Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK DAN GOOD


GOVERNANCE
“Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas kuliah”
Dosen Pengampu :

Yanto Heryanto, S. Sos., M. Si

DISUSUN OLEH :
AZZAHRA RENITA ANANDA (119090108)

PUTRI ROBIATUL ADAWIYAH (119090131)

IKA TRI MULYANI (119090134)

BONITA VIRGINIANA FIRDAUS (119090138)

Prodi/Kelas : Ilmu Administrasi Negara/1F

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI


Jl. Terusan Pemuda, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya pada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan
lancar,makalah ini bertujuan untuk melengkapi nilai tugas kelompok pengantar administrasi
publik, serta mengembangkan kemampuan menulis kami.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Makalah ini, kami ucapkan banyak terima kasih.
Semoga segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada kami, mendapat imbalan yang
berlipat dari Allah Subhanahu Wata’ala, aamiin.
Kami menyadari dalam penulisan Makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan
Makalah ini. Atas saran, kritik maupun bantuannya kami ucapkan terima kasih. Semoga apa
yang di tulis di Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

                                                                                   

Cirebon, 10 Mei 2020

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Rumusan Masalah 2
D. Tujuan Penulisan 2
BAB II LANDASAN TEORITIS 4
BAB III PEMBAHASAN 5
A. Konsep etika administrasi public 6
B. Pengertian etika dan good governance 7
C. Permasalahan etika pelayanan publik 11
D. Peranan etika dalam mewujudkan good governance 12
E. Karakteristik tatanan pemerintaan yang baik 13
BAB IV PENUTUP 18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan Otonomi Daerah yang diantaranya dituangkan dalam Undang-Undang


Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah membawa implikasi yang luas terhadap
sistem penyelenggaraan pemerintahan, penyelenggaran pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat. Melalui kebijakan ini, Pemerintah bersama masyarakat dapat lebih diberdayakan
dan sekaligus diberi tanggungjawab untuk mengakselerasikan pembangunan dan daya saing
daerah, yang dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari keharusan melaksanakan pelayanan
publik yang baik dan dapat memenuhi tuntutan serta harapan masyarakat, karena pelayanan
publik merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan. Tuntutan peningkatan
tuntutan kualitas pelayanan publik dari masyarakat harus diimbangi dengan upaya
menemukan model atau sistem pelayanan yang berkualitas agar pelayanan yang dilakukan
dapat menjadi pelayanan yang prima. Hal ini untuk menghindari kesenjangan antara tuntutan
standar kualitasyang dibuat pemerintah dengan kualitas yang diberikan dalam pelayanan
kepada masyarakat.

Pelayanan publik berdasparkan Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Dalam hal ini, pelayanan publik dapat diartikan sebagai
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah untuk memenuhi hak-hak warga
masyarakat, dalam berbagai bentuk pelayanan sektor publik dalam bentuk barang dan atau
jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pelayanan ini merupakan sarana pemenuhan kebutuh an mendasar masyarakat
untuk kesejahteraan sosial sehingga perlu memperhatikan nilai-nilai, sistem kepercayaan,
religi, kearifan lokal serta keterlibatan masyarakat.

Dalam memberikan pelayanan publik dari pemberi layanan kepada masyarakat harus
mengedepankan etika dan prinsip nilai yang menjadi acuan perilaku. Prinsip nilai dibutuhkan
sebagai upaya menyesuaikan tatanan nilai masyarakat yang selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Perubahan nilai ini tentunya akan mengubah standar harapan masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhannya.Perhatian terhadap beberapa aspek ini memberikan jaminan
bahwa pelayanan publik yang dilaksanakan merupakan ekspresi kebutuhan sosial
masyarakat.

1
Akhir-akhir ini tampil dalam berita –berita fenomenal yang mengungkap kasus-kasus
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi baik di lingkungan birokrasi
pemerintah, lembaga legislatif, lembaga-lembaga penegak hukum. Berita terakhir adalah
kasus Gayus Tambunan yang sungguh sangat fenomenal sebagai pegawai negeri gol. III/a
memiliki kekayaan milyaran rupiah yang diduga hasil korupsi di lingkungan di Direktorat
Jenderal pajak. Selanjutnya kasus Gayus ini melebar serta melibatkan oknum penegak
hukum dari kepolisian, jaksa, hakim dan terakhir melibatkan pihak imigrasi dalam
masalah pembuatan paspor asli tapi palsu. Berbagai kasus yang terungkap dan yang
disinyalir sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan seperti issue tentang penerimaaan
CPNS umpamanya, mengindikasikan terabaikannya norma-norma etika dalam birokrasi
pemerintahan kita. Masalah etika dalam administrasi publik menunjukkan kurangmya
perhatian atau dikesampingkannya etika dalam praktek penyelenggaraan administrai
publik. Padahal etika merupakan salah satu unsur yang penting yang menentukan
keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi dan aktor administrrasi publik Sebabnya ialah,
karena nilai nilai moral itu terdapat dalam seluruh proses kegiatan administrasi publik.
Mulai dari rancangan struktur organisasi, perumusan kebijakan, implementasi dan evaluasi
kebijakan serta pelaksanaan pelayanan publik sarat dengan nilai-nilai etis.

B. Identifikasi Masalah
Makalah ini dibuat untuk mengetahui pengertian etika dan good governance,
permasalahan etika pelayanan public, peranan etika dalam mewujudkan good
governance, karakteristik tatanan pemerintahan yang baik (good governance). Sehingga
kita dapat memahami peranan etika dalam mewujudkan good governance. Maka akan
tercipta pemerintahan yang diidamkan masyarakatnya.
C. Rumusan Masalah
Masalah yang penyusun rumuskan antara lain adalah
1. Konsep etika administrasi publik
2. Pengertian etika dan good governance
3. Permasalahan etika pelayanan public
4. Peranan etika dalam mewujudkan good governance
5. Karakteristik tatanan pemerintahan yang baik
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun menyusun makalah ini diantaranya adalah :
1. Untuk mengetahui konsep etika administrasi publik
2. Untuk mengetahui pengertian etika dan good governance
3. Untuk mengetahui permasalahan etika pelayanan publik

2
4. Untuk mengetahui peranan etika dalam mewujudkan good governance
5. Untuk mengetahui karakteristik tatanan pemerintahan yan baik

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam hal ini, pelayanan publik
dapat diartikan sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah untuk
memenuhi hak-hak warga masyarakat, dalam berbagai bentuk pelayanan sektor publik
dalam bentuk barang dan atau jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan ini merupakan sarana pemenuhan
kebutuh an mendasar masyarakat untuk kesejahteraan sosial sehingga perlu
memperhatikan nilai-nilai, sistem kepercayaan, religi, kearifan lokal serta keterlibatan
masyarakat.

Dalam memberikan pelayanan publik dari pemberi layanan kepada masyarakat


harus mengedepankan etika dan prinsip nilai yang menjadi acuan perilaku. Prinsip nilai
dibutuhkan sebagai upaya menyesuaikan tatanan nilai masyarakat yang selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan nilai ini tentunya akan mengubah standar
harapan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya.Perhatian terhadap beberapa aspek
ini memberikan jaminan bahwa pelayanan publik yang dilaksanakan merupakan ekspresi
kebutuhan sosial masyarakat.

Sebelum membahas Eika Pelayanan Publik, terlebih dulu akan disampaikan


pengertian tentang etika secara umum sebagai berikut ; Istilah Etika berasal dari bahasa
Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethossedangkan bentuk jamaknya yaitu ta
etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan artita
etha yaitu adat kebiasaan.Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi
terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat
moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika memiliki makna, ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2009 Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelengga ra pelayanan
publik. Jadi, pelayanan publik merupakan usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat dari
penyelenggara pelayanan publik.

4
Setelah mengetahui arti etika dan pelayanan publik, dibawah ini akan
disampaikan pengertian tentang etika pelayanan publik. Menurut Denhardt (dalam
Keban, 2008) etika pelayanan publik diartikan sebagai filsafat dan kode etik /standar
profesi, atau moral atau right rules of conduct (aturan berperilaku yang benar) yang
seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik atau administrator publik. Dalam hal
ini Denhardt menekankan etika pelayanan publik sebagai kode etik.

Peraturan Pemerintah nomor .101 tahun 2000 ; Kepemerintahan Yang Baik


adalah Kepemerintahan yang profesional (ahli), akuntabel, tanggung jawab dan tanggung
gugat,demokratis,transparan dan terbuka. Kepemerintahan yang baik disini, juga
diartikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung
jawab, efisien, efektif dengan menjaga dan mensinergikan interaksi yang konstruktif
antara negara, swasta dan masyarakat.Kata “ BAIK “ dimaksudkan mengikuti prinsip-
prinsip dan kaidah - kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good
Governance.

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep etika administrasi publik

Istilah “Etika”, berasal dati kata Yunani ethos yang berarti “sifat” atau “adat”
dan kata jadian “ta ethika” yang dipakai filsuf Plato dan Aristoteles (384 -322 SM) untuk
menerangkan studi mereka tentang nilai-nilai dan cita-cita Yunani. Jadi pertama-
tama, etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang kita sebut
“menjadi orang baik”, tetapi juga merupakan masalah sifat keseluruhan segenap
masyarakat yang disebut “ethos”nya. (Robert Solomon, l987:5)

Menurut Bertens(2001:6) berdasarkan penjelasan dalam Kamus Besar


Bahasa Indonesia (l988)dikemukakan tiga arti dari kata etika sebagai berikut.
Pertama, kata “etika “ dipakai dalam arti : nilai-nlai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Kedua,etika sebagai kumpulan asas atau nilai moral , yaitu
sebagai kode etik. Ketiga,istilah “Etika” digunakan untuk menunjuk bidang ilmu,
yaitu pengkajian secara reflektif tentang nilai –nilai moral dalam masyarakat dengan
penelitian sistematis dan metodis. Dalam arti ini, maka etika adalah sebagai
cabang filsafat yang menjadikan moralitas sebagai kajiannya atau disebut filsafat
moral.Berdasar pembahasan di atas, maka penggunanaan istilah etika administrasi
publik bermakna ganda. Istilah itu dapat mengacu sebagai bidang studi yaitu ilmu
pengetahuan yang membahas prinsip-prinsip etis (moral) yang mendasari
tindakan para aparat birokrasi pemerintahan khususnya dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya. Di samping itu terdapat pengertian tentang etika
administrasi publik sebagai “seperangkat nilai yang menjadi acuan atau penuntun
bagi tindakan manusia dalam organisasi “ sebagaimana dikemukakan antara lain oleh
Darwin (l999) dalam Widodo(2001:252). Selanjutnya Widododengan mengacu pada
pendapat Bertens(l977) dan Darwin (l999) tentang pengertian etika manarik kesimpulan
bahwa etika (termasuk etika birokrasi) mempunyai dua fungsi. Pertama, sebagai
pedoman, acuan, referensi bagi administrasi negara (birokrasi publik) dalam

6
menjalankan tugas dan kewenangannya agar tidakannya dalam organisasi tadi dinilai
baik, terpuji, dan tidak tercela. Kedua,etika birokrasi (Administrasi Publik) sebagai
standar penilaian apakah sifat, perilaku dan tindakan birokrasi publik (Administrasi
Publik) dinilai baik, tidak tercela dan terpuji.

B. Pengertian etika dan good governance

Sebelum membahas Eika Pelayanan Publik, terlebih dulu akan disampaikan


pengertian tentang etika secara umum sebagai berikut ; Istilah Etika berasal dari bahasa
Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethossedangkan bentuk jamaknya yaitu ta
etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan artita etha
yaitu adat kebiasaan.Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya
istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara
etimologis (asal usul kata), etika memiliki makna, ilmu tentang apa yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 1989 mendefinisikan etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq);
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan
salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Suseno, 1994 mendefinisikan Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita
harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral.
Sementara itu, Kattsoff 1986, mengemukakan bahwa, Etika sebenarnya lebih banyak
bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan tingkah laku
manusia.

Terkait dengan beberapa definisi diatas, Bartens sebagaimana dikutip oleh abdul
kadir (1991), memberikan tiga pengertian tentang etika yaitu ;

1) Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.arti ini dapat juga disebut
sistem nilai dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyrakat.

2) Etika dipakai dalam arti kumpulan asas dan nilai moral,yang dimaksud disi adalah kode
etik

3) Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Makna ini berkenaan
dengan filsafat moral.

7
Pelayanan Publik :

Yang dimaksud dengan pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003, adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2009 Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelengga ra pelayanan publik. Jadi,
pelayanan publik merupakan usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat dari penyelenggara
pelayanan publik.

Pelayanan publik diselenggarakan oleh pemerintah,dalam hali ini institusi negara dan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Adapun
unitpenyelenggara pelayanannya adalah unit kerja di masing-masing instansi,
danpemberipelayanannya adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah sesuai peraturan
perundangan.Adapun penerima pelayanan publik adalah masyarakat,instansi pemerintah, dan
badan hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah.

Pelayanan publik dalam arti yang sempit adalah suatu tindakan pemberian barang dan
jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik,
baik diberikan secara langsung maupun melalui kemitraan dengan swasta dan masyarakat,
berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar.
Hal ini menekankan bagaimana pelayanan publik berhasil diberikan melalui suatudelivery
system yang sehat. Pelayanan publik ini dapat dilihat sehari-hari di bidang
administrasi,keamanan,kesehatan,pendidikan,perumahan, air bersih, telekomunikasi,
transportasi, bank, dan sebagainya.

Tujuan pelayanan publik,menyediakan barang dan jasa yang terbaik bagi masyarakat.
Barang dan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik yang terbaik adalah yang
memberikan kepuasan terhadap publik, dan bila perlu melebihi harapan publik.

Etika Pelayanan Publik :

Setelah mengetahui arti etika dan pelayanan publik, dibawah ini akan disampaikan
pengertian tentang etika pelayanan publik. Menurut Denhardt (dalam Keban, 2008) etika
pelayanan publik diartikan sebagai filsafat dan kode etik /standar profesi, atau moral atau
right rules of conduct (aturan berperilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi
pelayanan publik atau administrator publik. Dalam hal ini Denhardt menekankan etika
pelayanan publik sebagai kode etik.

8
Semantara itu, Rohman, dkk (2010) mendefinisikan bahwa etika pelayanan publik
adalah suatu cara dalam melayani publik dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang
mengandung nilai-nilai hidup dan hukum atau norma yang mengatur tingkah laku manusia
yang dianggap baik. Definisi Rohman dkk ini menekankan penggunaan nilai-nilai luhur
dalam pelayanan publik. Jadi, jelas bahwa etika pelayanan publik merupakan penggunaan
nilai-nilai luhur oleh seorang administrator dalam memberikan pelayanan publik.

Etika dapat dijadikan pedoman, referensi, petunjuk tentang apa yang harus dilakukan
oleh aparat birokrasi dalam menjalankan kebijakan politik, dan sekaligus digunakan sebagai
standar penilaian apakah perilaku aparat birokrasi dalam menjalankan kebijakan politik dapat
dikatakan baik atau buruk. Sedangkan etika dalam konteks birokrasi menurut Dwiyanto
(2002:188), mengatakan bahwa: ―Etika birokrasi digambarkan sebagai suatu panduan
norma bagi aparat birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat‖. Etika
birokrasi harus menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
organisasinya. Etika harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar
mengutamakan kepentingan masyarakat luas. Sementara pemahaman pelayanan publik yang
disediakan oleh birokrasi merupakan wujud dari fungsi aparat birokrasi sebagai abdi
masyarakat dan abdi negara. Sehingga maksud dari public service tersebut demi
mensejahterakan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, Widodo (2001:269)
mengartikan pelayanan publik sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang telah ditetapkan.

Arti penting Etika Administrasi Publik digambarkan oleh Ginandjar Kartasasmita


(l996: 26-7) secara lebih konkrit. Masalah etika dalam birokrasi menjadi keprihatinan
(concern) yang sangat besar, karena perilaku birokrasi mempengaruhi bukan hanya
dirinya; tetapi masyarakat banyak. Di samping itu birokrasi bekerja atas dasar
kepercayaan, karena seorang birokrat bekerja untuk negara dan berarti juga untuk
rakyat. Jadi wajar jika rakyat mengharap adanya jaminan bahwa para birokrat yang
dibiayai oleh negara harus mengabdi kepada kepentingan umum menurut standar etika
yang selaras dengan kedudukannya. Di samping itu tumbuh keprihatinan bukan
saja terhadap individu –individu para birokrat tetapi juga terhadap organisasi sebagai
sebuah sistem yang cenderung bertambah besar dan bertambah luas kewenangannya
yang cenderung mengesampingkan nilai-nilai. Nicholas Henry(l980) dalam Wahyudi
Kumoro(l996: 102-3) menguraikan adanya 5 paradigma dalam administrasi publik dan
sebagian besar perbedaan paradigma itu berkisar perlu tidaknya pemisahan antara ilmu
politik dan administrasi. Menurut Henry,paradigma terakhir dari administrasi publik
adalah bahwa lokus administrasi publik mengenai kepentingan publik (public interest)
dan urusan publik (publikaffairs), sedangkan fokusnya adalah teori organisasi dan
ilmu managemen. Dalam paradigma ini dihindari dikotomi politik –administrasi, sebab
dalam kenyataannya seorang birokrat atau adinistrator tidak bisa menghindar dari tindakan

9
politis. Aktivitas politik dari birokrat tampak dari adanya keleluasaan bertindak (diskresi)
administratif yang dimiliknya. Sementara aktivitas administrasi tampak dari segala
perilakunya untuk mmerencanakan, memilih alternatif, mengorganisasi, mengelola,
memantau, mengevaluasi, melaksanakan, serta melakukan implementasi atas program-
program di dalam lingkup birokrasi. Untuk itu dia perlu membekali diri dengan ilmu
manajemen serta landasan pemahaman mengenai teori organisasi yang kuat. Dengan
demikian proses administrasi negara merupakan proses yang rumit. Bukan saja berkaitan
dengan aktivitas aktivitas tehnis berlandaskan ilmu manajemen untuk mencapai efisiensi
yang tinggi melainkan juga aktivitasaktivitas politis yang berusaha menafsirkan kehendak
publik dan menterjemahkannya dalam kebijakan nyata. Kebijakan sebagai keseluruhan
gagasan mengenai tujuan dan arah tindakan manusia dalam organisasi. Kebijakan
menentukan norma dan mengatur admnistrasi publik pada tingkat strategis. Dari segi materi
atau isi, administrasi publik berarti melakukan kebijakan publik yakni menetapkan dan
melaksanakan kebijakan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat umum. Dari segi
formal atau bentuk, administrasi publik adalah pengambilan keputusan keputusan yang
mengikat orang banyak. Sedangkan dari segi sosiologis, administrasi publik merupakan
bentuk tindakan sosial tertentu yang diorganisir atau tepatnya serangkaian proses tindakan
sosial yang berlangsung dan dibakukan dalam priode tertentu. Dengan demikian, dalam
praktek administrasi negara merupakan rangkaian pengambilan kebijakan yang menghasilkan
norma-norma formal, aturan-aturan, serta keharusankeharusan bagi tindakan sosial. Proses
itu tentunya akan menunjang tertib sosial hanya apabila ia merujuk kepada rasa kebenaran
dan keadilan dari warga masyarakatnya. Dengan demikian setiap aktivitas administrasi
publik akan selalu punya konsekwensi nilai. Sebagai kesimpulan yang dapat ditarik adalah
bahwa proses administrasi publik senantiasa menuntut tanggung jawab etis TATA
KEPEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE) Wacana kepemerintahan
yang baik (good governance) dalam decade terakhir abad 20, semakin mengggema dalam
kehidupan negara bangsa di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Untuk memahami
konsep tersebut perlu dipahami perbedaan pengertian government dan governance. Konsep
government menunjuk pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan kewenangan tertinggi
negara dan pemerintah. Konsep governance melibatkan tidak hanya pemerintah dan negara,
tapi juga peran berbagai aktor di luar pemerintah dan negara sehingga pihak-pihak yang
terlibat juga sangat luas (Ganie- Rohman, 2000:l4l dalam Widodo ( 2001: l8) Timbulnya
gerakan reformasi nasional dipenghujung abad 20 sebagai koreksi atas kekeliruan masa lalu,
memerlukan perubahan dan pembaharuan dalam system dan proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yang berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai dan prinsip
good governance tersebut (Mustopadidjaja, 2003: l). Hal itu menunjukkan adanya pergeseran
paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan. Perubahan
paradigma ini menggeser orientasi manajemen pemerintahan dari aspek pemerintahan
(goverment) beralih kepada aspek tata kepemerintahan (governance). EROPA (Easter
Regional Organization for Public Administration) bersama UNDP (United Nations
Development Programme) ketika menyelenggarakan General Assembly Meeting di Manila
10
tahun 1998 menslogankan perubahan paradigma from goverment to governane Menurut
Miftah Thoha (2004: 54), ilmu administrasi publik merupakan suatu kajian yang sistematis
dan tidak hanya sekedar lukisan abstrak akan tetapi memuat perencanaan realitas dari segala
upaya dalam menata kepemerintahan yang baik (good governance) Rumusan tersebut dapat
dirumuskan secara sederhana, bahwa ilmu admintrasi publik bukan hanya bersifat deskriptif
tapi juga bersifat preskriprtif. Preskriptif bukan hanya secara normatif tetapi dalam arti
perencanaan kedepan, harapan-harapan yang dapat diprediksi untuk dapat diwujudkan dalam
masyarakat yang diidamkan. Terselenggaranya pemerintahan yang bersih, dan baik (clean
and good governance) menjadi harapan dan cita-cita setiap bangsa. Oleh karena itu
mewujudkan cita-cita tersebut termasuk tugas dari ilmu adminitrasi public

Good Governance adalah adanya satu mekanisme kerja, dimana aktivitas


pemerintahan berorientasi pada terwujudnya keadilan sosial dan pemerintah mampu secara
maksimal melaksanakan tiga fungsi dasarnya (service, development, empowerment). Untuk
itu diperlukan adanya:

1. Perlindungan yang nyata terhadap ―ruang & wacana‖ publik;


2. Mengakui dan menghormati kemajemukan politik, dalam rangka mendorong partisipasi
dan mewujudkan desentralisasi;
3. Pemerintah mengambil posisi sebagai fasilitator dan advokator kepentingan publik.

Kepemerintahan Yang Baik /Good Governance (LAN 2005) :

1. United Nation Development Programme (UNDP) ; Kepemerintahan yang mengem


bangkan hubungan yg sinergis dan konstruktif diantara negara , swasta dan masyarakat
dalammengelola, memadukan dengan baik kepemerintahan (economic, politic,&
administrative governance).
2. Peraturan Pemerintah nomor .101 tahun 2000 ; Kepemerintahan Yang Baik adalah
Kepemerintahan yang profesional (ahli), akuntabel, tanggung jawab dan tanggung
gugat,demokratis,transparan dan terbuka. Kepemerintahan yang baik disini, juga
diartikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung
jawab, efisien, efektif dengan menjaga dan mensinergikan interaksi yang konstruktif
antara negara, swasta dan masyarakat.Kata “ BAIK “ dimaksudkan mengikuti prinsip-
prinsip dan kaidah - kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good
Governance.

Makna Good Governance yang dimaksudkan diatas adalah adanya satu


mekanisme kerja, dimana aktivitas pemerintahan berorientasi pada terwujudnya keadilan
sosial dan pemerintah mampu secara maksimal melaksanakan tiga fungsi dasarnya
(service, development, empowerment). Untuk itu diperlukan adanya :

C. Permasalahan etika pelayanan public

11
Pada saat ini persoalan mendesak yang dihadapi pemerintah adalah persoalan etika
pelayanan publik. Masyarakat mulai tidak sabar dan cemas dengan mutu pelayanan publik
yang pada umumnya semakin merosot atau memburuk, bahkan lebih buruk dibandingkan
dengan pelayanan yang diberikan oleh sektor swasta. Masyarakat juga mulai
mempertanyakan apakah pemerintah mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang
bermutu kepada masyarakat atau tidak. Selama ini penyelenggaraan pelayanan publik yang
dilakukan oleh pemerintahsaat ini masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum
efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini
terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara Iangsung
maupun tidak langsung melalui media massa.Hampir setiap hari ada keluhan dari masyarakat
terhadap berbagai persoalan pelayanan aparatur penyelenggara/ pelaksana pelayanan publik.
Masyarakat masih merasakan bahwa, pelayanan publik masih sulit untuk diakses, prosedur
yang berbelit-belit, biaya yang tidak jelas ketika harus mengurus suatu perijinan tertentu serta
terjadinya praktek pungutan liar (pungli), dan lain sebagainya.

Di samping itu, masih terdapat kecenderungan pelayanan yang kurang merata dan
adanya ketidakadilan dalam pelayanan publik di mana masyarakat yang tergolong miskin
akan sulit mendapatkan pelayanan. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki “uang”, dengan
sangat mudah mendapatkan pelayanan (publik) yang diinginkan. Apabila ketidakmerataan
dan ketidakadilan ini terus-menerus terjadi, maka pelayanan yang berpihak ini akan
memunculkan potensi yang bersifat berbahaya dalam kehidupan berbangsa. Potensi ini antara
lain terjadinya disintegrasi bangsa, perbedaan yang lebar antara yang kaya dan miskin dalam
konteks pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban, akan dapat menjadi pemicu ledakan
ketidak puasan masyarakat yang dapat merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Dengan munculnya berbagai permasalahan tersebut, seharusnya pemerintah segera


mengambil langkah-langkah penyelesaian masalah etika pelayanan publik. Terlebih lagi,
sesuai dengan kewenangannya, pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar untuk
merealisasikan pelayanan publik dengan sebaik-baiknya dalam rangka mendorong
peningkatan ksejahteraan masyarakat. Melalui pelaksanaan etika pelayanan publik yang
berkualitas, akan dapat terwujud pelayanan prima yang didambakan masyarakat.

Good Governance adalah adanya satu mekanisme kerja, dimana aktivitas


pemerintahan berorientasi pada terwujudnya keadilan sosial dan pemerintah mampu secara
maksimal melaksanakan tiga fungsi dasarnya (service, development, empowerment). Untuk
itu diperlukan adanya:

1. Perlindungan yang nyata terhadap ―ruang & wacana‖ publik;


2. Mengakui dan menghormati kemajemukan politik, dalam rangka mendorong partisipasi
dan mewujudkan desentralisasi;
3. Pemerintah mengambil posisi sebagai fasilitator dan advokator kepentingan publik.
D. Peranan etika dalam mewujudkan good governance

12
Apabila diamati secara seksama pelaksanaan tugas-tugas pelayanan yang
dilaksanakan oleh pemerintah dan aparaturnya, khususnya berkaitan dengan etika pelayanan
publik, boleh dikata belum terlaksana dengan baik dan belum dapat memenuhi harapan
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari indikator masih banyaknya keluhan masyarakat di
lapangan terhadap penyelenggaraan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah, baik dari
sisi tranparansi pelayanan, prosedur pelayanan, hingga sikap aparatur dalam memberikan
pelayanan.

Selain itu,masih adanya pelanggaran moral dan etika dimulai dari proses kebijakan
publik (pengusulan program, proyek, dan kegiatan yang tidak didasarkan atas kenyataan),
desain organisasi pelayanan publik (pengaturan struktur, formalisasi, diskresi otoritas) yang
sangat bias terhadap kepentingan tertentu, proses manajemen pelayanan publik yang penuh
rekayasa dan kamuflase (mulai dari perencanaan teknis, pengelolaan keuangan, SDM,
informasi, dan sebagainya.), yang semuanya itu nampak dari sifat-sifat tidak transparan, tidak
adil, tidak responsif, tidak akuntabel, tidak partisipatif, dan sebagainya. Ini semua
menggambarkan bahwa, etika pelayananan publik belum banyak berperan dalam turut
menciptakan pelayanan seperti diharapkan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa, semua
pelanggaran moral dan etika ini sebagai salah satu penyebab melemahnya pemerintahan.

Oleh karena itu, etika pelayanan publik memiliki peran yang sangat penting dalam
dalam konstelasi perwujudan Good Governance. Wujud peranan dari etika pelayanan publik
dalam melaksanakan Good Governance adalah melalui pelaksanaan berbagai aturan-aturan
ideal yang tertulis maupun tidak tertulis baik yang yang bersumber dari Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945, Ketetapan MPR, Undang-undang, peraturan pemerintah dan
lain-lain yang terkait dengan etika, khususnya etika pelayanan publik. Diantaranya melalui
aplikasi nyata pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur yang hidup dalam kehidupan masyarakat,bangsa dan negara dengan berpegang teguh
pada implementasi nyata tentang benar dan salah, baik dan buruk dan estetika, mengenai
tentang keindahan dan kejelekan.

E. Karakteristik tatanan pemerintahan yang baik


United Nations Development Programme (l997:9) dalam Widodo (200l:l9)
mengemukakan governance is defined as the exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a nation s affairs. Kepemerintahan diartikan sebagai
pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administratif untuk memanage urusan-urusan
bangsa. Lebih lanjut UNDP menegaskan it is the complekx mechanisms, process,
relationships and institutions through which citizens and groups articulate their differences
Kepemerintahan adalah suatu institusi, mekanisme, proses, dan hubungan yang kompleks
melalui warga negara dan kelompok kelompok yang mengartikulasikan kepentingannya,
melaksanakan hak dan kewajibannya dan menengahi atau memfasilitasi perbedaan-
perbedaandi antara mereka.

13
Pengertian Governance menurut UNDP terdiri dari tiga unsur yaitu: the state, the
private sector dan civil society organizations. Istilah governance menunjukkan suatu proses
di mana rakyat bisa mengatur ekonominya. Institusi dan sumber-sumber social dan politiknya
tidak hanya digunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi, integrasi,
dan untuk kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, kemampuan suatu negara mencapai
tujuan-tujuan pembangunan itu sangat tergantung pada kualitas tata kepemerintahannya
dalam melakukan interaksi dengan organisasi-organisasi komersial dan civil
society..hubungan tiga komponen tata keperintahan yang baik yaitu pemerintah
(government), rakyat (citizen) dan usahawan (business) yang sama dan sederajat serta saling
control dalam hubungan yang saling bersinergi.

Menurut Mustopadidjaja (2003:51) upaya untuk mewujudkan good governance hanya


dapat dilakukan apabila terjadi keseimbangan (alligment) peran-peran kekuasaan yang
dimainkan oleh setiap unsur yang ada dalam governance.state, sebagai unsur pertama,
memainkan peran menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi unsur-
unsur lain dalam governance. Private sector unsur kedua, menciptakan lapangan kerja dan
pendapatan. Dan, society, unsur ketiga, berperan menciptakan interaksi social, ekonomi dan
politik. Keseimbangan ketiga unsur governance tersebut digambarkan sebagai berikut: 1.
Sektor Publik (Government) B A C 3. Sektor Bisnis (Private Sector) 2. Masyarakat D
(Society) Gambar 1. Keseimbangan Tiga Komponen (UNDP,1997, LAN,2003:68)
Keterangan : A= Interaksi 1 & 2 B = Interaksi 1 & 3 C = Interaksi 1,2 &3 D = Interaksi 2 &
3

Sektor Publik (Pemerintah) memiliki fungsi dalam menciptakan hukum dan


lingkungan politis yang kondusif dalam pembangunan negara; dengan berkembang interaksi
ABC. Masyarakat berperan aktif dan positif dalam seluruh aktivitas kehidupan bernegara
yang berkaitan langsung dengan kepentangan warga masyarakat; dengan berkembang
interaksi ACD Sektor bisnis mempunyai peran dalam menciptakan peluang kerja dan
pendapatan bagi masyarakat; dengan berkembang interaksi BCD. United Nations
Development Programme (UNDP) sebagaimana dikutip LAN (2000:7) dalam Widodo (2001:
25) mengemukakan karakteristik good governance, sebagai berikut:

1. Partipation.

Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung
maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipaasi
seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.

2. Rule of law.

14
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk
hak asasi manusia. Dapat ditegakkan serta dipatuhi secara utuh (impartialy), terutama tentang
aturan hukum dan hak asasi manusia.

3. Transparancy.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses-proses, lembaga


lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.
Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

4. Responsiveness.

Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani setiap


stakeholders. Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani
berbagai pihak yang berkepentingan. Keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan
yang diberikan oleh organisasi tersebut akan semakin baik. Responsivitas yang sangat rendah
ditujukan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut
jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi
public.

5. Consensus orientation.

Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh


pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik dalam hal kebijakan-kebijakan
maupun prosedur-prosedur. Pemerintahan yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi
berbagai kepentingan yang berbeda untk mencapai consensus atau kesepakatan yang terbaik
bagi kepentingan masing-masing pihak, jika mungkin juga dapat diberlakukan terhadap
berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.

6. Equity.

Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesempatan untuk
mening katkan atau menjaga kesejahteraan mereka. Pemerintahan yang baik akan
memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya
mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

7. Effectiveness and efficiency.

Proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik mungkin menghasilkan sesuai dengan apa


yang digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Setiap proses kegiatan
dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.

8. Accountability.

15
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat (civil
society) bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas
ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat,apakah keputusan tersebut
untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

9. Strategic vision.

Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan
pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan apa yang diperlukan
untuk pembangunan semacam ini.

Secara sederhana, good governance merujuk pada pembangunan aturan main dan
lingkungan ekonomi dan institusi yang memberikan kebebasan kepada organisasi untuk
secara ketat mengikat, meningkatkan nilai jangka panjang pemilik, memaksimumkan
pengembangan SDM, dan juga memperlihatkan kepentingan stakeholder lainnya.

Dilihat dari berbagai forum good governance sudah menjadi isu penting dunia.
Organisasi mempunyai peran kunci unruk bermain dalam peningkatan pengenmbangan
ekonomi dan sosial. Dengan dibentuknya konteks governance maka peranyang diemban
pemerinah semakin banyak yang bisa dijalankan. Peran yang dimiliki oleh pemerintah selain
peran strategi dimasa yang akan datang menurut Eddi wibowo (2004:21) adalah:

1. Menciptakan situasi ekonomi yang kondusif bagi pembangunan menusia


berkelanjutan
2. Melindungi warga negara yang berada dalam posisi lemah dan rentan
3. Meningkatkan efisiensi dan responsivitas pemerintah
4. Memberdayakan masyarakat dan melakukan demokratisasi system politik
5. Desentralisasi system administrasi
6. Meningkatkan atau mengurangi kesenjangan antar kelompok kaya dan miskin
7. Memperkuat integritas sosial dan keragaman budaya
8. Melindungi lingkungan
9. Mempromosikan kesejahteraan

Tanpa memiliki organisasi yang efisien, suatu negara akan sulit untuk
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk itulah, good
governance menjadi sebuah kebutuhan pokok dalam membangun ekonomi nasional.
Sedangkan tujuan good governance menurut Mardiasmo (2009:18), yaitu “untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembentkan negara (pemerintah) yang kuat,
pasar yang kompetitif dan masyarakat sipil (civil society) yang mandiri”.

Dengan demikian etika dalam good governance sangat penting karena akan
mempengaruhi keberhasilan suatu pemerintahan. Etika akan menjadi acuan untuk
menjalankan roda pemerintahan ke arah good governance.

16
Penerapan etika dalam good governance ditandai dengan terpenuhinya nilai-nilai
keutamaan yang dikembangkan dalam etika pemerintahan adalah:

1. Penghormatan terhadap hidup manusia dan HAM lainnya.


2. Kejujuran baik terhadap diri sendiri maupun terhadap manusia lainnya
3. Keadilan dan kepantasan merupakan sikap yang terutama harus diperlakukan
terhadap orang lain
4. Kekuatan moralitas, ketabahan serta berani karena benar godaan
5. Kesedarhanaan dan pengendalian diri
6. Nilai-nilai agama dan sosial budaya termasuk nilai agama agar manusia harus
bertindak secara profesionalisme dan bekerja keras.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

17
Peran ilmu administrasi publik, adalah untuk menyeimbangkan ketiga komponen
tersebut, dengan jalan mengkaji dan melakukan program aksi dari tata kepemerintahan yang
demokratis dan berjalan secara baik. Lebih lanjut menurut satu komponen yang sangat
menentukan untuk melahirkan tata kepemerintahan yang baik adalah moral selain tiga
komponen pemerintah, swasta dan rakyat. Moral merupakan operasionalisasi dari sikap dan
pribadi seorang yang beragama. Ajaran agama melekat pada pribadi pribadi yang berada di
ketiga komponen tersebut. Dengan melaksanakan ajaran agamanya pada masing-masing
komponen tersebut maka moral masing-masing pelaku akan berperan besar sekali dalam
membina tata kepemerintahan yang baik. Moral harus dijadikan faktor utama yang menyinari
sikap, perbuatan dan perilaku baik setiap individu maupun sistem dari ketiga kompnen di
atas.

Pemerintahan birokrasi saat ini sedang mengalami kemunduran etika dan moralnya,
sehingga berimbas pada etika pelayanan publik yang kurang emberikan perhatian kepada
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan
tugas dan kewajibannya dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.Semua masalah-
masalah seperti Koupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), penyalah gunaan wewenang dan lain
sebagainya adalah terjadi akibat dari kurangnya diindahkannya Etika dan Moral dari para
penyelenggara negara. Sehingga yang menjadi korbannya adalah bumi pertiwi beserta
masyarakat yang bergantung padanya.

Oleh karena itu Etika Moral dan Etika pelayanan publik mendesak untuk diperbaiki
sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan aparaturnya, dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat agar dapat diwujudkan pelayanan yang
memperhatikan pelayanan dan dapat terwujud bangsa Indonesia yang mampu
memperjuangkan kemerdekaannya dengan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat.Hal ini penting dan mendesak untuk dilakukan, agar roda pemerintahan dapat
dijalankan dengan sebaiknya untuk mewujudkan Kepemerintahan Yang Baik (Good
Governance) dalam mencapai tujuan pembangunan yakni peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan


Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Dalam hal ini, pelayanan publik dapat diartikan sebagai
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah untuk memenuhi hak-hak warga
masyarakat, dalam berbagai bentuk pelayanan sektor publik dalam bentuk barang dan atau
jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pelayanan ini merupakan sarana pemenuhan kebutuh an mendasar masyarakat
untuk kesejahteraan sosial sehingga perlu memperhatikan nilai-nilai, sistem kepercayaan,
religi, kearifan lokal serta keterlibatan masyarakat.

18
Dalam memberikan pelayanan publik dari pemberi layanan kepada masyarakat harus
mengedepankan etika dan prinsip nilai yang menjadi acuan perilaku. Prinsip nilai dibutuhkan
sebagai upaya menyesuaikan tatanan nilai masyarakat yang selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Perubahan nilai ini tentunya akan mengubah standar harapan masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhannya.Perhatian terhadap beberapa aspek ini memberikan jaminan
bahwa pelayanan publik yang dilaksanakan merupakan ekspresi kebutuhan sosial
masyarakat.

Sebelum membahas Eika Pelayanan Publik, terlebih dulu akan disampaikan


pengertian tentang etika secara umum sebagai berikut ; Istilah Etika berasal dari bahasa
Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethossedangkan bentuk jamaknya yaitu ta
etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan artita etha
yaitu adat kebiasaan.Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya
istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara
etimologis (asal usul kata), etika memiliki makna, ilmu tentang apa yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2009 Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelengga ra pelayanan publik. Jadi,
pelayanan publik merupakan usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat dari penyelenggara
pelayanan publik.

Setelah mengetahui arti etika dan pelayanan publik, dibawah ini akan disampaikan
pengertian tentang etika pelayanan publik. Menurut Denhardt (dalam Keban, 2008) etika
pelayanan publik diartikan sebagai filsafat dan kode etik /standar profesi, atau moral atau
right rules of conduct (aturan berperilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi
pelayanan publik atau administrator publik. Dalam hal ini Denhardt menekankan etika
pelayanan publik sebagai kode etik.

Peraturan Pemerintah nomor .101 tahun 2000 ; Kepemerintahan Yang Baik adalah
Kepemerintahan yang profesional (ahli), akuntabel, tanggung jawab dan tanggung
gugat,demokratis,transparan dan terbuka. Kepemerintahan yang baik disini, juga diartikan
sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, efisien,
efektif dengan menjaga dan mensinergikan interaksi yang konstruktif antara negara, swasta
dan masyarakat.Kata “ BAIK “ dimaksudkan mengikuti prinsip-prinsip dan kaidah - kaidah
tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good Governance.

Kepemerintahan Yang Baik /Good Governance (LAN 2005) :

19
1. United Nation Development Programme (UNDP) ; Kepemerintahan yang mengem
bangkan hubungan yg sinergis dan konstruktif diantara negara , swasta dan masyarakat
dalammengelola, memadukan dengan baik kepemerintahan (economic, politic,&
administrative governance).
2. Peraturan Pemerintah nomor .101 tahun 2000 ; Kepemerintahan Yang Baik adalah
Kepemerintahan yang profesional (ahli), akuntabel, tanggung jawab dan tanggung
gugat,demokratis,transparan dan terbuka. Kepemerintahan yang baik disini, juga
diartikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung
jawab, efisien, efektif dengan menjaga dan mensinergikan interaksi yang konstruktif
antara negara, swasta dan masyarakat.Kata “ BAIK “ dimaksudkan mengikuti prinsip-
prinsip dan kaidah - kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good
Governance.
Karakteristik pemerintahan yang baik
1. Partipation.

Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung
maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipaasi
seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.

2. Rule of law.

Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk
hak asasi manusia. Dapat ditegakkan serta dipatuhi secara utuh (impartialy), terutama tentang
aturan hukum dan hak asasi manusia.

3. Transparancy.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses-proses, lembaga


lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.
Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

4. Responsiveness.

Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani setiap


stakeholders. Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani
berbagai pihak yang berkepentingan. Keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan
yang diberikan oleh organisasi tersebut akan semakin baik. Responsivitas yang sangat rendah
ditujukan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut
jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi
public.

5. Consensus orientation.

20
Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh
pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik dalam hal kebijakan-kebijakan
maupun prosedur-prosedur. Pemerintahan yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi
berbagai kepentingan yang berbeda untk mencapai consensus atau kesepakatan yang terbaik
bagi kepentingan masing-masing pihak, jika mungkin juga dapat diberlakukan terhadap
berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.

6. Equity.

Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesempatan untuk
mening katkan atau menjaga kesejahteraan mereka. Pemerintahan yang baik akan
memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya
mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

7. Effectiveness and efficiency.

Proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik mungkin menghasilkan sesuai dengan apa


yang digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Setiap proses kegiatan
dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.

8. Accountability.

Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat (civil
society) bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas
ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat,apakah keputusan tersebut
untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

9. Strategic vision.

Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan
pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan apa yang diperlukan
untuk pembangunan semacam ini.

B. SARAN

Saya menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun saya berharap makalah
ini tetap memberikan manfaat meskipun sedikit. Selain itu saya juga berharap pembaca
berkenan untuk memberikan masukan baik berupa kritik maupun saran.

DAFTAR PUSTAKA

http://diklat.semarangkota.go.id/post/peranan-etika-pelayanan-publik-dalam-
mewujudkan-good-governance-ali-moechson-ssos-mpd

21
e-book etika administrasi public oleh Tri Yuniningsih, dkk

22

Anda mungkin juga menyukai