/

http://translate.googleusercontent.com/translate_c?
hl=id&langpair=en
%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Experimental_analysis_of_be

Perilaku Organisasi 11
havior&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhidDh9NZu2JSaP-
85f5mVfE9cu71Q

BAB III
Organisasi sebagai sistem sosial

PENDAHULUAN

Organisasi di sebut sebagai sistem sosial karena di dalamnya


terdapat sekelompok orang yang mempunyai hubungan
keterkaitan antara satu dengan lainnya sehingga bersosialisasi
dengan para pelaku organisasi. Dalam perilaku organisasi, individu
– individu harus mampu menyesuaikan dirinya dengan
bersosialisasi dengan yang lain. Ini akan membuat tugas yang
telah diberikan akan terasa mudah karena tugas tersebut bisa
dilakukan secara bersama – sama. Karena setiap orang mempunyai
kebutuhan, maka sebaiknya dalam berperilaku organisasi
seseorang mampu bereksistensi dengan orang lain agar mampu
melaksanakan tujuan yang ingin dicapai.

A. ORGANISASI DIPANDANG SEBAGAI PERWUJUDAN


TINGKAH LAKU ORANG – ORANG YANG
MENGAKOMODASIKAN INTERAKSI BERSTRUKTUR.

Perilaku Organisasi 12
Seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa pengertian organisasi
adalah suatu kelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama.
Tujuan merupakan hasil yang berupa barang, jasa, uang,
pengetahuan dan lain – lain. Sedangkan pengertian dari sosial
adalah manusia yang berkaitan dengan masyarakat dan para
anggotanya(dikutip dari W3dictionary). Dengan demikian system
sosial merupakan orang-orang dalam masyarakat dianggap
sebagai sistem yang disusun oleh karakteristik dari suatu pola
hubungan dimana sistem tersebut bekerja untuk mewujudkan
keinginannya. Beberapa hal yang menggambarkan organisasi
sebagai system sosial antara lain dengan adanya organisasi social
dan organisasi social.

Perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan


tentang bagaimana orang bertindak di dalam organisasi. Dengan
demikian dalam kaitannya dengan organisasi sebagai sistem sosial
maka kajian perilaku organisasi mencakup berbagai aspek seperti :
publik, bisnis, sosial dll. Sebagai contoh PSSI (Persatuan Sepakbola
Seluruh Indonesia) sebagai organisasi yang bergerak dibidang
olahraga sepakbola tidak hanya terpaku pada satu aspek kajian
yaitu sepakbola. Bidang – bidang lain juga harus dikaji untuk
memajukan organisasi dan mencapai tujuannya memajukan
sepakbola Indonesia. Aspek yang dikaji antara lain aspek bisnis,
publik dll. Mungkin anda bertanya,”Apa kaitan sepakbola dengan
bisnis?”. Pada Zaman sekarang ini olahraga khususnya sepakbola
memiliki kaitan dengan aspek bisnis contohnya hak siar televise,
iklan sponsor yang dapat menghasilkan income. Kemudian apa
hubungannya dengan social? Dalam aspek bisnis, masyarakat
merupakan pasar. Sedangkan dalam bidang olahraga masyarakat
adalah factor pendukung dimana masyarakat itu sendiri adalah
bagian dari social.

Perilaku Organisasi 13
Berdasarkan contoh di atas, kita tahu bahwa hampir semua
pekerjaan dilakukan dalam lingkup sosial. Begitupula dengan
organisasi, organisasi akan berjalan dengan baik jika diatur dengan
sistem yang baik sehingga cakupan sosial didalamnya dapat
bekerja sesuai pakem yang telah diatur dalam suatu sistem.
Cakupan sosial yang dimaksud adalah pekerjaan, komunikasi serta
koordinasi yang dilakukan dalam organisasi tersebut untuk
mencapai tujuan bersama.

Faktor faktor Organisasi antara lain(menurut John Willey)

- Manusia

- Teknologi yang digunakan

- Tugas/ kerja

- Budaya organisasi

Manusia merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi.


Manusia merupakan makhluk sosial. Dalam organisasi manusia
bekerja tidak sendiri, maka manusia melakukan tindakan
komunikasi dan koordinasi untuk bekerja. Dengan demikian
kegiatan sosial tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Karena
manusia membutuhkan satu sama lainnya untuk melengkapi
kelangsungan hidupnya. Dan dapat dikatakan juga bahwa Sistem
sosial itu juga merupakan organisasi dan sebaliknya. Organisasi
sebagai sistem yang menciptakan dan menjaga lingkungan
didalamnya memuat interaksi manusia yang kompleks (baik antar
individu maupun dalam kelompok). Misalnya, organisasi sekolah
harus dipandang sebagai hubungan antara perilaku manusia dan
konteksnya. Dengan demikian, perilaku organisasi difokuskan pada
sekolah sebagai suatu sistem.
Perilaku Organisasi 14
B. MODEL GETZELS TENTANG GAMBARAN ORGANISASI
SEBAGAI PROSES INTERAKSI SOSIAL

Dalam organisasi orang ingin memuaskan kebutuhannya. Orang


mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh organisasi
dengan perannya. Hal ini digambarkan oleh Gelzel dan Guba dalam
pendekatannya mengenai model sistem sosial. Keseimbangan
antara manusia dengan organisasi perlu dijaga dalam suatu bentuk
status quo. Untuk menjaga hal tersebut diperlukan adannya
ekualibrium(keseimbangan) antara kebutuhan manusia sejauh itu
seimbang dengan organisasi. Hubungannya akan memuaskan dan
berlanjut pada level yang produktif.

GETZELS-GUBA MODEL
Jacob W. Getzels
Egon G. Guba

Organizational (Nomothetic) Dimension


Institution Role Expectation

Social Group Climate


Intentions Observed

System
Behavior

Individual Personality Need

Perilaku Organisasi 15
Disposition

Personal (Ideographic) Dimension


Skema 3.2 model Getzels dan Guba

Getzels dan Guba mengadakan studi yang menganalisa


perilaku pemimpin dalam sistem sosial. Mereka mengemukakan
dua katagori perilaku. Yang pertama ialah perilaku kepemimpinan
yang bergaya normatif dengan dimensi nomotetis yang meliputi
usahanya untuk memenuhi tuntutan organisasi. Dimensi ini
mengacu kepada lembaganya yang ditandai dengan peranan-
peranan dan harapan tertentu sesuai dengan tujan-tujuan
organisasi.

Yang kedua ialah perilaku kepemimpinan yang bergaya personal


yang disebut dimensi idiograis yaitu pemimpin mengutamakan
kebutuhan dan ekspektasi anggota organisasinya. Dimensi kedua
ini mengacu kepada individu-individu dalam organisasi yang
masing-masing dengan kepribadian dan disposisi kebutuhan
tertentu. Dimensi pertama disebut juga dimensi sosiologis,
sedangkan dimensi kedua disebut dimensi psikologis. Sekolah
selaku sistem sosial bisa dibayangkan memiliki kedua dimensi
tersebut, yang bisa dianggap berdiri sendiri-sendiri, tetapi dalam
situasi sebenarnya saling mempengaruhi.

Perilaku Organisasi 16
PENUTUP

Karena manusia adalah makhluk sosial, maka mereka saling


membutuhkan satu sama lainnya. Begitu juga dalam organisasi,
organisasi sebagai sistem sosial karena dalam organisasi terdapat
beberapa orang yang mempunyai tujuan dan bekerja sama dalam
memenuhi ketercapaian tujuan tersebut. Organisasi bisa
menciptakan suasana keterkaitan dan saling berhubungan satu
sama lainnya, karena itulah organisasi disebut juga suatu sistem
sosial. Dalam model Getzels dan Guba, keseimbangan antara
individu, kelompok dan organisasi harus seimbang agar hubungan
dalam memnuhi kebutuhan hidup seseorang bisa tercapai secara
kerja sama. Karena adanya sistem sosial dalam organisasi
terciptalah suatu perilaku organisasi yang membuat organisasi
tersebut mempunyai hubungan sosial.

Perilaku Organisasi 17
SUMBER REFERENSI :

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/organisasi-sebagai-
sistem-sosial/

KEPEMIMPINAN%20PENDIDIKAN.pdf

BAB IV
Perilaku individu dalam organisasi

PENDAHULUAN

Pada umumnya setiap individu memiliki suatu kebutuhan hidup,


mulai dari yang sederhana(primer) sampai kebutuhan yang
lebih/luas(tersier). Karena untuk memenuhi kebutuhannya, setiap
individu memerlukan suatu tempat untuk memenuhi
kebutuhannya. Maka dari itu, manusia memerlukan organisasi
untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Baik itu organisasi di
bidang pendidikan, hobi, pekerjaan, dan lain – lain. Dalam perilaku
organisasi dijelaskan bagaimana perbedaan kebutuhan antar
individu, karakter – karakter setiap individu, dan komunikasi antar
individu yang berpengaruh dalam pencapain tujuan itu.

Perilaku Organisasi 18
A. PERILAKU INDIVIDU

Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi.


Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang
ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para
karyawanlah yang menentukan keberhasilannya. Sehingga
berbagai upaya meningkatkan produktivitas perusahaan harus
dimulai dari perbaikan produktivitas karyawan. Oleh karena itu,
pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting
dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan
membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-
pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai
karakteristik individualnya. Oleh karena itu, maaf-maaf kalau kita
mengamati karyawan baru di kantor. Ada yang terlampau aktif,
maupun yang terlampau pasif.

Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru biasanya


masih membawa sifat-sifat karakteristik individualnya. Selanjutnya
karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan berinteraksi dengan
tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas,
wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem
pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-
perilaku tertentu individu dalam organisasi.

B. PERBEDAAN INDIVIDUAL

Perilaku Organisasi 19
Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda,
kemampuan secara langsung mempengaruhi tingkat kinerja dan
kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan – pekerjaan.
Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku
individu akan berbeda di karenakan oleh kemampuan yang
dimilikinya juga berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari
perubahan perilaku individu. Pembelajaran terjadi setiap saat dan
relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.

Meski manusia dapat belajar dan dapat dipengaruhi oleh


lingkungan mereka, terlalu sedikit perhatian yang diberikan dalam
peran yang di mainkan pada evolusi pembentukan perilaku
manusia. Para psikologi evolusioner memberitahu kita bahwa
manusia pada dasarnya sudah terbentuk ketika dilahirkan. Kita
lahir di dunia ini dengan sifat-sifat yang sudah mendarah daging,
diasah, dan diadaptasikan terus selama jutaan tahun, yang
membentuk dan membatasi perilaku kita. Psikologi evolusioner
menentang pemahaman yang menyatakan bahwa manusia bebas
untuk mengubah perilaku jika dilatih atau dimotivasi. Akibatnya,
kita menemukan bahwa orang dalam tataran organisasi sering
berperilaku dengan cara yang tampaknya tidak bermanfaat bagi
diri mereka sendiri atau majikan mereka.

Namun B.F. Skinner, dengan bangga menyatakan keyakinannya


dalam membentuk perilaku individu dalam lingkungan, “Berikan
saya seorang anak pada saat kelahirannya dan saya dapat berbuat
seperti apa yang Anda inginkan”.

Perilaku Organisasi 20
ena itu penting bagi manajer untuk mengenalkan aturan-aturan
perusahaan kepada karyawan baru. Misalnya dengan memberikan
masa orientasi.

C. KARAKTERISTIK ORGANISASI DAN PENGARUHNYA


TERHADAP INDIVIDU

• karakteristik biograis

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Status kawin

4. masa kerja

• Kemampuan

1. kemampuan isik

2. kemampuan intelektual

• Kepribadian

• Proses belajar

• Persepsi

• Sikap

• Kepuasan kerja

Perilaku Individu dalam organisasi antara lain :

• Produktiitas kerja

• Kepuasan kerja
Perilaku Organisasi 21
• Tingkat absensi

• Tingkat turnover

D. PENDEKATAN – PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI


PERILAKU INDIVIDU

Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku


manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan
psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat
dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya,
kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat
kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1. Penekanan.
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti
berpikir dan menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan
dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada
peranan lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan
dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan
dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas
di dalam menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan
dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi
dengannya untuk memuaskan keinginan.

2. Penyebab Timbulnya Perilaku


Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari
ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada struktur kognitif,
yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu
ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya

Perilaku Organisasi 22
perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku. Menurut pendekatan
psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions)
yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.

3. Proses.
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi
(pengetahuan dan pengalaman) adalah proses mental, yang saling
menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat
ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri
individu mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat
dari reaksi lingkungan pada respon tersebut menentukan
kecenderungan perilaku masa mendatang. Dalam pendekatan
psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian
diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.

4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku.


Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu
(ahistoric). Pengalaman masa lalu hanya menentukan pada
struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari pernyataan
masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang
pada suatu stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari
sejarah lingkungannya. Menurut pendekatan psikoanalitis, masa
lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relatif
penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan
Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa
lalu.

Perilaku Organisasi 23
5. Tingkat dari Kesadaran.
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam
tingkatan kesadaran, tetapi dalam kegiatan mental yang sadar
seperti mengetahui, berpikir dan memahami, dipertimbangkan
sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara
sadar dan tidak. Biasanya aktiitas mental dipertimbangkan
menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan dengan
kasus kekuasaan apapun. Aktiitas mental seperti berpikir dan
berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka,
tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat
menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktiitas
mental adalah tidak sadar. Aktiitas tidak sadar dari Id dan
Superego secara luas menentukan perilaku.

6. Data.
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian
dan pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan
kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan
respon materi atau isik yang dapat diamati, lewat observasi
langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari
keinginan, harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari
keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknik
proyektif, dan hipnotis.

E. PERSEPSI DAN KOMUNIKASI

Perilaku Organisasi 24
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih,
mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan
eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah
energi – energi isik lingkungan kita menjadi pengalaman yang
bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika
persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi
dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan
dan mengabaikan pesan yang lain.

Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu,semakin


mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai
konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya
atau kelompok identitas.

Komunikasi adalah penyampaian suatu informasi dari


seseorang kepada orang lain dan memberikan suatu pemahaman
terhadap si penerima informasi tersebut. Komunikasi memiliki
fungsi utama, yakni sebagai fungsi kendaali, motivasi, pernyataan
emosi, dan informasi.

Perilaku Organisasi 25
PENUTUP

Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda – beda. Di


dalam organisasi setiap orang mempunyai tujuan yang sama.
Seluruh pekerjaan di dalam organisasi dilakukan para anggota
yang akan menentukan keberhasilannya. Jika seorang ikut dalam
organisasi, dia akan memperoleh suatu tujuan yang membuat ia
dapat kepuasan dalam melakukan pekerjaannya. Organisasi sangat
berpengaruh terhadap individu, karena setiap individu mempunyai
kebutuhan - kebutuhan tertentu dalam dirinya demi
mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa depan. Karena
kebutuhan, setiap individual berorganisasi. Misalnya, dalam
perusahaan setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda,
karena mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda pula.
Kebutuhan – kebutuhan tersebut yang membuat mereka
termotivasi untuk melakukan pekerjaan tersebut lebih baik, baik
dari dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam diri individu,
terdapat perilaku – perilaku yang betentangan yang disebut
dengan konlik. Jika seseorang mempunyai konlik atau masalah,
mungkin mereka mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan
yang tepat. Disinilah peran seorang pemimpin dalam organisasi

Perilaku Organisasi 26
dibutuhkan. Setiap individu mempunyai masalah yang berbeda –
beda dalam pekerjaannya dan karakter sifat yang berbeda – beda.
Ada yang menanggapi masalah tersebut dengan akal sehatnya dan
ada pula yang dengan sifat emosionalnya. Jadi seorang pemimpin
harus bisa berkomunikasi dengan baik terhadap bawahannya,
perbedaan karakter setiap individu dalam menghadapi masalah
harus melalui pendekatan – pendektan yang berbeda pula. Di
butuhkan kemampuan dan kecerdikan seorang pemimpin, agar
bawahannya tersebut dapat bekerja dengan baik kembali.

SUMBER REFERENSI :

http://agungpia.multiply.com/journal/item/23/Dasar-
dasar_Perilaku_Individu

http://blogs.unpad.ac.id/nadiasabrina/

http://rikiseptiawan.blogspot.com/

http://irasetiawati.wordpress.com/2009/04/30/kepribadian-individu-
dan-perilakunya-dalam-organisasi/

Perilaku Organisasi 27
BAB V
Multiple Intellegent, Social Intellegent, ESQ

PENDAHULUAN

Setiap individu itu berbeda – beda. Maka dari itu, kecerdasan


seseorang pun berbeda dengan yang lainnya. Dalam perilaku
organisasi kecerdasan dibutuhkan karena setiap orang harus
mampu mengembangkan kemampuannya untuk lebih maju dan
meningkatkan kinerjanya. Dalam perilaku organisasi, akan dibahas
tentang kecerdasan majemuk, kecerdasan sosial, dan kecerdasan
mengendalikan emosi secara spiritual. Kecerdasan tersebut harus
selaras dan seimbang agar dalam berperilaku organisasi kita
mampu mengembangkan kemampuan intelektual.

A. MULTIPLE INTELLIGENCE

Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika


mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligence"
.Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia

Perilaku Organisasi 28
mangatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam
kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda.
Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu
kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat
ditumbuhkembangkan.

Menurut Howard Gardener dalam setiap diri manusia ada 9


macam kecerdasan, yaitu:

1. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk


menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun
tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata,
urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan.
Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam
mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.

2. Kecerdasan Logik Matematik

Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang


dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan
menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk
akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti
pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal
yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif
artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang
besar.

3. Kecerdasan Visual Dan Spasial

Perilaku Organisasi 29
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk
melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat
(cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang
berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan
kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga
hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga
melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut
pandang.

4. Kecerdasan Musik

Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati,


mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan
mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang
didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains
dalam diri seseorang.

Telah di teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia


14 tahun dalam bidang sains. Dalam penelitian itu ditemukan
bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai
prestasi tertinggi di dunia. Saat di teliti lebih mendalam ternyata
ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum
mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang
rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat,
merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berpikir.
Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat
membantu kita dalam meningkatkan daya ingat.

5. Kecerdasan Interpersonal

Perilaku Organisasi 30
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk
mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang
lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain
dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam
berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam
diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan,
sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok.

6. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang


berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri
sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri.
Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai
(aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral.

7. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam


menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan
ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi
keterampilan isik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya
tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.

8. Kecerdasan Naturalis

Perilaku Organisasi 31
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali,
membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap
apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah
kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan
bagian lain dari alam semesta.

9. Kecerdasan Ekstensial

Kecerdasan ekstensial adalah keverdasan tentang spiritual.


Kecerdasan ini mengenal tentang bagaimana hubungan antara
manusia dengan Sang Pencipta.

B. SOCIAL INTELLIGENCE

Social intelligence adalah ukuran kemampuan diri dalam pergaulan


di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-
orang di sekeliling kita. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk
sosial dan kemampuan ini merupakan sesuatu yang sangat penting
sekali dimiliki supaya hidup kita bisa berkembang secara berarti
dan bisa dinikmati sepenuhnya.

Ada beberapa hal yang menjadi tolak ukur apakah seseorang


memiliki social intelligence yang tinggi atau rendah:

• Sensitivitas : suatu kemampuan seseorang untuk dapat


mengenali perubahan perasaan dari lawan bicara (seperti
perubahan ekspresi, perubahan intonasi). Orang dengan
sensitivitas tinggi mengetahui perubahan suasana ketika
dilakukannya diskusi dll, sehingga dapat memberikan respon
yang tepat akan perubahan suasana tersebut.
• Credibility (Trustworthy) : kemampuan seseorang untuk
dapat dipercaya (meyakinkan) ketika dia berbicara atau
Perilaku Organisasi 32
berbuat mengenai suatu hal pada seseorang. Tercipta suatu
sinkronisasi antara dia dan pendengar, dan pendengar tanpa
paksaan merasa percaya dan yakin bahwa yang orang
didepannya merupakan orang yang kredibel dan layak untuk
dipercaya.Trustness ini dimunculkan dari cara berbicara
seseorang, baik intonasi suara, gerak tubuh, conidence
(mental) dll.
• Characteristic judgement: kemampuan seseorang untuk
mengenali karakteristik orang lebih cepat. Kemampuan ini
dapat menentukan karakteristik seseorang dengan melihat
raut wajah, cara berbicara, cara bersikap, cara merespon
dari lawan bicara tanpa harus melakukan interaksi yang
cukup lama.
• Empathy: kemampuan merasakan perasaan orang lain,
istilah disini lebih ditujukan untuk kemampuan merasakan
perasaan orang lain sehingga dapat bekerja sama atau
berkoordinasi lebih baik dengan orang lain.

C. Emosional Spritual Quetient (ESQ)

Emosional Spritual Quetient atau yang disingkat ESQ adalah


adalah lembaga training membentuk karakter kepemimpinan yang
digelar oleh ESQ Leadership Centre. ESQ merupakan gabungan
emotional, spriritual dan quontient, yaitu kecerdasan emosi dan
kecerdasan spiritual. Bapak Ari Ginanjar selaku pencetus konsep
ESQ, mencoba menggabungkan antara kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emotional (EQ), dan kecerdasan spritual (SQ) dalam
satu konsep yang saling terintergasi yang disebut ESQ. Di dalam
konsep ESQ, semua manusia punya intelektual dan punya
emosional, tapi kedua hal tersebut tidak sempurna kalau tidak
disatukan dengan kecerdasan spriritual.

Perilaku Organisasi 33
Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) : Adalah cara kita
menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi spiritual dalam
proses berpikir kita (IQ) dan proses merasa kita (EQ) dalam
membuat keputusan serta dalam berpikir atau melakukan sesuatu.

Dengan ESQ, kita sebagai manusia mengakui adanya Tuhan


dengan segala kebesaran-Nya dan bisa diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Ini merupakan konsep psikologi (religius)
yang mengakui adanya Tuhan, yang berbeda dengan konsep
psikologi Barat yang hanya mengandalkan intelektual (rasio) dan
emosional.

PENUTUP

Multiple Intelligence artinya bermacam – macam kecerdasan.


Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda – beda.

Perilaku Organisasi 34
Kecerdasan itu sendiri dapat dikembangkan atau dilatih sesuai
dengan kemampuan dirinya sendiri. Kecerdasan harus didukung
dengan fasilitas/tempat yang tepat dan menunjang untuk
mengembangkan kemampuan seseorang tersebut. Menurut
Howard Gardner, multiple Intelligence ada 9, yaitu: Linguistik,
Logik Matematik, Visual dan Spasial, Musik, Interpersonal,
Intrapersonal, Kinestetik, Naturalis, Ekstensial(Spiitual).

Social Intelligence adalah kemampuan diri dalam pergaulan di


masyarakat dan kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan
orang – orang yang berada di sekitar kita. Di dalam bersosialisasi
dibutuhkan pengendalian diri dalam bersikap. Diantaranya,
kesadaran, kesungguhan diri, strategi dan analisis.

ESQ(Emosional Spiritual Quetient) adalah cara kita menggunakan


kecerdasan dalam diri yang membuat kita untuk termotivasi dalam
proses berpikir dan proses merasakan dan pengaturan diri spiritual
dalam melakukan sesuatu. Seseorang melakukan sesuatu
tindakan, ada yang disadari dan ada juga yang tidak. Ciri – ciri
perilaku yang disadari, yaitu: perilaku yang tampak, sikap yang
terkontrol, disadari penuh, tergantung situasi dan banyak berpura
– pura. Ciri – ciri perilaku yang tidak di sadari, yaitu: berupa nilai,
kurang di sadari, cenderung menetap, ditekan/disembunyikan.

Kita adalah hasil dari kebiasaan kita, artinya kesempurnaan dalam


melakukan prestasi bukan karena sesuatu yang muncul dengan
sendirinya, tetapi karena hasil dari pembiasaan. Jadi, kecerdasan
tidak hanya muncul begitu saja, tetapi harus dilatih, dikembangkan
dan berdasarkan diri sendiri.

SUMBER REFERENSI :

Perilaku Organisasi 35
http://eecho.wordpress.com/2008/07/15/understanding-people-
part2-potensi-hidup-manusia/

http://www.bookoopedia.com/

http://esqway165tarakan.blogspot.com/

http://www.wikimu.com/News/Home.aspx

BAB VI
Dinamika kelompok

Perilaku Organisasi 36
PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa saling berinteraksi


dengan orang lain. Karena adanya interaksi membuat manusia
berkelompok satu sama lainnya. Dalam perilaku organisasi,
kelompok merupakan suatu tempat untuk mencapai tujuan yang
mereka inginkan. Kelompok mempunyai karakter dan jenis –
jenisnya, daya tarik untuk individu untuk berinteraksi dalam
kelompok, dan dinamika kelompok itu sendiri. Dengan mempelajari
tentang apa saja yang ada di suatu kelompok, maka kita akan
mengetahui dinamika apa saja yang akan terjadi dalam berperilaku
organisasi.

A. TEORI PEMBENTUKAN KELOMPOK

1. Teori Kedekatan (Propinquity)


Teori kedekatan menjelaskan tentang adanya aliansi diantara
orang-orang tertentu. Seseorang berhubungan dengan orang
lain disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan
daerahnya.
2. Teori Interaksi (George Homans)
Teori interaksi berdasarkan pada aktivitas, interaksi dan
sentiment (perasaan atau emosi) yang berhubungan secara
langsung. Ketiganya dapat dijelakan sebagai berikut:

a. Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang


lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat
tumbuhnya sentiment mereka.
b. Semakin banyak interaksi diantara orang-orang, maka
semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentiment
yang ditularkan pada orang lain.

Perilaku Organisasi 37
c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang
ditularkan pada orang lain, dan semakin banyak
sentiment orang dipahami oleh orang lain, maka semakin
banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan
interaksi-interaksi.

3. Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb)


Teori keseimbangan menyatakan bahwa seseorang tertarik
kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap
(seperti: agama, politik, gaya hidup, perkawinan, pekerjaan,
otoritas) di dalam menanggapi suatu tujuan.
4. Teori Pertukaran
Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam
bekerja. Teori kedekatan, interaksi, keseimbangan, semuanya
memainkan peranan di dalam teori ini. Secara praktis
pembentukan kelompok bisa saja terjadi dengan alasan
ekonomi, keamanan, atau alasan social. Para pekerja
umumnya memiliki keinginan ailiasi kepada pihak lain.
Karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok antara lain:
a. Adanya dua orang atau lebih
b. Berinteraksi satu dengan yang lain
c. Saling berbagi beberapa tujuan yang sama
d. Melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

B. CIRI – CIRI KELOMPOK

Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki


ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang


lain. (menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan
yang sama).

Perilaku Organisasi 38
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara
individu satu dengan yang lain (Akibat yang ditimbulkan
tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat).

3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi


kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan
masing-masing.

4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota


kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

C. JENIS – JENIS KELOMPOK

Pengertian Beberapa Jenis Kelompok

1. Kelompok
Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi
dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Kelompok Formal
Kelompok formal adalah kelompok kerja bentukan yang
dideinisikan oleh struktur oraganisasi dengan penugasan
kerja yang sudah ditentukan. Perilaku-perilaku yang harus
ditunjukan di dalam kelompok ini ditentukan dan diarahkan
ke sasaran organisasi.
3. Kelompok Informal
Kelompok informal adalah kelompok yang tidak terstruktur
formal dan tidak ditentukan oleh oraganisasi, dan terjadi
karena respons terhadap kebutuhan akan hubungan sosial.
Kelebihannya adalah kelompok ini bisa memenuhi kebutuhan
social anggotanya yang dapat mempengaruhi perilaku dan
kinerja anggotanya itu.

Perilaku Organisasi 39
4. Kelompok Komando
Kelompok komando adalah kelompok yang terdiri dari
individu-individu yang melapor langsung kepada manajer
tertentu, atau dengan kata lain kelompok komando adalah
manajer dan semua bawahannya.
5. Kelompok Tugas
Kelompok tugas adalah orang-orang yang secara bersama-
sama menyelesaikan tugas.
6. Kelompok Kepentingan
Kelompok kepentingan adalah orang-orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi
perhatian masing-masing orang.
7. Kelompok Persahabatan
Kelompok persahabatan adalah persekutuan social yang
sering dikembangkan dari situasi kerja, ditetapkan bersama-
sama karena memiliki satu atau lebih karakteristik yang
sama.

D. DASAR – DASAR DAYA TARIK INTERPERSONAL


1. Faktor Keamanan
Individu yang berada di dalam kelompok bisa mengurangi rasa
tidak aman karena sendirian. Merasa lebih kuat, lebih percaya
diri, dan lebih tahan terhadap ancaman.

2. Faktor Status
Bergabung ke dalam kelompok yang dipandang penting,
memberikan pengakuan dan status bagi para anggotanya.
3. Faktor harga diri
Memiliki harga diri karena menjadi bagian kelompok dan
kejelasan status mereka bagi kelompok lain.
4. Faktor Ailiasi
Kelompok bisa memenuhi kebutuhan social anggotanya.
5. Faktor Kekuasaan
Kekuasaan dan kekuatan bisa diraih dengan berada di dalam
kelompok yang sulit diperoleh jika sendirian.
6. Faktor Pencapaian Sasaran

Perilaku Organisasi 40
Untuk mencapai sasaran dan menyelesaikan tugas dibutuhkan
lebih dari satu atau dua orang. Ada kebutuhan mengumpulkan
bakat, pengetahuan, atau kekuasaan untuk menyelesaikan
pekerjaan.

E. TAHAP - TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK

• Mutual acceptance

• Communication and Decision making

• Motivation and productivity

• Control and organization

Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat


perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:

1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik bila:

a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi


yang baru b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima
peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut. c) Setiap
anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan,
norma dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya
terganggu.

2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk

: a) menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka


mencapai tujuan bersama b) membina dan memperluas pola c)
terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman,
pengetahuan dan kemampuannya.

Perilaku Organisasi 41
Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh
bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan
demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga
[8]
tahap, antara lain :

1. Tahap pra ailiasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan


adanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu
sama lain.[1] Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok
yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-
masing anggota.[1]

2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang


antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan,
dan kekompakan dalam kelompok.[1] Pada akhirnya akan terjadi
pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.[1]

3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok


sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok.
[1]
Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya
diikuti dengan pembubaran kelompok.

F. DINAMIKA KELOMPOK

Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua


atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas
antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam
situasi yang dialami.

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok.


Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok

Perilaku Organisasi 42
satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan
individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.

Dinamika kelompok dengan pendekatan sosiologis dapat diamati


dari unsur-unsur pokok sistem sosial sebagai alat analisis dinamika
kelompok yaitu :

• Tujuan : segala sesuatu yang ingin dicapai oleh


kelompok

• Keyakinan : aspek pengetahuan/kognitif yang


dianggap benar

• Norma : perilaku standar yang dapat diterima

• Sanksi : sistem penghargaan dan hukuman terhadap


perilaku anggota kelompok

• Peranan kedudukan : hirarki hak dan kewajiban

• Kewenangan ambil keputusan dan mengontrol orang


lain

• Jenjang sosial

• Fasilitas yang menyangkut alat untuk mencapai


tujuan kelompok

Perilaku Organisasi 43
PENUTUP

Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan satu sama


lainnya. Maka dari itu, adanya interaksi dan saling berhubungan
satu sama lainnya membuat manusia membuat suatu
pegelompokan. Adanya kebutuhan yang sama untuk memenuhi
kehidupan, membuat manusia terlibat dalam aktivitas kelompok.
Kelompok – kelompok tersebut menjadi sebuah organisasi yang di
dalamnya terdapat orang – orang yang saling membutuhkan.
Adanya kesamaan pekerjaan, kedekatan tempat kerja, pendidikan,
seringnya bertemu, hobi, dan kesenangan bersama membuat
kedekatan satu sama lainnya. Mulailah mereka berkelompok dan
menjadi sebuah organisasi. Karena adanya tujuan yang ingin
dicapai secara bersama, maka mereka berorganisasi sesuai yang
mereka butuhkan satu sama lainnya. Daya tarik manusia membuat
suatu kelompok, berdasarkan individunya itu sendiri. Faktor –
faktor yang mendukung manusia membuat kelompok yaitu; faktor
keamanan, faktor harga diri, faktor kekuasaan, faktor kesenangan,
faktor status, faktor pekerjaaan dan faktor lainnya. Kelompok di
kembangkan mulai dari adanya komitmen antar individu,
pelaksanaan, komunikasi antar sesama, motivasi antar pimpinan
dan bawahan, memproduksi dan mengontrol/mengawasi. Dinamika
kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika
berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan
yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang
saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. Jadi di dalam
suatu organisasi dibutuhkan adanya interaksi antar individu, agar
tujuan bersama yang ingin di capai bisa tercapai dengan baik.

Perilaku Organisasi 44
SUMBER REFERENSI :

http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Dinamika_kelompok&action=edit

http://jarkasihishaq.blogspot.com/2009/05/ORGANISASI%20DAN
%20KEPEMIMPINAN

http://archielprananta.blogspot.com/2010/01/jenis-jenis-kelompok-
sosial.html

Perilaku Organisasi 45
BAB VII
Iklim organisasi

PENDAHULUAN

Dalam setiap organisasi akan memiliki iklim organisasi yang


berbeda – beda. Keanekaragaman pekerjaan yang ada di dalam
suatu organisasi atau sifat individu yang ada akan
menggambarkan perbedaan tersebut. Iklim organisasi yang
terbuka akan mengungkapkan kepentingan dan ketidakpuasan
seseorang. Iklim organisasi penting diciptakan karena untuk
mengatasi hubungan keorganisasian. Dalam perilaku organisasi
akan dibahas mengenai seberapa pentingnya iklim organisasi dan
pengaruh terhadap kinerja para pelaku organisasi.

A. KONSEP IKLIM ORGANISASI

Deinisi Iklim Organisasi

Menurut Davis dan Hewstrom (1995), “Iklim organisasi adalah


lingkungan dimana para karyawan suatu organisasi melakukan
pekerjaan mereka. Iklim mengitari dan mempengaruhi segala
hal yang bekerja dalam organisasi sehingga iklim dikatakan
sebagai suatu konsep yang dinamis.”

Menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly (1992), “Iklim


organisasi adalah serangkaian keadaan lingkungan yang
dirasakan secara langsung dan tidak langsung oleh karyawan.”
Hal ini menggambarkan bahwa iklim organisasi sebagai

Perilaku Organisasi 46
beberapa keadaan atau kondisi dalam satu rangkaian yang
secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar,
dapat mempengaruhi karyawan.

Menurut Higgins (1998), “Iklim organisasi adalah kumpulan dari


persepsi karyawan termasuk mengenai pengaturan karyawan.
Keinginan dari pekerjaan dalam organisasi, dan lingkungan
sosial dalam organisasi.

Sifat Iklim Organisasi

Menurut Al-Shammri (1998), Slocum mengemukakan 4 sifat


iklim organisasi, antara lain :
1. iklim baik secara organisasi
Individu maupun grup, secara keseluruhan bersifat psikologis
dan persepsi, individu yaitu persepsi yang diperoleh oleh seluruh
anggota dari satuan unit sosial.
2. Semua iklim adalah abstrak
Orang-orang biasanya memanfaatkan informasi tentang barang
lain dan berbagai kegiatan yang terjadi dalam organisasi
tersebut untuk membentuk suatu rangkuman persepsi
mengenai iklim. Setelah itu digabungkan hasil dari pengamatan
mereka dan pengalaman pribadi orang-orang lain untuk dibuat
peta kognitif dari orang tersebut.
3. Iklim bersifat abstrak dan perceptual
Maka mereka memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan
persepsi seperti konsep psikologis yang lainnya. Ketika prinsip
ini digunakan dalam pengamatan lingkungan kerja maka sebuah
deskripsi yang bersifat multidimensi akan dihasilkan.
4. Iklim itu sendiri
Disadari lebih deskriptif daripada evaluatif, jadi peneliti lebih
banyak banyak menanyakan apa yang mereka lihat dalam
lingkungan kerja mereka pada seseorang dibandingkan

Perilaku Organisasi 47
menanyakan kepada mereka untuk menyatakan apakah itu baik
atau buruk.

B. ISU – ISU IKLIM ORGANISASI DALAM LEMBAGA


PENDIDIKAN

Pendidikan yang sebelumnya merupakan kebutuhan sekunder


telah dipandang sebagai kebutuhan utama. Dalam hal
memenuhi kebutuhan utamanya ini, masyarakat memilih sesuai
dengan kemampuan yang sangat terkait dengan ekonomi untuk
memperoleh kualitas layanan yang setinggi-tingginya. Hal ini
menciptakan kultur elitisme di kalangan sekolahsekolah “noble
industry” tersebut. Padahal masyarakat banyak, mahalnya biaya
pendidikan seringkali masih merupakan problem yang tak
terpecahkan. Kita juga maklum atas ketidakmampuan
pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan untuk semua
warga negara. Akan tetapi realitas itu janganlah dijadikan
apologi pemerintah lepas tanggung jawab dan menyerahkan
kepada swasta. Bagaimanapun tanggung jawab pendidikan
tetap ada di pundak pemerintah.

Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan, setiap


warga negara berhak mengikuti pendidikan. Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. UUD 45 juga
menggariskan, negara harus mengalokasikan 20 persen APBN
untuk anggaran pendidikan nasional. (Tajuk Rencana Pikiran
Rakyat, 4 Mei 2005). Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20
tahun 2003, pasal 46 mengamanatkan bahwa pendanaan
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara

Perilaku Organisasi 48
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Kabupaten
Jembrana, dalam 4 tahun terakhir telah mensubsidi Rp. 14,7 M
(hampir 3,7 M per tahun) untuk menggratiskan semua sekolah
negeri. Kabupaten-kabupaten lain akan segera menyusul, di
antaranya Balikpapan. Namun hingga saat ini belum diperoleh
informasi kebijakan untuk sekolah swasta. Masih banyak sekolah
swasta yang mengalami kesulitan biaya dan terancam tutup,
padahal sekolah swasta masih dibutuhkan.

C. HUBUNGAN IKLIM ORGANISASI DAN EFEKTIFITAS


ORGANISASI

Menurut Soekarno K. (1968:42) efektif adalah pencapaian tujuan


atau hasil di kehendaki tanpa menghiraukan faktor – faktor
tenaga, waktu, biaya, ikiran alat dan alat – alat yang telah
dikeluarkan’ digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian
efektiitas yang dipentingkan adalah semata – mata hasil atau
tujuan yang dikehendaki.

Hubungan iklim organisasi dan efektiitas organisasi adanya


suatu pendekatan tujuan untuk menjelaskan efektiitas
didasarkan suatu gagasan bahwa organisasi diciptakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan organisasi. Pendekatan tujuan
organisasi dibentuk dengan maksud mencapai tujuan. Seorang
ahli praktek dan penulis dalam manajemen dan perilaku
keorganisasian, James I. Gibson (1989:27) menyatakan “yang
diartikan dengan efektiitas adalah pencapaian sasaran yang
telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian
sasaran itu menunjukan tingkat efektifas. Gagasan bahwa
organisasi maupun kelompok dan individu itu harus dievaluasi
dari segi pencapaian tujuan, telah diterima umum secara luas.
Pendekatan tujuan menunjukan bahwa organisasi dibentuk

Perilaku Organisasi 49
dengan tujuan tertentu, bekerja secara rasional dan berusaha
mencapai tujuan tertentu yakni prinsip dasar dari masyarakat
barat sekarang ini. Meski pendekatan tujuan ini kelihatan
sederhana, tetapi mengandung juga beberapa persoalan.

Keefektivitasan organisasi dapat dilakukan dengan cara melihat


seberapa jauh pencapaian tujuan yang diharapkan organisasi
itu. Pendeskripsian mengenai efektivitas kinerja organisasi
meliputi produktivitas dan pemanfaatan terhadap organisasi
tersebut serta masyarakat. Setiap anggota organisasi dalam
melaksanakan tugasnya dinilai sudah memperoleh keuntungan
dari apa yang telah dikerjakan, berupa kepuasan batin dan
penyelesaian tugas sesuai dengan job descriptionnya.

D. IKLIM ORGANISASI DAN KINERJA

Toulson dan Smith (1994:457) menerangkan dalam jurnalnya


bahwa konsep iklim organisasi pertama kali dikemukakan oleh
Litwin dan Stringer pada tahun 1968. Iklim organisasi oleh Litwin
dan Stringer, dijabarkan atau diukur melalui lima dimensi, yaitu:

a. Responsibility (tanggung jawab)


b. Identity (identitas)
c. Warmth (kehangatan)
d. Support (dukungan)
e. Conlict (konlik)

Pengertian dari masing-masing dimensi tersebut adalah sebagai


berikut:
1. Tanggung Jawab
Tanggung jawab (responsibility) adalah perasaan menjadi
pimpinan bagi diri sendiri, tidak selalu harus mengecek ulang

Perilaku Organisasi 50
semua keputusan yang diambil, ketika karyawan mendapat
suatu pekerjaan, karyawan yang bersangkutan mengetahui
bahwa itu adalah pekerjaannya (Toulson & Smith, 1994:457).
Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk
melaksanakan fungsi yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan pengarahan yang diterima (Flippo, 1996:103)
atau tingkatan sejauh mana anggota organisasi bertanggung
jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan (Cherrington,
1996:560).

2. Identitas
Identitas (identity) adalah perasaaan memiliki (sense of
belonging) terhadap perusahaan dan diterima dalam kelompok
(Toulson & Smith, 1994:457).
3. Kehangatan
Kehangatan (warmth) adalah perasaan terhadap suasana kerja
yang bersahabat dan lebih ditekankan pada kondisi keramahan
atau persahabatan dalam kelompok yang informal, serta
hubungan yang baik antar rekan kerja, penekanan pada
pengaruh persahabatan dan kelompok sosial yang informal
(Toulson & Smith, 1994:457).
4. Dukungan
Dukungan (support) adalah hal-hal yang terkait dengan
dukungan dan hubungan antar sesama rekan kerja yaitu
perasaan saling menolong antara manajer dan karyawan, lebih
ditekankan pada dukungan yang saling membutuhkan antara
atasan dan bawahan (Toulson & Smith, 1994:457).
5. Konlik
Konlik (conlict) merupakan situasi terjadi pertentangan atau
perbedaan pendapat antara bawahan dengan pimpinan dan

Perilaku Organisasi 51
bawahan dengan bawahan. Ditekankan pada kondisi dimana
manajer dan para pekerja mau mendengarkan pendapat yang
berbeda. Kedua belah pihak bersedia menempatan masalah
secara terbuka dan mencari solusinya daripada menghindarinya
(Toulson & Smith,1994:457).

PENUTUP

Setiap organisasi memilki iklim organisasi yang berbeda.


Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi,
atau setiap individu yang ada akan menggambarkan oerbedaan
tersebut. Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena
merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diberikan oleh
organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku
anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik anggota
diarahkan, dibangun, dihargai oleh organisasi. Hubungan iklim
organisasi dan efektiitas organisasi adanya hubungan suatu
pendekatan tujuan untuk menjelaskan efektiitas didasarkan suatu
gagasan bahwa organisasi diciptakan sebagai alat untuk mencapai
suatu tujuan organisasi. Pendekatan tujuan organisasi dibentuk
dengan maksud mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Setiap
organisasi yang ingin maju, akan melibatkan anggota untuk
meningkatkan mutu kinerjanya. Jadi setiap anggota organisasi
harus mempunyai komitmen untuk melaksanakan tujuan tersebut.

Perilaku Organisasi 52
Hubungan antar anggota organisasi harus berjaln dengan baik,
agar keefektiitasan kinerja bisa tercapai.

SUMBER REFERENSI :

http://vinspirations.blogspot.com/

http://gurutisna.wordpress.com/2009/03/05/iklim-organisasi/

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/iklim-organisasi-deinisi-
pendekatan.html

BAB VIII
Motivasi dalam organisasi

PENDAHULUAN

Perilaku seseorang itu ditentukan oleh keinginan dan kemauannya


untuk mencapai beberapa tujuan. Keinginan itu berupa motivasi.
Dengan demikian motivasi merupakan suatu pendorong agar
seseorang itu melakukan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuannya. Dalam perilaku organisasi dibutuhkan motivasi pada
setiap individu agar mampu meningkatkan kinerjanya dalam
organisasi yang ia geluti. Motivasi berubah sesuai dengan
pemenuhan kebutuhan setiap manusia. Perubahan tersebut karena
adanya kepuasan kebutuhan.

A. PENGERTIAN MOTIVASI

Perilaku Organisasi 53
Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan
atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk
berbuat.

pengertian motivasi menurut beberapa para ahli yaitu:

• Menurut Mitchell motivasi mewakili proses- proses


psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya,
dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela yang
diarahkan ke tujuan tertentu.

• Gray lebih suka menyebut pengertian motivasi sebagai


sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi
seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap
antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan
kegiatan- kegiatan tertentu.

• T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah


keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai
tujuan.

Perilaku Organisasi 54
Proses timbulnya motivasi seseorang :

• Kebutuhan yang belum terpenuhi

• Mencari dan memilih cara cara memuaskan kebutuhan

• Perilaku yang diarahkan pada tujuan

• Evaluasi prestasi

• Imbalan atau hukuman

• Kepuasan

• Menilai kembali kebutuhan yang belum terpenuhi

Proses motivasi :

• Tujuan

• Mengetahui kepentingan

• Komunikasi efektif

• Integrasi tujuan

• Fasilitas

• Teamwork

B. TEORI - TEORI MOTIVASI

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)


Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada
intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima
tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan isiologikal
(physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;

Perilaku Organisasi 55
(2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti isik
semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3)
kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan
harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self
actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya
sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)


Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai
prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan
bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan
seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi
merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai
keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang
sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek
isik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat
mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku.
Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai
performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam
persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri
melalui penerapan bakat secara berhasil.”

3. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)


Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal
yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti
bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud
dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor
yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang
turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Perilaku Organisasi 56
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih,
kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan
orang lain.

4. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)


Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan
memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-
tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya;
(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan
menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan
berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan
tujuan.

5. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )


Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And
Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai
“ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat
suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan
yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada
hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat
menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk
memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan


berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan
untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan
akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya
itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya
itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

Perilaku Organisasi 57
6. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi
yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari
dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti
menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi
satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para
pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori
yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu.

C. PENERAPAN MOTIVASI DALAM ORGANSASI

Pada tingkat organisasi, motivasi pegawai dapat


meningkatkan efektivitas organisasi (organizational efectiveness)
(Lawler, 1977), yang berdampak pada keanggotaan, absensi,
motivasi kinerja pegawai dan struktur tugas organisasi. Menurut
Lawler (1971), dari hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
imbalan organisasi mempunyai pengaruh langsung terhadap
keputusan keanggotaan pegawai untuk menentukan bergabung
atau tidak dalam organisasi. Perilaku seperti ini dapat dijelaskan
karena tingginya tingkat imbalan akan mempertinggi tingkat
kepuasan dan motivasi. Untuk itu rancangan sebuah sistem
imbalan dalam organisasi harus efektif dalam mempertahankan
pegawai-pegawai yang kompeten, sehingga dalam sistem
imbalannya harus menekankan faktor keadilan eksternal, karena
persoalan pengunduran diri pegawai berarti pegawai
meninggalkan organisasi untuk memperoleh situasi yang lebih baik
di lain tempat. Dari hasil penelitian tersebut juga menunjukkan
adanya hubungan antara tingkat absensi pegawai dengan

Perilaku Organisasi 58
kepuasan. Ketika pegawai merasa nyaman di tempat kerja dan
merasa puas, secara individu mereka akan bekerja secara teratur.
Untuk itu, kebijakan pemberian imbalan harus membuat pekerjaan
menjadi tempat yang menyenangkan.

Agar dapat meningkatkan motivasi dan kinerja pegawai,


imbalan harus diberikan pada waktu dan situasi yang tepat. Untuk
itu dibutuhkan adanya alat ukur kinerja yang tepat, kemampuan
untuk menilai imbalan yang tepat dan berarti secara individu bagi
pegawai serta kontrol terhadap sejumlah imbalan yang pernah
diterimanya. Pada tingkat organisasi, sistem imbalan dapat
digunakan untuk mengukuhkan struktur tugas yang sudah ada
atau yang diinginkan dan dapat digunakan untuk meningkatkan
efektivitas pelaksanaan pekerjaan.

D. MOTIVASI DAN KINERJA

1. Kejelasan peran karyawan.

Semakin jelas dan terinternalisasinya uraian peran di kalangan


karyawan dan manajer cenderung semakin kecilnya peluang
terjadinya penyimpangan kinerja. Sebaliknya, ketidakjelasan peran
karyawan, akan menyebabkan motivasi kinerjanya menurun,
bagkan hilang sama sekali.

2. Kompetensi Karyawan.

Kompetensi terbagi dua : 1). Kompetensi "keras" berupa


pengetahuan dan ketrampilan; 2).Kompetensi lunak (soft skills),
berupa sikap, etos kerja, motivasi, prakarsa, kreatiitas dan empati.

Perilaku Organisasi 59
Semakin tinggi derajat kompetensi karyawan semakin tinggi pula
motivasi kinerja yang dimilikinya.

3. Lingkungan Kerja.

Lingkungan kerja terbagi menjadi :

- Lingkungan isik (fasilitas kerja termasuk peralatan kerja,


ruangan, kursi dan meja, listrik, pendingin ruangan, kebisingan
yang rendah, dan alat pengaman)

- Non-isik (gaya kepemimpinan manajer yang partisipatif,


kompensasi, mutu hubungan vertikal dan horisontal seperti
kebersamaan serta lingkungan social).

Semakin nyaman lingkungan kerja, semakin tinggi motivasi kinerja


karyawannya.

4. Sistem Nilai.

Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan


tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai
prinsip atau standar dalam hidupnya.

Konlik yang terjadi antara manajer dan karyawan bisa jadi karena
dipengaruhi perbedaan nilai tentang ukuran kinerja pekerjaan;
apakah dilihat dari proses ataukah hasil; ataukah gabungan
keduanya. Sistem nilai sangat memengaruhi motivasi kinerja
karyawan.

5. Preferensi.

Perilaku Organisasi 60
Yang dimaksud adalah derajad kesukaan atau preferensi terhadap
pekerjaan tertentu. Karyawan yang tergolong teori Y (suka bekerja,
disiplin, dan bertangung jawab), jenis pekerjaan apapun cenderung
siap untuk dilaksanakan.

Namun ada sebagian kecil karyawan tergolong teori X (tak suka


bekerja, malas, dan tak bertanggung jawab), maka proses dan
motivasi kinerja karyawannya menjadi rendah. Manajer hendaknya
dapat mengidentiikasi derajad preferensi karyawan terhadap
pekerjaan yang diberikan.

6. Penghargaan.

Setiap manusia membutuhkan penghargaan dari orang lain. Dalam


bidang pekerjaan, penghargaan yang dibutuhkan karyawan
berbentuk kompensasi inansial dan non-inansial. Kompensasi
inansial dapat berupa gaji, upah, insentif, dan bonus. Kompensasi
non-inansial bisa berupa jenjang karir, piagam penghargaan
prestasi, dan ucapan terimakasih. Penghargaan adalah unsur vital
dalam membangun motivasi kinerja dan kepuasan karyawan.

PENUTUP

Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong,


membuat atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu
atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai
tujuannya. Proses motivasi berawal dari adanya kebutuhan yang
tidak terpenuhi, sehingga mereka menciptakan suatu dorongan
dari dalam dirinya masing – masing untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Proses ini didukung dengan adanya sikap seseorang,
kepribadian, ketertarikan sesuatu, usaha yang dikejakan dan
keputusan yang dilakukan. Dari hal – hal tersebutlah mereka

Perilaku Organisasi 61
memotivasi diri mereka masing – masing sesuai karakter mereka
sendiri. Seseorang bisa juga memotivasi orang lain. Misalnya
dalam sebuah organisasi, pimpinan memotivasi bawahannya untuk
mengembangkan kinerjanya. Hal ini bisa dipengaruhi dengan
adanya daya tarik untuk lebih maju. Misalnya dengan memberikan
imbalan atau dengan menaikkan gaji bawahannya. Apabila
hasilnnya dapat memuaskan maka pimpinan akan memotivasi
lebih baik lagi. Ada juga bawahan yang susah untuk
mengembangkan kinerjanya, maka disini pimpinan harus
melakukan pendekatan agar bahawan dia bisa melakukan
pekerjaanya lebih baik lagi. Dibutuhkan pimpinan yang bisa
menjadi suatu teladan bagi orang – orang disekitarnya.

SUMBER REFERENSI :

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

http://www.anneahira.com/motivasi/pengertian-motivasi.htm

http://adsensecamp.com/?ref_id=11028

http://www.anneahira.com/motivasi/motivasi-kinerja.htm

BAB IX
Ganjaran dalam organisasi dan kepuasan kerja

PENDAHULUAN

Ganjaran merupakan suatu yang diterima seseorang sebagai


balasan yang telah seseorang lakukan. Dalam hal ini, ganjaran
merupakan bagian dari konsep perilaku organisasi untuk
memehami pentingnya suatu ganjaran bagi para pelaku organisasi.
Kepuasan kerja merupakan suatu hasil kinerja seseorang kepada

Perilaku Organisasi 62
organisasi/perusahaan yang ia masuki. Kepuasan kerja sangat
penting dipelajari dalam berperilaku organisasi karena hal ini akan
mengetahui pentingnya tingkat kinerja seseorang dan komitmen
seseorang pada suatu pekerjaan yang ia lakukan.

A. PENGERTIAN GANJARAN

Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh


seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang,
penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang
dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang
dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan
waktu yang lain. Buat orang kaya mungkin penerimaan sosial lebih
berharga daripada uang. Buat si miskin, hubungan interpersonal
yang dapat mengatasi kesulitan ekonominya lebih memberikan
ganjaran daripada hubungan yang menambah pengetahuan.

Ganjaran juga sering disebut dengan istilah reward/ imbalan.


Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya
pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang
dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh
pengorbanan.

B. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


NILAI/BESARNYA GANJARAN

• Kinerja
Kinerja merupakan ukuran dari suatu hasil. Untuk menghargai
individu dalam suatu organisasi, maka diperlukan kriteria-
kriteria persetujuan untuk menentukan kinerjanya tersebut.

Perilaku Organisasi 63
• Usaha
Ganjaran terhadap suatu usaha yang dilakukan individu dalam
suatu organisasi tertentu merupakan contoh klasik cara
pemberian penghargaan atau reward.

• Keterampilan yang dimiliki


Tingkat keterampilan yang dimiliki individu merupakan faktor
penentu besaran kompensasi yang akan diterimanya. Ini
menjadi nilai tambah terhadap ganjaran yang akan diterima
individu tersebut apabila memiliki keahlian khusus yang
mendukung pada pekerjaannya di organisasi tempat dia bekerja.

• Kerumitan pekerjaan
Pekerjaan yang lebih rumit dan memerlukan konsentrasi lebih
untuk menyelesaikannya biasanya mendapatkan ganjaran lebih
tinggi daripada pekerjaan yang mudah dilakukan. Hal ini
dimaksud agar setiap individu merasa tertarik dan tertantang
untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tingkatan
kesulitan yang lebih dengan harapan mendapat ganjaran yang
lebih tinggi pula dari organisasinya.

C. TUJUAN GANJARAN

Ganjaran yang diberikan pada tiap individu mempunyai alasan dan


tujuan khusus. Tujuan diberikannya ganjaran adalah:

a.Memperoleh karyawan yang memenuhi persyaratan


b.Mempertahankan karyawan yang ada

Perilaku Organisasi 64
c. Menjamin keadilan
d.Menghargai perilaku yang diinginkan
e.Mengendalikan biaya-biaya
f. Memenuhi peraturan-peraturan legal

D. GANJARAN DENGAN KINERJA

Individu mempersepsikan suatu hubungan yang kuat antara


kinerja dan ganjaran yang mereka terima jika motivasi harus
dimaksimalkan. Dasar teori yang digunakan adalah Robbins
(1998:149), menyatakan bahwa dari banyak literatur
mengindikasikan faktor-faktor penting kepuasan kerja yaitu
pekerjaan yang secara mental menantang, ganjaran yang pantas,
kondisi kerja yang mendukung, dan rekan kerja yang mendukung.
Sedangkan kinerja karyawan dikutip dari Bernardin dan Russel,
(1993:353). Maka, hubungan antara ganjaran dengan kinerja
adalah sebagai berikut:

• Dengan adanya manfaat ganjaran maka akan timbul


hubungan timbal balik antara perusahaan dan
karyawan.
• Perusahaan mengharapkan agar ganjaran yang
diberikan memperoleh imbalan prestasi kerja yang
lebih besar dari karyawan. Jadi, nilai prestasi kerja
karyawan harus lebih besar dari nilai ganjaran yang
dibayar perusahaan, supaya perusahaan
mendapatkan laba dan kontinuitas perusahaan
terjamin.
• Karyawaan mengharapkan agar pekerjaan yang
dikerjakannya memperoleh imbalan/ ganjaran yang

Perilaku Organisasi 65
lebih dan setara dengan apa yang telah dikerjakan
untuk perusahaan. Sehingga, karyawan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.

E. PENGERTIAN KEPUASAAN KERJA

• Wexley dan Yukl : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the


way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa
kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau
pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong
dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan
maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan
dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya,
kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan
pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi.
Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya
antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan
dan pendidikan.

• Stephen Robins : Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-


kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan
derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan
Pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai
yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka
yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah
pengorbanan.

Perilaku Organisasi 66
F. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN
KERJA

1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan


memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan
bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan
serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan
dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan
atau mengurangi kepuasan kerja.

2. Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau


menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan
bisa dianggap sebagai igur ayah/ibu/teman dan sekaligus
atasannya.

3. Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang


berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan
atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama
maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.

4. Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan


dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh
peningkatan karier selama bekerja.

5. Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan


hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

G. PROFIL KEPUASAN KERJA INDIVIDU

Theory of Work Adjustment didasarkan pada hubungan antara


individu dengan lingkungan kerjanya. Hubungan tersebut dimulai
ketika individu memperlihatkan kemampuan atau keahlian yang

Perilaku Organisasi 67
memungkinkan untuk memberikan tanggapan terhadap kebutuhan
kerja dari suatu lingkungan kerja. Dari lain pihak, lingkungan kerja
menyediakan pendorong atau penghargaan tertentu seperti gaji,
status, hubungan pribadi, dan lain-lain dalam hubungannya
dengan kebutuhan individu. Jika individu memenuhi persyaratan
kerja, maka karyawan akan dianggap sebagai pekerja-pekerja yang
memuaskan dan diperkenankan untuk tetap bekerja di dalam
badan usaha. Di lain pihak, jika kebutuhan kerja memenuhi
kebutuhan individu atau memenuhi kebutuhan kerja, pekerja
dianggap sebagai pekerja-pekerja yang puas. Individu berharap
untuk dievaluasi oleh penyelia sebagai pekerja yang memuaskan
ketika kemampuan dan keahlian individu memenuhi persyaratan
kerja. Apabila pendorong-pendorong dari pekerjaan memenuhi
kebutuhan kerja dari individu, mereka diharapkan untuk jadi
pekerja yang puas. Seorang karyawan yang puas dan memuaskan
diharapkan untuk melaksanakan pekerjaannya. Jika kemampuan
dan persyaratan kerja tidak seimbang, maka pengunduran diri,
tingkat pergantian, pemecatan dan penurunan jabatan dapat
terjadi. Model Theory of Work Adjustment mengukur 20 dimensi
yang menjelaskan 20 kebutuhan elemen atau kondisi penguat
spesiik yang penting dalam menciptakan kepuasan kerja.

H. KEPUASAN DAN KINERJA

Teori pengharapan Vroom mengasumsikan bahwa reward


menyebabkan kepuasan dan bahwa dalam beberapa hal kinerja
menghasilkan reward, maka kemungkinan yang terjadi di antara
kepuasan dan kinerja adalah melalui variabel ketiga yaitu reward.
Secara sederhana digambarkan bahwa kinerja yang baik akan
menghasilkan reward, yang pada gilirannya akan mengarahkan

Perilaku Organisasi 68
kepada kepuasan, rumusan ini menyatakan bahwa kinerja
menyebabkan kepuasan melalui variabel perantara yaitu reward.

Gambar 9.1.

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa :

1. Kinerja menyebabkan reward (ekstrinsik dan intrinsik).


Reward ekstrinsik seperti gaji, promosi, status dan jaminan
sedangkan reward intrinsik bisa berbentuk aktualisasi diri,
pengakuan, andil dalam pengambilan keputusan dll.

2. Hubungan antara reward dengan kepuasan ini selanjutnya


dimoderasi oleh persepsi atas reward yang adil. Artinya,
ketika seseorang merasa bahwa reward yang diberikan tidak
adil (tidak sebanding) dengan kinerja yang ditunjukkanya
maka kepuasan akan cenderung lemah, dan sebaliknya, jika
seseorang merasa bahwa reward yang diberikan sebanding
(adil) dengan kinerja yang ditunjukkanya maka ia akan
cenderung puas.

3. dengan demikian, kepuasan kerja merupakan fungsi dari


jumlah dan banyaknya reward seperti apa yang dianggap
wajar oleh karyawan. Artinya, meskipun reward yang
diterima kecil namun karyawan merasa bahwa reward

Perilaku Organisasi 69
tersebut wajar dengan kerjanya maka kepuasan akan tetap
terjaga. Model pengukuran kepuasan seperti ini dapat
menggunakan kalimat ”berapa banyak sekarang ??” dan
”seharusnya berapa ??”.

PENUTUP

Ganjaran merupakan segala sesuatu yang diterima karyawan


sebagai pengertian kontribusi jasa mereka pada perusahaan.
Tujuan ganjaran adalah untuk membentuk perusahaan mencapai
satu tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin
terciptanya keadilan. Adanya kompensasi membuat karyawan
termotivasi dalam pekerjaannya. Dari kompensasi, merupakan
pencerminan dari nilai pekerjaan seseorang dan kepuasan kinerja
karyawan. Apabila kompensasi disalurkan dengan tepat, maka
karyawan dapat termotivasi lebih agar tujuan yang ingin di capai
oleh organisasi tersebut bisa tercapai. Apabila kompensasi/gaji
terlambat untuk diberikan maka akan berdampak kepada prestasi
karyawan, kinerja yang menurun dan kepuasan nya pun kurang
baik. Kepuasan kerja berkaitan dengan hal positif yang dirasakan
dalam organisasi merupakan suatu hasil yang dicapai. Kepuasan
kerja berarti meningkatnya efektivitas pekerjaan sehingga tujuan
yang ingin dicapai bisa terwujud. Apabila kepuasan dalam bekerja
bisa tercapai, maka karyawan akan mendapat penghargaan. Hal ini
akan membuat mereka termotivasi dalam bekerja selanjutnya.

Perilaku Organisasi 70
Oleh karena itu, organisasi harus mampu menciptakan keyakinan
bahwa tujuan organisasi adalah tujua para karyawannya juga,
sehingga terjadi hubungan yang selaras dan akan menciptakan
komitmen karyawan terhadap organisasi/tempat ia bekerja.

SUMBER REFERENSI :

http://72.14.235.132/search?
q=cache:QmgcCCVwswEJ:www.hotlinkiles.com/iles/2007609_rslxa
/6.EvaluasidanImbalan.ppt+tujuan+ganjaran+organisasi&hl
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-
industri/motivasi-kerja-dan-kepuasan-kerja
http://arnette-harjanto.blogspot.com/2007_11_01_archive.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Kepuasan_Kerja
http://teorionline.wordpress.com/
http://nazahdsexy.blogspot.com/
http://teorionline.wordpress.com

BAB X
Manajemen komitmen

PENDAHULUAN

Dalam dunia kerja dibutuhkan komitmen yang tinggi bagi para


pekerjanya. Pemahan komitmen dalam organisasi sangatlah
penting, karena akan berpengaruh terhadap kinerja para pkerjanya
dan akan menciptakan suatu suasana yang kondusif. Komitmen
seorang pekerja sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya
diri akan kualitas yang ia kerjakan dan komitmen tersebut
berpengaruh dalam perilaku seseorang untuk bekerja sesuai
dengan yang telah diugaskan.

A. PENGERTIAN KOMITMEN

Perilaku Organisasi 71
Banyak para ahli mengemukakan arti dari komitmen terhadap
organisasi. Armstrong (1991) menyatakan bahwa pengertian
komitmen mempunyai ada 3 (tiga) area perasaan atau perilaku
terkait dengan perusahaan tempat seseorang bekerja:

1. Kepercayaan, pada area ini seseorang melakukan


penerimaan bahwa organisasi tempat bekerja atau tujuan-
tujuan organisasi didalamnya merupakan sebuah nilai yang
diyakini kebenarannya.

2. Keinginan untuk bekerja atau berusaha di dalam organisasi


sebagai kontrak hidupnya. Pada konteks ini orang akan
memberikan waktu, kesempatan dan kegiatan pribadinya
untuk bekerja diorganisasi atau dikorbankan ke organisasi
tanpa mengharapkan imbalan personal.

3. Keinginan untuk bertahan dan menjadi bagian dari


organisasi.

Jadi pengertian komitmen lebih dari sekedar menjadi anggota saja,


tetapi lebih dari itu orang akan bersedia untuk mengusahakan
pada derajat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi, demi
memperlancar mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan pada deinisi di atas dapat dilihat bahwa komitmen


organisasi itu dijelaskan melalui pada tataran afektif (Allen &
Mayer, 1990 yang dikutip oleh Feinstein, 2004) yaitu kepercayaan
dan penerimaan orang atas nilai dan tujuan organisasi, sehingga
membuat orang itu untuk betah dan tetap ingin bertahan di

Perilaku Organisasi 72
organisasi. Pada sisi lain ternyata komitmen organisasi juga dapat
dijelaskan pada tataran kontinuasi.

B. KOMITMEN DALAM PROFESI MENGAJAR

Menciptakan pendidikan berkualitas diperlukan


keprofesionalitasan guru yang tinggi, dan untuk menciptakan guru
yang profesional diperlukan adanya komitmen, rasa hormat dan
kebanggaan dari para guru dan pengajar terhadap pekerjaannya
yang menjadi pendorong untuk lebih baik dalam mengajar. Salah
satu unsur pembentuk kompetensi professional guru adalah
tingkat komitmennya terhadap profesi guru dan didukung oleh
tingkat abstraksi atau kemampuan menggunakan nalar.
Sebaliknya, guru yang mempunyai tingkatan komitmen
tinggi,ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi.

b. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan


tugasnya banyak.

c. Banyak bekerja untuk kepentingan orang lain.

C. UNSUR – UNSUR KOMITMEN

1. Identiikasi

Identiikasi, yang mewujud dalam bentuk kepercayaan pegawai


terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memodiikasi tujuan
organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para
pegawai ataupun dengan kata lain organisasi memasukkan pula
kebutuhan dan keinginan pegawai dalam tujuan organisasinya. Hal
Perilaku Organisasi 73
ini akan membuahkan suasana saling mendukung diantara para
pegawai dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebut akan
membawa pegawai dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi
tercapainya tujuan organisasi, karena pegawai menerima tujuan
organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi
kebutuhan pribadi mereka pula (Pareek, 1994 : 113).

2. Keterlibatan

Keterlibatan atau partisipasi pegawai dalam aktivitas-aktivitas


kerja penting untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan
pegawai menyebabkab mereka akan mau dan senang bekerja
sama baik dengan pimpinan ataupun dengan sesama teman kerja.
Salah satu cara yang dapat dipakai untuk memancing keterlibatan
pegawai adalah dengan memancing partisipasi mereka dalam
berbagai kesempatan pembuatan keputusan, yang dapat
menumbuhkan keyakinan pada pegawai bahwa apa yang telah
diputuskan adalah merupakan keputusan bersama. Disamping itu,
dengan melakukan hal tersebut maka pegawai merasakan bahwa
mereka diterima sebagai bagian yang utuh dari organisasi, dan
konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk
melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya
rasa keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan (Sutarto,
1989 :79). Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat kehadiran
mereka yang memiliki rasa keterlibatan tinggi umumnya tinggi
pula (Steer, 1985).

3. Loyalitas

Loyalitas pegawai terhadap organisasi memiliki makna kesediaan


seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi,
kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa

Perilaku Organisasi 74
mengharapkan apapun (Wignyo-soebroto, 1987). Kesediaan
pegawai untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi
adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen pegawai
terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat
diupayakan bila pegawai merasakan adanya keamanan dan
kepuasan di dalam organisasi tempat ia bergabung untuk bekerja.

D. PENDEKATAN TERHADAP KOMITMEN

Allen dan Meyer (1990 dalam Yuwono, 2005:140-141) merumuskan


tiga komponen yang mempengaruhi komitmen organisasi sehingga
karyawan memilih tetap atau meninggalkan organisasi
berdasarkan norma yang dimilikinya. Komponen-komponen
tersebut adalah:

• Komitmen afektif, berkaitan dengan keinginan untuk terikat


pada organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena
keinginannya sendiri. Kunci dari komitmen ini adalah want
to. Individu merasakan adanya kesesuaian antara nilai
pribadinya dan nilai-nilai organisasi.

• Komitmen continuance, suatu komitmen yang didasarkan


akan kebutuhan rasional. Komitmen ini terbentuk atas dasar
untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus
dikorbankan bila menetap pada organisasi. Kunci dari
komitmen ini adalah kebutuhan untuk bertahan (need to).
Komitmen ini lebih mendasarkan keterikatannya pada cost
beneit analysis.

• Komitmen normatif, komitmen yang didasarkan pada norma


yang ada dalam diri karyawan, berisi keyakinan individu
akan tanggung jawab terhadap organisasi. Dia merasa harus
bertahan karena loyalitas. Kunci dari komitmen ini adalah
kewajiban untuk bertahan dalam organisasi (ough to). Tipe
komitmen ini lebih dikarenakan nilai-nilai moral yang dimiliki
karyawan secara pribadi.

Perilaku Organisasi 75
PENUTUP

Komitmen merupakan usaha untuk menumbuhkan suatu


kepercayaan dan keinginan untuk mencapai tujuan. Komitmen
pada organisasi ditandai dengan adanya loyalitas dan identiikasi
diri terhadap organisasi. Komitmen pada organisasi tidak hanya
menyangkut pada kesetiaan karyawan tetapi juga melibatkan
hubungan komunikasi yang harmonis. Karyawan harus memiliki
kemauan sendiri untuk memberikan segala sesuatu yang ada pada
dirinya guna membantu merealisasika tujuan dan kelangsungan
organisasi. Adanya keyakinan yang kuat membuat seseorang
mempunyai motivasi, dari keyakinan dan motivasi tersebut
seseorang mempunyai komitmen untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Komitmen seseorang sangat dibutuhkan dalam ruang
lingkup organisasi, karena dengan adanya komitmen maka
seseorang memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kinerja
untuk dapat mengembangkan potensi dirinya dan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.

SUMBER REFERENSI :

http://arahbalik.blogspot.com/

http://www.pulsaholic.com/blog.php?user=olik&blogentry_id=444

http://ulyniamy.wordpress.com/2010/07/07/komitmen-organisasi/

Perilaku Organisasi 76
BAB XI
Konlik dalam organisasi

PENDAHULUAN

Konlik merupakan suatu pertentangan antara pihak – pihak yang


saling memandang satu sama lainnya sebagai pengganggu
tercapainya suatu tujuan yang ingin dicapai. Di dalam
perusahaan/organisasi, pemimpin harus mampu menangani
masalah dan konlik yang terjadi dalam organisasi yang ia pimpin.
Ia harus mengetahui apa saja konlik yang timbul, baik antar
individu, kelompok atau organisasi yang lainnya. Munculnya konlik
akan berdampak positif dan negatifnya. Jadi perilaku organisasi
mempelajari tetang betapa pentingnya konlik dalam organisasi.

A. HAKIKAT KONFLIK ORGANISASI


Konlik diyakini sebagai suatu fakta utama dalam
masyarakat, baik itu masyarakat agraris maupun masyarakat
modern. Konlik lebih banyak difahami sebagai keadaan tidak
berfungsinya, komponen-komponen masyarakat sebagaimana
mestinya atau gejala penyakit dalam masyarakat yang
terintegrasi secara tidak sempurna. Tetapi, secara empiris, tidak
diakui karena, orang lebih memilih stabilitas sebagai hakikat
masyarakat.
Sebaliknya konik mempunyai fungsi-fungsi positif, salah
satunya ialah mengurangi ketegangan tersebut tidak
bertambah dan menimbulkan kekerasan yang memungkinkan
terjadinya perubahan-perubahan.
Pengertian konlik

Perilaku Organisasi 77
Robbins (1996) dalam "Organization Behavior" menjelaskan
bahwa konlik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat
adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang)
yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh
positif maupun pengaruh negatif.
Sedang menurut Luthans (1981) konlik adalah kondisi yang
ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan.
Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.
Istilah konlik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah
yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan.
Konlik menjadi tidak sehat jika dihindari atau ditangani
dengan dasar menang atau kalah (hanya satu pihak yang
menang). Akibatnya terjadi permusuhan. Kecenderungan
membela pihak tertentu timbul, maka akibatnya produktivitas
sedikit demi sedikit berkurang akhirnya lenyap sama sekali.
Situasi ini biasanya sulit atau bahkan tidak mungkin diperbaiki.
Konlik menjadi sehat ketika pihak-pihak yang terlibat
menjajaki ide-ide baru, menguji posisi dan keyakinan mereka
serta konstruktif, orang-orang yang di rangsang untuk lebih
kreatif, sehingga menuju ke arah pilihan tindakan yang lebih
luas dan hasil yang lebih baik.
Macam-Macam Konlik
1) konlik individu dengan individu
Konlik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan
dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu
pimpinan dengan individu karyawan maupun antara
inbdividu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
2) konlik individu dengan kelompok
Konlik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan
dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan
kempok pimpinan.

Perilaku Organisasi 78
3) konlik kelompok dengan kelompok
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok
karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan
yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara
kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
B. Bentuk- Bentuk Konlik Organisasi
Konlik yang terjadi dalam masyarakat atau dalam sebuah
organisasi dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk atau
cara :
• Konlik antar bawahan di bagian yang sama dalam
sebuah organisasi.
• Konlik antara bawahan dan pimpinan di bagian yang
sama dalam sebuah organisasi.
• Konlik antar bawahan di bagian yang berbeda dalam
sebuah organisasi.
• Konlik antara pimpinan dan bawahan di bagian yang
berbeda dalam sebuah organisasi.
• Konlik antar pimpinan bagian yang berbeda dalam
sebuah organisasi.

C. Pendekatan- Pendekatan untuk Menangani Konlik


Organisasi
(a)Pendekatan Pencegahan,
• Meningkatkan partisipasi seluruh elemen pelaku
organisasi khususnya subordinasi dalam perumusan
kebijakan dan perencanaan perusahaan,
• Melakukan sosialisasi dan internalisasi strategi dan
kebijakan perusahaan,

Perilaku Organisasi 79
• Penyediaan sumberdaya yang dibutuhkan dalam proses
produksi dan distribusi secara lengkap dan
bersinambung,
• Membangun struktur organisasi yang leksibel dalam
mengembangkan komunikasi dan koordinasi yang efektif
serta dinamika kelompok,
• Membangun suasana kekeluargaan dan kebersamaan
secara psikologis.

(b) Pendekatan Penghindaran


• Menarik diri secara ikhlas dari konlik sebelum datangnya
konlik yang parah,
• Setiap yang berkonlik siap menghilangkan keegoannya
masing-masing,
• Kesediaan membuka pintu maaf.

(c) Pendekatan Pemecahan konlik.


• Yang berkonlik saling mengidentiikasi penyebab konlik
secara terbuka,
• Memperkecil perbedaan-perbedaan; sebaliknya
menumbuhkan pemahaman bersama tentang kerugian
adanya konlik yang berkepanjangan,
• Mengembangkan tujuan dan kepentingan bersama di
antara yang berkonlik,
• Menggunakan peran mediator yang netral, obyektif, akhli,
dan berpengalaman.

D. Konlik Organisasi dan Kinerja


Dalam sebuah organisasi khususnya organisasi besar, dalam
hal pembagian kerja, sering menimbulkan konlik, antara unit

Perilaku Organisasi 80
kerja yang ada atau konlik antar organisasi. Timbulnya konlik
ini dikarenakan adanya perbedaan tujuan antara satu pihak
dengan pihak lain yang terlibat dalam konlik tersebut.
Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan koordinasi antar
struktur dalam organisasi atau antar organisasi sehingga dapat
meminimalkan terjadinya perbedaan.
Ross (1993) mengemukakan ada dua sumber konlik yang
terjadi dalam sebuah organisasi atau kelompok, adalah adanya
unsur persaingan dan unsur kekuatan. Menurut teori struktur,
konlik dipicu oleh sosial adanya persaingan antara pihak-pihak
yang berkepentingan.Tindakan terhadap pihak lain dalam
pemikiran teori struktur social akan menciptakan tantangan
nyata untuk meningkatkan solidaritas dan respon kolektif dalam
menghadapi lawan. Selanjutnya pihak-pihak tersebut
melakukan konsolodasi secara sadar sehingga membentuk
suatu kekuatan dalam menghadapi konlik tersebut.
Misalnya pekerja pada perusahaan menginginkan kebutuhan
hidup mereka dapat dipenuhi oleh perusahaan sedang pemilik
perusahaan mempunyai kepentingan lain untuk
mengembangkan perusahaan perlu memperkuat posisi
persaingan. Persaingan dapat diperkuat bila perusahaan
mampu menguasai pasar. Penguasaan pasar bisa ditempuh
antara lain dengan menekan harga dibawah harga perusahaan
lain. Penekaanan harga hanya dimungkinkan bila menekan
biaya produksi, penekanan biaya produksi bisa ditempuh
diantaranya dengan menekan biaya tenaga kerja, sedangkan
karyawan berkeinginan memperoleh gaji yang mencukupi.
Perbedaan semacam ini sering kali diantara menjadi pemicu
terjadinya konlik-konlik yang terjadi dalam kehidupan
perusahaan, bila tidak ditangani secara serius akan
menimbulkan dampak yang sangat berarti bagi usaha

Perilaku Organisasi 81
pencapaian tujuan perusahaan , salah satunya adalah
rendahnya kinerja karyawan secara keseluruhan akan
mempengaruhi produktiitas perusahaan Anoroga (1992: 101)
Akan tetapi tidak hanya itu saja yang ditimbulkan oleh
konlik yang tidak ditangani secara tepat dan bijaksana, dapat
pula berakibat langsung pada diri karyawan, karena mereka
dalam keadaan suasana serba salah sehingga mengalami
tekanan jiwa (stress).

PENUTUP

Konlik adalah suatu proses interaksi terhadap suatu pendapat


yang saling berbeda satu sama lainnya dan berakibat kepada
perselisihan antara pihak – pihak yang bertentangan. Konlik
bermula pada suatu perbedaan pendapat, pemenuhan kebutuhan,
dan tindakan antara pihak – pihak bertentangan. Konlik akan
semakin bertambah parah apabila antara pihak yang bersengketa
tidak ada yang mau kalah. Apabila konlik ini terjadi di suatu
organisasi makan akan berdampak luas kepada yang lainnya.
Apabila ada yang bertentangan, maka kinerja dari seseorang pun
akan menurun dan berdampak pada kualitas dan pencapain
tujuan. Konlik bisa terjadi pada individu, kelompok maupun
organisasi. Dalam pemecahan nya harus melalui pendekatan –
pendekatan secara baik – baik dan harus bisa saling menahan diri
dalam perselisihan.

SUMBER REFERENSI :

Robbins, Stephen P. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarata: Erlangga.

Perilaku Organisasi 82
http://penakayu.blogdrive.com/
http://72.14.235.132/search?
q=cache:NWW_8ut3HucJ:luluk.staf.gunadarma.ac.id/
http://72.14.235.132/search?
q=cache:jwD23WexAZoJ:resources.unpad.ac.id/
http://erwinarianto.multiply.com/journal/item/
http://cokroaminoto.wordpress.com/
http://ilmiahmanajemen.blogspot.com/

BAB XII
Manajemen Stress

PENDAHULUAN

Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak sulit dan
membuat ketidakseimbangan dalam hidup. Dalam perilaku
organisasi, dibutuhkan suatu manajemen stress untuk menghadapi
tuntutan yang berlebihan. Tujuan manajemen stress untuk
meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik lagi dari pada
sebelumnya. Manajemen stress akan menganalisa pengaruh stress
pada kinerja dan kemampuan berpikir seseorang.

A. KONSEP STRESS

Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/ jiwa dan realitas


kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang
memerlukan penyesuaian. Sering dianggap sebagai kejadian atau
perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera,
sakit atau kematian orang yang dicintai, putus cinta. Perubahan

Perilaku Organisasi 83
positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat,
perkawinan, jatuh cinta.
Menilik dari pengertian stress sendiri, maka berbagai pengertian
manajemen stress pun diungkap sebagai berikut:
• “Stress (n), Psychological and physical strain or tension
generated by physical, emotional, social, economic, or
occupational circumstances, events, or experiences that are
diicult to manage or endure.” (Colman, Andrew M. (1 st ed.).
(2001). Oxford Dictionary Of Psychology. hal. 711)
• Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan
diri ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian yang
ada memeberi tuntutan yang berlebihan.
B. MEKANISME STRESS

Stress baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri


terganggu. Artinya kita baru mengalami highlight manakala kita
mempresepsi tekanan dari stressor melebihi daya tahan yang
kita punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama
kita memandang diri kita masih bisa menahan tekanan
tersebut, (yang kita presepsi lebih ringan dari kemampuan kita
menahan) maka tekanan highlight belum nyata. Akan tetapi
apabila tekanan tersebut bertambah besar (dari stressor yang
sama atau dari stressor lain secara bersamaan) tekanan
menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan stress.
Selama pikiran tidak menghentikan pengiriman tanda bahaya
ke otak, mekanisme Stress ini berjalan terus. Belakangan ini
sejumlah penelitian paduan bidang psikologi dan syaraf
(Goleman, 2007) menemukan bahwa otak manusia memiliki
banyak neuron counterpart yang bekerja otonom menangkap
vigilance pada saat kita ber- interaksi sosial, kemudian
membangun (set-up) sistem sirkuit yang sesuai dengan
Perilaku Organisasi 84
bacaannya. Dengan perkataan lain, meskipun secara mental
kita bisa melakukan adjustment, tubuh secara otonom
melakukan mekanisme pertahanan atau perlindungan sesuai
bacaan neuron mirror.

C. KATEGORI STRESS

Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan


Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stres isik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang
terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu
terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-
obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau
parasit yang menimbulkan penyakit.
d. Stres isiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi
jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi
tubuh tidak normal.
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan
oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa
bayi hingga tua.
f. Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan
hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

D. REAKSI- REAKSI TERHADAP STRESS

Reaksi Psikologis terhadap stress


a. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang
menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang

Perilaku Organisasi 85
sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan à
istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”isik à jantung
berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah
tinggi dan susah tidur
b. Kemarahan dan agresi
Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi
umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat
menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-
luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan
yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan,
tindak sadis dan usaha membunuh orang
c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan
semangat. Terkadang disertai rasa sedih.

E. STRATEGI PENANGANAN STRESS

Kiat untuk mengendalikan stres menurut Grant Brecht


(2000) sebagai berikut :
a. Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, leksibel,
Rasional, dan adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan
terlebih Dahulu menyalahkan orang lain sebelum introspeksi
diri dengan pengendalian internal.
b. Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :
1). Kemampuan menyadari (awareness skills)
2). Kemampuan untuk menerima (acceptance skills)
3). Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)
4). Kemampuan untuk bertindak (action skills)

Perilaku Organisasi 86
c. Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif,
serta lingkungan anda.
d. Kembangkan sikap eisien.
e. Relaksasi
f. Visualisasi (angan-angan terarah)
Teknik singkat untuk menghilangkan stres, misalnya
melakukan pernafasan dalam, mandi santai dalam bak,
tertawa, pijat, membaca, kecanduan positif (melakukan
yang disukai secara teratur), istirahat teratur dan ngobrol.

F. STESS DAN KINERJA

Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai


cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang
kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress
yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya
hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu
dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu,
fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan
kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga
menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah
rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap
aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai
suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams,
1992 ; Tarstasky, 1993).
Dalam dunia kerja, sering timbul (muncul) berbagai masalah
sehubungan dengan stres dan kondisi-kondisi yang dapat
memicu terjadinya stres. Baik disadari maupun tidak, pekerjaan
seseorang menimbulkan stres pada dirinya. Hal ini pasti akan
tampak dalam kurun waktu yang panjang, karena memang

Perilaku Organisasi 87
manusia setiap harinya berkecimpung di tempat kerjanya lebih
dari sepertiga kali waktunya.
Stres kerja sering menimbulkan masalah bagi tenaga kerja,
baik pada kelompok eksekutif (white collar workers) maupun
kelompok pekerja biasa (blue collar workers). Stres kerja dapat
mengganggu kesehatan tenaga kerja, baik isik maupun
emosional. Hal itu juga didukung oleh Sullivan dan Bhagat
(1992) dalam studi mereka mengenai stres kerja (yang diukur
dengan role ambiguity, role conlict, dan role overload) dan
kinerja, pada umumnya ditemukan bahwa stres kerja
berhubungan secara negatif dengan kinerja.
Stres mempunyai posisi yang penting dalam kaitannya
dengan produktivitas sumberdaya manusia, dana dan materi.
Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam diri
individu, stres juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari
organisasi dan lingkungan. Tenaga kerja merupakan salah satu
aset perusahaan yang paling utama, oleh karena itu perlu
dibina secara baik. Stres pada karyawan sebagai salah satu
akibat dari bekerja perlu dikondisikan pada posisi yang tepat
agar kinerja mereka juga pada posisi yang diharapkan.

PENUTUP

Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak dimana


manusia merasa ada tuntutan sehingga membutuhkan suatu
kemampuan untuk mengatasinya. Stress melanda seseorang
karena adanya bentuk kelelahan berkelanjutan, rasa tegang, dan
tuntutan. Manajemen stress sangat diperlukan dalam perilaku
organisasi. Karena disini seseorang dituntut untuk bertanggung
jawab terhadap apa yang telah ditugaskan. Apabila dalam tugas

Perilaku Organisasi 88
tersebut terdapat rasa tuntutan dan kekhawatiran yang membuat
pikiran menjadi kacau, hal ini harus segera diselesaikan agar
kinerja seseorang dalam melaksanakan tugasnya terlaksana
dengan baik. Keterkaitan hubungan sosial antara pegawai dan
atasan harus memperhatikan kebutuhan satu sama lainnya, agar
kinerja organisasi tersebut berjalan dengan baik. Hubungan sosial
sangat berpengaruh dalam menyelesaikan masalah stress.
Seseorang pimpinan dapat membantu bawahan nya agar ia tidak
jenuh dengan pekerjaannya. Hal ini dilakukan dengan cara
pendekatan dan memberikan penghargaan agar kinerja para
pegawai bisa berjalan baik dan tujuan dari organisasi tersebut bisa
tercapai dengan baik.

Sumber Referensi :
http://lensakomunika.blogspot.com/
http://fuadbahsin.wordpress.com/2008/12/25/konsep-stres-pada-
mahasiswa-vs-karya-tulis/
http://www.borneo.web.id/tag/stress
http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-
dan-adaptasi/

BAB XIII
Kualitas kehidupan kerja dan kinerja

PENDAHULUAN

Kualitas kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Kinerja


karyawan yang meningkat, akan berpengaruh terhadap kualitas
kehidupan kerja dalam organisasi meningkat juga. Kualitas

Perilaku Organisasi 89
kehidupan kerja bisa terwujud apabila para pelaku organisasi
mampu memahami karakteristik tiap individu – individunya dan
dapat meningkatkan proses pekerjaannya untuk lebih baik. Dengan
adanya moral, maka tiap individu mempunyai kualitas kinerja yang
baik. Karyawan yang bermoral tinggi pasti akan berpengaruh
terhadap organisasinya, dan akan mempunyai perilaku yang baik.

A. KONSEP KUALITAS KEHIDUPAN KERJA

Kualitas kehidupan kerja adalah kinerja yang ditunjukan oleh


ukuran tentang bagaimana warga organisasi merasakan hal – hal
seperti; pekerjaanya, kemanfaatannya, kondisi kerjanya, kesan
anak buah terhadapap pimpinannya, peluang untuk maju,
pengembangan, kepastian, dan imbal jasanya. Menurut Dr. Bennet
Silalahi mengistilahkan kinerja dengan istilah “unjuk kerja” yang
dapat diartikan sebagai “nilai perilaku seorang karyawan terhadap
peranan(function), kegiatan (activities) dan tugas yang dituntut
oleh persyaratan jabatan atau bisa diartikan perbandingan luaran
dengan perilaku kerja dalam kegiatan kerjanya. Sedangkan
menurut Scott A Snell dan Kenneth N Wexley mendeinisikan
kinerja sebagai “ kulminasi tiga elemen antara keterampilan (skill),
upaya dan sifat keadaan eksternal”. Secara umum Maier
mengartikan kinerja sebagai kesuksesan seseorang didalam
melaksanakan suatu pekerjaaan.

B. JOB ENRICHMENT DAN JOB ENLARGEMENT

• Job Enlargement adalah memperluas isi pekerjaan secara


horisontal, mengurangi spesialisasi. Motivasi melalui job
enlargement adalah memberikan tugas dan tanggung jawab
lebih besar pada karyawan. Namun ini dalam bentuk

Perilaku Organisasi 90
kuantitas. Misalnya, seorang tenaga telemarketing, diminta
untuk melakukan panggilan lebih banyak lagi.

• Job Enrichment hampir sama dengan job enlargement.


Hanya bedanya, jika job enlargement menambah dalam
kuantitas, maka job enrichment menambah pekerjaan
dalam hal kualitas, atau kompleksitasnya. Misalnya, seorang
teknisi yang biasanya menangani mesin, kemudian
ditugaskan untuk menangani mesin baru yang lebih
kompleks.

Dengan demikian, “Job Enrichment” dan “Job Enlargement”


merupakan teknik untuk mengembalikan energi karyawan
yang surut oleh kebosanan sehingga dengan adanya “Job
Enrichment” dan “Job Enlargement” ini diharapkan
karyawan bisa bekerja lebih optimal dan akan mencapai
kualitas kehidupan kerja yang baik.

C. KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KINERJA

Kualitas kehidupan kerja dalam organisasi sangat


bergantung pada kinerja para anggotanya. Apabila kinerja yang
diciptakan oleh anggota organisasi adalah kinerja yang baik dan
memuaskan, maka kualitas kerja yang diciptakan organisasi akan
baik dan memuaskan pula, begitupun sebaliknya. Menurut
Bernardin dan Russel ( 1993 : 379 ) “ A way of measuring the
contribution of individuals to their organization “.

Penilaian kinerja adalah cara mengukur konstribusi individu (


karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja. Melalui
penilaian inilah dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang
Perilaku Organisasi 91
bagaimana kinerja karyawan. Apabila terdapat penyimpangan
didalam kinerja karyawan dalam artian tidak tercapainya efektiitas
penyelesaian tugas/pekerjaannya, maka perlu diadakannya
perbaikan. Dengan adanya perbaikan ini akan dapat menciptakan
kinerja yang baik dan secara otomatis akan menciptakan kualitas
kehidupan kerja yang baik pula didalam organisasi.

Kualitas kehidupan kerja dan kinerja merupakan dua hal


yang tidak bisa dipisahkan. Kualitas kehidupan kerja dapat
terwujud apabila kinerja yang dihasilkan karyawan/pekerja dalam
organisasi/perusahaan mencapai pada tahap efektivitas. Dengan
demikian, kualitas kehidupam kerja dapat dideinisikan sebagai
hasil maksimal yang dicapai organisasi didalam menyelesaikan
berbagai tugas/pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya dimana
hasil maksimal tersebut dapat dirasakan puas oleh pihak-pihak
intern maupun ekstern organisasi.

Oleh karena itu, untuk memahami perilaku dan tingkah laku


individu dalam upaya peningkatan kinerja yang pada akhirnya
akan berdampak positif bagi kelangsungan hidup organisasi, maka
didalam kajian ilmu perilaku organisasi diperlukan pemahaman
kajian tentang kualitas kehidupan kerja dan kinerja sehingga
efektivitas tujuan organisasi dapat tercapai secara maksimal.

D. PENGERTIAN MORAL KERJA

Perilaku Organisasi 92
Istilah moral digunakan untuk menerangkan perilaku
organisasi. Drafke & Kossen (1998) mendeinisikan: moral kerja
mengacu pada sikap-sikap karyawan baik terhadap organisasi-
organisasi yang mempekerjakan mereka, maupun terhadap faktor-
faktor pekerjaan yang khas, seperti supervisi, sesama karyawan,
dan rangsangan-rangsangan keuangan. Ini dapat dianggap berasal
baik dari individu maupun kelompok yang merupakan bagian
dimana karyawan berada. William B. & Keith Davis (1993)
menghubungakan moral kerja dengan quality of work life efort.
Menurutnya, moral kerja bermanfaat dan dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan yang erat kaitannya dengan usaha membina
relasi antar karyawan, komunikasi informal dan formal,
pembentukan disiplin serta konseling.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORAL

1. Kesadaran akan tujuan organisasi

2. Hubungan antar-manusia dalam organisasi berjalan


harmonis

3. Kepemimpinan yang menyenangkan

4. Tingkatan organisasi

5. Upah dan gaji

6. Kesempatan untuk meningkat atau promosi

7. Pembagian tugas dan tanggung jawab

8. Perasaan diterima dalam kelompok

Perilaku Organisasi 93
9. Dinamika lingkungan

10. Kepribadian

F. MORAL DAN PRODUKTIVITAS

Harris (1984) menjelaskan bahwa semenjak moral dilibatkan


kedalam sikap-sikap karyawan, adalah penting untuk meninjau
akibat dari moral tinggi (dipersepsi dengan kepuasan tinggi) dan
moral rendah (persepsi kepuasan rendah). Satu dari efek atau
pengaruh yang tidak dapat diramalkan dari moral adalah dampak
pada produktivitas karyawan. Berbagai penelitian yang dilakukan
oleh Kazt dan Vroom memperlihatkan tidak ada hubungan yang
konsisten antara tingkat moral kerja yang spesiik dengan kinerja
produktif karyawan. Kadang-kadang produktivitas tinggi dan moral
juga tinggi, tetapi di lain waktu produktivitas rendah meskipun
moral kerja tinggi dan sebaliknya.
Selanjutnya Harris mengatakan bahwa kemungkinan gejala
hubungan antara produktivitas dengan tingkat moral harus
dipertimbangkan dari tiga persepsi yang mempengaruhi tingkat
moral seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu (1) persepsi
karyawan terhadap keadaan organisasi yang tidak dapat
dikendalikannya, seperti pengawasan, kerja sama dengan rekan
sekerja, dan kebijakan organisasi terhadap pekerja. Bila faktor
tersebut dipandang menyenangkan bagi karyawan, moral kerja
akan cenderung tinggi (2) persepsi karyawan terhadap tingkat
kepuasan yang diperoleh dari imbalan yang diterima (3) persepsi
karyawan terhadap kemungkinan untuk mendapatkan imbalan dan
masa depan serta kesempatan untuk maju.

Perilaku Organisasi 94
PENUTUP

Kualitas kehidupan kerja mengungkapkan bahwa pentingnya


kebutuhan kehidupan manusia berada pada lingkungan kerjanya.
Dari kualitas kerja, akan mengubah suatu organisasi ke arah yang
lebih maju. Kualitas kerja mempengaruhi dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Contohnya apabila kualitas kinerja seseorang
baik dalam suatu organisasi, maka ia akan mendapatkan
penghargaan dan bisa memenuhi kebutuhan suatu yang
diperlukan. Moral dari suatu individu mempengaruhi suatu kualitas
kinerja seseorang. Apabila moral itu rendah maka hasil
pencapaiannya pun akan berjalan tidak efektif. Dibutuhkan
keterampilan dan motivasi dalam suatu kualitas kerja. Oleh karena
itu, seseorang harus mampu meningkatkan moralnya dalam suatu
organisasi dan ia harus mampu mengambil keputusan yang terbaik
dalam organisasi tersebut.

Sumber Referensi :

http://www.portalhr.com/tips/2id19.html

http://www.jurnal-kopertis4.tripod.com/8-02.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/hubungan-moral-kerja-
dan-produktivitas.html
Perilaku Organisasi 95
http://agungpia.multiply.com/journal/item/65/Moral_Kerja

http://nonagreenhouse.blogspot.com/

BAB XIV
Pengembangan organisasi dan organisasi yang sehat

PENDAHULUAN

Pengembangan organisasi merupakan perubahan – perubahan


yang terjadi dalam organisasi melalui upaya perbaikan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Organisasi yang sehat
merupakan suatu suasana yang akan membangkitkan motivasi
para pekerjanya dan itu akan meningkatkan kinerja dalam
organisasi tersebut. Dibutuhkan strategi dan kreatiitas para pelaku
organisasi untuk mengembangkan organisasi tersebut sesuai
dengan pencapaian tujuan yang ingin di capai. Karena zaman
semakin berkembang, maka organisasi pun harus mengikuti zaman
agar mampu mencapai tujuan tersebut dengan efektif dan eisien.

A. PERLUNYA PENGEMBANGAN ORGANISASI


Pengembangan Organisasi lebih dikenal dengan
organization development (OD). Pengertian pokok
pengembangan organisasi adalah perubahan yang terencana
(planned change). Perubahan, dalam bentuk pembaruan
organisasi dan modernisasi, terus- menerus terjadi dan
mempunyai pengaruh yang sangat dominan dalam masyarakat
kini. Organisasi beserta warganya, yang membentuk masyakat
modern, harus beradaptasi terhadap arus perubahan ini.

Perilaku Organisasi 96
Perubahan- perubahan yang terjadi pada dasarnya dapat
dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu:
• perkembangan teknologi,
• perkembangan produk,
• ledakan ilmu pengetahuan dan jasa,
• perubahan sosial yang mempengaruhi perilaku, gaya hidup,
nilai- nilai dan harapan tiap orang.

Untuk dapat bertahan, organisasi harus mampu


mengarahkan warganya agar dapat beradaptasi dengan baik
dan bahkan agar mampu memanfaatkan dampak positif dari
berbagai pembaruan tersebut dengan pengembangan diri dan
pengembangan organisasi. Proses mengarahkan warga
organisasi dalam mengembangkan diri menghadapi perubahan
inilah yang dikenal luas sebagai proses pengembangan
organisasi/ organization development (OD).

B. PENGERTIAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

Pengembangan organisasi dideinisikan sebagai upaya


pimpinan yang terencana dalam meningkatkan efektivitas
organisasi, dengan menggunakan cara intervensi (oleh pihak
ketiga) yang didasarkan pada pendekatan perilaku manusia.

Pengembangan organisai menurut para ahli :


a. Warren G. Bennis
Pengembangan organisasi adalah suatu jawaban terhadap
pereubahan, suatu strategi pendidikan yang kompleks yang
diharapkan untk merubah kepercayaan, sikap, nilai, dan
susunan organisasi, sehingga organisasi dapat lebih baik dalam

Perilaku Organisasi 97
menyesuaikan dengan teknologi, pasar dan tantangan yang
baru serta perputaran yang cepat dari perubahan itu sendiri.

b. Richard Beckhard
Pengembangan organisasi adalah suatu usaha berencana,
meliputi organisasi keseluruhan, diurus dari atas meningkatkat
efektivitas organisasi melalui pendekatan berencana dengan
proses organisasi, dengan memakai pengetahuan ilmu perilaku.

C. PENGEMBANGAN ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN


KEPEMIMPINAN
Manusia sebagai anggota dan pemimpin kelompok.
Organisasi yang menerapkan pengembangan organisasi harus
berasumsi bahwa setiap orang dapat diterima dan diakui
perannya oleh kelompok kerjanya. Dalam organisasi perlu
ditumbuhkan keterbukaan agar para anggotanya dapat dengan
leluasa mengungkapkan perasaannya dan pikirannya. Dalam
keterbukaan , orang akan mendapatkan kepuasaan kerja yang
lebih tinggi, sehingga dengan demikian performansi kelompok
akan lebih efektif.
Oleh karena itu untuk mendukung keberhasilan
pembangunan suatu etika perilaku dalam pengembangan
organisasi yang akan mendukung secara efektif penerapan
nilai- nilai budaya kerja, sangat erat hubungan dengan hal- hal
atau faktor- faktor penentu keberhasilannya yang saling terkait
satu dengan yang lainnya sebagai berikut :

1. Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi


2. Membangun Lingkungan Organisasi Yang Kondusif
3. Menciptakan Saluran Komunikasi Yang Efektif
4. Penegakan kedisiplinan

Perilaku Organisasi 98
D. PENGEMBANGAN ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN
LATIHAN
Walaupun masih menjadi suatu kemunculan profesi,
sebagian besar profesional PO memiliki pelatihan khusus
didalam PO, terbentang dari kursus- kursus jangka pendek dan
workshop- workshop, serta pendidikan master dan doktor. Tidak
ada jalur karir tunggal, namun demikian konsultan internal
sering digunakan sebagai batu loncatan untuk menjadi
konsultan eksternal.
Pelatihan ini sebaiknya secara ekplisit dapat mengadopsi
harapan-harapan dari seluruh pegawai menyangkut :
• Kewajiban- kewajiban mengkomunikasikan masalah-
masalah tertentu yang dijumpai.
• Membuat Daftar jenis- jenis masalah, termasuk
kecurangan yang terjadi atau yang dicurigai untuk
dikomunikasikan secara jelas dan spesiik; dan
• Informasi bagaimana mengkomunikasikan masalah2
tersebut. Dan juga sebaiknya ada kepastian dari
Manajemen Senior mengenai harapan-harapan pegawai
dan tanggung jawab2 komunikasi tersebut. Pelatihan
semacam itu sebaiknya meliputi suatu elemen “Sadar
akan adanya Kecurangan (“fraud awareness”) yang positif
tapi tidak ditekankan pada bahwa kecurangan dapat
menjadi mahal bagi entitas dan para pegawainya.

E. PENGEMBANGAN ORGANISASI DAN PENELITIAN OPERASI

Issue-issue yang berkaitan dengan etika di dalam


pengembangan organisasi melibatkan bagaimana para praktisi
melaksanakan peran bantuan mereka dengan klien. Para

Perilaku Organisasi 99
praktisi ini merupakan bagian dari objek/orang-orang yang
terlibat dalam penelitian operasi. Pengembangan organisasi
senantiasa menunjukkan perhatiannya terhadap pelaksanaan
yang berkaitan dengan etika para praktisi, dan pada akhir-akhir
ini sebuah kode yang berkaitan dengan etika untuk praktek
pengembangan organisasi telah dikembangkan oleh berbagai
macam asosiasi profesional di dalam pengembangan
organisasi. Issu-issu yang berkaitan dengan etika di dalam
pengembangan organisasi cenderung untuk muncul di sekitar
issu-issu berikut ini, seperti : pemilihan intervensi,
menggunakan informasi, menahan servis, ketergantungan
klien, pemilihan partisipasi, dan memanipulasi klien.

F. KREATIVITAS DALAM PENGEMBANGAN ORGANISASI

Pada kreasi yang dimaksudkan disini adalah pengetahuan


baru yang diciptakan melalui sejumlah proses yang berbeda
tingkatan dari inovasi terhadap penelitian yang telita dan
eloborasi. Hal tersebut dapat juga melalui kemampuan untuk
melihat hubungan-hubungan yang baru dan kombinasi dari
unsur- unsur pengetahuan yang diketahui melalui kompleksitas
induksi yang beralasan.

Kreativitas individu
Pada kreativitas individu membutuhkan kekuatan mental
sebagai unsur yang sangat menentukan dalam membangkitkan
semangat. Dengan semangat dapat tumbuh dan berkembang
akan ditentukan oleh kebiasaan dalam mengaktualisasikan
berpikir ke arah yang positif.

Perilaku Organisasi 100


Kreativitas kelompok
Pada kreativitas kelompok sudah tentu akan menjadi lebih
baik dari cetusan wawasan dan imajinasi sbagai individu karena
kita akan mendapatkan sumber pemikiran yang diciptakan oleh
kekuatan pikiran dari kelompok.
Dalam praktek kerja kelompok harus kita bdakan dengan
kerja tim karena kerja kelompok adalah kumpulan beberapa
individu yang berkumpul berdasarkan persamaan ciri- ciri atau
kepentingan yang didorong kemampuan individu yang dapat
bekerjasama untuk mendorong mental individu, melahirkan ide/
gagasan lebih banyak serta individu lebih dekat dalam
berkomunikasi. Sedangkan kerja tim adalah jenis khas
kelompok kerja tim yang harus diorganisasikan dan dikelola
secara berbeda denjis kelompok kerja lainnya.

Inovasi organisasi
Pada inovasi organisasi yang sukses haruslah didukung dan
digerakkan oleh kepemimpinan puncak, yang memiliki tujuan
tertentu dan dihasilkan dari analisa, sistem dan kerja keras tim
kerja kelompok sebagai satu proses dua langkah artinya
pertama inovasi itu sendiri, kedua suatu usaha yang berisiko
tinggi untuk mengubah penemuan menjadi suatu produk atau
proses yang berpotensi komersil.
Oleh karena itu, pelaksanaannya harus mengikuti prinsip
keharusan bahwa:
1) harus memiliki tujuan dalam memaksimumkan peluang;
2) inovator yang terlibat memiliki kemampuan;
3) kerja yang jelas, sederhana, dan terfokuskan agar semua
alokasi sumber dana digerakkan menjadi efesien dan efektif;
4) inovasi kelompok menjadi inovasi organisasi;

Perilaku Organisasi 101


5) adanya kesinambungan aktivitas berdasarkan orientasi
kepemimpinannya bukan semata-mata laba.

Pengambilan keputusan
Pada proses pengambilan keputusan kita memanfaatkan
proses berpikir kedalam dua lingkungan yang disebut
lingkungan alam sadar (kesadaran/ otak atas kanan;
kecerdasan/ otak atas kiri) dan alam bawah sadar atau otak
bawah sadar yang berpusat di hati.
Dengan otak bawah sadar yang kita sebut dengan akal
menjadi hasil kerja hati dengan penghayatan yang juga kita
sebut dengan intuisi sehingga dalam proses berpikir dimana
dengan akal itu akan menunjukkan dimana letak bahaya,
bagaimana ia dapat dihindarkan, selanjutnya menunjukkan
jalan dan cara-cara mencapai tujuan.

G. STRATEGI- STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN


ORGANISASI

Teknik pengembangan oraganisasi pada hakekatnya adalah


strategi interfensi yang dapat dipergunakan untuk mengatasi dan
memecahkan masalah yang dihadapi oleh organisasi atau di dalam
melakukan perubahan-perubahan. Sampai sekarang cukup banyak
teknik pengembangan organisasi yang telah dikembangkan oleh
para pakar. Di antara teknik-teknik tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Latihan Kepekaan (sensitivity taining); Merupakan teknik


pengembangan yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu

Perilaku Organisasi 102


paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-group.
Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing
masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok
(terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan
(sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam
hubunga antar-pribadi.

2. Kisi Pengembangan Organisas; Pendekatan grip pada


pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial
grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton.
Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang
kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang
berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek
produksi.

3. Survai Umpan Balik; Tiap peserta diminta menjawab kuesioner


yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap mereka
(misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya
kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada
setiap peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang
terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau
lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan dan
mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.

4. Konsultasi Proses; Dalam Process consultation, konsultan


pengembangan organisasi mengamati komunikasi, pola
pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, metode
kerjasama, dan pemecahan konlik dalam tiap unit organisasi.
Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua
pihak yang terlibat tentang proses yang telah diamatinya, serta
menganjurkan tindakan koreksi.

Perilaku Organisasi 103


5. Pembentukan Tim; Adalah pendekatan yang bertujuan
memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam
kelompok kerjanya atau tim. Teknik tim building sangat
membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang
menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.

6. Transcational Analysis (TA); TA berkonsentrasi pada gaya


komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan
pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab
yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk
mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan
menyesatkan.

7. Intergroup Activities; Fokus dalam teknik intergroup activities


adalah peningkatan hubungan baik antar-
kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk
kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam
koordinasi. Intergroup activities dirancang untuk meningkatkan
kerjasama atau memecahkan konlik yang mungkin timbul
akibat saling ketergantungan tersebut.

8. Third-party Peacemaking;Dalam menerapkan teknik ini,


konsultan pengembangan organisasi berperan sebagai pihak
ketiga yang memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa,
serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan
atau konlik antar-individu dan kelompok.

PENUTUP

Perilaku Organisasi 104


Pengembangan organisasi merupakan suatu usaha untuk
meningkatkan keefektiitasan keorganisasian yang dikerjakan
individu – individu untuk memenuhi tujuan organisasi tersebut.
Pemimpin harus bisa mengembangkan keterampilan para anak
buah nya agar lebih memotivasi dalam meningkatkan kinerjanya
dan harus bisa memberikan pelatihan – pelatihan supaya para
anggotanya memiliki keahlian khusus dalam bidang yang ia
kerjakan. Dalam mengembangkan organisasi harus memilki
strategi – strategi khusus agar dapat memajukan kualitas dan
kinerja dalam organisasi tersebut.

SUMBER REFERENSI :

http://www.bpkp.go.id/ivestigasi/kultur
http://hasbulloh.multiply.com/journal/item/13/
http://indosdm.com/
http://basuki1.ganeca.net/index.php/
http://ariefmuhammad.blogspot.com/2007/09/
http://incredible7.wordpress.com/2008/06/06/
http://organisasiatr.wordpress.com/
http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/06/pengertian-
pengembangan-organisasi.html
http://zizer.wordpress.com/2009/11/26/pengembangan-organisasi/

BAB XV
Budaya organisasi

Perilaku Organisasi 105


PENDAHULUAN

Budaya merupakan perwujudan dari tingkah laku para pelaku


dalam berorganisasi. Budaya organisasi mengacu kepada suatu
sistem yang dianut oleh para anggota organisasi yang
membedakan organisasi itu dengan yang lainnya. Dibutuhkannya
budaya organisasi dalam pemahaman organisasi, karena budaya
organisasi mempelajari tentang suatu perilaku yang khas sebagai
identitas dari organisasi tersebut untuk mengembangkan kinerja
para pelaku organisasi dalam pencapaian tujuan yang dinginkan.

A. KONSEP BUDAYA ORGANISASI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari


ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh
masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi,
bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu
dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak
menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota
kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang
menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring
dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam
organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi
kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.

Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi


menurut beberapa ahli :

a. Menurut Wood, Wallace, Zefane, Schermerhorn, Hunt, Osborn


(2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan
Perilaku Organisasi 106
nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun
perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar
(2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir,
berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada
dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu
persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar
yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan
masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi.
Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang
baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan
merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi
merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara
pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya


organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang
dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi
cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

B. FUNGSI BUDAYA DALAM ORGANISASI

Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai


berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu
organisasi dan yang lain.

Perilaku Organisasi 107


b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang
lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu
mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-
standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

C. UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BUDAYA


ORGANISASI

• Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana


karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani
mengambil risiko.

• Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan


diharapkan menjalankan presisi, analisis, d perhatian pada hal-
hal detail.

• Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih


pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan
untuk mencapai hasil tersebut.

• Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-


keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil
tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.

• Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di


organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.

Perilaku Organisasi 108


• Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif
dan kompetitif ketimbang santai.

• Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi


menekankan dipertahankannya status quo dalam
perbandingannya denganpertumbuhan.

D. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA


ORGANISASI

Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar


(2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau
hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari
masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
3. Faktor-faktor yang spesiik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam
mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi
akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil.
Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan
dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.

E. PROSES PEMBENTUKAN BUDAYA ORGANISASI

Selanjutnya, kita akan membicarakan tentang proses


terbentuknya budaya dalam organisasi. Munculnya gagasan-

Perilaku Organisasi 109


gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam dalam
suatu budaya dalam organisasi bisa bermula dari mana pun,
dari perorangan atau kelompok, dari tingkat bawah atau
puncak. Taliziduhu Ndraha (1997) menginventarisir sumber-
sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya : (1) pendiri
organisasi; (2) pemilik organisasi; (3) Sumber daya manusia
asing; (4) luar organisasi; (4) orang yang berkepentingan
dengan organisasi (stake holder); dan (6) masyarakat.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat
terjadi dengan cara: (1) kontak budaya; (2) benturan budaya;
dan (3) penggalian budaya. Pembentukan budaya tidak dapat
dilakukan dalam waktu yang sekejap, namun memerlukan
waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat
menerima nilai-nilai baru dalam organisasi.

F. BUDAYA ORGANISASI DAN KINERJA

Budaya Organisasi berfungsi sebagai perkat, pemersatu,


identitas, citra, motivator bagi seluruh staf dan orang-orang yg
ada di dalamnya. Selanjutnya, sistem nilai tersebut diwariskan
kepada generasi
berikutnya, dan dapat dijadikan acuan prilaku manusia dalam
organisasi yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau
hasil/target kinerja yang ditetapkan.

Perilaku Organisasi 110


PENUTUP

Budaya organisasi adalah suatu sistem yang memiliki keterkaitan


atau hubungan yang akan mempengaruhi individu dalam
berperilaku organisasi. Budaya organisasi tercipta melalui perilku
individu dengan yang lainnya sehingga tercipta suatu keterkaitan
dan akan berpengaruh dalam kinerja seseorang. Apabila budaya
dalam organisasi itu baik, akan membuat suasana kerja yang
nyaman dan menyenagkan. Sebaliknya, apabila budaya dalam
organisasi tersebut buruk, maka akan berdampak kepada tujuan
yang ingin dicapai pun tidak akan terlaksana dengan baik.

SUMBER REFERENSI :

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-budaya-
organisasi.html

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/27/budaya-
organisasi-di-sekolah/

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

http://cokroaminoto.wordpress.com/2008/06/10/budaya-organisasi-
dalam-peningkatan-kinerja-3/

Perilaku Organisasi 111


DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarata: Erlangga.

http://indraprasetya17.wordpress.com/

http://eziekim.wordpress.com/

http://setiya21.wordpress.com/2009/12/17/perilaku-organisasi/

http://solehamini.blogspot.com/

http://pou-pout.blogspot.com/

http://translate.googleusercontent.com/translate_c?
hl=id&langpair=en
%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Experimental_analysis_of_be
havior&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhidDh9NZu2JSaP-
85f5mVfE9cu71Q

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/organisasi-sebagai-
sistem-sosial/

KEPEMIMPINAN%20PENDIDIKAN.pdf

http://agungpia.multiply.com/journal/item/23/Dasar-
dasar_Perilaku_Individu

http://blogs.unpad.ac.id/nadiasabrina/

http://rikiseptiawan.blogspot.com/

Perilaku Organisasi 112


http://irasetiawati.wordpress.com/2009/04/30/kepribadian-individu-
dan-perilakunya-dalam-organisasi/

http://eecho.wordpress.com/2008/07/15/understanding-people-
part2-potensi-hidup-manusia/

http://www.bookoopedia.com/

http://esqway165tarakan.blogspot.com/

http://www.wikimu.com/News/Home.aspx

http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Dinamika_kelompok&action=edit

http://jarkasihishaq.blogspot.com/2009/05/ORGANISASI%20DAN
%20KEPEMIMPINAN

http://archielprananta.blogspot.com/2010/01/jenis-jenis-kelompok-
sosial.html

http://vinspirations.blogspot.com/

http://gurutisna.wordpress.com/2009/03/05/iklim-organisasi/

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/iklim-organisasi-deinisi-
pendekatan.html

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

http://www.anneahira.com/motivasi/pengertian-motivasi.htm

http://adsensecamp.com/?ref_id=11028

http://www.anneahira.com/motivasi/motivasi-kinerja.htm

http://72.14.235.132/search?
q=cache:QmgcCCVwswEJ:www.hotlinkiles.com/iles/2007609_rslxa
/6.EvaluasidanImbalan.ppt+tujuan+ganjaran+organisasi&hl

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-
industri/motivasi-kerja-dan-kepuasan-kerja

http://arnette-harjanto.blogspot.com/2007_11_01_archive.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Kepuasan_Kerja
Perilaku Organisasi 113
http://teorionline.wordpress.com/

http://nazahdsexy.blogspot.com/

http://teorionline.wordpress.com

http://arahbalik.blogspot.com/

http://www.pulsaholic.com/blog.php?user=olik&blogentry_id=444

http://ulyniamy.wordpress.com/2010/07/07/komitmen-organisasi/

http://penakayu.blogdrive.com/

http://72.14.235.132/search?
q=cache:NWW_8ut3HucJ:luluk.staf.gunadarma.ac.id/

http://72.14.235.132/search?
q=cache:jwD23WexAZoJ:resources.unpad.ac.id/

http://erwinarianto.multiply.com/journal/item/

http://cokroaminoto.wordpress.com/

http://ilmiahmanajemen.blogspot.com/

http://lensakomunika.blogspot.com/

http://fuadbahsin.wordpress.com/2008/12/25/konsep-stres-pada-
mahasiswa-vs-karya-tulis/

http://www.borneo.web.id/tag/stress

http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-
dan-adaptasi/

http://www.portalhr.com/tips/2id19.html

http://www.jurnal-kopertis4.tripod.com/8-02.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/hubungan-moral-kerja-
dan-produktivitas.html

http://agungpia.multiply.com/journal/item/65/Moral_Kerja

http://nonagreenhouse.blogspot.com/

Perilaku Organisasi 114


http://www.bpkp.go.id/ivestigasi/kultur

http://hasbulloh.multiply.com/journal/item/13/

http://indosdm.com/

http://basuki1.ganeca.net/index.php/

http://ariefmuhammad.blogspot.com/2007/09/

http://incredible7.wordpress.com/2008/06/06/

http://organisasiatr.wordpress.com/

http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/06/pengertian-
pengembangan-organisasi.html

http://zizer.wordpress.com/2009/11/26/pengembangan-organisasi/

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-budaya-
organisasi.html

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/27/budaya-
organisasi-di-sekolah/

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

http://cokroaminoto.wordpress.com/2008/06/10/budaya-organisasi-
dalam-peningkatan-kinerja-3/

Perilaku Organisasi 115

Anda mungkin juga menyukai