Anda di halaman 1dari 5

Karakteristik utama birokrasi Weberian

1. Hirarki dalam kewenangan


2. Pembagian kerja yang sistematis dan Spesifikasi pekerjaan jelas
3. Impersonal
4. Rekruitmen pegawai dilakukan dg indikator atau determinan obyektif (non politis)
5. Sistem promosi berbasis senioritas dan keahlian
6. Sistem kode dan prosedur jelas dan sistematis.

1. Birokrasi Weber berparadigma netral dan bebas nilai. Pimpinan politik Vs Birokrasi.
2. Tidak ada unsur subyektivitas yang masuk dalam pelaksanaan birokrasi karena sifatnya impersonalitas: melepaskan
baju individu dengan ragam kepentingan yang ada di dalamnya.
1. Kesetiaan dan kepatuhan kepada pemimpin, loyalitas formal, aturan-aturan yang pasti.
3. Birokrasi merupakan kebutuhan pokok peradaban modern, karena masyarakat modern membutuhkan satu bentuk
organisasi yang rasional.
1. Bentuk, fungsi, rekrutmen, sistem promosi, kekuasaan administratif.
Masyarakat rasional adalah masyarakat yang tunduk pada birokrasi.
Kelebihan vs kelemahan Model Birokrasi Weberian
+
1. Ideal
2. Sistem birokrasi yang “sehat”
3. Prinsip hirarki dan tingkat otorita, manajemen berdasarkan dokumen dokumen tertulis, terdapat
spesialisasi, ada tuntutan terhadap kapasitas kerja yang penuh dan berlakunya aturan-aturan umum
mengenal manajemen.
-
1. Keengganan untuk mengakui adanya konflik di antara otorita yang disusun secara hirarkis
2. Sulit menghubungkan proses birokratisasi dengan modernisasi yang berlangsung di negara-negara sedang
berkembang.
Kritik
1. Connel: Individu tidak dapat berkembang dibawah dominasi teknokrat dan bersifat arogan
2. Grozier: Tidak dapat menyesuaikan dengan lingkungan/kondisi yang ada
3. Robert K. Merton: Struktur rasional sulit berfungsi. Aturan menjadi tujuan itu sendiri
4. Fine: Cocok diterapkan pada model organisasi birokrasi yang kecil dan rutin.
5. Carter: Kurang inovatif (malas), tidak efektif, bisa terjadi pembengkakan
6. Talcott Parsons: Dualisme kepemimpinan konflik dalam organisasi
7. Alvin Gouldner: Aturan dan kaum oportunis
8. Rudolf Smend: Fungsi teknis dan fungsi sosial dalam budaya
9. Reinhard Bendix: Dilema pemimpin dalam membuat keputusan dari kasus yang baru
10. Carl Friedrich: Peraturan seringkali tidak lengkap.
11. Peter Blau: Inflexible, pejabat birokrasi terbelenggku peraturan yang kaku.
Praktik
• Di banyak negara di dunia, sangat banyak terungkap praktik-praktik tata kelola birokrasi yang kurang menjamin arah
pembangunan suatu negara. Padahal, organisasi birokrasi masih ‘kental’ dipakai sebagai salah satu bentuk organisasi
pemerintah di banyak negara.
• Oleh karena itu, seruan untuk melakukan reformasi tetap bergema di banyak negara di dunia.

Red tape (prosedur yang berlebihan)


Tujuan pembuatan prosedur:
• Prosedur dapat mencegah tuduhan yang ‘tidak fair’ dari pejabat birokrasi.
• Masyarakat membutuhkan prosedur yang jelas untuk memudahkan mengikuti aturan main.
• Adanya semangat profesionalisme yang tinggi, mendorong pejabat birokrasi ybs untuk memecahkan beberapa kasus
baru (mis: prosedur ditambah).
Apa implikasinya?
• Terlalu banyak aturan (excessive proceduralism)
• Menempatkan ‘kepentingan birokrasi’ sebagai kriteria utama
• Menggunakan diskresi yang dimiliki pejabat birokrasi (excessive discretion) yang berimplikasi pada nasib pengguna
jasa birokrasi ditentukan oleh individu atau pejabat birokrasi yang bersangkutan.
Goal Displacement
• Ada perbedaan tujuan atau konflik
• Kepatuhan yang berlebihan terhadap peraturan (regulatory capture). Idealnya, peraturan atau regulasi atau prosedur
sengaja dibuat agar organisasi yang bersangkutan beroperasi dengan baik. Namun prakteknya, justru menghambat
atau berubah fungsi.
• Konflik antara tujuan organisasi dengan profesionalisme (guide of action)

Esensi partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan sektor publik (John
Abbot, 1996).
Partisipasi
 Pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan
 Desentralisasi dan pembangunan daerah
 Terbukanya ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam pembuatan kebijakan
 Keberlanjutan pembangunan
 Pendekatan Partisipatif
Mengapa participatory state menjadi salah satu model reformasi?
 Alternatif kedua reformasi berbasis pada konsep “partisipasi”, yg merupakan antitesa dari pendekatan
pasar.
 Justifikasinya adalah participatory state dipandang lebih demokratis dan memanfaatkan mekanisme kolektif
sebagai media representasi keinginan masyarakat pada pemerintah.
 Istilah “participatory state” kata lainnya ‘empowerment state”, dengan mengurangi mekanisme yang bersifat
hirarkis dan top down.
 Dinamika sosial yang terjadi di masyarakat dan pemerintah menuntut adanya pola birokrasi yang
partisipatif, transparan, bertanggungjawab, sekaligus efektif dan adil.
 Dalam proses tata kelola pemerintahan menuntut adanya interaksi yang efektif dan seimbang antar
stakeholder negara sehingga akan terjadi mekanisme check and balances dalam penyelenggaraan negara.
Teori demokrasi konvensional: ketika seseorang sudah memasukkan suara ketika pemilu, maka haknya dalam perumusan
kebijakan sudah diserahkan pada wakilnya di parlemen
Teori demokrasi modern: Hak warga tidak diserahkan sepenuhnya kepada wakilnya, karena warga memiliki hak untuk aktif
berpartisipasi politik untuk mempengaruhi kebijakan
Tingkatan partisipasi masyarakat
 Partisipasi Manipulatif (keterwakilan pada suatu organisasi kerja dan kelompok-kelompok dan tidak berbasis pada
partisipasi individu, legislatif)
 Partisipasi Pasif (Masyarakat tidak terlibat, hanya menerima kebijakan atau keputusan)
 Partisipasi Konsultasi (partisipasi berbasis pada mekanisme tanya jawab atau diskusi untuk mengidentifikasi
permasalahan dan mendapatkan aspirasi masyarakat)
 Partisipasi Insentif (partisipasi melalui dukungan langsung atau diwakili oleh sumber daya yang tersedia)
 Partisipasi Fungsional (partisipasi melalui pembentukan kelompok untuk menentukan tujuan terkait dengan
program)
 Partisipasi Interaktif (partisipasi masyarakat bersama-sama dengan pemerintah melalui keterlibatan langsung dan
analisis bersama mengenai suatu aksi untuk mencapai tujuan bersama)
Manfaat partisipasi
 Dapat membentuk perilaku atau budaya demokrasi
 Dapat membentuk masyarakat hukum
 Dapat membentuk masyarakat yang educated bermoral
 Dapat membentuk masyarakat madani.yaitu masyarakat yang memiliki kesukarelaan,tidak menggantungkan pada
orang lain (keswasembadaan) tidak menggantungkan diri pada negara (madani).
 Membentuk masyarakat yang lebih toleran, menghormati nilai-nilai yang telah disepakati.
Penghambat partisipasi Internal
 Masyarakat masih terbiasa pada pola lama yaitu peraturan-peraturan tanpa partisipasi warga, warga tinggal
menerima dan melaksanakan
 Masyarakat tidak tahu adanya ruang untuk
 Masyarakat tidak tahu prosedur untuk berpartisipasi
 Rendahnya kesadaran hukum di kalangan masyarakat
Eksternal
 Tidak dibuka kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
 Masih tingginya pelaksanaan model sentralistik dalam pembangunan
 Adanya anggapan bahwa partisipasi masyarakat hanya akan memperlambat pembuatan kebijakan publik
 Adanya anggapan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik hanya akan membengkakkan
biaya
Implikasi dari Non-participatory State
 Kebijakan publik yang dibuat oleh badan yang berwenang tidak dapat di terapkan dengan baik sebab tanpa ada
dukungan dari masyrakat.
 Akan menimbulkan keresahan,kekecewaan masyarakat bahkan dapat menimbulkan perselisihan dan kekacauan
 Akan timbul berbagai penolakan terhadap kebijakan public misalnya demonstrasi/unjuk rasa secara besar-besaran
 Kebijakan publik yang telah dibuat oleh badan yang berwenang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat
 Kebijakan publik yang dibuat oleh badan yang berwenang tidak menyelesaikan permasalahan yang ada justru
menimbulkan permasalahan baru
Analisis stakeholder
 Alat untuk menganalisis berbagai aktor dan kepentingannya dalam sebuah isu kebijakan publik
 Para pemangku kepentingan akan mempengaruhi dan dipengaruhi kebijakan dalam tahapan yang berbeda

Faktor-faktor pendukung munculnya ide participatory state


 Globalisasi demokrasi:
diyakini oleh negara-negara industrialis sebagai jalan untuk meningkatkan kas negara dan kesejahteraan
masyarakat secara adil dan menyeluruh. Globalisasi juga menjamin kesetaraan dalam masyarakat karena modal
sosial yang dimilikinya, siapa saja bisa terlibat dalam proses kebijakan publik dan penyelenggaraan negara.
 Runtuhnya rejim komunis:
Rejim ini terbukti tidak mampu mengakomodasi dinamika dalam masyarakat. Perekonomian dengan kesetaraan dan
keadilan yang “diseragamkan” atau “dipaksakan” tidak mampu menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat. Dengan
pertumbuhan perekonomian negara, rejim komunis dipaksa untuk mengadaptasi kebijakan pro-pasar.
 Perkembangan Iptek dan informasi. Inovasi-inovasi teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang
berdampak pada peningkatan produksi informasi yang spektakuler, dan peningkatan aspirasi sekaligus akumulasi
pengetahuan. Partisipasi warga negara bisa dilakukan melalui media apapun, tak terkecuali media teknologi
informasi untuk mendukung terciptanya ruang publik yang lebih luas dan partisipatif. Reformasi politik menuju
pola-pola yang partisipatif menjadi suatu keharusan.
Implikasi yg muncul
1. Struktur organisasi dibuat lebih flat.
2. Pengambilan keputusan terdesentralisasikan
3. Jejaring kerja lebih luas karena komunikasi tidak dibatasi oleh hirarki
4. Program2 pemerintah merupakan representasi keinginan dari seluruh stakeholders.

Leavitt’s Diamond, reformasi birokrasi fokus pada 4 area:


• Struktur/Kelembagaan
• Manajemen Sumber Daya Manusia
• Pelayanan Publik
• Inovasi dan teknologi

Permasalahan struktur:
• Desentralisasi: pemerintah lokal memiliki tendensi untuk cenderung menggelembungkan jumlah pegawai
negeri sipil di daerahnya masing-masing.
• Desentralisasi, kuota PNS dan DAU.
• Adanya ketidaksesuaian antara jumlah aparatur yang dibutuhkan dengan yang tersedia.
• Kutai Kartanegara: 700.000 jiwa jumlah masyarakat dan 17.000 PNS.
Permasalahan MSDM
• FGD Menpan-RB: tbeberapa K/L mengaku bahwa tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas yang cukup,
sebagian terkait dengan kemampuan SDM aparatur, dalam mengimplementasikan program reformasi
birokrasi.
• Reformasi birokrasi hanya sebatas formalitas di atas kertas dan hanya bertujuan untuk menambah
tunjangan tambahan.
• Paket remunerasi tidak menarik karena besarannya ekuivalen dengan honorarium dan sistem penggajian
yang ada pada saat ini. Di sisi lain, aparatur yang bekerja pada K/L yang telah menerapkan program
remunerasi berpendapat bahwa besaran gaji yang didapatkan tidak berdasar pada kinerja.
Permasalahan pelayanan publik
• Mengadopsi secara kritis pola manajemen pelayanan publik sektor swasta (private sector).
• Karakter pelayanan publik di Indonesia masih kental diwarnai dengan ketidakjelasan waktu, biaya dan cara
pelayanan, diskriminasi pelayanan yang berbasis pada afiliasi politik, hubungan pertemanan, patronase, etnis
dan agama.
• Panjangnya rantai birokrasi dalam prosedur pelayanan, prinsip pelayanan yang berdasar pada distrust.
• Tumpang tindih dalam fungsi pelayanan antar satuan birokrasi merupakan permasalahan pelayanan publik
yang sangat mengakar.
• Merubah hingga pembuatan UPTSA atau PTSP.
• Menurunkan rentang waktu yang dibutuhkan dalam perizinan usaha: dari 151 hari menjadi 45 hari.
• Mengurangi jumlah prosedur: dari 12 prosedur menjadi 8 prosedur.
• Rentang waktu untuk mengurus perizinan mendirikan bangunan berkurang: dari 186 hari pada tahun 2005
lalu berkurang menjadi 158 hari pada tahun 2011.
• Biaya yang harus dikeluarkan untuk memulai usaha di Indonesia semakin rendah: dari 80 persen
pendapatan per kapita di tahun 2008 menjadi 17,9 persen dari pendapatan per kapita di tahun 2011
Teknologi
• Undang-undang mengenai ICT (Information and Communication Technology) baru disahkan pada tahun
2008 yakni undang-undang Informasi dan Transaksi elektronik (UU-ITE).
• Awal reformasi dan ICT, prioritas atau tidak?
• Kemajuan signifikan terjadi di tahun 2003 terkait dengan instruksi presiden nomor 3/2003.
• Peningkatan kecepatan dan penetrasi terhadap akses ICT di masyarakat.
• Penggunaan ICT dalam proses e-government yang dapat mendorong efisiensi, efektivitas
dan transparansi termasuk akuntabilitas publik.
• Terpenuhinya kebutuhan akan road map bagi pengembangan e-government
• Bagaimana kondisi eksisting penggunaan e-government di Indonesia?
• Penelitian Hermana (2012) menunjukkan kualitas website pemerintah di 33 provinsi, 349 kabupaten dan 91
kota di Indonesia.
• Hasil riset ini menyebut bahwa 61 persen website pemerintah daerah dengan kategori klaster 1 (baik)
berlokasi di Jawa, sedangkan hanya 33% sisanya yang berada di luar Jawa.
• Selain itu ditemukan bahwa sebagian besar website pemerintah sifatnya hanya informasional ketimbang
transaksional.
Kendala sosial
• Birokrasi yang mewarisi budaya feodal sejak zaman kerajaan hingga penjajahan dan tetap bertahan pada
era Orde Baru.
• Tidak mudah dibawa memasuki paradigma baru menuju birokrasi (administrasi publik) modern.
• Masyarakat menyokong penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh birokrasi.
Politik
• Reformasi biasanya memiliki dampak politik yang besar.
• komitmen penyelenggara negara, kesinambungan program serta sistem politik.
• kemauan politik untuk mempercepat perubahan dan harus mampu menghadapi resiko yang terjadi.
• keteladanan pemimpin. Pimpinan birokrasi sesungguhnya berperan penting menentukan keberhasilan
reformasi. Namun, tidak banyak kita temukan pemimpin yang memiliki konsep jelas dan kemauan keras
mereformasi.
Hukum
• Hukum diperlukan sebagai payung perubahan agar reformasi bisa dijalankan
• Akan tetapi, reformasi administrasi sering terkendala oleh hukum yang ada
• Ketika akan melakukan berbagai perubahan, orang selalu berpikir apakah tidak melanggar aturan yang
sudah ada.
MSDM dan Struktur:
• Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan terhadap UU Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian:
• Rekruitmen dan struktur seragam.
• Take home pay atau total pendapatan para aparatur negara didasarkan pada gaji dasar dan
berbagai tunjangan.
• Besaran pensiun menurut skema dari UU ini dirasakan tidak layak.
• Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2002 tentang Pelaksanaan Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
mengganti PP Nomor 98 tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil mengganti Peraturan
Pemerintah Nomor 96 tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil:
• wewenang untuk mengangkat aparatur negara berada pada pejabat pembina kepegawaian
yang dalam hal ini berada pada masing-masing kementerian/lembaga pada tingkat Pegawai
Negeri Sipil Pusat, dan kepala daerah pada tingkat Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Pelayanan Publik:
• UU No 25 tahun 2009
• Tidak terdapatnya peraturan pemerintah lanjutan mengenai ruang lingkup, sistem pelayanan
terpadu, pedoman penyusunan standar pelayanan, akses dan klasifikasi kelompok
masyarakat, tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dan peraturan presiden mengenai mekanisme dan ketentuan pemberian ganti rugi.
• Kurangnya penggunaan ancaman politik hukum pidana di dalam meningkatkan disiplin dan
kualitas pelayanan publik.
Keuangan
• Dalam beberapa kasus, reformasi membutuhkan biaya besar.
• Reformasi terkadang biayanya mahal (walaupun reformasi tidak selalu perlu uang).
• Kasus: perampingan memerlukan biaya besar untuk pesangon bagi yang mau pensiun dini.
• Saat ini ada 5 juta PNS. Kalau harus ada pensiun dini dengan biaya pesangon 500 juta untuk 500 ribu orang,
maka diperlukan dana 250,000,000,000,000

Best practices dari negara lain


• Secara teknis, pemerintah Indonesia dapat melakukan transfer pengetahuan dari berbagai negara yang
berhasil. Misal meminjam keberhasilan Amerika Serikat, Eropa, Australia atau Asia.
• Namun demikian, nilai-nilai budaya yang ada di dalamnya tidak bisa kita ambil begitu saja.
• Reformasi selalu mengalami hambatan budaya.
• Korea dan Jepang, etos kerja tinggi. Pemerintahan bersih sehingga trust level kepada pemerintah juga begitu
tinggi.
• Meski demikian, tidak semua negara berhasil melakukan perubahan birokrasi.
• Singapura dan Malaysia tergolong cukup efektif mewujudkan beberapa reformasi administrasi, antara lain
karena stabilitas politik dan kerja sama yang baik antara birokrasi dan pemimpin politik.
• Sementara itu, Indonesia, Thailand, dan Filipina kurang efektif dalam mewujudkan perubahan administrasi
karena dominannya aparat birokrasi dan adanya konflik atau kolusi antara birokrasi dan elite politik.
Pertanyaan
• Bagaimana meyakinkan Bupati (reformasi akan memberi nilai positip bagi kepemimpinannya).
• Bagaimana meyakinkan anggota DPRD (reformasi tidak menjadi ancaman).
• Bagaimana meyakinkan birokrat (perbaikan pelayanan akan memberikan keuntungan).
• Bagaimana meyakinkan pengguna (tanpa harus membayar ekstra, pelayanan pasti dijamin)

Anda mungkin juga menyukai