Anda di halaman 1dari 8

Abstrak

Kepemimpinan
Kemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin
kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. . Dalam hubungan
ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan
pengajaran/instruksi.
Seorang pemimpin memiliki cara atau gaya dalam kepemimpinannya. Gaya
kepemimpinan merukapakan sifat yang biasa digunakan atau ditunjukan untuk
memberikan arah kepada pekerjanya. gaya kepemimpinan seseorang dalam
organisasi dapat dikelompokan menjadi:

Eksploitatif, yaitu pemimpin yang memeras bawahan, bawahan harus


mencapai tujuan yang ditetapkan, kalau tidak bisa dihukum.
Otoritatif, yaitu pemimpin yang keras terhadap bawahan, bawahan tidak
boleh memberi komentar terhadap perintah pemimpin.
Konsultatif, yaitu pemimpin yang selalu meminta pendapat dari bawahan,
perintah biasanya dikeluarkan setelah diskusi dengan bawahan.
Partisipatif, yaitu pemimpin yang selalu mengambil keputusan sesuai
kesepakatan bawahan.

Motivasi
Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya
manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara
produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan
dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk
mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer
membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan
terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.

Kepemimpinan dan Motivasi


Kepemimpinan
Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor,
pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun,
raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah pemimpin adalah orang
yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi.
Menurut Hikmat (2009: 249), kepemimpinan adalah proses pelaksanaan tugas dan
kewajiban individu. Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam
memikul tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh
pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang
dipimpinnya.
Gaya kepemimpinan menurut Thoha dalam Sudarmiani (2009: 41) adalah: norma
perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Gaya kepemimpinan
mempengaruhi pola perilaku seorang pemimpin saat mempengaruhi anak
buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, dan cara pemimpin
bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya
kepemimpinannya (Malawi, 2010: 55). Teori tentang gaya kepemimpinan ada
tiga, yaitu:
1.

Teori sifat (the trait theories)

Menurut Sutisna dalam Sudarmiani (2009: 42) teori sifat menunjuk pada sifatsifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensial pada
kepemimpinan yang efektif. Teori ini menyarankan beberapa syarat yang harus
dimiliki pemimpin yaitu: kekuatan fisik dan susunan syaraf, penghayatan terhadap
arah dan tujuan, antusiasme, keramah tamahan, integritas, keahlian teknis,
kemampuan mengambil keputusan, intelegensi, ketrampilan memimpin, dan
kepercayaan (Tead dalam Malawi, 2010: 56).
2.

Teori perilaku (the behaviour theories)

Teori ini memfokuskan dan mengidentifikasikan perilaku yang khas dari


pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain (pengikut). Berdasarkan
teori perilaku, macam-macam gaya kepemimpinan yaitu:
a.
Studi kepemimpinan universitas IOWA yang dilakukan oleh Ronald Lippit
dan K. White menghasilkan tiga gaya kepemimpinan yaitu:
Otoriter: kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh pimpinan
Demokratis: kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan
dan bawahan secara bersama-sama

Kebebasan: kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia


bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan diserahkan
pada bawahan

b.
Studi OHIO
Ada empat gaya kepemimpinan berdasarkan pernyataan Hersey dan Blancard
yaitu:
Telling: banyak memberi perintah tetapi sedikit memberi semangat
Selling: banyak memberi perintah dan semangat
Participating: sedikit memberi perintah tetapi banyak memberi semangat
Delegating: sedikit memberi perintah dan semangat

c.
Studi Michigan
Peneliti dari universitas Michigan menemukan dua macam gaya kepemimpinan
yaitu:
The job-centered: berpusat pada pekerjaan yang sangat memperhatikan
produksi dan aspek-aspek teknik kerja
The employee-centered: berpusat pada pegawai yang sangat menghargai
pegawai, memperhatikan kesejahteraan, dan kesehatan pegawai.
d.
Manajerial grid (jaringan manajerial)
Penelitian ini dilakukan oleh Robert R. Blake dan James S. Mouton yang
menyatakan ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu:
Concern for production: perhatian pada produksi yang menekankan pada
mutu keputusan, prosedur, kualitas pelayanan staff, efisiensi kerja, dan
jumlah pengeluaran.
Concern for people: perhatian pada orang yang menekankan perhatian
untuk karyawannya.
e.
Sistem kepemimpinan Likert
Likert mengembangkan teori kepemimpinan dua dimensi yaitu berorientasi tugas
dan berorientasi individu. Emapat sistem kepemimpinan menurut Likert adalah:
Sistem 1: pemimpin sangat otokratis. Memiliki sedikit kepercayaan pada
bawahannya dan suka mengeksploitasi bawahan. Pemimpin juga sering
memberi hukuman.
Sistem 2: pemimpin otokratis yang baik hati. Pemimpin mendengae
pendapat dari bawahan, memotivasi dengan hadiah dan hukuman, tetapi
bawahan masih merasa tidak bebas membicarakan pekerjaan dengan
atasan.
Sistem 3: pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan.
Pemimpin melakukan sedikit partisipasi sehingga bawahan merasa sedikit
bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.

3.

Sistem 4: pemimpin bergaya kelompok partisipatif. Pemimpin mempunyai


kepercayaan yang sempurna terhadap bawahan, mempersilahkan bawahan
untuk menyampaikan ide-ide inovasi sehingga bawahan merasa bebas
membicarakan pekerjaan dengan atasan

Teori Situasional

Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif
diterapkan dalam situasi tertentu. Gaya kepemimpinan berdasarkan teori
situasional adalah:
a.
Teori kepemimpinan kontingensi
Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers yang menyatakan bahwa
seseorang yang menjadi pemimpin bukan hanya karena faktor kepribadian yang
dimiliki, tetapi juga faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan
situasi. Ada dua gaya kepemimpinan menurut teori ini, yaitu:
Gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas
Gaya kepemimpinan yang mengutamakan hubungan kemanusiaan

Tiga faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yaitu:

Hubungan antara pemimpin dengan anggota

Variabel struktur tugas dalam situasi kerja. Tugas yang berstruktur adalah
tugas yang memiliki prosedur berupa langkah-langkah untuk penyelesaian tugas
itu telah tersedia.

Variabel kekuasaan karena posisi pimpinan (Fattah, 2006: 96)

b.
Teori kepemimpinan tiga dimensi
Teori ini dikemukakan oleh Reddin yang merumuskan empat kelompok gaya
dasar kepemimpinan yaitu:
Separated: pemisah
Dedicated: pengabdi
Related: penghubung
Integrated: terpadu
c.
Teori kepemimpinan situasional
Konsep kepemimpinan situasional pertama kali dirumuskan oleh Paul Hersey dan
Kenneth Blancard yang merupakan pengembangan dari teori kepemimpinan tiga
dimensi yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor yaitu peirlaku tugas,
perilaku hubungan, dan kematangan. Gaya kepemimpinan berdasarkan teori ini
yaitu:

Gaya mendikte (telling): diterapkan jika anak buah dalam tingkat


kematangan rendah dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang
jelas.
Gaya menjual (selling): diterapkan jika anak buah memiliki kemauan
untuk melakukan tugas tapi belum didukung oleh kemampuan yang
memadai.
Gaya melibatkan diri (participating): diterapkan jika anak buah memiliki
kemampuan tetapi kurang percaya diri.
Gaya kendali bebas (delegating): diterapkan jika anak buah memiliki
kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas sehingga dapat
diberikan tanggung jawab secara penuh.
Motivasi
Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya
manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara
produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan
dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk
mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer
membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan
terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
Jenis-Jenis Motivasi
Malayu S.P Hasibuan (2005:150) mengatakan bahwa jenis-jenis motivasi adalah
sebagai berikut:
A. Motivasi Positif (Insentif Positif)
Motivasi Positif adalah Manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar
B. Motivasi Negatif (Insentif Negatif)
Motivasi Negatif adalah Manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka
akan mendapatkan hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja
bawahan dalam waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum,
tetapi untuk jangka panjang dapat berakibat kurang baik.

Metode Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2005:149), mengatakan bahwa ada dua metode motivasi
adalah sebagai berikut:
A. Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan Non Materiil) yang diberikan
secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan
serta kepuasannya, jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan
hari raya, bonus dan bintang jasa.
B. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi Tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan
fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran
tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.
Misalnya ruangan kerja yang nyaman, suasana pekerjaan yang serasi dan
sejenisnya.

Proses Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2005:151), mengatakan bahwa proses motivasi adalah
sebagai berikut:
A. Tujuan
Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi. Baru
kemudian para karyawan dimotivasi kearah tujuan.
B. Mengetahui kepentingan
Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan karyawan
dan tidak hanya melihat dari sudut kepntingan pimpinan atau perusahaan saja.
C. Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan.
Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang
harus dipenuhinya supaya insentif tersebut diperolehnya.
D. Integrasi tujuan
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan
karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex yaitu untuk memperoleh laba
serta perluasan perusahaan. Sedangkan tujuan individu karyawan ialah

pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan
harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
E. Fasilitas
Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan
individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.
F. Team Work
Manajer harus membentuk Team work yang terkoordinasi baik yang bisa
mencapai tujuan perusahaan. Team Work penting karena dalam suatu perusahaan
biasanya terdapat banyak bagian.

Daftar Pustaka
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/10/kepemimpinan-dalam-sekolah/).
http://studimanajemen.blogspot.co.id/2013/10/gaya-atau-tipe-kepemimpinan.html
http://www.kompasiana.com/wahyurinda/makalah-kepemimpinan-pengantarmanajemen_552925dbf17e61a7418b45b1
http://www.indri.ga/2013/01/motivasi-manajemen.html
https://docs.google.com/document/d/1PcDJB3TKBfMK88Nr3mYR_2n0I7ezsJgj
XjxaMv6hVpc/edit

Anda mungkin juga menyukai